Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“KONSEP PENYETORAN ATAU PEMBAYARAN PAJAK”

Dosen Pembimbing:
Drs. Zirman, MM., Ak.
Suci Nurulita, SE., M.Si.

Penyusun:
 Fauziah Try Millinia 1902111898
 Suharyati 1902110888
 Syakila Prameswari 1902124969

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
OKTOBER 2020
Kata Pengantar
Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim
salam dan shalawat kepada baginda Nabi Besar Muhammmad SAW yang telah
membawakan kita suatu ajaran benar yaitu agama Islam, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Penyetoran atau Pembayaran
Pajak” ini dengan lancar.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami
peroleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan perpajakan serta informasi
dari media massa yang berhubungan dengan pajak, tak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada pengajar mata kuliah Perpajakan atas arahan dalam penulisan
makalah ini. Juga kepada pihak-pihak yang telah mendukung sehingga dapat
diselesaikannya makalah ini.
Kami harap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai proses
pemasaran dan perilaku konsumen. Memang makalah ini masih jauh dari
sempurna,maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Pekanbaru, 03 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Cara Pembayaran Pajak............................................................................... 4
2.2. Sarana dan Tempat Pembayaran Pajak........................................................ 5
2.3. Surat Setoran Pajak...................................................................................... 5
2.4. Batas Waktu Pembayaran............................................................................ 6
2.5. Pembayaran Masa Pajak.............................................................................. 7
2.6. Pembayaran Pajak Tahunan......................................................................... 9
2.7. Pembayaran Atas Ketetapan Pajak.............................................................. 10
2.8. Hak Wajib Pajak Menunda Atau Mengangsur Pembayaran Pajak.............. 12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan................................................................................................... 15
3.2. Saran............................................................................................................. 15
Daftar Pustaka................................................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa
secara langsung. Pajak juga disebut sumber penerimaan negara untuk
pembiayaan pemerintah dan pembangunan di Indonesia. Peran pajak
terhadap penerimaan negara dari tahun ke tahun semakin dominan.
Semakin besarnya peranan pajak dalam pembangunan menjadi perhatian
semua pihak, karena tingginya pajak menunjukkan kemampuan
kemandirian bangsa dalam membiayai pembangunan dari seluruh
komponen bangsa.
Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban
kenegaraan dan peran serta masyarakat mengumpulkan dana untuk
pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Pajak yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat melalui perbaikan dan
penambahan pelayanan publik, mengalokasikan pajak tidak hanya untuk
rakyat pembayaran pajak juga untuk kepentingan rakyat yang tidak wajib
membayar pajak.
Pemungutan pajak memang bukan suatu pekerjaan yang mudah,
disamping peran serta aktif dari petugas perpajakan, juga dituntut kemauan
dari para wajib pajak itu sendiri. Dimana menurut undang-undang
perpajakan, Indonesia menganut sistem self assessment yang memberi
kepercayaan terhadap wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan
melapor sendiri pajaknya, menyebabkan kebenaran pembayaran pajak
tergantung pada kejujuran wajib pajak sendiri dalam pelaporan kewajiban
perpajakannya.
Alat yang sering digunakan untuk menilai kepatuhan Wajib Pajak
adalah ketepatan waktu pelaporan SPT. Surat Pemberitahuan (SPT)
merupakan dokumen yang menjadi alat kerjasama antara Wajib Pajak dan
administrasi pajak, yang memuat data-data yang diperlukan untuk

1
menetapkan secara tepat jumlah pajak yang terutang. Pengertian SPT
dalam pasal 1 butir 10 UU KUP adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang
terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Sesuai dengan prinsip self assesment system, Wajib Pajak harus
melaporkan pajak bulanan dan pajak tahunannya. Dalam SPT tahunan,
terdapat informasi mengenai jumlah PPh terutang yang dapat menjadi
dasar untuk mengetahui besarnya peningkatan penerimaan pajak tiap
tahunnya. Semakin patuh Wajib melaporkan SPT tahunannya, maka
peningkatan penerimaan pajak akan dapat direalisasikan.
Berdasarkan uraian diatas penulis ingin menulis bagaimana tata
cara dalam pembayaran pajak. Oleh sebab itu, penulis akan mengangkat
judul “Konsep Penyetoran atau Pembayaran Pajak”.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara pembayaran pajak ?
2. Apa saja sarana dan tempat pembayaran pajak ?
3. Pengertian surat setoran pajak ?
4. Bagaimana batas waktu pembayaran pajak ?
5. Bagaimana pembayaran masa pajak ?
6. Bagaimana pembayaran pajak tahunan ?
7. Bagaimana pembayaran atas ketetapan pajak?
8. Bagaimana hak wajib pajak menunda atau mengangsur
pembayaran pajak ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui cara pembayaran pajak
2. Mengetahui apa saja sarana dan tempat pembayaran pajak
3. Mengetahui pengertian surat setoran pajak
4. Mengetahui batas waktu pembayaran pajak
5. Mengetahui pembayaran masa pajak
6. Mengetahui pembayaran pajak tahunan

