Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PERPAJAKAN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN PASAL 22

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Perpajakan

Dosen Pengampu: Maya Meilia, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 1 :


1. Arda Jiter 1951010300
2. Arum Dwi Muawanah 1951010307
3. Ayuni Tyas Wulandari 1951010297
4. Devitasari 1951010308
5. Diky Ariesta 1951010338
6. Zhofrani Putri Hasmi 1951010532

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN PASAL 22” makalah
ini diajukan untuk memenuhi mata kuliah Perpajakn dengan dosen pengampu Ibu
Maya Meilia, M.Pd
Adapun dalam penyusunan makalah ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat
memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami ingin
mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami harap semoga makalah ini dapat diambil manfaatnya bagi pembaca
sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca. Penyusun membutuhkan
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun. Sekali lagi kami ucapkan
terimakasih.

Desember, 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1
1.1 Latar belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI..............................................................................3
2.1 PAJAK PENGHASILAN ................................................................3
2.1.1 Pengertian Pajak Penghasilan......................................................3
2.1.2 Objek Pajak Penghasilan.............................................................3
2.1.3 Tarif Pajak Penghasilan...............................................................4
2.2 Pajak Penghasilan Pasal 21..............................................................4
2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21........................................4
2.2.2 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21.....................................6
2.2.3 Penghasilan Yang Dikecualikan Dari Pengenaan PPh Pasal 21..7
2.3 Pajak Penghasilan Pasal 22..............................................................7
2.3.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22........................................7
2.3.2 Pemungut dan Objek PPh Pasal 22..............................................8
2.3.3 Pengecualian Pemunggut PPh Pasal 22.......................................9
2.3.4 Tata Cara Perhitungan PPh Pasal 22..........................................10
2.3.5 Pelaporan dan penyetoran PPh Pasal 22 ...................................12
BAB III IMPLEMENTASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN............14
3.1 Contoh Soal Dan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21.............14
3.2 Contoh Soal Dan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22.............17
BAB IV PENUTUP.........................................................................................
4.1 Kesimpulan………………………………………………………...22
4.2 Saran……………………………………………………………….23
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber penerimaan Negara Indonesia meliputi penerimaan negara
dari dalam negeri dan dari luar negeri. Penerimaan negara dari dalam
negeri terdiri dari penerimaan sektor migas dan sektor non migas. Sumber
penerimaan dari sektor migas belum mampu memenuhi kebutuhan dana
untuk pembiayaan program pemerintahan sesuai dengan APBN indonesia.
Pajak sebagai salah satu komponen penerimaan negara dari sektor non
migas menjadi tumpuan utama dan sebagai sumber penerimaan negara,
total keseluruhan penerimaan negara sehingga manfaatnya telah dapat
dirasakan oleh masyarakat dalam berbagai bidang seperti kesehatan,
pendidikan, pembangunan infrasrtuktur, subsidi BBM dan lainnya.
Peraturan perpajakan selalu disempurnakan sejalan dengan
perkembangan perekonomian dan sosial. Perubahan selalu disesuaikan
dengan kondisi yang ada, karena itu peraturan perpajakan selalu
mengalami perubahan dari waktu ke waktu salah satunya yaitu terhadap
undang-undang perpajakan pajak penghasilan. Perubahan merupakan salah
satu upaya pemerintah untuk lebih memberikan keadilan dan
meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak untuk mendapat kepastian
hukum.
Dalam Undang-Undang Perpajakan No.36 tahun 2008, salah satu
objek pajak yang disebutkan yaitu penghasilan. Pengertian Pajak
Penghasilan itu sendiri adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak.
Pajak Penghasilan dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun
sehubungan dengan peerjaan, jasa atau kegiatan yang dilakukan oleh
Wajib pajak.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari pajak penghasilan ?
2. Apa saja yang menjadi objek pajak penghasilan ?
3. Bagaimana uraian mengenai pajak penghasilan pasal 21 ?
4. Bagaimana uraian mengenai pajak penghasilan pasal 22 ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengertian dari pajak penghasilan
2. Untuk mengetahui objek dari pajak penghasilan
3. Untuk mengetahui tentang pajak penghasilan pasal 21
4. Untuk mengetahui tentang pajak penghasilan pasal 22

