Anda di halaman 1dari 19

KEWAJIBAN PELAKU USAHA DALAM PERPAJAKAN SERTA

PUNISMENT BAGI PELAKU USAHA DALAM HAL TIDAK

MELAKSANAKAN PELAPORAN PAJAK PPH SERTA DAMPAK BAGI

USAHA YANG SEDANG DIJALANKAN

OLEH:
DWI YUDHA SAPUTRO
202101171

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM PAINAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan yang Maha Esa karena
berkat, rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.

Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh lapisan yang telah membantu
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami tentang Kewajiban
Pelaku Usaha dalam Perpajakan serta Punisment bagi Pelaku Usaha dalam Hal
tidak Melaksanakan Pelaporan Pajak serta Dampak Bagi Usaha yang sedang
dijalankan.

Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah kami dan untuk menambah pengetahuan dalam mata kuliah tersebut.
Banyak kendala yang kami alami dalam menyusun makalah ini. Namun, itu
semua tidak menyurutkan niat kami untuk menyelesaikan makalah ini. Berkat
adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapakan terima kasih Dosen Mata Kuliah
atas segala bentuk bimbingannya.

Kami telah berupaya menyempurnakan makalah ini, namun Tak ada


sesuatu yang sempurna dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. maka kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh lapisan
teman-teman dan orang lain yang sudi meluangkan waktunya untuk menyimak isi
dari makalah ini.

Sekali lagi, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami sangat berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banten, 21 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.....................................................................................................i

Kata Pengantar................................................................................................... ii

Daftar Isi.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Batasan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................4
D. Kegunaan/Manfaat.........................................................................................4
E. Metode Penulisan...........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................6

A. Definisi Pajak.................................................................................................6

B. Fungsi Pajak...................................................................................................8

C. Jenis Pajak......................................................................................................8

D. Kewajiban Pelaku Usaha dalam Perpajakan.................................................10

E. Punisment dan dampak bagi Pelaku Usaha dalam Hal tidak melaksanakan

Pelaporan Pajak PPH.....................................................................................12

BAB III PENUTUP..........................................................................................14

A. Kesimpulan...................................................................................................14
B. Saran.............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia mempunyai banyak penerimaan dari berbagai sektor

dalam struktur pendapatan negara. Sektor-sektor pendapatan negara tersebut

berasal dari sektor minyak dan gas serta sektor non minyak dan gas misalnya, dari

penerimaan pajak, retribusi, hibah dan lain-lainnya. Salah satu pendapatan

terbesar sektor non minyak dan gas yang dirasakan sangat menunjang guna

penyediaan dan pembangunan yakni pendapatan dari sektor pajak.

Pajak merupakan iuran yang dibayarkan oleh rakyat kepada negara yang

masuk dalam kas negara yang melaksanaannya mengacu pada undang-undang

serta pelaksanaannya dapat dipaksakan tanpa adanya balas jasa. Iuran tersebut

digunakan oleh negara untuk melakukan pembayaran atas kepentingan umum.

Kepedulian dalam membayar pajak akan sulit diwujudkan apabila dalam

pengertian pajak tidak ada unsur dapat dipaksakan. Unsur ini memberikan

pemahaman bahwa masyarakat dituntut membayar pajak secara sukarela dan

penuh kesadaran sebagai warga negara yang baik.1

Menurut data yang diperoleh dari Kemenkeu pada tahun 2019 menyatakan

bahwa usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia ikut berperan

penting dalam pembangunan ekonomi nasional terutama di bidang perpajakan, hal

ini dibuktikan dengan UMKM memegang 65% dari sisi jumlah pelaku usaha
1
Luh Putu Santi Krisna Dewi Dan Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati, “Pengaruh Kesadaran
Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan, E-Filing, Dan Tax Amnesty Terhadap Kepatuhan Pelaporan
Wajib Pajak”, 2018, hlm. 1626-1627

1
dalam perekonomian.2 Pelaku UMKM yang sudah membayar pajak sangat sedikit

apabila dibandingkan dengan jumlah UMKM yang ada di Indonesia. Menurut

data yang dimiliki Kemenkeu total UMKM yang ada di Indonesia sebanyak 60

juta, dari total tersebut tercatat sebanyak 2 juta pelaku UMKM yang sudah

membayar pajak, sedangkan masih terdapat 58 juta pelaku UMKM belum

membayar pajak.3

Kewajiban pelaku usaha dalam perpajakan menjadi alasan mengapa masih

kurangnya angka pembayaran pajak yang dilakukan oleh para Pelaku Usaha.

