Anda di halaman 1dari 17

PPH, SUBJEK PAJAK, DAN OBJEK PAJAK

MAKALAH

DOSEN PENGAMPU
DRA. SUSFA YETTI, M.SI, AK.

DISUSUN
O
L
E
H
KELOMPOK 7 :
1. CLARISA PRAGITA C1C022091
2. M. FAJRI C1C022063

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS JAMBI

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul “PPh, Subjek Pajak, dan Objek Pajak”.
Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis haturkan ucapan terimakasih
kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Terutama
kepada Ibu Dra. Susfa Yetti, MSi.,Ak, selaku dosen pengampu mata kuliah
“Perpajakan 1”. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Namun
kami sebagai penyusun tetap mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif sehingga bisa menjadi acuan dalam penyusunan makalah selanjutnya.

Jambi, 11 Mei 2023

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I ....................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 3

BAB II ..................................................................................................................... 4

KAJIAN TEORI .................................................................................................... 4

2.1 Pajak Penghasilan (PPh)......................................................................... 4

2.2 Subjek Pajak ...................................................................................... ...10

2.3 Objek Pajak …………………………………………………………..11

BAB III.................................................................................................................. 16

PENUTUP............................................................................................................. 16

3.1 Kesimpulan ……...…………………………….…………………….16

3.2 Saran …………………………………………..……………………18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Menurut Rochmat Soemitro dalam buku Pengantar Singkat Hukum Pajak


(Eresco, Bandung, 1992) pajak adalah gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada
di dalam masyarakat. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang pada suatu
waktu berkumpul untuk tujuan tertentu. Negara adalah masyarakat yang
mempunyai tujuan tertentu. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan
hidup masyarakat dan kepentingan masyarakat. Untuk kelangsungan hidup masing
masing diperlukan biaya. Biaya hidup individu, menjadi beban dari individu yang
bersangkutan dan berasal dari penghasilannya sendiri. Biaya hidup negara adalah
untuk kelangsungan alat-alat negara, administrasi negara, lembaga negara, dan
seterusnya, dan harus dibiayai dari penghasilan negara.
Pungutan pajak mengurangi penghasilan atau kekayaan individu tetapi
sebaliknya merupakan penghasilan masyarakat yang kemudian di kembalikan lagi
kepada masyarakat, melaui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan yang akhirnya kembali lagi kepada seluruh masyarakat yang
bermanfaat bagi rakyat, baik yang membayar maupun tidak. Dalam pemungutan
pajak subjek dan objek pajak harus jelas. Oleh karena itu harus dikelola dengan
baik dan benar sehingga data wajib pajak sesuai. Selain itu, tarif pajak harus
ditentukan berdasarkan ketentuan yang berlaku saat itu. Dengan demikian para
wajib pajak dapat rutin dan patuh membayar pajak. Subjek pajak adalah orang,
badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi syarat-syarat subjektif, yaitu
bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak baru menjadi
wajib pajak bila telah memenuhi syarat-syarat obyektif. Objek pajak adalah apa
yang dikenakan pajak. Mengingat penting dan strategisnya objek pajak karena
menyangkut apa yang dikenakan atau tidak dikenakannya pajak atas objek
dimaksud, sehingga dalam UU perpajakan kita selalu dengan tegas dinyatakan apa
yang menjadi objek setiap jenis pajak.

1
Sebelum ditetapkan sebagai wajib pajak, setiap pihak harus memenuhi
persyaratan sebagai subyek pajak terlebih dahulu. Untuk setiap jenis pajak,
terdapat perbedaan mengenai pengertian subyek pajak dan siapa saja pihak yang
termasuk subyek pajak karena didalam Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan
(KUP) tidak dijelaskan mengenai subyek pajak. Setelah ditentukan subyek
pajaknya, maka kita melihat obyek pajak. Apakah subyek pajak tersebut patut atau
tidak untuk dikenakan pajak.
Menurut Undang-undang Pajak Penghasilan yang disebut subyek pajak
dalam hal ini adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh
penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan pajak penghasilan. Secara garis
besar, subyek PPN diantaranya, Pengusaha Kena Pajak (PKP), Pengusaha Kecil,
Badan-badan tertentu, seperti PERTAMINA. Yang menjadi subyek pajak PBB
adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi,
dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/ atau
memperoleh manfaat atas bangunan. Yang menjadi subyek pajak BPHTB adalah
orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan/bangunan. Bea
Meterai terutang oleh pihak yang memperoleh atau menerima manfaat dari
dokumen, kecuali pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain.
Menurut Undang-undang yang menjadi objek pajak penghasilan adalah
penghasilan yaitu setiap Tambahan Kemampuan Ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Yang
menjadi obyek PBB adalah bumi dan bangunan. Demikian juga pengertian subjek
dan objek pajak pada beberapa jenis pajak lainnya. Dimana pengertian subjek dan
objek pajak tergantung pajak apa yang dimaksud. Di dalam makalah ini akan
dibahas lebih mendetail mengenai subjek beserta PPh.

