Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PERPAJAKAN

SUBJEK PAJAK DAN OBJEK PAJAK

Disusun Oleh :

I Kadek Gita Mahendra (26)


I Nyoman Swayasa (27)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha
Esa, karena dengan pertolonganNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“SUBJEK PAJAK DAN OBJEK PAJAK” Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami
alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari, dalam penulisan makalah ini tentunya terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik dari pembaca untuk memperbaiki kekurangan dalam makalah ini, sangat kami
harapkan. Tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulisan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna
bagi kita bersama.
    

Denpasar, 21 Maret 2021


Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR............................................................................................... 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 6
2.1 Subjek Pajak ................................................................................................... 6
2.1.1 Pengertian Subjek Pajak ......................................................................... 6
2.1.2 Subjek Pajak Menurut Undang-Undang PPh ......................................... 6
2.1.3 Jenis Subjek Pajak .................................................................................. 8
2.1.4 Yang tidak termasuk subjek pajak .......................................................... 9
2.1.5 Saat Mulai dan Berakhirnya Kewajiban Pajak Subjektif ....................... 10
2.2 Objek Pajak .................................................................................................... 14
2.2.1. Pengertian Objek Pajak .......................................................................... 14
2.2.2. Macam – macam Objek Pajak ............................................................... 14
2.2.3. Yang Bukan termasuk Objek Pajak ....................................................... 19
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 21
3.2 Saran ............................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 22

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Rochmat Soemitro dalam buku Pengantar Singkat Hukum Pajak (Eresco,
Bandung, 1992) pajak adalah gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada di dalam
masyarakat. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang pada suatu waktu berkumpul untuk
tujuan tertentu. Negara adalah masyarakat yang mempunyai tujuan tertentu. Kelangsungan
hidup negara juga berarti kelangsungan hidup masyarakat dan kepentingan masyarakat.
Untuk kelangsungan hidup masing-masing diperlukan biaya. Biaya hidup individu, menjadi
beban dari individu yang bersangkutan dan berasal dari penghasilannya sendiri. Biaya hidup
negara adalah untuk kelangsungan alat-alat negara, administrasi negara, lembaga negara,
dan seterusnya, dan harus dibiayai dari penghasilan negara.
Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan, tetapi hanya merupakan
pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara kepentingan negara, seperti
menjaga keamanan negara, menyediakan jalan umum, membayar gaji pegawai dan lain-lain.
Bagi penduduk yang tidak melakukan penyetoran maka ia diwajibkan melakukan pekerjaan-
pekerjaan untuk kepentingan umum untuk beberapa hari lamanya dalam satu tahun.
Penghasilan negara adalah berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak, dan atau dari
hasil kekayaan alam yang ada dalam negara itu (natural resources). Dua sumber itu
merupakan sumber terpenting yang memberikan penghasilan kepada negara. Penghasilan itu
untuk membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi
individu seperti kesehatan masyarakat, pendidikan, kesejahteraan dan sebagainya. Jadi,
dimana ada kepentingan masyarakat, disana timbul pungutan pajak sehingga pajak adalah
senyawa dengan kepentingan umum.
Pungutan pajak mengurangi penghasilan atau kekayaan individu tetapi sebaliknya
merupakan penghasilan masyarakat yang kemudian di kembalikan lagi kepada masyarakat,
melaui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang akhirnya
kembali lagi kepada seluruh masyarakat yang bermanfaat bagi rakyat, baik yang membayar
maupun tidak.

4
Pajak mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan bernegara, khususnya
didalam pembangunan karena pajak merupakan sumber penghasilan negara untuk
membiayai semua pengeluaran, termasuk pengeluaran pembangunan. Sistem pemungutan
pajak di indonesia adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberikan
kepercayaan untuk memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri atas pajak yang
terhutang terhadap negara. Disamping cara Self Assessment System terdapat cara lain yaitu
sistem pemotongan (withholding system). Withholding System merupakan cara yang paling
mudah yang dilakukan pemerintah untuk memungut pajak, yaitu dengan cara mewajibkan
wajib pajak untuk melakukan pungutan dan pemungutan pajaknya oleh pihak lain. Dengan
cara ini maka pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk memungut
pajak.
Dalam pemungutan pajak subjek dan objek pajak harus jelas. Oleh karena itu harus
dikelola dengan baik dan benar sehingga data wajib pajak sesuai. Selain itu, tarif pajak harus
ditentukan berdasarkan ketentuan yang berlaku saat itu. Dengan demikian para wajib pajak
dapat rutin dan patuh membayar pajak. Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan
lainnya yang telah memenuhi syarat-syarat subjektif, yaitu bertempat tinggal atau
berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak baru menjadi wajib pajak bila telah memenuhi
syarat-syarat obyektif. Objek pajak adalah apa yang dikenakan pajak. Mengingat penting
dan strategisnya objek pajak karena menyangkut apa yang dikenakan atau tidak
dikenakannya pajak atas objek dimaksud, sehingga dalam UU perpajakan kita selalu dengan
tegas dinyatakan apa yang menjadi objek setiap jenis pajak.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yaitu:
1. Apa yang di maksud dengan subjek pajak?
2. Apa itu Objek pajak?