Wajib pajak yang patuh merupakan keadaan wajib pajak yang paham dan

mengerti, berusaha serta melaksanakan seluruh kewajiban perpajakan sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelaku usaha yang tidak menyadari

kewajibannya untuk membayar pajak menjadi masalah penting dalam dunia

perpajakan karena dengan terjadinya hal tersebut dapat menimbulkan perilaku

menyimpang dan berbagai tindak penyelundupan. Oleh karena itu, setiap pelaku

usaha harus sadar akan kewajibannya dalam melaksanakan perpajakan dalam

menjalankan usahanya.

Penerapan sistem pemungutan pajak dari official assessment system

menjadi self assessment system telah diterapkan sejak reformasi perpajakan pada

tahun 1984. Self assessment adalah system pemungutan pajak yang memberikan

wewenang kepada wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan

sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang menurut undang-undang.4 Terdapat


2
Sukarno, “kemenkeu 2019, APBN 2019”, 2020, https//kemenkeu.go.id.
3
Aprilia citra utami,”pengaruh kesadaran wajib pajak dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi”, 2020, hlm. 1.
4
Luh Putu Santi Krisna Dewi Dan Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati, Op.Cit hlm. 1628-1629

2
dua jenis faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak yaitu faktor internal

dan faktor eksternal.5 Faktor internal adalah faktor dari dalam diri wajib pajak

yang memengaruhi kepatuhan antara lain, kesadaran wajib pajak dan sanksi

perpajakan. Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri wajib pajak antara lain,

lingkungan dan situasi disekitar wajib pajak.6

Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada

orang yang melanggar peraturan. Peraturan atau undang-undang merupakan

rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang harus

dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.7 Dalam undang-undang

nomor 28 tahun 2007 tentang ketentuan umun dan tata cara perpajakan disebutkan

bahwa ada dua macam sanksi, yaitu sanksi administrasi berupa denda dan bunga,

dan sanksi pidana yaitu berupa kurungan dan penjara.8

Berdasarkan uraian di atas akan dikaji lebih lanjut mengenai Kewajiban

Pelaku Usaha dalam Perpajakan serta Punisment bagi Pelaku Usaha dalam hal

tidak melaksanakan Pelaporan Pajak PPH serta dampak bagi Usaha yang

dijalankan.

B. Batasan Masalah

5
Cindy Jotopurnomo Dan Yenni Mangoting “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas
Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan, Lingkungan Wajib Pajak Berada Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi Di Surabaya”, 2013, hlm. 50
6
Aprilia Citra Utami, Op.Cit. hlm. 3
7
Eko yudi setiawan, “pengaruh kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi perpajakan
terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM dalam pelaporan kewajiban perpajakan”, 2015, hlm. 29-
30
8
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umun dan Tata Cara Perpajakan

3
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan
beberapa batasan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Kewajiban Pelaku Usaha dalam Perpajakan?


2. Bagaimana Punisment bagi Pelaku Usaha dalam Hal tidak melaksanakan
Pelaporan Pajak PPH?
3. Bagaimana Dampak bagi Usaha yang sedang dijalankan dalam hal tidak
Melaksanakan Pelaporan Pajak PPH?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami


lebih mendalam tentang:

1. Kewajiban Pelaku Usaha dalam Perpajakan


2. Punisment bagi Pelaku Usaha dalam Hal tidak melaksanakan Pelaporan Pajak
PPH
3. Dampak bagi Usaha yang sedang dijalankan dalam hal tidak Melaksanakan
Pelaporan Pajak PPH

D. Kegunaan/Manfaat

Berdasarkan tujuan penulisan yang telah dirumuskan, maka diharapkan

dalam tulisan ini dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Secara akademis, tulisan ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi

seluruh lapisan masyarakat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Painan

terkhususnya diri pribadi penulis dan tulisan ini diharapkan dapat berguna dan

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dibidang Ilmu Hukum.