2
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka, rumusan masalah adalah sebagai


berikut ;

1. Bagaimana PPh Pajak itu?

2. Apa Saja Subjek Pajak itu?

3. Apa saja Objek Pajak itu?

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka, tujuan penulisan adalah sebagai


berikut ;

1. Untuk menjelaskan mengenai PPh Pajak.

2. Untuk menjelaskan mengenai Subjek dalam Pajak.

3. Untuk Menjelaskan mengenai Objek dalam Pajak.

3
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima
atau diperolehnya dalam tahun pajak. Penghasilan adalah: Setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal
dari dalam negeri (Indonesia) maupun luar negeri yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama
dan bentuk apapun.
Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi
atau badan atas penghasilan yang diterima dalam suatu tahun pajak. Undang-
undang No. 7 Tahun 1984 tentang pajak penghasilan (PPh) berlaku 1 Januari
1984. Undang-undang ini telah beberapa kali mengalami perubahan dan terakhir
kali diubah dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008. Ada banyak pasal
pajak penghasilan mulai dari PPh pasal 21, 22, 23, 24, 25, 26, 29, dan PPh final.
Tarif pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai
berikut:
 Lapisan Penghasilan Kena Pajaksampai dengan Rp60.000.000,00 (enam
puluh juta rupiah) dikenai tarif 5%(lima persen).
 Lapisan Penghasilan Kena Pajak di atas Rp60.000.000,00 (enam puluh juta
rupiah) sampai dengan Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
dikenai tarif 15%(lima belas persen).
 Lapisan Penghasilan Kena Pajakdi atas Rp250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah) sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) dikenai tarif 25%(dua puluh limapersen).
 Lapisan Penghasilan Kena Pajakdi atas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dikenai
tarif 30%(tiga puluh persen).
 Lapisan Penghasilan Kena Pajak di atas Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah) dikenai tarif 35% (tiga puluh lima persen).

4
Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur pengenaan Pajak
Penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima
atau diperolehnya dalam Tahun Pajak. Subjek Pajak tersebut dikenai pajak apabila
menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek Pajak yang menerima atau
memperoleh penghasilan dalam Undang-undang PPh disebut wajib pajak. Wajib
pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu
Tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian Tahun
pajak apabila mewajibkan pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam Tahun
Pajak.

2.2 Subjek Pajak


Subjek Pajak
Pasal 2 ayat (1) dan ayat (1a) dalam UU Pajak Penghasilan, ditentukan
bahwa yang menjadi subjek pajak adalah :
1. a. Orang Pribadi
orang pribadi sebagai subjek pajak dapat tinggal atau berada di
Indonesia atau di luar Indonesia.
b. Warisan yang belum terbagi
warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan
subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu
ahli waris. Penunjukkan warisan yang belum terbagi sebagai
subjek pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas
penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat
dlilaksanakan.
2. Badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk
apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi social politik,
atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif.

5
3. Bentuk Usaha Tetap (BUT), merupakan subjek pajak yang
perlakuan perpajakannya dipersamakkan dengan subjek pajak
badan.
Subjek Pajak Dalam Negeri dan Luar Negeri
Pasal 2 ayat 2 subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri
dan subjek pajak luar negeri.
1. Subjek Pajak Dalam Negeri
Pasal 2 ayat (3) subjek pajak dalam negeri adalah :
 Subjek pajak orang pribadi yaitu: orang pribadi yang berada
di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
atau orang yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia
dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
 Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang
memenuhi kriteria :
a Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan .
b Pembiayannya bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
c Penerimaannya dimasukkan dalam Anggaran
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
d Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan
fungsional Negara.
 Subjek pajak warisan, yaitu :
Warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak.
2. Subjek Pajak Luar Negeri
Pasal 2 ayat (4) subjek pajak luar negeri adalah :
 Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka

6
waktu 12 bulan yang menjalankan usahanya melalui BUT di
Indonesia.
 Orang pribadi sebagaimana point a yang menerima
penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.
 Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui BUT di Indonesia.
 Badan sebagaimana point c yang menerima penghasilan
bukan dari BUT di Indonesia.

