Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PAJAK PENGHASILAN UMUM


Disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Perpajakan

Dosen Pengampu: Imahda Khoiri Furqon, M.Si

Disusun oleh:

1. Muhammad Nur Zein (4321007)

2. Muhammad Zidan Maulana (4321047)

3. Muhammad Wifqi Hidayatullah (4321071)

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H. ABDURRAHMAN WAHID

PEKALONGAN

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya,
kami bisa membuat dan menyelesaikan makalah yang berjudul dengan judul "Pajak Penghasilan
Umum" ini dengan baik dan lancar. Tidak lupa pula, sholawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai nabi akhir zaman beserta keluarga dan para
sahabat beliau dan semoga kita bisa mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti, amin.

Dibuat dan disusunnya makalah ini bertujuan untuk melaksanakan tugas mata kuliah
Perpajakan oleh Dosen Bapak Imahda Khoiri Furqon, M.Si. Selain itu, makalah ini juga dapat
menambah wawasan kami pada khususnya dan orang lain pada umumnya.

Harapan kami, semoga makalah ini dapat menjadi suatu hal yang berguna dan bermanfaat,
baik bagi kami sendiri maupun untuk orang lain. Makalah ini dapat menjadi sumber bacaan
ataupun referensi bagi yang ingin mempelajari Ilmu Perpajakan terutama dalam hal Pajak
Penghasilan.

Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mohon maaf apabila terdapat suatu kesalahan, kekurangan, ataupun kekeliruan
di dalamnya. Dengan demikian, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah ini dan untuk menjadi pembelajaran kami
kedepannya.

Wassalamua'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL....................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PEMBAHASAN.............................................................................................................1
A. Subjek Pajak penghasilan.................................................................................................1
B. Kewajiban Pajak Penghasilan dan Bukan Subjek Pajak Penghasilan..............................2
C. Objek Pajak Penghasilan dan Bukan Objek Pajak Penghasilan.......................................3
D. Dasar Pengenaan Pajak dan Perhitungan PKP.................................................................5
E. Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan...................................................................7
F. Fasilitas Perpajakan dan Pelunasan Pajak Tahun Berjalan...............................................7
BAB II PENUTUP.....................................................................................................................9

Kesimpulan............................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

iii
BAB I
PEMBAHASAN

A. SUBJEK PAJAK PENGHASILAN


Pajak penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban pajaknya melekat
pada subjek pajak yang bersangkutan, artinya kewajiban pajak tersebut dimaksudkan untuk
tidak dilimpahkan kepada subjek lainnya.
Subjek Pajak adalah pihak-pihak yang mempunyai potensi atau sudah memenuhi syarat
untuk membayar pajak atas penghasilan yang diterima dalam satu tahun pajak 1. Seseorang
wajib membayar pajak apabila kewajibannya terpenuhi. Subjek pajak penghasilan diatur
dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 2 ayat (1) tentang Perubahan keempat atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.:2
1. Orang pribadi atau perseorangan yang bertempat tinggal di Indonesia ataupun di luar
Indonesia.
2. Warisan yang belum terbagi sebagai kesatuan merupakan subjek pajak pengganti,
menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.
3. Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang bmeliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya dan bentuk usaha tetap.
4. Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya
dipersamakan dengan subjek pajak badan.3
Subjek pajak dibagi menjadi dua yaitu subjek pajak dalam negeri dan subjek
pajak luar negeri.4 Subjek pajak dalam negeri adalah:5
1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau orang pribadi yang
dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia;
2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu
dari badan pemerintah.
3. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

1
DR. Agus Salim, HR, S.E.,M.M, Haeruddin, S.E.,M.M, Dasar-Dasar Perpajakan (Berdasarkan UU & Peraturan
Perpajakan Indonesia), (Palu: LPP-Mitra Edukasi, 2019), Hal. 145
2
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (1). Perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 Tentang Pajak Penghasilan.
3
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (1) huruf a. Perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
4
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (2). Perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 Tentang Pajak Penghasilan.
5
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (3) huruf a, b dan c. Perubahan keempat atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