2
7. Mengetahui pembayaran atas ketetapan pajak
8. Mengetahui hak wajib pajak jika menunda atau mengangsur
pembayaran pajak

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 CARA PEMBAYARAN PAJAK


Dalam sistem self assessment wajib pajak harus menghitung,
memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakan
ke kantor pelayanan pajak atau kantor penyuluhan pajak. Pembayaran pajak
dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) dan untuk
pelaporan menggunakan Surat Pemberitahuan (SP). Tata cara pembayaran
pajak, antara lain :
 Online Banking
Wajib pajak perlu mendaftar untuk fasilitas online banking pada
bank persepsi yang ditunjuk Menteri Keuangan. Bank tersebut kemudian
akan menyediakan aplikasi khusus pembayaran pajak online. Saat
melakukan pembayaran, wajib pajak harus mengisi terlebih dahulu data
yang diperlukan pada aplikasi dari bank tersebut.
Saat pembayaran sudah dilakukan, wajib pajak akan menerima
nomor referensi sebagai tanda bukti pembayaran. Setelah itu data yang
sudah diisi beserta nomor referensi perlu dikirim kepada bank yang
bersangkutan, agar wajib pajak dapat menerima Nomor Transaksi
Penerimaan Negara (NTPN) dari bank, untuk dipergunakan pada laporan
pajak yang akan dikirimkan kepada kantor pajak
 Menyetor Lewat Teller Bank/Kantor Pos
Selain bank, kantor pos juga merupakan salah satu kanal yang
ditunjuk oleh pemerintah untuk melaksanakan sistem penerimaan negara
secara elektronik melalui sistem modul penerimaan negara ‘billing’ generasi
kedua (MPN G2).
Dengan adanya pola penerimaan sistem MPN G2, wajib pajak cukup
menunjukkan ID Billing berupa 15 digit yang dibaca oleh sistem MPN G2.
Kode tersebut dapat diakses wajib pajak dengan terlebih dahulu mendaftar
secara online melalui alamat www.pajak.go.id. Atau, wajib pajak bisa juga

4
mendapatkan ID Billing pada salah satu kanal yang ditunjuk oleh
pemerintah, misalnya aplikasi OnlinePajak.
Sebelumnya, sistem penerimaan pajak menggunakan lembar Surat
Setoran Pajak (SSP). Sayangnya, sistem tersebut merepotkan wajib pajak
maupun petugas kantor pos/bank persepsi.
Kini, melalui sistem yang sudah terintegrasi, wajib pajak hanya perlu
menunjukan ID Billing kepada petugas kantor pos dan kemudian petugas
akan memasukan kode billing tanpa harus memasukan lagi identitas wajib
pajak, NPWP, Kode MAP, nominal besar uang, serta masa pajak.

2.2 SARANA DAN TEMPAT PEMBAYARAN PAJAK


Tempat pembayaran dan pelaporan Pajak dapat dilakukan dengan
menggunakan fasilitas sistem pembayaran online, dilaksanakan melalui
Teller Bank Persepsi/Devisa Persepsi online atau menggunakan fasilitas alat
transaksi yang disediakan oleh Bank Persepsi/ Devisa Persepsi online.
Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan SSP. Sarana administrasi lain ini dapat berupa :
 BPN atas pembayaran dan penyetoran pajak melalui sistem
pembayaran pajak secara elektronik atau dengan datang langsung
ke Bank Persepsi
 SSPCP atas pembayaran dan penyetoran PPh Pasal 22 impor,
PPN impor, dan PPnBM impor serta PPN Hasil Tembakau
Buatan Dalam Negeri;
 Bukti Pbk atas pembayaran dan penyetoran pajak melalui
Pemindahbukuan; atau
 Bukti penerimaan pajak lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2.3 SURAT SETORAN PAJAK


Surat Setoran Pajak (SPP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran
pajak yang telah dilakukan oleh wajib pajak dengan menggunakan formulir

