Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Perpajakan
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN PASAL 22” makalah
ini diajukan untuk memenuhi mata kuliah Perpajakn dengan dosen pengampu Ibu
Maya Meilia, M.Pd
Adapun dalam penyusunan makalah ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat
memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami ingin
mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami harap semoga makalah ini dapat diambil manfaatnya bagi pembaca
sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca. Penyusun membutuhkan
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun. Sekali lagi kami ucapkan
terimakasih.
Desember, 2021
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1
1.1 Latar belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI..............................................................................3
2.1 PAJAK PENGHASILAN ................................................................3
2.1.1 Pengertian Pajak Penghasilan......................................................3
2.1.2 Objek Pajak Penghasilan.............................................................3
2.1.3 Tarif Pajak Penghasilan...............................................................4
2.2 Pajak Penghasilan Pasal 21..............................................................4
2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21........................................4
2.2.2 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21.....................................6
2.2.3 Penghasilan Yang Dikecualikan Dari Pengenaan PPh Pasal 21..7
2.3 Pajak Penghasilan Pasal 22..............................................................7
2.3.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22........................................7
2.3.2 Pemungut dan Objek PPh Pasal 22..............................................8
2.3.3 Pengecualian Pemunggut PPh Pasal 22.......................................9
2.3.4 Tata Cara Perhitungan PPh Pasal 22..........................................10
2.3.5 Pelaporan dan penyetoran PPh Pasal 22 ...................................12
BAB III IMPLEMENTASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN............14
3.1 Contoh Soal Dan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21.............14
3.2 Contoh Soal Dan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22.............17
BAB IV PENUTUP.........................................................................................
4.1 Kesimpulan………………………………………………………...22
4.2 Saran……………………………………………………………….23
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari pajak penghasilan ?
2. Apa saja yang menjadi objek pajak penghasilan ?
3. Bagaimana uraian mengenai pajak penghasilan pasal 21 ?
4. Bagaimana uraian mengenai pajak penghasilan pasal 22 ?
2
BAB II
KAJIAN TEORI
1
Atep Adya Barata, Panduan Lengkap Pajak Penghasilan (Visimedia, 2011).
3
diterima atau diperoleh oleh wajib pajak, baik yang berasal dari
indonesia maupun dari luar indonesia, yang dapat dipakai atau
dikonsumsi untuk menambah kekayaan wajib pajak yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.2
4
kecuali pada berbagai kegiatan yang dikenakan tarif sesuai dengan
peraturan pemerintah.4
Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
wajib dilakukan oleh:
1. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
2. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan,
jasa, atau kegiatan.
3. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun
dan pembayaran lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun.
4. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas.
5. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan
dengan pelaksanaan suatu kegiatan.
Besarnya tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 20% daripada tarif
yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Ketentuan mengenai petunjuk
pelaksanaan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan5
4
Watung, “Analisis Perhitungan Dan Penerapan Pajak Penghasilan Pasal 21 Serta Pelaporannya.”
5
https://www.pajak.go.id
5
Sesuai dengan Pasal 17 ayat 1, Undang-Undang No. 36 tahun
2008 (Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan), maka perhitungan
Pajak penghasilan pasal 21:
Tarif Pasal 17 x Penghasilan Kena Pajak. Keterangan: Pengasilan
Kena Pajak diperoleh setelah penghasilan bruto dikurangi biaya
jabatan (5% dari penghasilan bruto, maksimal Rp 500.000,- per bulan
atau Rp 6.000.000,- setahun) dan iuran pensiun yang dibayar sendiri.
Besarnya tarif yang diterapkan terhadap wajib pajak yang tidak
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak(NPWP) adalah lebih tinggi 20%
(dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib
Pajak yang dapat menunjukkan NPWP. Misalnya WP terkena lapisan
5%, karena tidak mempunyai NPWP maka perhitungannya menjadi
5% x 120% x Penghasilan Kena Pajak(PKP) atau 6% x PKP.Bila
digabungkan dalam satu tabel tarif menjadi sebagai berikut: 6
6
Jeane Susan, “Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada PT. Megasurya
Nusalestari Manado,” Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi 1,
no. 4 (2013).
6
2. Penerimaan dalam bentuk kenikmatan dalam bentuk apapun
diberikan oleh wajib pajak atau pemerintah yang dikenakan pajak
penghasilan yang bersifat final dan dikenakan pajak penghasilan
berdasarkan norma perhitungan khusus.
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang
pendirinya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan
hari tua kepada iuran penyelenggara tunjangan hari tua atau badan
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh
pemberi kerja.
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan
atau lembaga amal zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang
pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk dan
disahkan oleh pemerintah.
5. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu.7
7
Prof.Dr. Mardiasmo, MBA.,Ak, “Perpajakan Edisi Terbaru 2018” Dosen Fakultas Ekonomi
Universitas Gajah Mada
8
Nurul Mutmainnah Karnila, “PROSEDUR PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 22 PADA
LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN YOGYAKARTA,” Αγαη 8, no. 5 (2019): 55.