1
Sedangkan subjek pajak luar negeri adalah :6
1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang
tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; dan
2. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang
tidak didirikan dan tidak bertempat tinggal di Indonesia, yang dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

B. KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILAN DAN BUKAN SUBJEK PAJAK


PENGHASILAN
Pajak penghasilan termasuk kedalam jenis pajak subjektif sehingga kewajiban pajaknya
melekat pada subjek pajak yang bersangkutan. Kewajiban-kewajiban tersebut telah di atur
dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan yang mana sebagai
berikut:7
1. Pasal 2 ayat (3) huruf a, dimulai saat orang pribadi tersebut dilahirkan, berada, atau
berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia dan berakhir pada saat meninggal dunia
atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya (pindah kewarganegaraan)
2. Pasal 2 ayat (3) huruf b, dimulai pada saat badan tersebut didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia dan berakhir pada saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat
kedudukan di Indonesia.
3. Pasal 2 ayat (4) huruf a, dimulai saat orang pribadi atau badan tersebut menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5)
dan berakhir pada saat tidak lagi menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap.
4. Pasal 2 ayat (4) huruf b, dimulai saat orang pribadi atau badan tersebut menerima dan
memperoleh penghasilan dari Indonesia dan berakhir pada saat tidak lagi menerima
dan memperoleh penghasilan tersebut.
5. Pasal 2 ayat (1) huruf a angka 2), dimulai saat timbulnya warisan yang belum terbagi
tersebut dan berakhir pada saat warisan tersebut sudah selesai dibagi.
Selain mengatur subjek dan kewajiban pajak, Undang-Undang No. 36 Tahun
2008 tentang Perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang

6
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (4) huruf a dan b. Perubahan keempat atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
7
DR. Agus Salim, HR, S.E.,M.M, Haeruddin, S.E.,M.M, Dasar-Dasar Perpajakan (Berdasarkan UU & Peraturan
Perpajakan Indonesia), (Palu: LPP-Mitra Edukasi, 2019), Hal. 149

2
Pajak Penghasilan juga memuat pihak-pihak yang tidak termasuk subjek pajak
penghasilan yaitu dalam pasal 3 ayat (1) huruf a, b, c dan d antara lain;8
1. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, konsultasi dan pejabat-pejabat lain dari negara
asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia
dan di Indonesia tidak melakukan pekerjaan lain atau kegiatan usaha, serta negara
yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
2. Kantor perwakilan negara asing;
3. Organisasi internasional.
4. Organisasi internasional yang tidak termasuk subjek pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat q huruf c ditetapkan dengan keputusan menteri keungan.

C. OBJEK PAJAK PENGHASILAN DAN BUKAN OBJEK PAJAK


Menurut Pasal 4 UU Pajak Penghasilan, yang menjadi objek adalah penghasilan yaitu
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk
apapun, termasuk:9
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-
undang ini;
2. Hadiah dari undian;
3. Laba usaha;
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk;
a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
b. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau
anggota yang diperoleh perseroan, persekutun, dan badan lainnya;
c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, pelaburan, pemekaran, pemecahan,
pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan bentuk apapun;
d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan,
kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus;

8
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 3 ayat (1) huruf a, b, c, d. Perubahan keempat atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
9
DR. Agus Salim, HR, S.E.,M.M, Haeruddin, S.E.,M.M, Dasar-Dasar Perpajakan (Berdasarkan UU & Peraturan
Perpajakan Indonesia), (Palu: LPP-Mitra Edukasi, 2019), Hal. 154