5
atau dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran seperti
kantor Pos, Bank Badan Usaha Milik Negara, Bank Badan Usaha Milik
Daerah, dan lainnya yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Terdapat
beberapa jenis SSP, antara lain :
 SSP Standar adalah surat yang digunakan oleh WP yang berfungsi
untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang
ke Kantor Penerima Pembayaran, dan digunakan sebagai bukti
pembayaran dengan bentuk, ukuran, dan isi yang telah ditetapkan.
 SSP Khusus adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak
terutang ke Kantor Penerima Pembayaran yang dicetak oleh Kantor
Penerima Pembayaran dengan menggunakan mesin transaksi
dan/atau alat lainnya yang isinya sesuai dengan yang telah
ditetapkan, dan mempunyai fungsi yang sama dengan SSP Standar
dalam administrasi perpajakan.
 Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak dalam Rangka Impor
(SSPCP) adalah SSP yang digunakan oleh Importir atau Wajib
Bayar dalam rangka impor.
 Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN Hasil
Tembakau Buatan dalam Negeri adalah SSP yang digunakan oleh
Pengusaha untuk cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN hasil
tembakau buatan dalam negeri.
Formulir SSP dibuat dalam rangkap 4 (empat) dengan peruntukan:
a. Lembar ke-1: untuk arsip Wajib Pajak.
b. Lembar ke-2: untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN).
c. Lembar ke-3: untuk melaporkan oleh Wajib Pajak ke Kantor
Pelayanan Pajak.
d. Lembar ke-4: untuk arsip Kantor Penerima Pembayaran.

2.4 BATAS WAKTU PEMBAYARAN PAJAK


Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
80/PMK.03/2010, batas waktu penyetoran pajak diatur sebagai berikut :

6
1) PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh Pemotong Pajak
Penghasilan harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir kecuali ditetapkan lain oleh
Menteri Keuangan.
2) PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
harus disetor paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir kecuali ditetapkan lain oleh Menteri
Keuangan.
3) PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling
lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir.
4) PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri harus disetor paling lama
tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir.
5) PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling
lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir.

2.5 PEMBAYARAN MASA PAJAK


Berikut batas waktu penyetoran dan pelaporan masing-masing jenis
pajak dan Surat Pemberitahuan Masanya :
 Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 4 Ayat 2,
PPh Pasal 15, PPh Pasal 21/26, dan PPh Pasal 23/26.
Untuk PPh Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 21/26 dan PPh
Pasal 23/26, batas waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah tanggal 10
bulan berikutnya. Sedangkan batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan
Masa-nya adalah tanggal 20 bulan berikutnya.
Khusus PPh Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 21, PPh Pasal
23, PPN dan PPnBM bagi WP Kriteria Tertentu, maka batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah sesuai batas waktu per Surat
Pemberitahuan Masa, sedangkan untuk batas waktu pelaporan Surat

7
Pemberitahuan Masa-nya adalah pada tanggal 20 setelah berakhirnya Masa
Pajak terakhir.
 Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25.
Pada PPh Pasal 25 (angsuran pajak) untuk WP OP dan Badan, maka
batas waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah tanggal 15 bulan
berikutnya, sedangkan untuk batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan
Masanya adalah tanggal 20 bulan berikutnya. Untuk PPh Pasal 25 (angsuran
pajak) bagi WP Kriteria Tertentu (diperbolehkan melaporkan beberapa
Masa Pajak dalam satu pelaporan SPT Masa), batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah pada akhir masa pajak terakhir.
Sedangkan batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Masa-nya adalah
tanggal 20 bulan berikutnya.
 Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 22.
Bagi PPh Pasal 22, PPN dan PPnBM oleh Bea Cukai, maka batas
waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah 1 (satu) hari setelah dipungut.
Sedangkan untuk batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Masa-nya
adalah pada hari kerja terakhir minggu berikutnya (melapor secara
mingguan).
PPh Pasal 22 Bendahara Pemerintah memiliki batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak pada hari yang sama saat penyerahan barang
dan untuk batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Masa-nya adalah
tanggal 14 bulan berikutnya.
Untuk PPh Pasal 22 Pertamina, maka batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah sebelum delivery order dibayar.
PPh Pasal 22 Pemungut Tertentu memiliki batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak pada tanggal 10 bulan berikutnya. Sedangkan
untuk batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Masa-nya adalah tanggal
20 bulan berikutnya.
 Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT Masa PPN Dan PPnBM
Bagi PPN dan PPn BM bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP), batas
waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah pada akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan.

