Perpajakan
Sistem Pemungutan Pajak yang Efisien
Oleh:
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya penulis bisa
menyelesaikan laporan makalah Perpajakan “Sistem Pemungutan Pajak Yang Efisien”
Laporan makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perpajakan yang
mana merupakan tugas Individu dari salah satu komponen yang harus dipenuhi pada
perkuliahan semester II di Universitas STIE Satya Dharma Singaraja.
Penyusun menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini penyusun menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penyusun telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar. Dari
tahun ke tahun pajak juga menjadi perbincangan dari pemerintah sendiri karena dari
realisasi penerimaan yang kurang dari target yang sudah direncanakan oleh Menteri
Keuangan. Oleh karena itu perlu adanya perhatian yang khusus dari semua kalangan
baik dari Menteri Keuangan, Direktorat Jendral Pajak, maupun masyarakat itu sendiri.
Pajak menempati posisi terpenting di sebagian besar negara berkembang
karena pajak merupakan sumber utama penerimaan negara.Tanpa pajak, sebagian
besar kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan.Penggunaaan uang pajak meliputi
mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan.
Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman
bagi seluruh lapisan masyarakat.Setiap warga negara mulai saat dilahirkan sampai
dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas dari pemerintah yang semuanya dibiayai
dengan uang yang berasal dari pajak. Dengan demikian jelas bahwa peranan
penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang
jalannya roda pemerintah dan pembiayaan pembangunan.
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam
Penulisan ini adalah :
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini sebagai berikut
1
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu
Bagi penulis
Bagi pembaca
2
BAB II
PENDAHULUAN
3
milisi/wajib militer. Dengan demikian Negara dibenarkan membebani warganya, sementara
bagi rakyat, membayar pajak merupakan suatu yang menunjukkan adanya bakti kepada
Negara.
4. Teori Daya Pikul
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya,artinya pajak harus dibayar sesuai
dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan 2
pendekatakan yaitu:
a.Unsur obyektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh
seseorang.
b. Unsur subyektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materil yang harus dipenuhi.
5. Teori Asas Daya Beli
Dalam teori ini dikemukakan bahwa pajak dipungut atas dasar kepentingan masyarakat
secara keseluruhan. Menurut teori ini pajak hakikatnya adalah memungut daya beli dari
masyarakat selanjutnya negara akan menyalurkannya kembali kemasyarakat dalam bentuk
pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Tujuannya adalah mengatur kehidupan masyarakat
dan membawanya kearah tertentu.Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih
diutamakan.
6. Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Pancasila mengandung sifat kekeluargaan dan gotong royong. Gotong royong lain daripada
tolong menolong. Gotong royong adalah usaha yang dilakukan secara bersama,tanpa diberi
imbalan,yang ditujukan untuk kepentingan umum atau kepentingan bersama,seperti membuat
jalan umum,menjaga keamanan daerah, dan sebagainya. Tolong menolong yang juga
merupakan kepribadian bangsa Indonesia, ialah secara sukarela dan ikhlas melakukan
usaha/pekerjaan untuk orang lain yang sifatnya individual tanpa mengharapkan suatu imbalan
dari orang lain yang dibantu.
Pajak adalah salah satu bentuk gotong royong yang tidak perlu diisyaratkan,melainkan sudah
hidup dalam masyarakat Indonesia yang hanya perlu dikembangkan lebih lanjut.
Kekeluargaan yang juga merupakan sifat pancasila, mengandung arti bahwa setiap anggota
keluarga berdasarkan hakikat kekeluargaan mempunyai kewajiban untuk ikut membantu,
mempertahankan, melangsungkan hidup keluarga, dan menjaga nama baik keluarga tanpa
mendapatkan suatu imbalan, melainkan hanya melakukan pengorbanan saja.