7
a. Bank Devisa dan direktorat Jendral Bea dan Cukai atas impor
barang.
b. Bendahara pemerintah dan Kuasa pengguna Anggaran (KPA)
sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Instansi atau lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga
negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian
barang.
c. Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas
pembelian barang yang dilakukan dengan mekanisme uang
persediaan (UP)
d. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat
Perintah Membayar yang diberi barang kepada pihak ketiga yang
dilakukan dengan mekanisme pembayan langsung (LS)
e. Badan Usaha Milik Negara yaitu badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan, yang meliputi:
1) PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, PT
Telkomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, PT
Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Hutama Karya (Persero), PT
Krakatau Steel (Persero) dan
2) Bank-bank Badan Usaha Milik Negara
3) Berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang dan
bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya.
f. Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen,
industri kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri
farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di
dalam negeri
8
g. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek
(APM), dan importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan
kendaraan bermotor dalam negeri
h. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas, atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas
i. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian, perternakan, dan perikanan, atas pembelian
bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan
industrinya atau ekspornya.9
9
Atas Pengadaan et al., “ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 22 ATAS
PENGADAAN BARANG PADA PT. WIJAYA KARYA BETON, TBK PPB SUMUT,” 2019.
9
6. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan
penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
7. Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri yang dilakukan
oleh industri otomotif, Agen Tunggal Pemegang Merek (AGPM),
dan importer umum kendaraan bermotor, yang telah dikenai
pemungutan Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan pasal 22
atas barang yang tergolong sangat mewah.
8. Atas impor emas batangan yang akan diproses untuk
menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor.
Pengecualian ini harus dinyatakan dengan Surat Keterangan bebas
(SKB) pajak penghasilan pasal 22 yang diterbitkan oleh direktur
jenderal pajak.10
Dasar Pengenaan
No Kondisi Tarif Keterangan
Pajak (DPP)
1 Impor barang Nilai Impor = CIF +
- Dengan API 2,5% Nilai Impor pungutan lain (Bea
(Angka pengenal masuk, Bea Masuk
impor ) tambahan, Cukai dan
- Tanpa API 7,5% Nilai Impor pungutan pabean
- Barang tidak 7,5% Harga Lelang resmi lainnya)
dikuasai
2 Pembelian barang 1,5% Harga Beli di luar
10
Nurul Mutmainnah Karnila, “PROSEDUR PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 22
PADA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN YOGYAKARTA.”
10
yang dananya PPN (DPP PPN)
berasal dari APBD/
APBN, termasuk
pembelian yang
dilakukan badan-
badan, tertentu
yang di tunjuk
sebagai pemungut.
3 Penjualan hasil
produksi industri
tertentu di dalam
negeri
- Semen 0,25% DPP PPN (FINAL)
- Kertas 0,1% DPP PPN
- Baja 0,3% DPP PPN
- Rokok (final) 0,15% Harga Bandrol
- Produk otomotif 0,45% DPP PPN
4 Penjualan BBM Bersifat final jika
jenis premix, super pembeli barang
TT, dan gas di adalah agen/penyalur
dalam negeri BBM
- Premium, solar, 0,25 Penjualan
premix/super TT
(SPBU Pertamina)
- Premium, solar,
premix/super TT 0,3% Penjualan
(SPBU Swasta)
- Minyak tanah, gas
dan LPG 0,3% Penjualan
5 Pembelian barang 0,25% DPP PPN
hasil pertanian,
perkebunan,
11
kehutanan, dan
perikanan
11
Pengadaan et al., “ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 22 ATAS PENGADAAN
BARANG PADA PT. WIJAYA KARYA BETON, TBK PPB SUMUT.”
12
Ibid.
12
negeri berakhir. masa pajak berakhir.
-Semen
-Kertas
-Baja
-Rokok (final)
-Produk otomotif
4 Penjualan BBM jenis Paling lambat tanggal Paling lambat
premix, super TT, dan 10 setelah masa pajak tanggal 20 setelah
gas di dalam negeri berakhir. masa pajak berakhir.
-Premium, solar,
premix/super TT (SPBU
pertamina)
-Premium, solar, premix
/ super TT (SPBU
swasta)
-Minyak tanah, gas dan
LPG
5 Pembelian barang hasil Paling lambat tanggal Paling lambat
pertanian, perkebunan, 10 setelah masa pajak tanggal 20 setelah
kehutanan, dan berakhir. masa pajak berakhir.
perikanan
BAB III
CONTOH IMPLEMENTASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN 22
13
Seorang karyawan bernama Adi Septiawan (kawin) dan memiliki 4
orang anak, bekerja pada PT XYZ dengan memperoleh gaji sebesar
Rp14.000.000 per bulan. Perusahaan tempat Adi bekerja mengikuti
program jamsostek.
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan premi Jaminan Kematian
(JKM) dan Iuran Jaminan Hari Tua (JHT) dibayar oleh pemberi kerja
setiap bulan masing-masing sebesar 1,5%, 0,3%, dan 3,7% dari gaji.