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 PAJAK PENGHASILAN


2.1.1 Pengertian Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008
yang merupakan perubahan keempat atas Undang-Undang No. 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh) adalah yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa
pun.
Sedangkan menurut PSAK Nomor 46 tentang Akuntansi Pajak
Penghasilan menyatakan Pajak Penghasilan adalah pajak yang
dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan
atas penghasilan kena pajak perusahaan.
Selanjutnya menurut Muljono (2006:27) Pajak Penghasilan (PPh)
adalah pajak yang dikenakan terhadap setiap tambahan kemampuan
ekonomi yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik berasal dari
Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam nentuk apapun. Maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan
terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima oleh subjek
pajak tersebut dalam suatu tahun pajak.1

2.1.2 Objek Pajak Penghasilan


Objek pajak penghasilan (Lubis dkk, 2009:22) adalah
penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang

1
Atep Adya Barata, Panduan Lengkap Pajak Penghasilan (Visimedia, 2011).

3
diterima atau diperoleh oleh wajib pajak, baik yang berasal dari
indonesia maupun dari luar indonesia, yang dapat dipakai atau
dikonsumsi untuk menambah kekayaan wajib pajak yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.2

2.1.3 Tarif Pajak Penghasilan


Tarif Pajak Penghasilan diatur dalam pasal 17 Undang-Undang
PPh NO.26 Tahun 2008 sebagai berikut : 3
Tarif Pajak Penghasilan Lapisan Penghasilan
Tarif Pajak
Kena Pajak
Sampai dengan Rp.50.000.000,- 5%
Di atas Rp.50.000.000,- sampai dengan
15 %
Rp.250.000.000,-
Di atas Rp.250.000.000,- sampai dengan
25 %
Rp.500.000.000,-
Di atas Rp.500.000.000,- 30%

2.2 Pajak Penghasilan Pasal 21


2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21 mengatur pembayaran pajak dalam
tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang
diterima oleh wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri sehubungan
pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan berupa gaji,
upah, honorarium, tunjangan, serta imbalan lainnya dalam bentuk dan
nama apapun. Pajak Penghasilan Pasal 21 hanya dikenakan atas
penghasilan orang pribadi dan dikenakan atas subjek pajak orang
pribadi dalam negeri. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 21 dikenakan
tarif sesuai dengan pasal 17 Undang Undang Pajak Penghasilan,
2
Debora Natalia Watung, “Analisis Perhitungan Dan Penerapan Pajak Penghasilan Pasal
21 Serta Pelaporannya,” Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi 1,
no. 3 (2013).
3
Amelia Muaya, “Analisis Perhitungan, Penetapan Dan Pelaporan Pajak Penghasilan
Pasal 21 Pada Yayasan Perguruan Tinggi Katolik Keuskupan Manado,” Jurnal EMBA: Jurnal Riset
Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi 4, no. 2 (2016).

4
kecuali pada berbagai kegiatan yang dikenakan tarif sesuai dengan
peraturan pemerintah.4
Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
wajib dilakukan oleh:
1. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
2. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan,
jasa, atau kegiatan.
3. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun
dan pembayaran lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun.
4. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas.
5. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan
dengan pelaksanaan suatu kegiatan.
Besarnya tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 20% daripada tarif
yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Ketentuan mengenai petunjuk
pelaksanaan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan5

2.2.2 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

4
Watung, “Analisis Perhitungan Dan Penerapan Pajak Penghasilan Pasal 21 Serta Pelaporannya.”
5
https://www.pajak.go.id

5
Sesuai dengan Pasal 17 ayat 1, Undang-Undang No. 36 tahun
2008 (Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan), maka perhitungan
Pajak penghasilan pasal 21:
Tarif Pasal 17 x Penghasilan Kena Pajak. Keterangan: Pengasilan
Kena Pajak diperoleh setelah penghasilan bruto dikurangi biaya
jabatan (5% dari penghasilan bruto, maksimal Rp 500.000,- per bulan
atau Rp 6.000.000,- setahun) dan iuran pensiun yang dibayar sendiri.
Besarnya tarif yang diterapkan terhadap wajib pajak yang tidak
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak(NPWP) adalah lebih tinggi 20%
(dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib
Pajak yang dapat menunjukkan NPWP. Misalnya WP terkena lapisan
5%, karena tidak mempunyai NPWP maka perhitungannya menjadi
5% x 120% x Penghasilan Kena Pajak(PKP) atau 6% x PKP.Bila
digabungkan dalam satu tabel tarif menjadi sebagai berikut: 6