8
Sedangkan untuk batas waktu pelaporan SPT Masa-nya adalah pada akhir
bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.
untuk PPN dan PPn BM bagi Bendaharawan, batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah pada tanggal 7 bulan berikutnya,
sedangkan untuk batas waktu pelaporan SPT Masa-nya adalah pada tanggal
14 bulan berikutnya.
Bagi PPN dan PPn BM bagi Pemungut Non Bendaharawan, maka
batas waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah pada tanggal 15 bulan
berikutnya, sedangkan untuk batas waktu pelaporan SPT Masa-nya adalah
pada tanggal 20 bulan berikutnya.

2.6 PEMBAYARAN PAJAK TAHUNAN


 Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT Tahunan PPh Orang
Pribadi (OP) dan Badan
Untuk PPh WP OP, maka batas waktu pembayaran/penyetoran pajak
adalah sebelum SPT Tahunan PPh WP OP disampaikan, sedangkan untuk
batas waktu pelaporan SPT Tahunan-nya adalah pada akhir bulan ketiga
setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun pajak. Bagi SPT Tahunan PPh
WP Badan, maka batas waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah sebelum
SPT Tahunan PPh WP Badan disampaikan. Sedangkan untuk batas waktu
pelaporan SPT Tahunan-nya adalah pada akhir bulan keempat setelah
berakhirnya tahun atau bagian tahun pajak.
 Denda atas Keterlambatan Pelaporan Pajak SPT
Sesuai dengan ketentuan resmi dari DJP, keterlambatan pelaporan
untuk Surat Pemberitahuan Masa PPN dikenakan denda sebesar Rp500.000
(lima ratus ribu rupiah). Untuk keterlambatan pelaporan Surat
Pemberitahuan Masa lainnya dikenakan denda sebesar Rp100.000 (seratus
ribu rupiah). Untuk keterlambatan pelaporan Pajak SPT Tahunan PPh WP
Orang Pribadi akan dikenakan denda sebesar Rp100.000 (seratus ribu
rupiah) dan keterlambatan pelaporan SPT Tahunan PPh WP Badan
dikenakan denda sebesar Rp1.000.000 (satu juta rupiah).

9
2.7 PEMBAYARAN ATAS KETETAPAN PAJAK
Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat ketetapan yang diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal Pajak meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT, Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), dan Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar.(SKPLB) kepada Wajib Pajak (Pasal 1 angka 15 Undang-
undang KUP).
Kurang Bayar Pajak, Kena Denda
Jika Anda mendapat SKPKB dari Ditjen Pajak, maka biaya yang
harus Anda bayarkan tidak lah hanya jumlah kekurangan bayar pajak Anda
sebagaimana tertera dalam surat ketetapan yang diterbitkan. Melainkan
Anda harus membayar tambahan sanksi administrasi atau denda berupa
bunga yang besarannya tergantung kasus kurang bayar pajak Anda. Berikut
ragam besaran sanksi untuk wajib pajak yang mendapat SKPKB :
a. Tambahan bayar denda berupa bunga sebesar 2% dari nilai
kekurangan pajak. Bunga ini akan dihitung berkali lipat setiap bulan
dengan pengenaan sanksi maksimal terhitung 24 bulan sejak
terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak sampai
diterbitkannya SKPKB. Denda sebesar 2% per bulan ini diberikan
kepada wajib pajak yang ketahuan terutang pajak, belum bayar pajak
atau tidak bayar pajak berdasarkan hasil pemeriksaan Ditjen Pajak
atau keterangan pajak lainnya. Serta bagi wajib pajak yang mendapat
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebagai Pengusaha Kena Pajak
(PKP) secara jabatan.
b. Tambahan bayar denda berupa kenaikan sebesar 50% dari pajak
penghasilan yang tidak atau kurang bayar dalam satu tahun pajak.
c. Tambahan bayar denda berupa kenaikan sebesar 100% dari pajak
penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, dipungut, disetor, dan
dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor.
d. Tambahan bayar denda berupa kenaikan sebesar 100% dari Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, serta Pajak Penjualan atas
Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar.

