Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Kewajiban Pajak

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perpajakan

Dosen pembimbing:

Sabilal Rosyad, MM

Disusun Oleh:

Mas Risqi Dwi Afthony (042110348)

Siti Nur Haliza (042110358)

Wenny Dwi Famela Hadi (042110361)

FAKULTAS EKONOMI

PRODI MANAJEMEN

UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

1
2023

KATA PENGANTAR

Alhadulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Kewajiban Pajak” yang tepat pada waktunya.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan. Selain


itu, makalah ini bertujuan menambah pengetahuan Perpajakan bagi pembaca dan
juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Sabilal Rosyad, MM


selaku dosen mata kuliah Perpajakan yang telah memberikan arahan terkait tugas
makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau, mungkin penulis tidak akan dapat
menyelesaikan sesuai dengan format yang telah ditentukan.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Lamongan, 14 Maret 2023

2
DAFTAR ISI
JUDUL.....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kewajiban Wajib Pajak...................................................................................................5
a.Mendaftar sebagai Wajib Pajak......................................................................................5
b.Melapor sebagai Pengusaha Kena Pajak........................................................................5
c.Mencatat dan membukukan transaksi............................................................................5
d.Menyimpan data dan dokumen transaksi.......................................................................6
e.Menghitung Pajak...........................................................................................................6
f.Memotong pajak.............................................................................................................6
g.Memungut Pajak............................................................................................................7
h.Memberikan bukti pemotongan atau bukti pemungutan................................................7
i.Membayar Pajak..............................................................................................................7
j.Melaporkan Pajak............................................................................................................7
k.Meminjamkan dokumen pada saat pemeriksaan pajak..................................................8
2.2 Kewajiban Pajak Badan PKP.........................................................................................8
a. Pajak Penghasilan (PPh)...............................................................................................8
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)...................................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan
peran serta masyarakat mengumpulkan dana untuk pembiayaan negara dan
pembangunan nasional. Pajak yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
seluruh rakyat melalui perbaikan dan penambahan pelayanan publik,
mengalokasikan pajak tidak hanya untuk rakyat pembayaran pajak juga untuk
kepentingan rakyat yang tidak wajib membayar pajak.
Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak,
yaitu dengan memperluas subyek dan obyek pajak atau dengan menjaring wajib
pajak baru. Di lain pihak perkembangan usaha-usaha kecil dan menengah yang
demikian dinamis barangkali jauh meninggalkan jangkauan pajak. Meskipun
jaring pengaman bagi wajib pajak (berupa Nomor Pokok Wajib Pajak) agar
melaksanakan kewajiban perpajakannya sudah dipasang, terutama bagi usaha-
usaha kecil menengah tersebut, tetapi masih tetap ditemukan usaha-usaha kecil
menengah yang lepas dari jeratan pajak. Sebenarnya masih banyak wajib pajak
potensial yang belum terdaftar sebagai wajib pajak aktual. Ketidaktaatan dalam
membayar pajak tidak hanya terjadi pada lapisan pengusaha saja tetapi telah
menjadi rahasia umum bahwa para pekerja profesional lainnya juga tidak taat
untuk membayar pajak.
Pemungutan pajak memang bukan suatu pekerjaan yang mudah,
disamping peran serta aktif dari petugas perpajakan, juga dituntut kemauan dari
para wajib pajak itu sendiri. Dimana menurut undang-undang perpajakan,
Indonesia menganut sistem self assessment yang memberi kepercayaan terhadap
wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melapor sendiri pajaknya,
menyebabkan kebenaran pembayaran pajak tergantung pada kejujuran wajib pajak
sendiri dalam pelaporan kewajiban perpajakannya.
Kepatuhan wajib pajak dalam membayar kewajiban perpajakannya
merupakan hal penting dalam penarikan pajak tersebut. Penyebab kurangnya
kepatuhan tersebut antara lain adalah asas perpajakan, yaitu bahwa hasil
pemungutan pajak tersebut tidak langsung dinikmati oleh para wajib pajak.
Memang harus disadari bahwa jalan-jalan raya yang halus, pusat-pusat kesehatan
masyarakat, pembangunan sekolah-sekolah negeri, irigasi yang baik, dan fasilitas-
fasilitas publik lainnya yang dapat dinikmati masyarakat itu merupakan hasil dari
pembayaran pajak. Masyarakat sendiri dalam kenyataanya tidak suka membayar
pajak. Hal ini disebabkan masyarakat tidak pernah mengetahui wujud konkret
imbalan dari uang yang dikeluarkan untuk membayar pajak.
Undang-undang pajak di Indonesia saat ini dalam pelaksanaannya
menganut sistem self assesment. Sistem pemungutan ini mempunyai arti bahwa
besarnya pajak yang terutang dipercayakan kepada Wajib Pajak (WP) itu sendiri,
dimana WP harus melaporkan secara teratur seluruh jumlah pajak yang telah
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
Untuk mendukung keberhasilan diterapkanya self asssesmet salah satu
yang harus dilakukan adalah melaksanakan penegakan hukum (law enforcement)

