Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha
Esa, karena dengan pertolonganNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“SUBJEK PAJAK DAN OBJEK PAJAK” Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami
alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari, dalam penulisan makalah ini tentunya terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik dari pembaca untuk memperbaiki kekurangan dalam makalah ini, sangat kami
harapkan. Tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulisan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna
bagi kita bersama.
2
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR............................................................................................... 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 6
2.1 Subjek Pajak ................................................................................................... 6
2.1.1 Pengertian Subjek Pajak ......................................................................... 6
2.1.2 Subjek Pajak Menurut Undang-Undang PPh ......................................... 6
2.1.3 Jenis Subjek Pajak .................................................................................. 8
2.1.4 Yang tidak termasuk subjek pajak .......................................................... 9
2.1.5 Saat Mulai dan Berakhirnya Kewajiban Pajak Subjektif ....................... 10
2.2 Objek Pajak .................................................................................................... 14
2.2.1. Pengertian Objek Pajak .......................................................................... 14
2.2.2. Macam – macam Objek Pajak ............................................................... 14
2.2.3. Yang Bukan termasuk Objek Pajak ....................................................... 19
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 21
3.2 Saran ............................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 22
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Pajak mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan bernegara, khususnya
didalam pembangunan karena pajak merupakan sumber penghasilan negara untuk
membiayai semua pengeluaran, termasuk pengeluaran pembangunan. Sistem pemungutan
pajak di indonesia adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberikan
kepercayaan untuk memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri atas pajak yang
terhutang terhadap negara. Disamping cara Self Assessment System terdapat cara lain yaitu
sistem pemotongan (withholding system). Withholding System merupakan cara yang paling
mudah yang dilakukan pemerintah untuk memungut pajak, yaitu dengan cara mewajibkan
wajib pajak untuk melakukan pungutan dan pemungutan pajaknya oleh pihak lain. Dengan
cara ini maka pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk memungut
pajak.
Dalam pemungutan pajak subjek dan objek pajak harus jelas. Oleh karena itu harus
dikelola dengan baik dan benar sehingga data wajib pajak sesuai. Selain itu, tarif pajak harus
ditentukan berdasarkan ketentuan yang berlaku saat itu. Dengan demikian para wajib pajak
dapat rutin dan patuh membayar pajak. Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan
lainnya yang telah memenuhi syarat-syarat subjektif, yaitu bertempat tinggal atau
berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak baru menjadi wajib pajak bila telah memenuhi
syarat-syarat obyektif. Objek pajak adalah apa yang dikenakan pajak. Mengingat penting
dan strategisnya objek pajak karena menyangkut apa yang dikenakan atau tidak
dikenakannya pajak atas objek dimaksud, sehingga dalam UU perpajakan kita selalu dengan
tegas dinyatakan apa yang menjadi objek setiap jenis pajak.
1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui maksud subjek dan bagian bagian subjek pajak.
2. Agar mengetahui apa saja yang ada di objek pajak.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi syarat-syarat
subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak baru
menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syarat-syarat obyektif.
Subjek pajak tidak identik dengan subjek hukum, oleh karena itu untuk menjadi subjek
pajak tidak perlu menjadi subjek hukum. Sehingga firma, perkumpulan, warisan yang
belum terbagi sebagai satu kesatuan dapat menjadi subjek pajak. Demikian juga orang gila,
anak yang masih di bawah umur dapat menjadi subjek atau wajib pajak, tetapi untuk
mereka perlu ditunjuk orang atau wali yang dapat dipertanggungjawabkan untuk
memenuhi kewajiban-kewajibannya.
Dari segi ekonomi penghasilan pada umumnya timbul karena adanya tindakan ekonomi.
Namun, dari segi undang-undang PPh memiliki arti yang lebih luas. Yang disebut subyek
pajak dalam hal ini adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh
penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan pajak penghasilan. Menurut pasal 2
Undang-undang PPh No. 36 tahun 2008, merupakan perubahan ke empat dari Undang-
undang PPh No. 7 tahun 1983, yang menjadi subyek pajak adalah:
1. Orang pribadi. Kedudukan orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat
tinggal di Indonesia maupun luar Indonesia.
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak
Dalam hal ini warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek
pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.
6
3. Badan
Badan yang sebagai objek pajak meliputi badan usaha ataupun non usaha. Badan
sebagai subjek tidak semata mata yang bergerak dalam usaha mencari keuntungan
namun juga bergerak di bidang social, kemasyarakatan dan sebagainya, sepanjang
pendiriannya dikukuhkan dengan akta pendirian oleh yang berwenang. Badan
sebagai subjek pajak yakni: Perseroan terbatas, perseroan komanditer, BUMN atau
BUMD dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perseroan atau
perkumpulan, firma, kongsi, perkumpulan koperasi, Yayasan, Lembaga, dana
pension,bentuk usaha tetap dan bentuk usaha lainnya.