2. Secara Praktis, Sebagai tolak ukur dan referensi dalam studi Ilmu Hukum

menyangkut hukum perpajakan.

4
E. Metode Penulisan

Dalam menyusun sebuah makalah dibutuhkan adanya metode penulisan

yang tepat dan benar yang diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan, yakni sebelum menulis sebuah makalah Pemilihan topik

yang tepat harus diutamakan agar makalah yang akan dibuat jelas

penyusunannya.

2. Tahap Penulisan Draft, yakni buatlah tulisan kasar ke dalam setiap susunan

makalah.

3. Tahap Revisi, yakni pemeriksaan ide penelitian, apakah sudah sesuai topik

dan tujuan, atau melewati batas pembahasan atau tidak.

4. Tahap Penyuntungan.

5. Tahap Publikasi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pajak

Dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang nomor 28 perubahan ketiga atas

Undang-Undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan tentang tata cara

perpajakan (selanjutnya disebutkan dengan UU KUP 2007), pajak disefinisikan

sebagai kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.9

Definisi pajak juga dikemukakan oleh beberapa ahli yang berpendapat

sebagai berikut:10

1. Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemiro, SH

Pajak merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-

undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang dipergunakan untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran umum. “pajak adalah peralihan

kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran

rutin dan surplusnya digunakan public saving yang merupakan sumber utama

untuk membiayai public invesment”.

9
Haula Rosdiana Dan Edi Slamet, Pengantar Ilmu Pajak, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 1
10
Siti resmi, perpajakan: teori dan kasus, (Jakarta: selemba empat, 2014), hlm. 1

6
2. Pengertian Pajak Menurut S. I. Djayadiningrat

Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan

ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang

memberi kedudukan tertentu, tetapi tetapi bukan sebagai hukuman, menurut

peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada

jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara

kesejahteraan secara umum.

3. Pengertian Pajak Menurut Dr. N.J. Feldmann

Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang

kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum),

tanpa adanya kontraprestasi dan sematamata digunakan untuk menutup

pengeluaran-pengeluaran umum.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Pajak

merupakan suatu kewajiban yang dimiliki oleh seluruh warga negara dalam

menyerahkan sebagian kekayaannya pada kas negara dikarenakan suatu kejadian

atau perbuatan tertentu yang bersifat bukan sebagai suatu hukuman melainkan

dalam peran warga negara mendukung Pemerintah dalam memelihara

kesejahteraan umum.

7
B. Fungsi Pajak

Pajak merupakan iuran rakyat untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

negara untuk kepentingan umum. Fungsi pajak antara lain:11

1. Fungsi Pendanaan (Budgetair)

Fungsi pendanaan yaitu pajak berfungsi sebagai penerimaan dan

sumber utama kas negara. Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang

diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Hal ini

ditujukan dengan dimasukkannya pajak dalam Anggaran Pendapatan Dan

Belanja Negara (APBN).

2. Fungsi Mengatur (Regulair)

Fungsi Mengatur (Regulair) yaitu fungsi pajak sebagai alat untuk

mengatur/ melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi. Contoh:

PPnBM, Pajak Ekspor 0% dan lain-lain.

C. Jenis Pajak

Jenis pajak dapat dikelompokkan menjadi tiga yakni golongan, sifat dan

lembaga pemungutnya.12

11
Valentina Sri Dan Suryo Aji, Perpajakan Indonesia, (Yogyakarta: UUP AMP YKPN,2003),
hlm. 4
12
Theresia Damayanti Suparmono, Perpajakan Indonesia : Mekanisme Dan Perhitungan,
(Yogyakarta: Printed Media, 2005), hlm.3

8
1. Jenis pajak berdasarkan golongannya:

a. Pajak Langsung

Pajak langsung adalah pajak yang langsung ditanggung oleh wajib

pajak dan pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain.

Contoh pajak langsung adalah: Pajak Penghasilan(PPh), Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB).

b. Pajak Tidak Langsung

Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembayarannya dapat

dialihkan kepada pihak lain. Contoh pajak tidak langsung adalah: Pajak

Penambah Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn-BM).