4
perpajakan. Penegakan hukum dalam perpajakan mempunyai korelasi yang positif
dengan kesuksesan penerimaan pajak artinya, pelaksanaan penegak hukum secara
tegas dan konsisten akan mampu menciptakan kepatuhan yang lebih baik dari
wajib pajak dan akan bermuara pada peningkatan penerimaan dari sektor pajak.
Dalam kondisi tersebut keberadaan self assesment system memungkinkan
Wajib Pajak untuk melakukan kecurangan Pajak. Tanpa adanya penelitian dan
pemeriksaan pajak serta tidak adanya ketegasan dari instansi pajak, maka
ketidakpatuhan Wajib Pajak tersebut dapat berkembang sedemikian rupa sehingga
bisa mencapai suatu tingkat dimana sistem perpajakan akan menjadi lumpuh.
Untuk menjaga agar Wajib Pajak tetap dalam koridor peraturan perpajakan, maka
diantisipasi dengan melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang
memenuhi kriteria untuk diperiksa. Sebagaimana telah diatur dalam salah suatu
ketetuan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah direvisi oleh
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 dan direvisi kembali oleh Undang-undang
Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu
dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jendral Pajak berwenang melakukan
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.
Alat yang sering digunakan untuk menilai kepatuhan Wajib Pajak adalah
ketepatan waktu pelaporan SPT. Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan dokumen
yang menjadi alat kerjasama antara Wajib Pajak dan administrasi pajak, yang
memuat data-data yang diperlukan untuk menetapkan secara tepat jumlah pajak
yang terutang. Pengertian SPT dalam pasal 1 butir 10 UU KUP adalah surat yang
oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak
yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Sesuai dengan prinsip self assesment system, Wajib Pajak harus melaporkan pajak
bulanan dan pajak tahunannya. Dalam SPT tahunan, terdapat informasi mengenai
jumlah PPh terutang yang dapat menjadi dasar untuk mengetahui besarnya
peningkatan penerimaan pajak tiap tahunnya. Semakin patuh Wajib melaporkan
SPT tahunannya, maka peningkatan penerimaan pajak akan dapat direalisasikan.
Dari uraian di atas penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai
efektifitas kepatuhan Wajib Pajak Badan yang mempengaruhi pelaksanaan
pemeriksaan untuk meningkatkan penerimaaan negara dari sektor pajak. Oleh
karena itu, penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Kewajiban Pajak”.

2. Rumusan masalah

1) Apa pengertian kewajiban wajib pajak ?


2) Apa saja kewajiban wajib pajak ?
3) Apa saja kewajiban pajak Badan PKP ?
4) Apa saja jenis kewajiban pajak badan yang harus dikelola ?