Selain itu, Adi juga membayar iuran pensiun Rp150.000 dan iuran
jaminan hari tua sebesar 2% dari gaji untuk setiap bulan. Pada tahun
berjalan, Adi juga menerima bonus sebesar Rp8.000.000.
Pertanyaannya, berapa besar PPh Pasal 21 atas bonus tersebut?13
Jawaban:
PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus (penghasilan setahun)
(f) Pengurangan
13
https://atpetsi.or.id/contoh-soal-perhitungan-pph-pasal-21
14
5% x Rp 50.000.000 2.500.000
(e) Pengurangan
14
ibid
15
Jadi, besarnya PPh 21 atas bonus yang harus dibayarkan sebesar Rp
1.200.000
Catatan: * tambahan untuk setiap anak sebesar Rp 4,5 juta dengan
maksimal paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.15
15
ibid
16
PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT BCD atas penghasilan yang
diterima Aliyanto adalah sebesar:
5% x 50% x Rp 11.200.000 = Rp280.000
Dalam hal Aliyanto tidak memiliki NPWP maka PPh Pasal 21 yang
harus dipotong oleh PT BCD menjadi:
120% x 5% x 50% x Rp 11.200.000 = Rp 336.000
Catatan: *untuk pembayaran upah harian kepada masing-masing
pekerja wajib dipotong PPh Pasal 21 oleh Aliyanto.16
16
ibid
17
https://atpetsi.or.id/contoh-soal-perhitungan-pph-pasal-22
17
Jadi, besarnya PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Dinas Pendidikan Kota
Tangerang Selatan sebesar Rp150.000. PPh Pasal 22 = 1,5% x harga
pembelian tidak termasuk PPN.
Atas pembelian barang yang dananya berasal dari belanja negara atau
belanja daerah yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22
adalah:18
1. Pembayaran atas penyerahan barang (bukan merupakan jumlah
yang dipecah-pecah) yang meliputi jumlah kurang dari
Rp1.000.000,00.
2. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak,listrik,gas,air
minum/PDAM, dan benda-benda pos.
3. Pembayaran/ pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh
kantor Perbendaharaan dan Kas Negara.
18
ibid
19
ibid
18
No Diketahui Perhitungan Nilai (US$)
Jadi, PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC, jika PT ABC memiliki
API (2,5% x Nilai Impor):
2,5% x Rp1.495.000.000 = Rp37.375.000
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC jika PT ABC tidak memiliki
API (7,5% x Nilai Impor):
7,5% X Rp1.495.000.000 = Rp112.125.000
19
1) Pada bulan Agustus, PT Semen Sentosa menjual hasil produknya
kepada PT Indah Bahagia senilai Rp825.000.000. harga tersebut
sudah termasuk PPN sebesar 10%.
2) Pada bulan April, PT Gerhana yang bergerak dalam industri kertas
menjual hasil produksinya senilai Rp550.000.000 kepada PT
Halilintar. Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.
3) Pada bulan Juli, PT Baja Perkasa menjual hasil produknya kepada
PT Adi Karya senilai Rp1.100.000.000. Harga tersebut sudah
termasuk PPN sebesar 10%.
Jawaban:
21
ibid
20
adalah:
0,3% x Rp 300.000.000 = Rp900.000
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
PPh Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas segala penghasilan.
Kini ada cara yang lebih mudah, akurat dan cepat untuk hitung, setor dan
lapor PPh Pasal 21, yaitu dengan menggunakan fitur PPh 21 di aplikasi
OnlinePajak.
Ada banyak kelebihan menggunakan fitur PPh 21 di aplikasi OnlinePajak,
di antaranya yaitu:
a. Perhitungan PPh 21 otomatis dan akurat, tanpa perlu hitung manual
lagi dengan excel.
b. Dilengkapi banyak fitur perhitungan pajak karyawan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
c. Bisa langsung buat ID billing, setor pajak online dan efiling gratis
dalam satu aplikasi terpadu.
PPh Pasal 22 adalah pajak yang dikenakan pada bendahara atau badan-
badan tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan
kegiatan perdagangan ekspor, impor dan re-impor. Sekarang dengan
adanya Peraturan Menteri Keuangan No. 90/PMK.03/2015, pemerintah
melebarkan badan-badan yang berhak memungut PPh Pasal 22 yaitu
menjadi wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang
tergolong sangat mewah.
PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap
‘menguntungkan’, karena itu PPh Pasal 22 dapat dikenakan baik saat
penjualan maupun pembelian.
Tarif PPh Pasal 22 bervariasi tergantung dari objek pajaknya, yaitu
berkisar antara 0,25%-1,5%.
21
4.2 Saran
Dari uraian pembahasan di atas kami menyarankan kepada pembaca
sekalian agar manfaat dari pembahasan mengenai Pajak Penghasilan Pasal
21dan PPH 22 dapat memberikan wawasan positif. Dimana sisi positif dari
uraian tersebut bisa dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan tentang Pajak Penghasilan Pasal 21 dan PPH 22 tersebut dan
sisi kurang baiknya bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk
menjadi lebih baik lagi.
22
DAFTAR PUSTAKA
23