1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui maksud subjek dan bagian bagian subjek pajak.
2. Agar mengetahui apa saja yang ada di objek pajak.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Subjek Pajak

2.1.1 Pengertian Subjek Pajak

Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi syarat-syarat
subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak baru
menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syarat-syarat obyektif.

Subjek pajak tidak identik dengan subjek hukum, oleh karena itu untuk menjadi subjek
pajak tidak perlu menjadi subjek hukum. Sehingga firma, perkumpulan, warisan yang
belum terbagi sebagai satu kesatuan dapat menjadi subjek pajak. Demikian juga orang gila,
anak yang masih di bawah umur dapat menjadi subjek atau wajib pajak, tetapi untuk
mereka perlu ditunjuk orang atau wali yang dapat dipertanggungjawabkan untuk
memenuhi kewajiban-kewajibannya.

2.1.2 Subjek Pajak Menurut Undang-Undang PPh

Dari segi ekonomi penghasilan pada umumnya timbul karena adanya tindakan ekonomi.
Namun, dari segi undang-undang PPh memiliki arti yang lebih luas. Yang disebut subyek
pajak dalam hal ini adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh
penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan pajak penghasilan. Menurut pasal 2
Undang-undang PPh No. 36 tahun 2008, merupakan perubahan ke empat dari Undang-
undang PPh No. 7 tahun 1983, yang menjadi subyek pajak adalah:

1. Orang pribadi. Kedudukan orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat
tinggal di Indonesia maupun luar Indonesia.
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak
Dalam hal ini warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek
pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.

6
3. Badan
Badan yang sebagai objek pajak meliputi badan usaha ataupun non usaha. Badan
sebagai subjek tidak semata mata yang bergerak dalam usaha mencari keuntungan
namun juga bergerak di bidang social, kemasyarakatan dan sebagainya, sepanjang
pendiriannya dikukuhkan dengan akta pendirian oleh yang berwenang. Badan
sebagai subjek pajak yakni: Perseroan terbatas, perseroan komanditer, BUMN atau
BUMD dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perseroan atau
perkumpulan, firma, kongsi, perkumpulan koperasi, Yayasan, Lembaga, dana
pension,bentuk usaha tetap dan bentuk usaha lainnya.
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan usaha di Indonesia, dapat berupa:
a. Tempat kedudukan manajemen
b. Cabang perusahaan
c. Kantor perwakilan
d. GedungKantor
e. Pabrik
f. Bengkel
g. Gudang
h. Ruang untuk promosi dan penjualan
i. Pertambangan dan penggalian sumber alam
j. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi
k. Perikanan, peternakan, perkebunan, atau kehutanan
l. Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan
m. Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain,
sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan

7
n. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak
bebas
o. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggungresikodi Indonesia
p. Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa,
atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan
kegiatan usaha melalui internet.

2.1.3 Jenis Subjek Pajak

Dalam undang – undang Pph, subjek pajak Pph terdiri dari 2 jenis dan dapat diuraikan
sebagai berikut :

1. Subjek pajak dalam negeri


a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu
dari badan pemerintah yang memenuhi kreteria :
 Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
 Pembiayaanya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara
atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.
 Penerimaanya di masukkan dalam anggaran pemerintah pusat atau daerah
 Pembukuannya diperiksa oleh apparat pengawasan fungsional negara
c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

2. Subjek pajak luar negeri


a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak

8
bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar Negeri
terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, antara lain :
a. Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak atas penghasilan baik yang diterima atau
diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, sedangkan Wajib Pajak luar
negeri dikenai pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan
di Indonesia.
b. Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan neto dengan tarif
umum, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan
bruto dengan tarif pajak sepadan.
c. Wajib Pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang terutang dalam
suatu tahun pajak, sedangkan Wajib Pajak luar negeri tidak wajib memberitahukan
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan karena kewajiban pajaknya dipenuhi
melalui pemotongan pajak yang bersifat final.