3. Tujuan
1) Untuk mengetatahui pengertian kewajiban pajak

5
2) Untuk mengetahui kewajiban wajib pajak
3) Untuk mengetahui kewajiban pajak badan PKP
4) untuk mengetahui jenis jenis kewajiban pajak badan yang harus
dikelola

6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kewajiban Wajib Pajak

Pasal 1 angka 2 UU KUP, wajib pajak adalah orang pribadi atau badan
meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak yang mempunyai
hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
perpajakan. Berkaitan dengan pajak, maka Wajib Pajak mempunyai berbagai
kewajiban antara lain:
a. Mendaftar sebagai Wajib Pajak

Setiap Wajib Pajak sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) UU KUP yang telah
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat
Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).
b. Melapor sebagai Pengusaha Kena Pajak

Wajib Pajak yang telah mempunyai persyaratan tertentu sesuai Pasal 3A ayat (1)
UU PPN diwajibkan untuk melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pasal 1 angka 15 UU PPN yang dimaksud dengan
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan
Undang-Undang PPN, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang
memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

c. Mencatat dan membukukan transaksi


Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia, sesuai dengan Pasal 28 ayat (1) UU
KUP wajib menyelenggarakan pembukuan. Namun bagi Wajib Pajak orang
pribadi yang menghitung penghasilan netonya dengan mempergunakan norma

7
perhitungan penghasilan neto, maka sesuai dengan Pasal 14 ayat (3) UU PPh
wajib menyelenggarakan pencatatan.
d. Menyimpan data dan dokumen transaksi
Wajib Pajak sesuai Pasal 28 ayat (1) UU KUP mempunyai kewajiban
menyimpan buku-buku catatan-catatan, dokumen termasuk yang diselenggarakan
secara program aplikasi on line dan hasil pengolahan data elektronik yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan selama 10 tahun di Indonesia.
e. Menghitung pajak
Wajib Pajak mempunyai kewajiban menghitung besarnya pajak yang
terhutang yang harus dibayar, dipotong atau dipungut, hal ini sesuai dengan
penjelasan Pasal 3 ayat (1) UU KUP bahwa fungsi Surat Pemberitahuan bagi
Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai saran untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang.
f. Memotong pajak
Wajib Pajak yang membayar gaji dan sejenisnya, jasa, sewa, dividen, bunga,
royalti wajib memotong pajak. Adapun jenis pajak yang dilakukan pemotongan
oleh Wajib Pajak meliputi jenis pajak berikut ini:
 Pajak Penghasilan Pasal 21
 Pajak Penghasilan Pasal 23
 Pajak Penghasilan Pasal 26
 Pajak Penghasilan Pasal 4 (2)
Pemotongan PPh Pasal 21, sesuai dengan Pasal 21 ayat (1) UU PPh wajib
dilakukan oleh:
 Pemberi kerja yang membayar gaji dan sejenisnya.
 Bendahara pemerintah yang membayar gaji dan sejenisnya.
 Dana pensiun dan badan lainnya yang membayar uang pensiun dan
sejenisnya.
 Badan yang membayar honorarium dan sejenisnya, dan
 Penyelenggara kegiatan yang membayar berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan.

8
Pemotongan PPh Pasal 23, sesuai dengan Pasal 23 ayat (1) UU PPh wajib
dilakukan oleh badan pemerintah, Subjek Pajak dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, BUT (Bentuk Usaha Tetap), perwakilan perusahaan luar negeri yang
membayarkan dividen, bunga, royalti, hadiah, penghargaan, bonus, sewa dan jasa
kepada Wajib Pajak dalam negeri atau BUT.
Pemotongan PPh Pasal 26, sesuai dengan Pasal 26 ayat (1) UU PPh wajib
dilakukan oleh badan pemerintah, Subjek Pajak dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, perwakilan perusahaan luar negeri yang membayarkan dividen, bunga,
royalti, hadiah, penghargaan, bonus, sewa, jasa pensiun berkala, premi SWAP dan
keuntungan pembebasan utang kepada Wajib Pajak luar negeri selain BUT.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 121/KMK.03/2002
yang ditunjuk sebagai pemotong PPh 4 (2) atas bunga dan diskonto obligasi
adalah emiten atau kustodian, perusahaan efek atau pedagang perantar, bank, dana
pensiun, reksa dana selaku pembeli langsung.
g. Memungut pajak
Wajib Pajak tertentu diberikan kewajiban untuk memungut pajak. Adapun
pemungutan pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak dapat dilakukan atas berbagai
jenis pajak berikut ini:
 Pertambahan Nilai
 Pajak Penghasilan Pasal 22
 Pajak Penghasilan Pasal 4 (2) Diskonto SPN
 Pajak Penghasilan Pasal 4 (2) transaksi saham
h. Memberikan bukti pemotongan atau bukti pemungutan
Setiap Wajib Pajak yang melakukan pemotongan maupun pemungutan
pajak harus membuat dan memberikan bukti potong atau bukti pungut kepada
Wajib Pajak yang dipotong atau dipungut, termasuk apabila pada jenis pajak
tertentu yang merupakan bukti pemungutan adalah berupa Surat Setoran Pajak.
i. Membayar pajak
Sesuai Pasal 12 ayat (1) UU KUP, Wajib Pajak wajib membayar pajak yang
terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
dengan tidak menggantungkan adanya Surat Ketetapan Pajak.
j. Melaporkan pajak