Lapisan Penghasilan Kena Tarif dengan Tarif tanpa


Pajak NPWP NPWP
Sampai dengan Rp50.000.000,- 5% 6%
Diatas Rp50.000.000,- sampai
15 % 18 %
dengan Rp250.000.000,-
Diatas Rp250.000.000,- sampai
25 % 30 %
dengan Rp500.000.000,-
Diatas Rp500.000.000,- 30 % 36 %

2.2.3 Penghasilan Yang Dikecualikan Dari Pengenaan PPh Pasal 21


Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh
Pasal 21 :
1. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan yang
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

6
Jeane Susan, “Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada PT. Megasurya
Nusalestari Manado,” Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi 1,
no. 4 (2013).

6
2. Penerimaan dalam bentuk kenikmatan dalam bentuk apapun
diberikan oleh wajib pajak atau pemerintah yang dikenakan pajak
penghasilan yang bersifat final dan dikenakan pajak penghasilan
berdasarkan norma perhitungan khusus.
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang
pendirinya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan
hari tua kepada iuran penyelenggara tunjangan hari tua atau badan
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh
pemberi kerja.
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan
atau lembaga amal zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang
pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk dan
disahkan oleh pemerintah.
5. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu.7

2.3 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22


2.3.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22
Pengertian PPh Pasal 22 Menururt Mardiasmo (2018:257) “PPh
22 merupakan pajak penghasilan dalam tahun berjalan yang dipungut
oleh bendahara pemerintah baik pusat mapupun daerah, instansi atau
Lembaga pemerintah yang berkenaan dengan pembayaran atas
penyerahan barang, serta badan pemerintah ataupun swasta yang
bergerak dalam bidang impor maupun di bidang produksi”.8
2.3.2 Pemungut dan Objek PPh Pasal 22
Pemungut PPH Pasal 22 Bendahara & badan-badan yang
memungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5% dari pembelian adalah:

7
Prof.Dr. Mardiasmo, MBA.,Ak, “Perpajakan Edisi Terbaru 2018” Dosen Fakultas Ekonomi
Universitas Gajah Mada
8
Nurul Mutmainnah Karnila, “PROSEDUR PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 22 PADA
LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN YOGYAKARTA,” Αγαη 8, no. 5 (2019): 55.

7
a. Bank Devisa dan direktorat Jendral Bea dan Cukai atas impor
barang.
b. Bendahara pemerintah dan Kuasa pengguna Anggaran (KPA)
sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Instansi atau lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga
negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian
barang.
c. Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas
pembelian barang yang dilakukan dengan mekanisme uang
persediaan (UP)
d. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat
Perintah Membayar yang diberi barang kepada pihak ketiga yang
dilakukan dengan mekanisme pembayan langsung (LS)
e. Badan Usaha Milik Negara yaitu badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan, yang meliputi:
1) PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, PT
Telkomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, PT
Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Hutama Karya (Persero), PT
Krakatau Steel (Persero) dan
2) Bank-bank Badan Usaha Milik Negara
3) Berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang dan
bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya.
f. Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen,
industri kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri
farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di
dalam negeri

8
g. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek
(APM), dan importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan
kendaraan bermotor dalam negeri
h. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas, atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas
i. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian, perternakan, dan perikanan, atas pembelian
bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan
industrinya atau ekspornya.9

2.3.3 Pengecualian Pemunggut PPh Pasal 22


Berikut ini adalah daftar pengecualian terhadap pemungutan PPh
Pasal 22 menurut Mardiasmo (2018:268):
1. Impor barang atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan tidak terutang Pajak Penghasilan.
2. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan
Pajak Pertambahan Nilai.
3. Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata
dimaksudkan untuk diekspor kembali.
4. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah
diekspor kemudian di impor kembali dalam kualitas yang sama
atau barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan
perbaikan, pengerjaan, dan pengujian yang telah memenuhi syarat
yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
5. Pembayaran yang dilakukan oleh : bendarawan, pemerintah,
BUMN dan badan usaha tertentu, badan usaha industri atau
eksportir, dan pembeli komoditas tambang.

