MAKALAH
Disusun oleh :
2024
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Subhannallahu Wa Ta’ala yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
mata kuliah Perpajakan yang berjudul “Pajak Penghasilan Orang Pribadi” dengan tepat waktu.
Dan kami ucapkan terima kasih kepada ibu Azka Nur Diana, S. E., M. Ak. selaku dosen
pengampu mata kuliah Perpajakan.
Dalam makalah Perpajakan ini, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, kami berharap semoga makalah
Perpajakan ini dapat memberikan manfaat maupun referensi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi
sebesar-besarnya kepada kemakmuran rakyat. Sedangkan pajak penghasilan adalah pajak
yang dibebankan kepada penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya.
Pajak penghasilan bisa diberlakukan secara progresif, proposional, atau regresif.
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut kepada objek pajak atas penghasilan
yang diperolehnya. Pajak penghasilan akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan
usaha selaku wajib pajak yang memperoleh penghasilan. Setiap perusahaan jasa maupun
non jasa sebagai wajib pajak diwajibkan untuk membayar pajak. Bagi perusahaan, pajak
merupakan sumber pengeluaran tanpa adanya imbalan langsung untuk perusahaan tersebut
memungkinkan. Untuk itu penulis akan membahas segala sesuatu yang berkaitan dengan
pajak penghasilan.
Indonesia menerapkan UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 14 yang mengatur tentang
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp 4.800.000.000
(empat miliar delapan ratus juta rupiah) diperkenankan untuk menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN) dalam menghitung Penghasilan Kena Pajaknya.
B. Rumusan Masalah
3. Apa Saja Yang Termasuk Siapa Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi ?
4. Bagaimana?
1
6. Berapakah Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk memahami dan mengetahui pengertian dari Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
2. Untuk memahami dan mengetahui Subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Secara mendasar, pajak penghasilan orang pribadi terbagi menjadi dua yakni, orang
pribadi yang bekerja sebagai karyawan dan orang pribadi yang melakukan pekerjaan atau
usaha (pengusaha).
Pajak penghasilan orang pribadi (PPh OP) adalah pajak yang dikenakan terhadap
subjek pajak orang pribadi atas penghasilan yang diperoleh dalam tahun pajak maupun
bagian tahun pajak. Orang pribadi adalah subjek pajak penghasilan yang mencakup orang
pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia maupun di luar Indonesia.
Menurut Subekti dan asrori, Pengertian Pajak penfhasilan adalah pajak yang
dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorangan dan badan berkenaan dengan
penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun.Berdasarkan pengertian
diatas, dapat diketahui adanya ciri ciri tertentu pajak penghasilan, yaitu :
1. Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan pada setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh karena suatu hal dimana tambahan kemampuan
ekonomis tersebut dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan .
2. Penghasilan yang terkena pajak adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh
selama satu tahun pajak. Tahun pajak adalah jangka waktu takwim atau satu tahun
buku.
3. Penghasilan yang terkena pajak adalah penghasilan yang diperoleh seseorang baik dari
dalam negeri atau diluar negeri serta penghasilan yang berasal dari indonesia yang
diperoleh orang luar negeri .1
B. Subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Muljono (2010:2), menjelaskan bahwa subjek pajak dalam negeri adalah orang
pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau berkedudukan di dalam Indonesia yang
dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia atau luar Indonesia, baik
dengan atau tanpa melalui bentuk usaha tetap di luar negeri dan juga warisan yang belum
terbagi.2 Berdasarkan undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan,
1
Dina Fitriani W “ Analisis factor-faktor yang mempengaruhi jumlah penerimaan pajak penghasilan orang pribadi “
Vol.3 No 2 Journal of Indonesian applied economis, 2009, hal 139
2
Ega Skriptian Kurnia, “Efektivitas Kegiatan Ekstensifikasi Perpajakan Dalam Upaya Meningkatkan Penerimaan
Pajak Penghasilan Orang Pribadi”Vol. 6 No 2, Jurnal Perpajakan (JEJAK), 2015, hal 2.