3
e. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagai atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta pembiayaan, atau pemodalan dalam perusahaan
pertambangan.
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak;
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan;
7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun;
8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
11. Keuntungan karena pembebasan utang;
12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
14. Premi asuransi
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
16. Tamahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;
17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
19. Surplus Bank Indonesia.10
Selanjutnya pada Pasal 4 ayat 2 UU, Penghasilan di bawah ini dapat dikenai
pajak bersifat final:
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi;
b. Pengahsilan yang berupa hadiah undian;
c. Penghasilan dan transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan
modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha
jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan atau bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.11
Menurut Ayat 3, yang dikecualikan dari objek pajak adalah:
10
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 3 ayat (1) huruf a, b, c, d. Perubahan keempat atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
11
DR. Agus Salim, HR, S.E.,M.M, Haeruddin, S.E.,M.M, Dasar-Dasar Perpajakan (Berdasarkan UU & Peraturan
Perpajakan Indonesia), (Palu: LPP-Mitra Edukasi, 2019), Hal. 156.

4
1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat
ataupun lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia;
2. Warisan;
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan
modal;
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah,
kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak
secara final Wajib Pajak yang menggunakan norma perhitungan khusus (deemed
profit) sebagaimana dikmaksud dalam Pasal 15;
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa;
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik
daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat: Dividen berasal dari cadangan laba yang
ditahan; dan bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha.12

D. DASAR PENGENAAN PAJAK DAN PERHITUNGAN PKP


Dasar Pengenaan Pajak atau bisa disingkat dengan (DPP) merupakan jumlah dari harga
jual, penggantian, nilai import, nilai dari ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar
untuk menghitung suatu pajak yang terutang. Sedangkan yang dimaksud dengan pajak
terutang ialah pajak yang harus dibayarkan pada suatu saat, yaitu dalam masa pajak, dalam
tahun pajak yang telah ditentukan peraturan perundang-undangan perpajakan (UU Nomor
16 Tahun 2009).
Sesuai dengan ketentuan yang sudah diatur di dalam Undang-Undang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), ada beberapa jenis dasar pengenaan pajak, yang
dimana masing-masing terdiri dari berbagai macam-macam dasar untuk menentukan atupun
menghitung pajak terutang ini.
Penghasilan Kena Pajak Menurut Undang-Undang
Di Indonesia, PKP diatur dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan.Tepatnya pada Pasal 17, dijelaskan bahwa PKP bagi Wajib Pajak Orang
Pribadi ditetapkan dalam persentase yang diklasifikasi jumlah penghasilan dalam satu
tahun.

12
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 3 ayat (1) huruf a, b, c, d. Perubahan keempat atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

5
Untuk lebih jelasnya tarif pajak yang ditetapkan pemerintah ini jadi dasar perhitungan
untuk menentukan besarnya pajak penghasilan yang terutang adalah PKP. Adapun besaran
persentase tarif PKP adalah sebagai berikut:
Lapisan Pengahsilan Tarif Pajak Tarif Pajak (Tidak
Kena Pajak (Memiliki NPWP) Memiliki NPWP)
Hingga 50.000.000
5% 6%
dalam setahun
Di atas 50.000.000
hingga 250.000.000 15% 18%
dalam setahun

Di atas 250.000.000
25% 30%
sampai 500.000.000

Di atas 500.000.000 30% 36%

Sedangkan bagi Wajib Pajak Badan, tarifnya sebesar 25% berlaku sejak tahun pajak
2010 yang semula 28%.
Selain Pasal 17, Undang-Undang juga mengatur perhitungan PKP bagi Wajib Pajak
dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap pada Pasal 6. Di mana PKP merupakan perhitungan
dari penghasilan bruto yang dikurangi dengan biaya-biaya tertentu yang meliputi;
1. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan operasional usaha
seperti biaya pembelian, bunga, premi asuransi
2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi
3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
4. Kerugian karena penjualan
5. Kerugian selisih kurs mata uang
6. Biaya penelitian atau pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia
7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
8. Piutang yang tidak dapat ditagih dengan persyaratan yang diatur dalam Undang-
Undang
9. Sumbangan dana dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya
diatur dalam Peraturan Pemerintah
10. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dalam Peraturan
Pemerintah
11. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dalam Peraturan
Pemerintah
12. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dalam
Peraturan Pemerintah

6
Dalam Pasal 6 UU No 36 Tahun 2008 tentang PPh juga menjelaskan Wajib Pajak (WP)
berhak mendapat kompensasi ketika mengalami kerugian setelah pemotongan dari
penghasilan bruto. Kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan mulai
tahun pajak berikutnya berturut-turut hingga 5 tahun. Sedangkan bagi Wajib Pajak Orang
Pribadi, perhitungan PKP bisa dikurangi dengan nilai Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP).

E. PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN


Penyetoran pajak penghasilan Pasal 21 menggunakan surat setoran pajak (SSP) yang
mana surat itu digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak
kemudian disetorkan ke kantor pos atau bank yang yang ditunjuk oleh menteri keuangan
paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya.
Pelaporan pajak penghasilan Pasal 21 dilakukan selambat-lambatnya tanggal 20 bulan
takwim berikutnya dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) untuk PPh pribadi.
Sedangkan untuk PPh badan menggunakan Surat pemberitahuan Tahunan (SPT) 1771.13

F. FASILITAS PERPAJAKAN DAN PELUNASAN PAJAK TAHUN BERJALAN


Fasilitas perpajakan yang dapat diberikan kepada wajib pajak menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 18 tahun 2015 dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengurangan pengahsilan neto sebesar 30% dari jumlah penanaman modal berupa
aktiva tetap berwujud termasuk tanah yang digunakan untuk kegiatan utama usaha,
yang dibebankan selama 6 tahun, yang dihitung sejak saat mulai berproduksi secara
komersial.
2. Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat dan diperoleh dalam rangka penanaman
modal baru dan/atau perluasan usaha dengan masa manfaat dan tarif.
3. Pengenaan PPh dividen atas subjek pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap sebesar
10% atau sesuai perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B atau taxtreaty) mana
yang lebih rendah.
4. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun, namun tidak lebih dari 10 tahun.14
Pelunasan pajak tahun berjalan merupakan angsuran pembayaran pajak yang nantinya
boleh diperhitungkan dengan cara mengkreditkan terhadap pajak penghasilan (PPh) yang
terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan, kecuali untuk penghasilan yang pengenaan
pajaknya bersifat final.15

13
Lydya christiana heryanto, williem chahya wijaya. Analisis Perhitungan, Penyetoran, Pelaporan, dan Pencatatan
Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Pegawai Tetap Pada PT X. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 19 No. 1
(November 2017) 269
14
Anis Said Basalamah, dkk. Tax Allowance-Mengapa Tidak Berjalan?. Kajian Ekonomi & Keuangan. Vol. 3
Nomor 2 (2018), 199.

15
Asosiasi Tax Center Perguruan Tinggi Selutuh Indonesia. Kredit Pajak sebagai Pengurangan PPh Badan
Terutang. https://atpetsi.or.id/kredit-pajak-sebagai-pengurangan-pph-badan-terutang#:~:text=pelunasan%20pajak
%20dalam%20tahun%20pajak,yang%20pengenaan%20pajaknya%20bersifat%20final/

7
Berdasarkan ketentuan UU PPh yang dikutip Dr. Agus Salim dan Haeruddin di
bukunya berjudul Dasar-Dasar Perpejakan, beberapa jenis pajak dapat dikreditkan atau
dikurangkan dalam menghitung PPh badan sebagai berikut:16
1. PPh Pasal 21, berkaitan dengan petunjuk pelaksanaan pemotongan penghasilan atas
pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dalam bentuk apapun yang diterima dan
diperoleh wajib pajak orang pribadi.
2. PPh Pasal 22, berhubungan dengan pemotongan PPh dari kegiatan di bidang impor,
ekspor dan re-impor baik milik pemerintah maupun swasta.
3. PPh Pasal 23, mengatur mengenai pajak yang dipotong oleh pemungut pajak dari wajib
pajak atas penghasilan yang diperoleh dari modal, dividen, bunga, royalti, penyerahan
jasa atau penyelenggaraan kegiatan selain yang dipotong dalam PPh Pasal 21.
4. PPh Pasal 24, pemotongan pajak yang berkaitan dengan pajak yang dibayar atau
terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh
WP dalam negeri.
5. PPh Pasal 25, berkaitan dengan pembayaran pajak yang dilakukan sendiri oleh wajib
pajak badan.
6. PPh Pasal 26, berkaitan dengan pemotongan pajak atas subjek pajak luar negeri yang
menjadi subjek pajak dalam negeri yang tidak bersifat final.