2. Jenis pajak berdasarkan sifatnya:

a. Pajak Subjektif

Pajak Subjektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi keadaan

wajib pajak. Contoh pajak subjektif adalah: Pajak Penghasilan (PPh).

b. Pajak Objektif

Pajak objektif adalah pajak yang dinilai berdasarkan

objektifitasnya dan tanpa memperhatikan keadaan diri seorang wajib

pajak. Contoh pajak objektif adalah : Pajak Penambah Nilai (PPN), Pajak

Bumi Dan Bangunan (PBB).

9
3. Jenis pajak berdasarkan lembaga pemungutnya:

a. Pajak Negara

Pajak negara adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat

yang merupakan sumber penerimaan negara. Contoh pajak negara: Pajak

Penghasilan (PPh), Pajak Penambah Nilai (PPN), Bea Materai, dan Pajak

Bumi Dan Bangunan (PBB).

b. Pajak daerah

Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah,

baik provinsi maupun kabupaten/kota. Barang Mewah (PPn-BM).

D. Kewajiban Pelaku Usaha dalam Perpajakan

Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 2 Wajib

Pajak didefinisikan Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi

pembayaran pajak, pemotong pajak, dan pemungutan pajak yang mempunyai hak

dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

perpajakan.13

Sedangkan Hak wajib pajak Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun

2007 Hak Wajib Pajak adalah:14

1. Melaporkan beberapa masa pajak dalam 1 (satu) Surat Pemberitahuan Masa

(SPT)

13
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umun dan Tata Cara Perpajakan
14
Siti Resmi, Perpajakan, (Jakarta selatan, Salemba Empat,2019) hlm. 7-8

10
2. Mengajukan surat keberatan dan banding bagi Wajib Pajak dan kriteria

tertentu

3. Memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan

Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara

menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain kepada

Direktorat Jenderal Pajak

4. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak

5. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak

6. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atau Surat

Keputusan keberatan.

7. Mengajukan keberatan kepada Direktorat Jenderal Pajak atas Surat

Keputusan Keberatan

8. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atas Surat

Keputusan Keberatan

9. Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa untuk menjalankan hak dan

memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan

10. Memperoleh pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa

bunga atau keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak.

Kesadaran wajib pajak merupakan kondisi wajib pajak yang mengetahui,

memahami, dan mengerti tentang kewajiban perpajakan dapat berupa pelaporan

11
pajak dan penyetoran pajak secara mandiri sebagai bentuk usaha penerapan

peraturan pajak yang baik.15

Wajib pajak yang memiliki kemauan untuk mengisi dan melaporkan SPT

merupakan salah satu sikap sadar yang ada dalam diri wajib pajak. Wajib pajak

dikatakan sadar apabila:16

1. Mengetahui ketentuan undang-undang perpajakan

2. Mengetahui dan memahami fungsi pajak dalam pembayaran negara.

3. Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai ketentuan

yang berlaku

4. Memahami fungsi pajak untuk pembiayaan negara

5. Menghitung, membayar, dan melaporkan pajak secara sukarela

6. Menghitung, membayar dan melaporkan pajak secara benar.

Dalam membayar pajak, kesadaran wajib pajak Pelaku Usaha sangat

dibutuhkan karena dengan patuhnya Pelaku Usaha terhadap kewajiban tersebut

maka tercipta keteraturan dalam pengelolaan keuangan usahanya.

E. Punisment dan Dampak bagi Pelaku Usaha dalam Hal tidak melaksanakan

Pelaporan Pajak PPH

Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan perturan

perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/dipatuhi,

15
B. Maghriby Dan Ramdani. D., “ Pengaruh Dan Kesadaran Diri Wajib Pajak Dan Pengetahuan
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Entitas Usaha Kecil (UMKM)”, 2020, hlm. 290
16
Ni Ketut Muliari Dan Putu Ery Setiawan, “Pengaruh Pengaruh Presepsi Tentang Sanksi
Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Di KPP
Denpasar Timur”, 2011, hlm. 4-5

12
dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar

wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.17

Adapun jenis-jenis sanksi perpajakan berdasarkan ketentuan umum tata

cara perpajakan adalah undang-undang No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah

diubah terakhir dengan undang-undang No. 16 Tahun 2009 sebagai berikut:18

1. Sanksi administrasi

Sanksi Administrasi merupakan pembayaran kerugian kepada negara,

khususnya yang berupa bunga dan kenaikan. Menurut ketentuan dalam

undang-undang perpajakan ada 3 macam sanksi adminiatrasi, yaitu berupa

denda, bunga dan kenaikan.