9
Atas Pengadaan et al., “ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 22 ATAS
PENGADAAN BARANG PADA PT. WIJAYA KARYA BETON, TBK PPB SUMUT,” 2019.

9
6. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan
penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
7. Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri yang dilakukan
oleh industri otomotif, Agen Tunggal Pemegang Merek (AGPM),
dan importer umum kendaraan bermotor, yang telah dikenai
pemungutan Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan pasal 22
atas barang yang tergolong sangat mewah.
8. Atas impor emas batangan yang akan diproses untuk
menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor.
Pengecualian ini harus dinyatakan dengan Surat Keterangan bebas
(SKB) pajak penghasilan pasal 22 yang diterbitkan oleh direktur
jenderal pajak.10

2.3.4 Tata Cara Perhitungan PPh Pasal 22


Dalam menghitung PPh Pasal 22 harus memperhatikan halhal
seperti tarif, dasar pengenaan pajak, dan kondisi transaksi yang terjadi.
Secara ringkas tata cara perhitungan PPh 22 dapat disimpulkan
sebagai berikut:

Dasar Pengenaan
No Kondisi Tarif Keterangan
Pajak (DPP)
1 Impor barang Nilai Impor = CIF +
- Dengan API 2,5% Nilai Impor pungutan lain (Bea
(Angka pengenal masuk, Bea Masuk
impor ) tambahan, Cukai dan
- Tanpa API 7,5% Nilai Impor pungutan pabean
- Barang tidak 7,5% Harga Lelang resmi lainnya)
dikuasai
2 Pembelian barang 1,5% Harga Beli di luar

10
Nurul Mutmainnah Karnila, “PROSEDUR PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 22
PADA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN YOGYAKARTA.”

10
yang dananya PPN (DPP PPN)
berasal dari APBD/
APBN, termasuk
pembelian yang
dilakukan badan-
badan, tertentu
yang di tunjuk
sebagai pemungut.
3 Penjualan hasil
produksi industri
tertentu di dalam
negeri
- Semen 0,25% DPP PPN (FINAL)
- Kertas 0,1% DPP PPN
- Baja 0,3% DPP PPN
- Rokok (final) 0,15% Harga Bandrol
- Produk otomotif 0,45% DPP PPN
4 Penjualan BBM Bersifat final jika
jenis premix, super pembeli barang
TT, dan gas di adalah agen/penyalur
dalam negeri BBM
- Premium, solar, 0,25 Penjualan
premix/super TT
(SPBU Pertamina)
- Premium, solar,
premix/super TT 0,3% Penjualan
(SPBU Swasta)
- Minyak tanah, gas
dan LPG 0,3% Penjualan
5 Pembelian barang 0,25% DPP PPN
hasil pertanian,
perkebunan,

11
kehutanan, dan
perikanan

Besarnya tarif pungutan yang di terapkan terhadap Wajib Pajak


yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) lebih tinggi
100% (seratus persen) dari pada tarif yang diterapkam terhadap Wajib
Pajak yang dapat menunjukan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).11

2.3.5 Pelaporan dan penyetoran PPh Pasal 22


Pelaporan pemungutan/pemotongan PPh Pasal 22 dilakukan
dengan SPT Masa PPh 22 dan penyetoran PPh Pasal 22 yang dipungut
dilakukan dengan Surat Setoran Pajak (SSP) ke kantor pos atau bank
devisa/persepsi dengan ketentuan sebagai berikut:12