2.1.4 Yang tidak termasuk subjek pajak

Sedangkan yang tidak termasuk subjek pajak adalah :

a. Kantor perwakilan Negara asing


b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat- pejabat lain dari
Negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada
dan bertempat tinggal bersama-sama mereka denga syarat bukan warga Negara
Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar

9
jabatan atau pekerjaannya tersebut serta Negara bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik
c. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat :
 Indonesia menjasi anggota organisasi tersebut
 Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal
dari iuran para anggota.

2.1.5 Saat Mulai dan Berakhirnya Kewajiban Pajak Subjektif


1. Dimulainya Subjek Pajak
a. Subjek pajak orang pribadi
1) Bagi Subjek pajak orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia,
maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat lahir di
Indonesia
2) Bagi subjek pajak orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu
tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai
sejak saat orang tersebut berada di Indonesia
3) Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat orang
pribadi tersebut menjalankan usahanya di Indonesia.
4) Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat orang
pribadi tersebut menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia.

b. Subjek pajak badan

10
1) Bagi subjek pajak badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat
badan tersebut didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
2) Bagi subjek pajak badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya mulai pada saat
badan tersebut menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.

c. Subjek pajak warisan yang belum terbagi

Untuk warisan yang belum terbagi, maka kewajiban pajak subjektifnya dimulai
pada saat timbulnya warisan, yaitu pada saat pewaris meninggal dunia. Warisan
yang belum terbagi baru menjadi wajib pajak apabila warisan tersebut
mengeluarkan penghasilan. Mengenai siapa yang bertanggung jawab atas pajak
penghasilan warisan yang belum terbagi tersebut, undang-undang tidak
menentukan.

Menurut Rachmat Soemitro, yang bertanggung jawab adalah :

1. Pelaksana warisan (executor testamenter)


2. Salah seorang ahli waris (yang tidak menolak warisan)
3. Semua ahli waris dari orang-orang lain yang mendapat bagian dari
warisan itu, bertanggung jawab secara renteng atas pajak penghasilan.

2. Berakhirnya kewajiban subjek pajak

a. Subjek pajak orang pribadi

1) Bagi subjek pajak orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, maka
kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat ia meninggal dunia atau
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
2) Bagi subjek pajak orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan atau orang pribadi yang dalam suatu tahun
pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di

11
Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat orang
tersebut tidak lagi menjalankan usaha atau tidak melakukan kegiatan di
Indonesia
3) Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat orang tersebut
tidak lagi menjalankan usahanya di Indonesia
4) Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat orang tersebut
tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.

b. Subjek pajak badan

1) Bagi subjek pajak danan yang didirikan atau bertempat kedudukan di


Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat badan
tersebut dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia
2) Bagi subjek badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di
Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di
Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saaat badan
tersebut tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.

c. Subjek pajak warisan yang belum terbagi

Untuk warisan yang belum terbagi kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada
saat warisan tersebut selesai dibagikan kepada para ahli warisnya masing-
masing, dan sejak saat itu pula beralih pemenuhan kewajiban pajaknya kepada
para ahli warisnya.

Subjek Pajak PPh pasal 21

Subyek PPh 21 adalah penerima penghasilan yang dipotong oleh:

12
1) Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium tunjangan dan
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan oeh pegawai atau bukan pegawai
2) Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium
tunjangan dan pembayara lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau
kegiatan
3) Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pension dan
pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun.
4) Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas
5) Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan
dengan pelaksanan suatu kegiatan
Subyek Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah
(PPN-PPnBM)
1) Subyek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Subyek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha Kena
Pajak adalah pengusaha yang melakukan melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP).
2) Subyek Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Subyek Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah PKP yang
menghasilkan BKP yang tergolong mewah dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaannya dan pengusaha yang mengimpor barang
yang tergolong mewah.