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan usaha di Indonesia, dapat berupa:
a. Tempat kedudukan manajemen
b. Cabang perusahaan
c. Kantor perwakilan
d. GedungKantor
e. Pabrik
f. Bengkel
g. Gudang
h. Ruang untuk promosi dan penjualan
i. Pertambangan dan penggalian sumber alam
j. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi
k. Perikanan, peternakan, perkebunan, atau kehutanan
l. Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan
m. Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain,
sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan
7
n. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak
bebas
o. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggungresikodi Indonesia
p. Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa,
atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan
kegiatan usaha melalui internet.
Dalam undang – undang Pph, subjek pajak Pph terdiri dari 2 jenis dan dapat diuraikan
sebagai berikut :
8
bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar Negeri
terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, antara lain :
a. Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak atas penghasilan baik yang diterima atau
diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, sedangkan Wajib Pajak luar
negeri dikenai pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan
di Indonesia.
b. Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan neto dengan tarif
umum, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan
bruto dengan tarif pajak sepadan.
c. Wajib Pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang terutang dalam
suatu tahun pajak, sedangkan Wajib Pajak luar negeri tidak wajib memberitahukan
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan karena kewajiban pajaknya dipenuhi
melalui pemotongan pajak yang bersifat final.
9
jabatan atau pekerjaannya tersebut serta Negara bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik
c. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat :
Indonesia menjasi anggota organisasi tersebut
Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal
dari iuran para anggota.
10
1) Bagi subjek pajak badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat
badan tersebut didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
2) Bagi subjek pajak badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya mulai pada saat
badan tersebut menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.
Untuk warisan yang belum terbagi, maka kewajiban pajak subjektifnya dimulai
pada saat timbulnya warisan, yaitu pada saat pewaris meninggal dunia. Warisan
yang belum terbagi baru menjadi wajib pajak apabila warisan tersebut
mengeluarkan penghasilan. Mengenai siapa yang bertanggung jawab atas pajak
penghasilan warisan yang belum terbagi tersebut, undang-undang tidak
menentukan.
1) Bagi subjek pajak orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, maka
kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat ia meninggal dunia atau
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
2) Bagi subjek pajak orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan atau orang pribadi yang dalam suatu tahun
pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di
11
Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat orang
tersebut tidak lagi menjalankan usaha atau tidak melakukan kegiatan di
Indonesia
3) Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat orang tersebut
tidak lagi menjalankan usahanya di Indonesia
4) Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat orang tersebut
tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.
Untuk warisan yang belum terbagi kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada
saat warisan tersebut selesai dibagikan kepada para ahli warisnya masing-
masing, dan sejak saat itu pula beralih pemenuhan kewajiban pajaknya kepada
para ahli warisnya.
12
1) Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium tunjangan dan
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan oeh pegawai atau bukan pegawai
2) Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium
tunjangan dan pembayara lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau
kegiatan
3) Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pension dan
pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun.
4) Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas
5) Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan
dengan pelaksanan suatu kegiatan
Subyek Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah
(PPN-PPnBM)
1) Subyek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Subyek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha Kena
Pajak adalah pengusaha yang melakukan melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP).
2) Subyek Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Subyek Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah PKP yang
menghasilkan BKP yang tergolong mewah dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaannya dan pengusaha yang mengimpor barang
yang tergolong mewah.
Subyek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak
atas bumi dan/atau, memperoleh manfaat atas bumi dan /atau, memiliki atau
menguasai bangunan; dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.
13
Subyek pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh
hak atas Tanah dan/atau Bangunan.
Objek Pajak adalah Suatu transaksi (Biasanya sumber pendapatan) Yang menurut
peraturan Perpajakan tergolong sebagai transaksi yang harus dikenai pajak Mengenai apa
yang dapat dijadikan objek pajak banyak sekali macamnya. Pada prinsipnya segala
sesuatu yang ada dalam masyarakat dapat dijadikan sasaran atau objek pajak, baik
keadaan, perbuatan, maupun peristiwa .Misalnya :
Objek PPh adalah penghasilan itu sendiri. Penghasilan sebagai objek pajak PPh
diartikan secara luas yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak
dengan nama dan dalam bentuk apapun. Menurut ketentuan UU No.7 Tahun 1983
yang telah diperbaharui oleh UU No.36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 1 yang termasuk
dalam penghasilan adalah :
14
1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali
ditentukan lain dalam undang-undang ini,
2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan,
3) Laba usaha,
4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta,
5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
dan pembayaran tambahan pengembalian pajak,
6) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen daari
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi,
8) Royalty atau imbalan atas penggunaan hak,
9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala,
11) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah,
12) Keuntungan selisih kurs mata uang asing,
13) Karena penilaian kembali aktiva,
14) Premi asuransi,
15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas,
16) Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak,
17) Penghasilan dari usaha berbasis syariah,
18) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengtur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan,
19) Surplus Bank Indonesia.