9
Sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) UU KUP, Wajib Pajak wajib mengisi Surat
Pemberitahuan dengan benar, lengkap dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah dan
menandatangani serta menyampaikannya ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak
tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pajak.
k. Meminjamkan dokumen pada saat pemeriksaan pajak
Wajib Pajak yang dilakukan pemeriksaan pajak, harus memperlihatkan atau
meminjamkan buku buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas WP yang terutang pajak, apabila
dipandang perlu oleh pemeriksa.
2. Kewajiban Pajak Badan PKP
WP Badan yang masuk kategori Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah
Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa 
Kena Pajak (JKP) yang dikenai pajak sesuai Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) Nomor 11 Tahun 1984 tentang Perubahan UU No. 8/1983 tentang
PPN Barang dan Jasa dan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah), dan
perubahannya.
Kewajiban wajib pajak badan:
 Kewajiban mendaftarkan usahanya untuk mendapatkan NPWP
 Memberikan inforasi yang berhubungan dengan aspek perpajakan
yang akan dilakukan direktorat jenderal pajak
 Kewajiban melakukan pembayaran, pelaporan, pemotongan pajak
sesuai ketentuan perpajakan
 Kewajiban melakukan pemeriksaan dan memberikan keterangan
jika diperlukan
Jenis kewajiban pajak badan yang harus dikelola:
a. Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak Penghasilan atau PPh adalah pajak yang dibebankan atas suatu
penghasilan yang diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun
dari luar negeri.

10
Beberapa pajak penghasilan yang dikenakan atau kewajiban pajak yang
wajib dibayar WP Badan:

 PPh 21
PPh 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh
orang pribadi subjek pajak dalam negeri.
 PPh 22
PPh Pasal 22 adalah pajak penghasilan yang dikenakan pada badan usaha
tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan ekspor
dan impor serta re-impor. Tarif ini berbeda-beda dan tergantung dari objek
pajaknya.
 PPh 23
PPh 23 adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal, dividen,
bunga, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, sewa dan penghasilan lain
menyangkut pemakaian aset selain tanah atau transfer bangunan atau jasa, selain
yang telah dipotong PPh Pasal 21.
 PPh 25
PPh 25 adalah pajak yang dibayar secara angsuran. Angsuran ini bertujuan
untuk meringankan beban pajak terutang yang harus dilunasi dalam waktu satu
tahun atau setiap akhir tahun.
Namun keringanan pengangsuran PPh Pasal 25 setiap bulan ini tidak
berlaku pada WP yang dikenakan PPh Final sesuai PP No. 23 Tahun 2018.
 PPh 26
PPh Pasal 26 adalah pajak penghasilan yang dikenakan/dipotong dari
seorang WP yang sumber penghasilannya di Indonesia, namun diterima oleh WP
yang ada di luar negeri, selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.
Berdasarkan aturan, tarif umum PPh Pasal 26 yang dikenakan sebesar 20
persen, namun besar tarif tersebut fleksibel mengikuti P3B.
 PPh 29