2. Sanksi pidana

Sanksi Pidana merupakan siksaan atau penderitaanm. Merupakan

suatu alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus norma

perpajakan dipatuhi.

Berdasarkan sanksi atau punisment yang telah dipaparkan di atas dapat

disimpulkan bahwa Pelaku Usaha yang tidak melaksanakan palporan Pajak PPH

akan mendapatkan dampak berupa dikenakan sanksi baik secara administrasi

maupun secara pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang

Perpajakan.

17
Mardiasmo, Perpajakan (Yogyakarta: Andi, 2011), hlm. 47
18
K. Nasution, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan, Kewajiban Moral
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama lubuk pakam”, 2019, hlm. 11

13
14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pajak merupakan suatu kewajiban yang dimiliki oleh seluruh warga negara

dalam menyerahkan sebagian kekayaannya pada kas negara dikarenakan suatu

kejadian atau perbuatan tertentu yang bersifat bukan sebagai suatu hukuman

melainkan dalam peran warga negara mendukung Pemerintah dalam memelihara

kesejahteraan umum.

Dalam membayar pajak, kesadaran wajib pajak Pelaku Usaha sangat

dibutuhkan karena dengan patuhnya Pelaku Usaha terhadap kewajiban tersebut

maka tercipta keteraturan dalam pengelolaan keuangan usahanya.

Pelaku Usaha yang tidak melaksanakan palporan Pajak PPH akan

mendapatkan dampak berupa dikenakan sanksi baik secara administrasi maupun

secara pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan.

B. Saran

Dalam meningkatkan perekonomian dan menjadikan setiap pelaku usaha

sadar akan kewajibannya untuk membayar Pajak PPH, maka sangat penting untuk

memberikan edukasi kepada seluruh pelaku usaha terkhusus pelaku UMKM

sehingga taat dan sadar akan kewajibannya untuk membayar Pajak.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Luh Putu Santi Krisna Dan Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati. (2018). Pengaruh
Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan, E-Filing, Dan Tax Amnesty
Terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak.
Jotopurnomo, Cindy Dan Yenni Mangoting. (2013). Pengaruh Kesadaran Wajib
Pajak, Kualitas Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan, Lingkungan
Wajib Pajak Berada Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Di Surabaya.
Maghriby, B. dan Ramdani. D. (2020). Pengaruh Dan Kesadaran Diri Wajib
Pajak Dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Entitas Usaha Kecil (UMKM).
Mardiasmo. (2011). Perpajakan. Yogyakarta: Andi.
Muliari, Ni Ketut dan Putu Ery Setiawan. (2011). Pengaruh Pengaruh Presepsi
Tentang Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Pada
Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Di KPP Denpasar Timur.
Nasution, K. (2019). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan,
Kewajiban Moral Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di
KPP Pratama lubuk pakam.
Resmi, Siti. (2014) Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Selemba Empat.
Resmi, Siti. (2019). Perpajakan. Jakarta Selatan: Salemba Empat.
Rosdiana, Haula Dan Edi Slamet. (2011). Pengantar Ilmu Pajak. Jakarta:
Rajawali Pers.
Setiawan, Eko Yudi. (2015). Pengaruh kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus,
dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM dalam
pelaporan kewajiban perpajakan.
Sri, Valentina Dan Suryo Aji. (2003). Perpajakan Indonesia. Yogyakarta: UUP
AMP YKPN.
Sukarno. (2020). kemenkeu 2019, APBN 2019. https//kemenkeu.go.id.
Suparmono, Theresia Damayanti. (2005). Perpajakan Indonesia: Mekanisme Dan
Perhitungan.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umun dan Tata Cara
Perpajakan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umun dan Tata Cara
Perpajakan
Utami, Aprilia Citra. (2020). Pengaruh kesadaran wajib pajak dan sanksi
perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

16

Anda mungkin juga menyukai