10
Denda sebesar 50% dan 100% sebagaimana tertuang dalam poin 2,
3, dan 4 dikenakan kepada WP yang tidak menyampaikan surat
pemberitahuan pajak sesuai tenggat waktu yang ditentukan, PPN dan
PPnBM yang tidak seharusnya dikenai tarif 0%, serta WP yang tidak
melakukan pembukuan atau belum diperiksa kepatuhannya oleh
DJP.
Berikut Cara Hitung Denda Kurang Bayar Pajak
Wajib pajak PT Murni mempunyai penghasilan kena pajak selama
tahun pajak 2006 sebesar Rp100.000.000 dan menyampaikan SPT tepat
waktu. Pada bulan April 2009 bedasarkan hasil pemeriksaan Ditjen Pajak
diterbitkan SKPKB maka perhitungan sanksi bunga yang harus dibayar PT
Murni adalah sebagai berikut :
 Penghasilan Kena Pajak                                Rp100.000.000
 Pajak penghasilan terutang                         Rp30.000.000
(30% x Rp100.000.000)
 Kredit pajak                                               Rp10.000.000 (-)
 Pajak yang kurang dibayar                          Rp20.000.000
 Bunga 24 bulan (24×2%xRp20.000.000)   Rp9.600.000  (+)
 Jumlah pajak yang masih harus dibayar   Rp29.600.000
Catatan: Meski SKPKB PT Murni terbit lebih dari dua tahun sejak
berakhirnya tahun pajak terutang, namun besaran bunga yang dikenakan
atas kekurangan tersebut tetap dikalikan 24 bulan atau dua tahun saja karena
hitungan ini merupakan sanksi maksimal.
Bila SKPKB PT Murni terkait penghasilan kena pajaknya terbit pada
tahun 2007, maka perhitungan denda kena pajaknya adalah sebagai berikut:
 Pajak yang kurang dibayar                        Rp20.000.000
 Bunga 12 bulan (12×2%xRp20.000.000)     Rp4.800.000   (+)
 Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp24.800.000

Bayar Denda Pajak Secara Online


Nah, sekarang Anda sudah tau kan bagaimana serba-serbi Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar. Jangan lupa, setelah SKPKB diterbitkan,

11
Anda punya tenggat waktu untuk segera membayar kekurangan
pajak.Untuk mempermudah urusan Anda, saat ini pembayaran denda pajak
sudah bisa dilakukan secara online. Pembayaran bahkan bisa Anda
lakukan melalui telepon genggam Anda dengan menggunakan layanan
PajakPay pada platform transaksi OnlinePajak.
PajakPay adalah sistem cash management (manajemen kas) dari
aplikasi OnlinePajak yang berguna untuk pembayaran pajak
secara online hanya dengan 1 klik. Tak hanya menghemat waktu untuk
menghindari antrian proses administrasi di kantor pajak maupun bank,
PajakPay juga dapat membantu anda menyimpan bukti bayar pajak yang
menurut UU KUP Pasal 28 harus disimpan selama 10 tahun.

2.8 HAK WAJIB PAJAK MENUNDA ATAU MENGANGSUR


PEMBAYARAN PAJAK
Pembayaran utang pajak dengan cara angsuran dan penundaan
merupakan salah satu fasilitas yang diberikan oleh Direktorat Jenderal
Pajak. Tentunya, fasilitas ini diperuntukkan bagi wajib pajak yang
mengalami kesulitan likuiditas atau di luar kuasanya, sehingga tidak mampu
melunasi cost sampai akhir tahun. Artikel ini akan membahas mengenai
ketentuan pembayaran pajak yang dapat ditunda maupun yang dapat
diangsur.
Jenis-jenis pembayaran pajak yang dapat diangsur atau ditunda telah
diatur dalam Ketentuan Menteri Keuangan (KMK) No. 541/KMK.04/2000,
Keputusan Direktur Jenderal Pajak (Kepdirjen) No KEP – 325/PJ/2011,
KMK No. 486/KMK.03/2002, dan Kepdirjen No. KEP – 519/PJ/2002.
1) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 29 : Kekurangan pembayaran pajak yang
terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak
Penghasilan. Masa Pengangsuran pajak paling lama sampai dengan
bulan terakhir tahun pajak berikutnya. Sedangkan, masa penundaan
paling lama 3 bulan sejak akhir batas waktu penyampaian SPT Tahunan.
2) Pajak yang masih harus dibayarkan dalam Surat Tagihan Pajak (STP),
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak

12
Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan atas Permohonan
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi, Putusan Banding
serta Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan bertambahnya
jumlah pajak yang harus dibayarkan. Masa pengangsuran dan
penundaan pembayaran pajak paling lama 12 bulan sejak diterbitkannya
Surat Keputusan Penundaan atau Angsuran Pembayaran Pajak.