No Kondisi Waktu Penyetoran Waktu Pelaporan


1 Impor barang Disetorkan oleh Dilakukan oleh
-Dengan API (Angka importir bersamaan DJBC dengan SPT
Penegenal Impor) dengan pembayaran Masa PPh Pasal 22
-Tanpa API Bea Masuk ke bank paling lambat 7 hari
-Barang tidak dikuasai Devisa setelah waktu
penyetoran.
2 Pembelian barang yang Pemungut/bendahara Pelaporan dilakukan
dananya berasal dari pemerintah bendahara/pemungut
APBN/APBD, termasuk memungut dan paling lambat 14 hari
pembeliaan yang menyetor PPh Pasal setelah masa pajak
dilakukan badan-badan 22 dengan SSP pada berakhir.
tertentu yang ditunjuk hari yang sama pada
sebagai pemungut saat pembayaran.
3 Penjualan hasil produksi Paling lambat tanggal Paling lambat
industri tertentu di dalam 10 setelah masa pajak tanggal 20 setelah

11
Pengadaan et al., “ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 22 ATAS PENGADAAN
BARANG PADA PT. WIJAYA KARYA BETON, TBK PPB SUMUT.”
12
Ibid.

12
negeri berakhir. masa pajak berakhir.
-Semen
-Kertas
-Baja
-Rokok (final)
-Produk otomotif
4 Penjualan BBM jenis Paling lambat tanggal Paling lambat
premix, super TT, dan 10 setelah masa pajak tanggal 20 setelah
gas di dalam negeri berakhir. masa pajak berakhir.
-Premium, solar,
premix/super TT (SPBU
pertamina)
-Premium, solar, premix
/ super TT (SPBU
swasta)
-Minyak tanah, gas dan
LPG
5 Pembelian barang hasil Paling lambat tanggal Paling lambat
pertanian, perkebunan, 10 setelah masa pajak tanggal 20 setelah
kehutanan, dan berakhir. masa pajak berakhir.
perikanan

BAB III
CONTOH IMPLEMENTASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN 22

3.1 Contoh Soal Dan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21


1. Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Terhadap Penghasilan
Berupa  Bonus dan Premi
Kasus dan Pertanyaan:

13
Seorang karyawan bernama Adi Septiawan (kawin) dan memiliki 4
orang anak, bekerja pada PT XYZ dengan memperoleh gaji sebesar
Rp14.000.000 per bulan. Perusahaan tempat Adi bekerja mengikuti
program jamsostek.
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan premi Jaminan Kematian
(JKM) dan Iuran Jaminan Hari Tua (JHT) dibayar oleh pemberi kerja
setiap bulan masing-masing sebesar 1,5%, 0,3%, dan 3,7% dari gaji.
Selain itu, Adi juga membayar iuran pensiun Rp150.000 dan iuran
jaminan hari tua sebesar 2% dari gaji untuk setiap bulan. Pada tahun
berjalan, Adi juga menerima bonus  sebesar Rp8.000.000.
Pertanyaannya, berapa besar PPh Pasal 21 atas bonus tersebut?13
Jawaban:
PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus (penghasilan setahun)