3. Mulai dan berakhirnya sebagai subjek pajak dalam negeri maupun


subjek pajak luar negeri :

7
Tidak termasuk Subjek Pajak
Yang tidak termasuk subjek pajak:
1. Badan Perwakilan Negara Asing
2. Pejabat perwakilan diplomat, konsulat dan pejabat lain negara asing
dan orangorang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja
dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat:
 Bukan WNI
 Di Indonesia, tidak melakukan pekerjaan atau usaha
 Adanya timbal balik dari negara yang bersangkutan
3. Organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam kep. Menkeu
No. 314/ KMK.04/1998 tanggal 15 Juni 1998 dengan syarat:
 Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut
 Tidak menjalankan usaha untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah
yang dananya berasal dari iuran anggota.
Contoh : ADB, IBRD, IDA, IFC, IJJDF, IMF, UNDP, FAO,
dll.
4. Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud
dalam kep menkeu No. 314/KMK.04 tanggal 15 Juni 1998 dengan
syarat :
 Bukan WNI
 Di Indonesia, tidak melakukan pekerjaan atau usaha
 Adanya timbal balik dari negara yang bersangkutan

2.3 Objek Pajak


Menurut UU No. 36 tahun 2008 menentukan “ Penghasilan “ sebagai objek
pajak, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang
dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk :
1. Penghasilan/imbalan atas pekerjaan atau jasa yang diterima (gaji upah,
tunjangan honorarium, komisi, bonus, pensiun dll)

8
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan
3. Laba usaha
4. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta, kecuali yang
ditetapkan oleh Menkeu.
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya.
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk dividen dari
perusahaan asurnsi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi termasuk Dividen yang diterima WP Orang Pribadi,
dikenakan PPh Final Pasal 4 UU No. 36 Tahun 2008 maksimal 10 %.
8. Royalti
9. Sewa dan penghasilan sehubungan dengan penggunaan harta
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
11. Keuntungan karena pembebasan utang.
12. Selisih revaluasi aktiva tetap
13. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
14. Premi asuransi
15. Iuran yang diterima wajib pajak sebagai anggota perkumpulan yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
16. Bunga obligasi
17. Surplus Bank Indonesia

Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada Wajib


Pajak, penghasilan tersebut dana dikelompokkan menjadi :
1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas,
seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, aktuaris,
akuntan, pengacara, dan sebagainya.
2. Penghasilan dari usaha atau kegiatan.
3. Penghasilan dari modal atau penggunaan harta, seperti sewa, bunga,
dividen, royalti, keuntungan dari penjualan harta yang tidak digunakan,
dan sebagainya.

9
4. Penghasilan lain-lain, yaitu penghasilan yang tidak dapat diklasifikasikan
ke dalam salah satu dari tiga kelompok penghasilan diatas, seperti :
a Keuntungan karena pembebasan utang
b Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
c Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
d Hadiah undian.

Bagi wajib pajak dalam negeri, yang menjadi objek pajak adalah
penghasilan baik yang berasal dari Indonesia maupun dari lua Indonesia.
Sementara itu, bagi wajib pajak luar negeri yang menjadi objek pajak
hanya penghasilan yang berasal dari Indonesia saja.

Penghasilan (Objek pajak) bagi wajib pajak luar negeri


Penghasilan terbatas pada penghasilan yang bersumber dari Indonesia,
disamping juga terbatas penghasilannya yang dibayarkan atau terhutang
oleh:
a Badan pemerintah
b Penyelenggara kegiatan
c Bentuk Usaha Tetap (BUT)
d Perwakilan perusahaan luar negeri, dengan penghasilan dalam
bentuk sebagai berikut: (dividen, bunga, royalti, imbalan, hadiah,
pensiun dll)
Tidak termasuk Objek Pajak
Pasal 4 ayat (3) yang dikecualikan dari objek pajak adalah :
1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan
amil zakat. Dan harta Hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah
dalam garis keturunan sederajat, badan keagamaan, sosial,
pengusaha kecil, koperasi yang ditetapkan Menkeu.
2. Warisan
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai
pengganti saham
4. Pengganti atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura.