Tata Cara Pelaksanaan Angsuran dan Penundaan Pembayaran


Pajak
Pajak yang masih harus dibayar dan dilunasi dalam Surat Tagihan
Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), dan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat Keputusan
Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan
Peninjauan Kembali. Ketentuan ini menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayarkan bertambah, dan wajib dilunasi dalam jangka waktu satu bulan
sejak tanggal diterbitkan.
Pahami Tata Cara Angsuran dan Penundaan Pajak berikut ini bagi
Wajib Pajak yang mengalami kesulitan likuiditas atau mengalami keadaan
di luar kuasanya, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban pajak tepat
waktu.
1) Pengajuan permohonan tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) tempat Wajib Pajak terdaftar untuk mengangsur atau menunda
pajak yang masih harus dibayar atau kekurangan utang pajak.
2) Wajib pajak yang disetujui untuk melakukan angsuran dan penundaan
pembayaran pajak kecuali STP, maka dikenai sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% per bulan. Dihitung sejak jatuh tempo sampai dengan
pembayaran angsuran.
3) Pengajuan permohonan harus secara tertulis paling lama 9 hari kerja
sebelum jatuh tempo pembayaran, disertai dengan alasan dan bukti
pendukung permohonan serta permohonan jumlah pembayaran pajak
untuk ditunda dan diberi jangka waktu penundaan.

13
4) Apabila batas 9 hari tersebut tidak dapat dipenuhi oleh wajib pajak
karena keadaan di luar kuasa. Permohonan Wajib Pajak terus
dipertimbangkan oleh DJP dan wajib pajak dapat membuktikan
kelancaran dan kebenaran.
5) Permohonan diajukan dengan menggunakan formulir sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran I PER – 38/PJ/2008.
6) Wajib Pajak memberikan jaminan yang besarnya ditetapkan oleh Kepala
KPP. Jaminan apabila tidak diperlukan, dapat berupa garansi bank,
surat/dokumen bukti kepemilikan barang bergerak, sertifikat tanah,
penanggungan utang oleh pihak ketiga.
7) Wajib pajak yang mengajukan permohonan dalam waktu melampaui 9
hari kerja sebelum jatuh tempo, wajib memberikan jaminan berupa
garansi bank sebesar utang pajak yang dapat dicairkan sesuai jangka
waktu pengangsuran atau penundaan
Pembayaran pajak secara angsuran dan penundaan, akan
memperpanjang masa hak mendahului utang pajak dan daluwarsa penagihan
pajak.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dalam sistem self assessment wajib pajak harus menghitung,
memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakan
ke kantor pelayanan pajak atau kantor penyuluhan pajak. Pembayaran pajak
dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) dan untuk
pelaporan menggunakan Surat Pemberitahuan (SP).
Tempat pembayaran dan pelaporan Pajak dapat dilakukan dengan
menggunakan fasilitas sistem pembayaran online, dilaksanakan melalui
Teller Bank Persepsi/Devisa Persepsi online atau menggunakan fasilitas alat
transaksi yang disediakan oleh Bank Persepsi/ Devisa Persepsi online.
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan mengangsur atau
menunda utang pajak dengan syarat karena kesulitan likuiditas atau
mengalami keadaan di luar kekuasaannya sehingga Wajib Pajak tidak
mampu memenuhi kewajiban pajak pada waktunya.

3.2 SARAN
Demikian makalah Perpajakan tentang “Konsep Penyetoran atau
Pembayaran Pajak” ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua. Dan kurang lebih dalam penulisan atau penyusunan, mohon
dimaklumi.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://pajakuntuknegeri.wordpress.com/2017/10/28/pembayaran-penyetoran-
pajak/

http://makalah2107.blogspot.com/2016/06/makalah-pembayaran-dan-pelaporan-
pajak.html

https://audiiayu.wordpress.com/2013/04/14/makalah-pembayaran-dan-pelaporan-
pajak/

https://mucglobal.com/id/regulation/get_content/1534/tata-cara-pembayaran-dan-
penyetoran-pajak

https://www.pajak.go.id/id/pembayaran-dan-penyetoran-pajak

https://klikpajak.id/blog/berita-regulasi/ketentuan-angsuran-dan-penundaan-
pembayaran-pajak/

https://elmaliawati.wordpress.com/2015/12/14/surat-ketetapan-pajak/

16

Anda mungkin juga menyukai