4
Pembayaran pajak dalam rangka pemikiran ini merupakan sesuatu yang tidak sukar diberikan
pembenarannya. Gotong royong/pajak tidak lain daripada pengorbanan setiap anggota
keluarga (anggota masyarakat) untuk kepentingan keluarga (bersama) tanpa mendapatkan
imbalan. Jadi berdasarkan pancasila, pumungutan pajak dapat dibenarkan karena pembayaran
pajak dipandang sebagai uang yang tidak keluar dari lingkungan masyarakat tempat wajib
pajak hidup. Jadi, akhirnya untuk diri sendiri, untuk kesejahteraan sendiri,untuk masyarakat
sendiri.
7. Teori Pembangunan
Untuk Indonesia pembenaran pemungutan pajak adalah untuk pembangunan. Dalam kata
pembangunan terkandung pengertian tentang masyarakat yang adil, makmur, sejahtera lahir
batin, yang jika dirinci lebih lannjut akan meliputi semua bidang dan aspek kehidupan seperti
ekonomi, hukum,pendidikan sosial budaya dan seterusnya.
Karena dana yang dipungut yang berasal dari pajak dipergunakan untuk pembangunan yang
membuat rakyat menjadi lebih adil, lebih makmur dan lebih sejahtera, maka disinilah letak
pembenarannya. Pajak dipergunakan untuk pembangunan, sehingga dapatlah dikatakan
adanya suatu teori pembangunan disamping teori daya beli dan teori lainnya.
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib
pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam
maupun luar negeri. Setiap wajib pajak yang berdomisili atau bertempat tinggal di wilayah
indonesia (Wajib Pajak Dalam Negeri) dikenakan pajak atas seluruh penghasilan yang
diperolehnya baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia.
5
2. Asas Sumber (Negara asal)
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang
bersumber diwilayahnya tanpa memerhatikan tempat tinggal Wajib Pajak. Setiap orang yang
memperoleh penghasilan dari Indonesia dikenakan pajak atas penghasilan yang diperolehnya
tadi.
3. Asas Kebangsaan
Asas menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.
Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan atas setiap orang asing yang bukan
berkebangsaan indonesia tetapi bertempat tinggal di Indonesia.
1. Asas Yuridis
menurut asas ini hukum pajak harus dapat memberikan jaminan hukum yang perlu untuk
menyatakan keadilan yang tegas, baik untuk Negara maupun warganya.Asas ini
mengemukakan supaya pemungutan pajak harus didasarkan pada undang-undang. Untuk
Indonesia hal ini sesuai dengan delapan kata yang tercantum dalam pasal 23 ayat 2 UUD
1945 yang berbunyi “segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang”.
Dengan kata lain, hukum pajak harus dapat memberikan jaminan hukum bagi tercapainya
keadilan dan jaminan ini diberikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan didalam
pemungutan pajak, yakni pihak fiskus dan wajub pajak.
2. Asas Ekonomis
Dalam hal ini perlu di ingat bahwa pajak disamping mempunyai fungsi budgeter juga
mempunyai fungsi mengatur, apabila pemungutan pajak kepada masyarakat hanya
ditekankan semata-mata pada fungsi budgeter dengan menekankan jumlah yang optimal
tanpa memperhatikan keadaan masyarakat, sisi keadilan dan kesanggupan masyarakat, tentu
hal tersebut akan sangat memberatkan masyarakat. Yang kemudian secara ekonomis akan
menyulitkan pelaksanaan pemungutan pajak.
6
Asas ini menekankan supaya pemungutan pajak jangan sampai menghalang-halangi produksi
dan perekonomian rakyat, jangan sampai menghalang-halangi rakyat dalam usahanya
mencapai kebahagian dan jangan sampai merugikan kepentingan umum.
3. Asas Finansial
Asas ini menekankan supaya biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memungut pajak haruslah
jauh lebih rendah daripada jumlah pajak yang terpungut.