(a) Gaji setahun 168.000.000

(b) Bonus 8.000.000

(c) Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) 2.520.000

(d) Premi Jaminan Kematian 504.000

(e) Penghasilan Bruto setahun (a+b+c+d) 179.024.000

(f) Pengurangan  

 1. Biaya Jabatan 6.000.000

 2. Iuran pensiun setahun 1.800.000

 3. Iuran Jaminan Hari Tua 3.360.000

(g) Penghasilan neto setahun (e-f) 167.864.000

(h) PTKP (K/3) 72.000.000

(i) Penghasilan Kena Pajak (g-h) 95.864.000

(j) PPh Pasal 21 terutang  

13
https://atpetsi.or.id/contoh-soal-perhitungan-pph-pasal-21

14
 5%   x Rp 50.000.000 2.500.000

 15% x Rp 45.864.000 6.879.600

PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus 9.379.600

PPh Pasal 21 atas Gaji Setahun14

(a) Gaji setahun 168.000.000

(b) Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) 2.520.000

(c) Premi Jaminan Kematian 504.000

(d) Penghasilan Bruto setahun (a+b+c) 171.024.000

(e) Pengurangan  

 1. Biaya Jabatan (5%) 6.000.000

 2. Iuran pensiun setahun 1.800.000

 3. Iuran Jaminan Hari Tua Setahun 3.360.000

(g) Penghasilan neto setahun (e-f) 159.864.000

(h) PTKP (K/3) 72.000.000

(i) Penghasilan Kena Pajak (g-h) 87.864.000

(j) PPh Pasal 21 terutang  

 5% x Rp 50.000.000 2.500.000

 15% x Rp 37.864.000 5.679.600

PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus 8.179.600

PPh Pasal 21 atas Bonus


PPh Pasal 21 atas Bonus adalah :
Rp 9.379.600 – Rp 8.179.600 = Rp 1.200.000

14
ibid

15
Jadi, besarnya PPh 21 atas bonus yang harus dibayarkan sebesar Rp
1.200.000
Catatan: * tambahan untuk setiap anak sebesar Rp 4,5 juta dengan
maksimal paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.15

2. Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan yang


Diterima oleh Bukan Pegawai, Sehubungan dengan Pemberian
Jasa yang dalam Pemberian Jasanya Memperkerjakan Orang
Lain Sebagai Pegawai dan/atau Melakukan Penyerahan
Material/Bahan
Kasus dan Pertanyaan:
Aliyanto melakukan jasa perawatan mesin fotokopi kepada PT BCD
dengan imbalan Rp28.000.000. Aliyanto mempergunakan tenaga 5
orang pekerja dengan membayarkan upah harian masing-masing
sebesar Rp750.000.
Upah harian yang dibayarkan untuk 5 orang pekerja selama 3 hari
melakukan pekerjaan adalah Rp11.250.000. Selain itu, Aliyanto juga
membeli spare part mesin fotokopi yang dipakai untuk perawatan
sebesar Rp 5.550.000. Maka, berapakah PPh Pasal 21 yang terutang?
Jawaban:
Berdasarkan perjanjian serta dokumen yang diberikan Aliyanto,
diketahui bahwa yang menjadi penghasilan bruto adalah upah yang
harus dibayarkan kepada pekerja harian yang dipekerjakan oleh
Aliyanto dan biaya untuk membeli spare part mesin fotokopi.
Maka, jumlah penghasilan bruto sebagai dasar perhitungan PPh Pasal
21 yang harus dipotong oleh PT BCD atas imbalan yang diberikan
kepada Aliyanto adalah sebesar penghasilan bruto dikurangi upah
tenaga kerja harian yang dipekerjaan Aliyanto dan biaya spare part
mesin fotokopi. Perhitungannya  sebagai berikut:
Rp28.000.000 – (Rp11.250.000 + Rp 5.550.000) = Rp 11.200.000

15
ibid

16
PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT BCD atas penghasilan yang
diterima Aliyanto adalah sebesar:
5% x 50% x Rp 11.200.000 = Rp280.000
Dalam hal Aliyanto tidak memiliki NPWP maka PPh Pasal 21 yang
harus dipotong oleh PT BCD menjadi:
120% x 5% x 50% x Rp 11.200.000 = Rp 336.000
Catatan: *untuk pembayaran upah harian kepada masing-masing
pekerja wajib dipotong PPh Pasal 21 oleh Aliyanto.16

3.2 Contoh Soal Dan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22


1. Perhitungan PPh Pasal 22 atas Pembelian Barang oleh Instansi
Pemerintah17
Kasus dan Pertanyaan:
PT DTC berkedudukan di Jakarta, menjadi pemasok alat-alat tulis
kantor bagi Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan. Pada tanggal 1
Oktober 2015, PT DTC melakukan penyerahan barang kena pajak
dengan nilai kontrak sebesar Rp11.000.000 (nilai sudah termasuk
PPN). Maka, berapakah PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Dinas
Pendidikan Kota Tangerang Selatan?
Jawaban:

No Diketahui Nilai (Rp)

1 Nilai kontrak termasuk PPN Rp11.000.000

2 DPP (100/110) x Rp11.000.000 Rp10.000.000

3 PPN dipungut (10% dari DPP) Rp1.000.000

4 PPh Pasal 22 yang dipungut Rp150.000


(1,5% x Rp10.000.000)