16
DR. Agus Salim, HR, S.E.,M.M, Haeruddin, S.E.,M.M, Dasar-Dasar Perpajakan (Berdasarkan UU & Peraturan
Perpajakan Indonesia), (Palu: LPP-Mitra Edukasi, 2019), Hal. 227-272

8
BAB II

PENUTUP

KESIMPULAN

Pajak penghasilan termasuk kedalam jenis pajak subjektif sehingga subjek pajak
mempunyai kewajiban untuk membayar pajak penghasilan. Sedangkan objek pajak penghasilan
yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak. Dasar
Pengenaan Pajak atau bisa disingkat dengan (DPP) merupakan jumlah dari harga jual,
penggantian, nilai import, nilai dari ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk
menghitung suatu pajak yang terutang. Penghasilan Kena Pajak (PKP) bagi Wajib Pajak Orang
Pribadi ditetapkan dalam persenptase yang diklasifikasi jumlah penghasilan dalam satu tahun.
Penyetoran pajak penghasilan Pasal 21 menggunakan surat setoran pajak (SSP) yang
mana surat itu digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak kemudian
disetorkan ke kantor pos atau bank yang yang ditunjuk oleh menteri keuangan paling lama
tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya. Pelaporan pajak penghasilan Pasal 21 dilakukan
selambat-lambatnya tanggal 20 bulan takwim berikutnya dengan menggunakan Surat
Pemberitahuan (SPT) untuk PPh pribadi. Sedangkan untuk PPh badan menggunakan Surat
pemberitahuan Tahunan (SPT) 1771. Fasilitas perpajakan yang dapat diberikan kepada Wajib
Pajak diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2015
Makalah yang berjudul Pajak Penghasilan Umum ini merupakan karya tulis berdasarkan
himpunan material yang di ambil dari berbagai sumber. Oleh karena itu, jika ada kesalahan
dalam penulisan dan dalam penyajian bahan penulis kami sangat mengharapakan kritik dan
saran dari para pembaca demi terwujudnya kebenaran yang kita kehendaki semua dan demi
kesempurnaan penyelesaian makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anis Said Basalamah, dkk. Tax Allowance-Mengapa Tidak Berjalan?. Kajian Ekonomi &
Keuangan. Vol. 3 Nomor 2 (2018), 199.

Asosiasi Tax Center Perguruan Tinggi Selutuh Indonesia. Kredit Pajak sebagai Pengurangan
PPh Badan Terutang. https://atpetsi.or.id/kredit-pajak-sebagai-pengurangan-pph-badan-
terutang#:~:text=pelunasan%20pajak%20dalam%20tahun%20pajak,yang%20pengenaan
%20pajaknya%20bersifat%20final/ [diakses pada 1 September 2022]

DR. Agus Salim, HR, S.E.,M.M, Haeruddin, S.E.,M.M, Dasar-Dasar Perpajakan (Berdasarkan
UU & Peraturan Perpajakan Indonesia), (Palu: LPP-Mitra Edukasi, 2019)

Lydya christiana heryanto, williem chahya wijaya. Analisis Perhitungan, Penyetoran, Pelaporan,
dan Pencatatan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Pegawai Tetap Pada PT X. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi. Vol. 19 No. 1 (November 2017)

Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (1). Perubahan keempat atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (2). Perubahan keempat atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (3) huruf a, b dan c. Perubahan keempat atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (4) huruf a dan b. Perubahan keempat atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 3 ayat (1) huruf a, b, c, d. Perubahan keempat atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

10

Anda mungkin juga menyukai