Subyek Pajak Bumi dan Bangunan

Subyek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak
atas bumi dan/atau, memperoleh manfaat atas bumi dan /atau, memiliki atau
menguasai bangunan; dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

Subyek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

13
Subyek pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh
hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

1.2 Objek Pajak

2.2.1. Pengertian Objek Pajak

Objek Pajak adalah Suatu transaksi (Biasanya sumber pendapatan) Yang menurut
peraturan Perpajakan tergolong sebagai transaksi yang harus dikenai pajak Mengenai apa
yang dapat dijadikan objek pajak banyak sekali macamnya. Pada prinsipnya segala
sesuatu yang ada dalam masyarakat dapat dijadikan sasaran atau objek pajak, baik
keadaan, perbuatan, maupun peristiwa .Misalnya :

1) Keadaan : kekayaan seseorang pada saat tertentu; memiliki kendaraan


bermotor, radio, televise.
2) Perbuatan : melakukan penyerahan barang karena perjanjian, mendirikan
rumah atau gedung.
3) Peristiwa : kematian, keuntungan yang diperoleh secara mendadak.

2.2.2. Macam – macam Objek Pajak

1. Objek Pajak Penghasilan (PPh)

Objek PPh adalah penghasilan itu sendiri. Penghasilan sebagai objek pajak PPh
diartikan secara luas yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak
dengan nama dan dalam bentuk apapun. Menurut ketentuan UU No.7 Tahun 1983
yang telah diperbaharui oleh UU No.36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 1 yang termasuk
dalam penghasilan adalah :

14
1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali
ditentukan lain dalam undang-undang ini,
2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan,
3) Laba usaha,
4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta,
5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
dan pembayaran tambahan pengembalian pajak,
6) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen daari
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi,
8) Royalty atau imbalan atas penggunaan hak,
9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala,
11) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah,
12) Keuntungan selisih kurs mata uang asing,
13) Karena penilaian kembali aktiva,
14) Premi asuransi,
15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas,
16) Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak,
17) Penghasilan dari usaha berbasis syariah,
18) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengtur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan,
19) Surplus Bank Indonesia.

2. Objek pajak PPN (Pajak pertambahan nilai)

15
Objek pajak PPN sesuai dengan pasal 4 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 adalah :

a. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha dengan syarat :
 Barang berwujud atau tidak berwujud yang diserahkan merupakan barang
kena pajak
 Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean
 Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
b. Impor barang kena pajak.
c. Penyeraan barang kena pajak yang dilakuka di dalam daerah pabean oleh
pengusaha dalam syarat :
 Jasa yang diserahkan merupakan jasa kena pajak
 Penyerahan yang dilakukan harus di dalam daerah pabean
 Penyerahan yang dilakukan harus dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya
d. Pemanfaatan barang kena pajak tidak brwujud dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean
e. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
f. Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.
g. Objek PPN sesuai dengan pasal 16 c UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telaha
diuah terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, kegiatan membangun
sendiri yang dilakukan tidak di dalam lingkungan perusahaan atau
pekerjaannya, oleh orang pribadi atau badan, baik yang hasilnya akan
digunakan sendiri atau pihak lain.
h. Objek PPN berdasar pasal 16 D UU No. 8 tahun 1984 yang sebagaimana telah
diubah terakhir degan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, penyerahan aktiva oleh
pengusaha kena pajak yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat
dikreditkan.

3. Objek pajak PPn-BM (Pajak Penjualan atas barang mewah)

16
Menurut pasal 5 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
UU No. 18 tahun 2000 yang termasuk objek PPn BM adalah

1) Penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh
penguasaha yang mengasilkan barang kena pajak yang tergolong mewah
tersebut di dalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
2) Impor barang yang kena pajak yang tergolong mewah.

4. Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Dalam Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi objek pajak adalah bumi dan/atau
bangunan. Pengertian bumi disini adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan
perairan pedalaman, serta laut wilayah Indonesia, dan tubuh bumi yang ada di
bawahnya. Sementara itu, bangunan adalah konstruksi teknik yang ditananm atau
dilekatkan secara tetap pada tansh atau perairan. Termasuk dalam bangunan yang dapat
dikenakan pajak adala: Bangunan tempat tinggal (rumah), gedung Kantor, hotel, pabrik,
jalan lingkungan pabrik dan emplasemennya, kolam renang, tempat
penampungan/kilang minyak, air, dan gas, juga pipa minyak, fasilitas lain yang
memberikan manfaat.