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, terlebih dahulu harus
memenuhi syarat - syarat pemungutan pajak, sebagai berikut
1. Syarat Pemungutan Pajak harus Adil (Syarat Pajak Keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum yaitu mencapai keadilan, maka dalam undang-undang dan
pelaksanaan pemungutan pajak harus adil. Adil dalam perundang-undangan yaitu
mengenakan pajak secara umum dan merata, hal ini disesuaikan dengan kemampuan masing-
masing. Sedangkan adil dalam pelaksanaan yaitu dengan memberikan hak bagi si wajib pajak
untuk mengajukan keberatan pembayaran, penundaan pembayaran dan mengajukan banding
kepada Majelis Pertimbangan Pajak.
2. Syarat Pemungutan Pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Pajak Yuridis)
Syarat pemungutan pajak harus didasarkan pada undang-undang, oleh karenanya di Indonesia
dimuar dalam UUD 1945. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan,
baik itu bagi negara maupun warga negara.
3. Syarat Pemungutan Pajak tidak Menggangu Perekonomian (Syarat Pajak Ekonomis)
Salah satu syarat pemungutan pajak ialah tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan
produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian
masyarakat.
4. Syarat Pemungutan Pajak harus Efisien (Syarat Pajak Finansial)
7
Syarat pemungutan pajak salah satunya yaitu harus efisien sesuai dengan fungsi budgetair,
biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil
pemungutannya.
5. Syarat Pemungutan Pajak sistemnya harus sederhana
Salah satu dari Syarat pemungutan pajak yaitu sistem pemungutannya harus sederhana,
sehingga memudahkan dan mendorong masyarakan dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya. Syarat pemungutan pajak ini dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang
baru.
Bebicara mengenai tata cara pemungutan pajak, maka akan kita bahas secara sederhana.
Dalam tata cara pemungutan pajak harus diperhatikan tiga garis besar, yaitu :
1. Stelsel Pajak
Tata cara pemungutan pajak yaitu dapat dilakukan berdasarkan pada 3 stelsel pajak :
a. Stelsel pajak nyata
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga pemungutan
pajak baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah diketahui penghasilan yang
sesungguhnya. Stelsel nyata mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kebaikan stelsel nyata
ini ialah pajak yang dikenakan lebih realistis, sedangkan kelemahan stelsel pajak ini adalah
pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan sesungguhnya telah
diketahui).
b. Stelsel pajak anggapan
Pengenaan pajak yang didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang.
Contohnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada
waktu awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun
pajak berjalan. Kebaikan stelsel pajak anggapan ialah pajak dapat dibayar selama tahun
berjalan, tanpa harus menunggu akhir tahun. Kelemahan stelsel pajak anggapan adalah pajak
yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.
c. Stelsel pajak campuran
Pengenaan pajak campuran ini merupakan kombinasi antara stelsel pajak nyata dengan stelsel
pajak anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan,
8
kemudian pada akhir tahun bersarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.
Jika besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari pada pajak menurut anggapan, maka
si wajib pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta
kembali.
ciri-cirinya :
1) Wewenang untuk menentukan berapa besar pajak terutang yang ada pada fiskus.
2) Wajib pajak bersifat pasif.
3) Utang pajak akan timbul pada saat dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.
9
1) wewengan untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri
2) dalam hal ini wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri
pajak yang terutang.
3) fiskus tidak ikut campur, akan tetapi hanya mengawasi.
ciri-cirinya wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga,
pihak selain fiskus dan wajib pajak.
Dalam tata cara pemungutan pajak, pemungutan pajak dilarang diborongkan. Setiap wajib
pajak membayar pajak yang terutang berdasarkan surat ketetapan pajak atau dibayar sendiri
oleh wajib pajak berdasarkan peraturan perundang-undanga perpajakan. Wajibpajak yang
memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan Kepala Daerah dibayar dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah
Kurang Bayar (SKPDKB) dan/atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan
(SKPDKBT).
10
Ciri- ciri Self Assessment System :
a) Penentuan atas besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri
b) Wajib pajak memiliki peran aktif dalam memenuhi dan menuntaskan kewajiban
perpajakan mulai dari menghitung, membayar hingga melapor pajak
c) Pemerintah tidak perlu lagi mengeluarkan surat ketetapan pajak. Pengecualiannya
yaitu apabila wajib pajak telat lapor, telat mebayar pajak terutang atau terdapat pajak
yang seharusnya wajib pajak bayarkan namun tidak dibayarkan.