16
ibid
17
https://atpetsi.or.id/contoh-soal-perhitungan-pph-pasal-22

17
Jadi, besarnya PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Dinas Pendidikan Kota
Tangerang Selatan sebesar Rp150.000. PPh Pasal 22 = 1,5% x harga
pembelian tidak termasuk PPN.
Atas pembelian barang yang dananya berasal dari belanja negara atau
belanja daerah yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22
adalah:18
1. Pembayaran atas penyerahan barang (bukan merupakan jumlah
yang dipecah-pecah) yang meliputi jumlah kurang dari
Rp1.000.000,00.
2. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak,listrik,gas,air
minum/PDAM, dan benda-benda pos.
3. Pembayaran/ pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh
kantor Perbendaharaan dan Kas Negara.

2. PERHITUNGAN PPH PASAL 22 ATAS IMPOR BARANG


Kasus dan Pertanyaan: 
Pada tanggal 1 Januari 2016, PT ABC mengimpor barang dari Jerman
dengan harga faktur US$100.000. Barang yang diimpor adalah jenis
barang yang tidak termasuk dalam barang-barang tertentu yang
ditentukan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 16/PMK.010/2016.
Biaya asuransi yang dibayar di luar negeri sebesar 5% dari harga
faktur dan biaya angkut sebesar 10% dari harga faktur.
Bea masuk dan bea masuk tambahan masing-masing sebesar 20% dan
10%. Kurs yang ditetapkan Menteri Keuangan pada saat itu sebesar
US$1= Rp10.000. Hitunglah PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Ditjen
Bea Cukai jika PT ABC memili API (Angka Pengenal Impor) dan jika
tidak memiliki API?19
Jawaban:

18
ibid
19
ibid

18
No Diketahui Perhitungan Nilai (US$)

a Harga faktur   US$100.000


(cost)

b Biaya asuransi (5% x US$100.000) US$5.000


(insurance)

c Biaya angkut (10% x US$100.000) US$10.000


(freight)

  CIF (cost, (a+b+c) US$115.000


insurance &
freight)

D CIF (dalam (US$115.000 x Rp1.150.000.000


rupiah) Rp10.000)

E Bea masuk (20% x Rp230.000.000


Rp1.150.000.000)

F Bea masuk (10% x Rp115.000.000


tambahan Rp1.150.000.000)

  Nilai Impor (d+e+f) Rp1.495.000.000

Jadi, PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC, jika PT ABC memiliki
API (2,5% x Nilai Impor):
2,5% x Rp1.495.000.000 = Rp37.375.000
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC jika PT ABC tidak memiliki
API (7,5% x Nilai Impor):
7,5% X Rp1.495.000.000 = Rp112.125.000

3. Perhitungan PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Produksi Industri


Tertentu20
Kasus dan Pertanyaan:
20
ibid

19
1) Pada bulan Agustus, PT Semen Sentosa menjual hasil produknya
kepada PT Indah Bahagia  senilai Rp825.000.000. harga tersebut
sudah termasuk PPN sebesar 10%.
2) Pada bulan April, PT Gerhana yang bergerak dalam industri kertas
menjual hasil produksinya senilai Rp550.000.000 kepada PT
Halilintar. Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.
3) Pada bulan Juli, PT Baja Perkasa menjual hasil produknya kepada
PT Adi Karya senilai Rp1.100.000.000. Harga tersebut sudah
termasuk PPN sebesar 10%.
Jawaban:

No PPh Pasal 22 yang Dipungut Nilai (Rp)