10
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, asuransi beasiswa.
6. Dividen atau bagian laba yang diterima oleh Perseroan Terbatas
sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, BUMN, BUMD, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat :
a Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.
b Bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang
menerima dividen, kepemilikkan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal
yang disetor.
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan Menkeu.
8. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari Perseroan
Comanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham.
9. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
yang menjalankan usahanya di Indonesia, dengan syarat badan
pasangan usaha tersebut :
a Merupakan perusahaan mikro kecil, menengah
b Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
10. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
11. Bantuan dan santunan yang dibayarkan oleh Bdadan Penyelenggara
Jaminan Sosial kepada wajib pajak tertentu.

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari kajian teori yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan Pajak
Penghasilan adalah tambahan kemampuan ekonomis yang dapat digunakan
untuk konsumsi atau tambah kekayaan. Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak
atas penghasilan dalam satu tahun pajak. UU No. 7 Thn 1984 tentang PPh
berlaku 1 Januari 1984. UU ini pernah diubah dgn UU No. 36/2008. Pasal PPh
meliputi PPh 21, 22, 23, 24, 25, 26, 29, dan PPh final. Undang-undang PPh
mengatur pajak atas penghasilan subjek pajak dalam Tahun Pajak. Subjek
Pajak dikenai pajak jika memperoleh penghasilan dan disebut wajib pajak
dalam UU PPh. WP kena pajak atas penghasilannya selama satu Tahun Pajak
atau untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak jika pajak subjektifnya
dimulai/berakhir dalam Tahun Pajak. Juga, pajak sosial bisa diterapkan untuk
WP tertentu. Subjek pajak orang pribadi bisa di dalam atau di luar Indonesia.
Warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti untuk pengenaan
pajak atas penghasilan dari warisan tersebut. Badan terdiri dari PT, PK,
BUMN/BUMD, firma, koperasi, yayasan, dll. BUT sama dengan subjek pajak
badan. Pasal 2 ayat 2 membedakan subjek pajak menjadi dalam negeri dan
luar negeri. Objek pajak penghasilan adalah tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, termasuk penghasilan/imbalan atas
pekerjaan atau jasa. Bunga adalah premium, diskonto, dan imbalan jaminan
pengembalian utang. Dividen, termasuk dari perusahaan asuransi dan koperasi,
dikenakan PPh Final Pasal 4 UU No. 36 Tahun 2008 maks 10% bagi WP
Orang Pribadi. Bagi wajib pajak dalam negeri, yang menjadi objek pajak
adalah penghasilan baik yang berasal dari Indonesia maupun dari lua
Indonesia. Sementara itu, bagi wajib pajak luar negeri yang menjadi objek
pajak hanya penghasilan yang berasal dari Indonesia saja.

12
3.2 Saran
Penghasilan negara terbesar adalah dari pajak. Pajak memiliki peranan
penting dalam pembangunan suatu negara khususnya Indonesia. Oleh karena itu,
pengelolaan pajak harus dikelola dengan baik dan benar agar manfaatnya dapat
dirasakan oleh rakyat. Selain itu juga para wajib pajak harus rutin dalam membayar
pajak demi tercapainya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia.
Dengan adanya pembahasan diatas, diharapkan pembaca dapat memahami
lebih lanjut tentang pajak dan dapat menerapkannya di dunia perkuliahan nantinya.
Penulis jugs membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca dengan harapan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Barata, A. A. (2011). Panduan Lengkap Pajak Penghasilan. Visimedia.


Tanpa nama. (2023). Pajak Penghasilan: Pengertian dan Cara Menghitungnya.
https://www.cermati.com/artikel/pajak-penghasilan-pengertian-
dan-cara-menghitungnya#:~:text=Pajak%20penghasilan%20(PPh)
%20adalah%20pajak,Undang%20Nomor%2036%20tahun%20208
. Diakses pada tanggal 11 Mei 2023,
Eka Putra, Wirmie dan Kamadie Sumanda S. (2016). Modul Ajar Pengantar
Perpajakan. Jambi: Salim Media Indonesia.
Mardiasmo. (2019). Perpajakan Edisi 2019. Penerbit Andi.

Resmi, Siti. (2019). Perpajakan Teori & Kasus Edisi 11 Buku 1. Jakarta: Salemba

Empat

Soemitro, Rochmat. 1992. Pengantar Singkat Hukum Pajak. PT Eresco.

14

Anda mungkin juga menyukai