15
Objek pajak PPN sesuai dengan pasal 4 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 adalah :
a. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha dengan syarat :
Barang berwujud atau tidak berwujud yang diserahkan merupakan barang
kena pajak
Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean
Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
b. Impor barang kena pajak.
c. Penyeraan barang kena pajak yang dilakuka di dalam daerah pabean oleh
pengusaha dalam syarat :
Jasa yang diserahkan merupakan jasa kena pajak
Penyerahan yang dilakukan harus di dalam daerah pabean
Penyerahan yang dilakukan harus dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya
d. Pemanfaatan barang kena pajak tidak brwujud dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean
e. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
f. Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.
g. Objek PPN sesuai dengan pasal 16 c UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telaha
diuah terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, kegiatan membangun
sendiri yang dilakukan tidak di dalam lingkungan perusahaan atau
pekerjaannya, oleh orang pribadi atau badan, baik yang hasilnya akan
digunakan sendiri atau pihak lain.
h. Objek PPN berdasar pasal 16 D UU No. 8 tahun 1984 yang sebagaimana telah
diubah terakhir degan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, penyerahan aktiva oleh
pengusaha kena pajak yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat
dikreditkan.
16
Menurut pasal 5 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
UU No. 18 tahun 2000 yang termasuk objek PPn BM adalah
1) Penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh
penguasaha yang mengasilkan barang kena pajak yang tergolong mewah
tersebut di dalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
2) Impor barang yang kena pajak yang tergolong mewah.
Dalam Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi objek pajak adalah bumi dan/atau
bangunan. Pengertian bumi disini adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan
perairan pedalaman, serta laut wilayah Indonesia, dan tubuh bumi yang ada di
bawahnya. Sementara itu, bangunan adalah konstruksi teknik yang ditananm atau
dilekatkan secara tetap pada tansh atau perairan. Termasuk dalam bangunan yang dapat
dikenakan pajak adala: Bangunan tempat tinggal (rumah), gedung Kantor, hotel, pabrik,
jalan lingkungan pabrik dan emplasemennya, kolam renang, tempat
penampungan/kilang minyak, air, dan gas, juga pipa minyak, fasilitas lain yang
memberikan manfaat.
Sedangkan objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah objek
pajak yang:
17
5) Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan
oleh Menteri Keuangan
5. Objek pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan,
yang meliputi :
1) Pemindahan hak karena : Jual beli, tukar menukar, hibah, hibah wasiat, waris,
pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya, pemisahan hak yang
mengakibatkan peralihan, penunjukan pembeli dalam lelang, pelaksanaan
putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap, penggabungan usaha,
peleburan usaha, pemekaran usaha, hadiah.
2) Pemberian hak baru karena kelanjutan pelepasan hak dan di luar pelepasan hak.
Adapun yang dimaksud hak atas tanah diantaranya adalah hak milik, hak guna usaha,
hak guna bangunan, hak pakai, hak milik atas satuan rumah susun, hak pengelolaan.
18
Sedangkan yang tidak dikenakan Bea Materai adalah dokumen yang berupa:
19
7) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh menteri keuangan
8) Bagian laba yang diperoleh anggota perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham – saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan
kongsi.
9) Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana.
10) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
atau kegiatannya di indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
a) Merupakan perusahaan kecil, menengah atau menjalankan kegiatan
dalam sektor usaha yang ditetapkan menteri keuangan
b) Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek Jakarta.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak adalah kewajiban penduduk negara untuk dapat menetap serta berusaha dalam
negara itu dan memperoleh perlindungan. Jadi penduduk negara berhak untuk memperoleh
perlindungan (hukum dan sosial ekonomi). Untuk itu penduduk negara berkewajiban
membayar pajak kepada negara. Subjek pajak adalah pihak-pihak (orang maupun badan) yang
akan dikenakan pajak, sedangkan objek pajak adalah segala sesuatu yang yang akan
dikenakan pajak. Wajib pajak adalah subjek pajak yang telah memenuhi syarat-syarat objektif
sehingga kepadanya diwajibkan pajak.
3.2 Saran
Penghasilan negara terbesar adalah dari pajak. Pajak memiliki perana penting dalam
pembangunan suatu negara khususnya Indonesia. Oleh karena itu, pengelolaan pajak harus
dikelola dengan baik dan benar agar manfaatnya dapat dirasakan oleh rakyat. Selain itu juga
para wajib pajak harus rutin dalam membayar pajak demi tercapainya pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia.
21
DAFTAR PUSTAKA
http://kelompok6hukumpajak.blogspot.com/2013/07/makalah-subjek-dan-objek-pajak.html
http://rumahmakalalah.blogspot.com/2016/05/subjek-dan-objek-pajak.html
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2008/36tahun2008uu.htm
22