3
Subjek pajak dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Kriteria Subjek Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
Perubahan Pasal 2 Ayat (3) huruf a
Undang-undang Pajak Penghasilan Undang-undang Cipta Kerja
Termasuk subjek pajak dalam negeri Termasuk subjek pajak dalam negeri
adalah orang pribadi yang bertempat adalah orang pribadi, baik yang
tinggal di Indonesia, orang pribadi yang merupakan warga negara Indonesia (WNI)
berada di Indonesia lebih dari 183 hari maupun warga negara asing (WNA) yang:
dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang 1. Bertempat tinggal di Indonesia;
pribadi yang dalam suatu tahun pajak 2. Berada di Indonesia lebih dari 183 hari
berada di Indonesia dan mempunyai niat dalam jangka waktu 12 bulan;
untuk bertempat tinggal di Indonesia. 3. Dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia.
4
(BUT) di Indonesia 4. status subjek pajak; dan/atau
5. persyaratan tertentu lainnya yang
menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap
(BUT) di Indonesia atau yang dapat
menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia tidak dari
menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap
(BUT) di Indonesia.3
4
Dina Fitriani W “ Analisis factor-faktor yang mempengaruhi jumlah penerimaan pajak penghasilan orang pribadi “
Vol.3 No 2 Journal of Indonesian applied economis, 2009, hal 140
5
Heltyova Purba “Analisis Perbedaan Pajak Penghasilan Terutang Berdasarkan Norma Penghitungan Dengan Pph
Final Wajib Pajak Orang Pribadi Usahawan Di Bidang Usaha Perdagangan Pada Kpp Pratama Indramayu,2013
6
tidak benar.
Norma Penghitungan disusun sedemikian rupa berdasarkan hasil penelitian atau
data lain, dan dengan memperhatikan kewajaran. Norma Penghitungan akan sangat
membantu Wajib Pajak yang belum mampu menyelenggarakan pembukuan untuk
menghitung penghasilan neto.
Ayat (2)
Norma Penghitungan Penghasilan Neto hanya boleh digunakan oleh Wajib Pajak
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran
brutonya kurang dari jumlah Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
Untuk dapat menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto tersebut, Wajib pajak
orang pribadi harus memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu
3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.
Ayat (3)
Wajib Pajak orang pribadi yang menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto tersebut wajib menyelenggarakan pencatatan tentang peredaran brutonya
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan
tata cara perpajakan pencatatan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan penerapan
norma dalam menghitung penghasilan neto.
Ayat (4)
Apabila Wajib Pajak orang pribadi yang berhak bermaksud untuk menggunakan
Norma Perhitungan Penghasilan Neto, tetapi tidak memberitahukannya kepada Direktur
Jenderal Pajak dalam jangka waktu yang ditentukan, Wajib Pajak tersebut dianggap
memilih menyelenggarakan pembukuan.
E. Norma Pembukuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Keputusan Dirjen Pajak no. 536/PJ/2000 tentang pembukuan
Pasal 1
1). Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan
peredaran bruto sebesar Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) atau lebih dalam 1
(satu) tahun wajib menyelenggarakan pembukuan.
2). Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan
peredaran bruto di bawah Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dalam 1 (satu)
tahun wajib menyelenggarakan pencatatan, kecuali Wajib Pajak yang bersangkutan
7
memilih menyelenggarakan pembukuan.
3). Wajib Pajak orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) yang tidak memilih
untuk menyelenggarakan pembukuan, menghitung penghasilan neto usaha atau
pekerjaan bebasnya dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
Yang Wajib Menyelenggarakan Pembukuan :
Wajib Pajak (WP) Badan;
Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas,
kecuali Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun
kurang dari Rp 4.800.000.000,00 (Empat milyar delapan ratus juta rupiah).
F. Tarif Pajak Orang Pribadi
Kebijakan Pemerintah dalam penetapan tarif pajak penghasilan wajib pajak orang
pribadi (WPOP) Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008, tarif pajak yang
diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
sebagai berikut:
Tabel 1
Lapisan Penghasilan Kena Pajak dan Tarif Pajak
Berdasarkan Undang- undang Nomor 36 Tahun 2008
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
Sampai dengan Rp. 50.000.000 (Lima puluh juta rupiah) 5%
Di atas Rp.50.000.000 (Lima puluh juta rupiah) sampai dengan 15%
Rp.250.000.000 (Dua ratus lima puluh juta rupiah)
Di atas Rp.250.000.000 (Dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan 25%
Rp.500.000.000 (Lima ratus juta rupiah)
Di atas Rp.500.000.000 (Lima ratus juta rupiah) 30%
Sumber: Undang- undang Nomor 36 Tahun 2008, Pasal 17.