11
PPh 29 adalah pajak penghasilan yang dikenakan saat jumlah pajak terutang
suatu perusahaan dalam satu tahun pajak lebih besar dari jumlah kredit pajak yang
telah dipotong atau dipungut oleh pihak lain dan yang telah disetor sendiri.
Maka nilai lebih pajak terutang tersebut (pajak terutang dikurangi kredit
pajak) menghasilkan PPh Pasal 29. PPh ini harus dibayarkan sebelum SPT
Tahunan PPh Badan dilaporkan.
 PPh 4 ayat (2)
PPh Pasal 4 ayat (2) adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas beberapa
jenis penghasilan yang didapatkan dan pemotongan pajaknya bersifat final serta
tidak dapat dikreditkan dengan pajak penghasilan terutang.
 PPh 15
PPh 15 adalah jenis pajak penghasilan yang dikenakan atau dipungut dari
wajib pajak yang bergerak pada industri pelayaran, penerbangan internasional dan
perusahaan asuransi asing.
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pengusaha yang berstatus PKP wajib memungut, menyetor, melaporkan
PPN atau Pajak PPnBM yang terutang atas aktivitas penyerahan BKP atau JKP.
Dua Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dikenakan atau kewajiban pajak
yang wajib dibayar WP Badan:
 PPN
Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah pajak yang dikenakan atas
transaksi jual-beli barang dan jasa kena pajak yang dilakukan oleh pengusaha.
Namun PPN ini dibebankan kepada konsumen. Sedangkan produsen atau
pengusaha hanya sebagai pihak yang memungut, lalu menyetorkan dan
melaporkan PPN tersebut ke negara.
 PPnBM
PPnBM adalah pajak yang dikenakan pada barang yang tergolong mewah
yang dilakukan oleh produsen (pengusaha) untuk menghasilkan atau mengimpor
barang tersebut dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
Seperti namanya, pajak ini dikenakan pada barang atau produk yang
dianggap bukan sebagai barang kebutuhan pokok, dan dikonsumsi oleh kalangan
masyarakat tertentu atau mereka yang berpenghasilan tinggi.

12
13
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

Kewajiban pajak adalah Mendaftar sebagai Wajib Pajak, Melapor sebagai


Pengusaha Kena Pajak, Mencatat dan membukukan transaksi, Menyimpan data
dan dokumen transaksi, dan Menghitung pajak

Kewajiban wajib pajak badan:


 Kewajiban mendaftarkan usahanya untuk mendapatkan NPWP
 Memberikan inforasi yang berhubungan dengan aspek perpajakan
yang akan dilakukan direktorat jenderal pajak
 Kewajiban melakukan pembayaran, pelaporan, pemotongan pajak
sesuai ketentuan perpajakan
 Kewajiban melakukan pemeriksaan dan memberikan keterangan jika
diperlukan
Jenis kewajiban pajak badan yang harus dikelola:
a. Pajak Penghasilan (PPh)
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN dan PPnBM)

14
DAFTAR PUSTAKA

Makalah Net"Wajib Pajak Dan Kewajiban Wajib Pajak",


https://kuantannet.blogspot.com/2018/04/makalah-wajib-pajak-dan-kewajiban-
wajib-html diakses pada tanggal 14 april 2023
Makalah Net”Hak Dan Kewajiban Pajak”,
http://repository.usahid.ac.id/1272/1/PAJAK-HUKUM-PAJAK-Bab-LIMA.pdf
Makalah Net”Kewajiban Pajak PT Perorangan”,
https://konsultanku.co.id/blog/4-kewajiban-pajak-pt-perorangan-yang-harus-
dipatuhi-Kewajiban-pajak-PT-Perorangan-lainnya,bahwa-pengusaha-telah-
memungut-pajak diakses pada tanggal 8 Februari 2023
Makalah Net”Kewajiban Pajak Badan Dan Cara Mengelolanya”,
https://klikpajak.id/blog/kewajiban-pajak-wajib-pajak-badan-Wajib-Pajak-
Badan-adalah-sekumpulan,dari-segi-tarif-dan-lainnya

15

Anda mungkin juga menyukai