Dalam sistem ini, petugas pajak sepenuhnya memiliki inisiatif dalam menghitung dan
memungut pajak. Penerapan sistem ini ditujukan kepada masyarakat selaku wajib pajak, yang
dinilai belum mampu untuk diberikan tanggung jawab dalam menghitung serta menetapkan
pajak. Sistem ini diterapkan dalam pelunasan pajak bumi dan bangunan (PBB) atau jenis-
jenis pajak daerah lainnya.
Ciri-ciri Official Assessment System
a) Sifat wajib pajak pasif dalam perhitungan pajak karena besaran pajak terutang
dihitung oleh petugas pajak ( Fiskus) yang dipilih dalam pengelolaan pajak
b) Pajak terutang timbul setelah petugas pajak menghitung pajak yang terutang dengan
diterbitkannya surat ketetapan pajak
c) Pemerintah mempunyai hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang wajib
dibayarkan oleh wajib pajak.
3. Withholding System
Ciri dari sistem pajak ini adalah pihak ketiga memiliki wewenang dalam menetukan berapa
besar pajak yang harus dibayar. Besarnya pajak pada withholding system dihitung oleh pihak
ketiga bukan wajib pajak dan bukan aparat pajak atau fiskus. Sistem ini disebut juga dengan
jenis pajak potong pungut dan dinilai adil bagi masyarakat.
11
Contoh penerapan sistem ini adalah pemotongan penghasilan karyawan yang dilakukan oleh
bendahara instansi terkait oleh karena itu karyawan tidak perlu lagi mendatangi kantor
pelayanan pajak untuk membayarkan pajak terutang tersebut.
Pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai adalah jenis- jenis pengenaan pajak
yang diterapkan menggunakan withholding system. Bukti potong atau bukti pungut sebagai
bukti yang diterbitkan atas pelunasan pajak dengan menggunakan sistem pemungutan
perpajakan ini.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di sebut asas rechtsfilosofis Karena asas ini mencari dasar pembenar terhadap pengenaan
pajak oleh Negara. Ada beberapa teori tentang pemungutan pajak yaitu : teori asuransi, teori
kepentingan, teori kewajiban pajak mutlak, teori daya beli, teori pembenaran pajak menurut
pancasila, dan teori daya pikul.
Sedangkan tata cara pemungutan pajak yaitu pengenaan pajak didasarkan pada objek
(penghasilan yang nyata), sehingga pemungutan pajak baru dapat dilakukan pada akhir tahun
pajak, yaitu setelah diketahui penghasilan yang sesungguhnya. Stelsel nyata mempunyai
kelebihan dan kekurangan, Pengenaan pajak yang didasarkan pada suatu anggapan yang
diatur oleh undang-undang. Pengenaan pajak campuran ini merupakan kombinasi antara
stelsel pajak nyata dengan stelsel pajak anggapan
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita dan bagi pemakalah serta dapat memperluas
ilmu dan wawasan Perpajakan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, 2011. Perpajakan (Edisi Revisi Tahun 2011). Penerbit CV Andi offset :
Yogyakarta.
Safri Nurmantu, Pengantar Perpajakan, (Jakarta: Granit, 2003),
Rochmat Soemitro, 1986. Hukum Pajak Internasional Indonesia : Perkembangan dan
Pengaruhnya, PT. Eresco Bandung,
Siti Resmi,Perpajakan:Teori dan Kasus,(Jakarta:Salemba Empat,2009).
Bohari, 1995, Pengantar Singkat Hukum Pajak, P.T. Rajawali Persada, Jakarta
https://www.google.com/amp/s/www.cermati.com/artikel/amp/pengertian-pajakfungsi-dan-
jenis-jenisnya https://klikpajak.id/en/blog/lapor-pajak/3-sistem-pemungutan-pajak-di-
indonesia/
14