1 DPP PPN = (100/110) x Rp825.000.000 Rp750.000.000

  0,25% x Rp750.000.000 Rp1.875.000

2 DPP PPN = (100/110) x Rp550.000.000 Rp500.000.000

  0,25% x Rp500.000.000 Rp500.000

3 DPP PPN : (100/110) x Rp1.100.000.000 Rp1.000.000.000

  0,25% x Rp1.000.000.000 Rp3.000.000

4. Perhitungan PPh Pasal 22 yang Dipungut oleh Pertamina dan


Badan Usaha Selain Pertamina
Kasus dan Pertanyaan: 
PT Pertamina selaku produsen bahan bakar minyak, gas, dan pelumas
menyerahkan bahan bakar minyak senilai Rp300.000.000 (tidak
termasuk PPN) kepada non-SPBU. Maka, berapakah PPh Pasal 22
yang dipungut?21
Jawaban: 
PPh Pasal 22 yang dipungut atas penyerahan bahan bakar minyak

21
ibid

20
adalah:
0,3% x Rp 300.000.000 = Rp900.000

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
PPh Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas segala penghasilan. 
Kini ada cara yang lebih mudah, akurat dan cepat untuk hitung, setor dan
lapor PPh Pasal 21, yaitu dengan menggunakan fitur PPh 21 di aplikasi
OnlinePajak. 
Ada banyak kelebihan menggunakan fitur PPh 21 di aplikasi OnlinePajak,
di antaranya yaitu:
a. Perhitungan PPh 21 otomatis dan akurat, tanpa perlu hitung manual
lagi dengan excel.  
b. Dilengkapi banyak fitur perhitungan pajak karyawan sesuai dengan
peraturan yang berlaku. 
c. Bisa langsung buat ID billing, setor pajak online dan efiling gratis
dalam satu aplikasi terpadu.
PPh Pasal 22 adalah pajak yang dikenakan pada bendahara atau badan-
badan tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan
kegiatan perdagangan ekspor, impor dan re-impor. Sekarang dengan
adanya Peraturan Menteri Keuangan No. 90/PMK.03/2015, pemerintah
melebarkan badan-badan yang berhak memungut PPh Pasal 22 yaitu
menjadi wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang
tergolong sangat mewah.
PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap
‘menguntungkan’, karena itu PPh Pasal 22 dapat dikenakan baik saat
penjualan maupun pembelian.
Tarif PPh Pasal 22 bervariasi tergantung dari objek pajaknya, yaitu
berkisar antara 0,25%-1,5%.

21
4.2 Saran
Dari uraian pembahasan di atas kami menyarankan kepada pembaca
sekalian agar manfaat dari pembahasan mengenai Pajak Penghasilan Pasal
21dan PPH 22 dapat memberikan wawasan positif. Dimana sisi positif dari
uraian tersebut bisa dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan tentang Pajak Penghasilan Pasal 21 dan PPH 22 tersebut dan
sisi kurang baiknya bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk
menjadi lebih baik lagi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Barata, Atep Adya. Panduan Lengkap Pajak Penghasilan. Visimedia, 2011.


Muaya, Amelia. “Analisis Perhitungan, Penetapan Dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 Pada Yayasan Perguruan Tinggi Katolik Keuskupan
Manado.” Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan
Akuntansi 4, no. 2 (2016).
Nurul Mutmainnah Karnila. “PROSEDUR PENERAPAN PAJAK
PENGHASILAN (PPh) PASAL 22 PADA LEMBAGA PENJAMINAN
MUTU PENDIDIKAN YOGYAKARTA.” Αγαη 8, no. 5 (2019): 55.
Pengadaan, Atas, Barang Pada, P T Wijaya, and T B K P P B Sumut. “ANALISIS
PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 22 ATAS
PENGADAAN BARANG PADA PT. WIJAYA KARYA BETON, TBK
PPB SUMUT,” 2019.
Susan, Jeane. “Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada PT.
Megasurya Nusalestari Manado.” Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi 1, no. 4 (2013).
Watung, Debora Natalia. “Analisis Perhitungan Dan Penerapan Pajak Penghasilan
Pasal 21 Serta Pelaporannya.” Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi 1, no. 3 (2013).
Prof.Dr. Mardiasmo, MBA.,Ak, “Perpajakan Edisi Terbaru 2018” Dosen Fakultas
Ekonomi Universitas Gajah Mada
https://atpetsi.or.id/contoh-soal-perhitungan-pph-pasal-21
https://atpetsi.or.id/contoh-soal-perhitungan-pph-pasal-22

23

Anda mungkin juga menyukai