Sedangkan objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah objek
pajak yang:

1) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,


social, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan
untuk memperoleh keuntungan
2) Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu
3) Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum
dibebani suatu hak
4) Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan
timbal balik

17
5) Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan
oleh Menteri Keuangan

5. Objek pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan,
yang meliputi :
1) Pemindahan hak karena : Jual beli, tukar menukar, hibah, hibah wasiat, waris,
pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya, pemisahan hak yang
mengakibatkan peralihan, penunjukan pembeli dalam lelang, pelaksanaan
putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap, penggabungan usaha,
peleburan usaha, pemekaran usaha, hadiah.
2) Pemberian hak baru karena kelanjutan pelepasan hak dan di luar pelepasan hak.
Adapun yang dimaksud hak atas tanah diantaranya adalah hak milik, hak guna usaha,
hak guna bangunan, hak pakai, hak milik atas satuan rumah susun, hak pengelolaan.

6. Objek pajak Bea Materai


Dokumen yang dikenakan bea materai adalah :
1) Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk
digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan, atau
keadaan yang bersifat perdata
2) Akta-akta notaris termasuk salinannya
3) Akta-akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta tanah termasuk rangkap-
rangkapnya
4) Surat yang memuat jumlah uang, yaitu :
 Yang menyebutkan penerimaan uang
 Yang menyarankan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam
rekening bank
 Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
 Yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian
telah dilunasi atau diperhitungkan,
5) Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, dan cek,
6) Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan,
yaitu surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan, dan surat-surat yang
semula tidak dikenakan bea materai berdasarkan tujuannnya jika digunakan
untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, lain dari maksud semula

18
Sedangkan yang tidak dikenakan Bea Materai adalah dokumen yang berupa:

1) Surat penyimpanan barang


2) Konosemen
3) Surat angkutan penumpang dan barang
4) Keterangan pemindahan
5) Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang
6) Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengiriman
7) Segala bentuk ijazah.
8) Tanda terima gaji, uang tunggu, pension, uang tunjangan, dan pembayaran
lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang
diserahkan untuk mendapatkan pembayaran tersebut.

2.2.3. Yang Bukan termasuk Objek Pajak


Berdasarkan pasal 4 ayat (3) Undang – undang Pph, penghasilan yang tidak
termasuk objek pajak adalah:
1) Bantuan atau sumbangan, harta hibah yang diterima oleh keluarga sedarah
dalam garis keturunan sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan
oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh menteri keuangan.
2) Warisan
3) Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
saham atau penyertaan modal tunai.
4) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diproleh dalam bentuk natura atau kenikmatan wajib pajak atau
pemerintah.
5) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi keehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan beasiswa.
6) Dividen atau bagian laba yang diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib
pajak dalam negeri, koperasi, yayasan atau organisasi sejenis, BUMN atau
BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia.

19
7) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh menteri keuangan
8) Bagian laba yang diperoleh anggota perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham – saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan
kongsi.
9) Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana.
10) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
atau kegiatannya di indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
a) Merupakan perusahaan kecil, menengah atau menjalankan kegiatan
dalam sektor usaha yang ditetapkan menteri keuangan
b) Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek Jakarta.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pajak adalah kewajiban penduduk negara untuk dapat menetap serta berusaha dalam
negara itu dan memperoleh perlindungan. Jadi penduduk negara berhak untuk memperoleh
perlindungan (hukum dan sosial ekonomi). Untuk itu penduduk negara berkewajiban
membayar pajak kepada negara. Subjek pajak adalah pihak-pihak (orang maupun badan) yang
akan dikenakan pajak, sedangkan objek pajak adalah segala sesuatu yang yang akan
dikenakan pajak. Wajib pajak adalah subjek pajak yang telah memenuhi syarat-syarat objektif
sehingga kepadanya diwajibkan pajak.
3.2 Saran
Penghasilan negara terbesar adalah dari pajak. Pajak memiliki perana penting dalam
pembangunan suatu negara khususnya Indonesia. Oleh karena itu, pengelolaan pajak harus
dikelola dengan baik dan benar agar manfaatnya dapat dirasakan oleh rakyat. Selain itu juga
para wajib pajak harus rutin dalam membayar pajak demi tercapainya pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia.

21
DAFTAR PUSTAKA

http://kelompok6hukumpajak.blogspot.com/2013/07/makalah-subjek-dan-objek-pajak.html
http://rumahmakalalah.blogspot.com/2016/05/subjek-dan-objek-pajak.html
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2008/36tahun2008uu.htm

22

Anda mungkin juga menyukai