8
Berdasarkan UU HPP Nomor 7 Tahun 2021, tarif pajak yang diterapkan atas
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sebagai berikut:
Tabel 2
Lapisan Penghasilan Kena Pajak dan Tarif Pajak Berdasarkan Undang- undang HPP
Nomor 7 Tahun 2021
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
Sampai dengan Rp. 60.000.000 (Enam puluh juta rupiah) 5%
Di atas Rp. 60.000.000 (Enam puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 15%
250.000.000,00 (Dua ratus lima puluh juta rupiah)
Di atas Rp. 250.000.000 (Dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai 25%
dengan 500.000.000 (Lima ratus juta rupiah)
Di atas Rp. 500.000.000 (Lima ratus juta rupiah) sampai dengan 30%
Rp.5.000.000.000 (Lima milyar rupiah)
Diatas Rp.5.000.000.000 (Lima milyar rupiah) 35%
Sumber: Undang- undang HPP Nomor 7 Tahun 2021,Pasal 17.6
Tabel 3
Penghasilan Tidak Kena Pajak
Lapisan Penghasilan Tidak Kena Pajak Tarif
Wajib pajak sendiri (Tidak menikah) Rp 54.000.000
Wajib Pajak Menikah (kawin) Rp 4.500.000
Tambahan untuk seorang istri bekerja dengan penghasilan suami Rp 54.000.000
Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dalam garis Rp 4.500.000
keturunan lurus anak angkat, serta anak kandung paling banyak tiga
(3) orang
6
Farida Aryani. “Dampak Implementasi Perubahan Dasar Pengenaan Pajak Berdasarkan Undang-Undang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan Terhadap Pajak Penghasilan Terutang Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan
(Studi Kasus Pada Pt. Berkat Sejati)”Vol 6 No 2, Jurnal Ilmiah Akuntansi Rahmaniyah (JIAR) 2023, hal 262
9
G. Perhitungan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Contoh :
Pak Bambang seorang karyawan di PT. Makmur Jaya Mendapat gaji setiap bulan
Rp 5.500.000,00 Setiap bulannya. Pak Bambang membayar BPJS Kesehatan sebesar Rp
35.000,00. BPJS Ketenagakerjaan Rp 65.000,00. Pak Bambang belum Menikah .
Hitunglaj besarnya pajak penghasilan yang dibayarkan Pak Bambang per tahun.
Jawab :
Penerimaan Gaji (Pendapatan 1 tahun (12 bulan) ) = 12 X Rp 5.500.000 = Rp 66.000.000
Pengurangan :
- Biaya Jabatan 5% = 5% X Rp 66.000.000 = Rp 3.300.000
Perhitungan penghasilan kena pajak sesuai dengan peraturan mentri keuangan (PMK)
Nomor 250/PMK.03/2008 Yaitu sebesar 5%.
- BPJS Kesehatan = 12 X Rp 35.000 = Rp 420.000
- BPJS Ketenagakerjaan = 12 X Rp 65.000 = Rp 780.000
Pendapatan Netto Per Tahun = (Rp 66.000.000 - Rp 3.300.000 - Rp 420.000 –
Rp 780.000)
= Rp 61.500.000.
PTKP
Tidak Menikah = Rp 54.000.000
Penghasilan Kena pajak Rp 7.500.000
Pph yang harus dibayar Pak Bambang = 5% X Rp 7.500.000 = Rp 375.000/tahun.
Jadi pajak yang harus dibayar Pak Bambang Selama Setahun Adalah Rp 375.000.
10
BAB III
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
Dina Fitriani W (2009).Analisis factor-faktor yang mempengaruhi jumlah penerimaan pajak
penghasilan orang pribadi, 3(2),139-140.
Yustika Dewi Prastiwi (2021). Analisis Perubahan Ketentuan Subjek Pajak Orang Pribadi Pada
Undang-Undang Cipta Kerja Terhadap Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dan Mobilitas
Sumber Daya Manusia,3(2), 101-102.
Farida Aryani (2023). Dampak Implementasi Perubahan Dasar Pengenaan Pajak Berdasarkan
Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan Terhadap Pajak Penghasilan Terutang
Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan (Studi Kasus Pada Pt. Berkat Sejati), 6(2), 262.
12