Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SUBJEK DAN OBJEK PAJAK

Disusun Oleh :

WINDA AYU MAULANA


(22.11.1001.3408.002)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

2024

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Rochmat Soemitro dalam buku Pengantar Singkat Hukum Pajak
(Eresco, Bandung, 1992) pajak adalah gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada
di dalam masyarakat. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang pada suatu waktu
berkumpul untuk tujuan tertentu. Negara adalah masyarakat yang mempunyai
tujuan tertentu. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup
masyarakat dan kepentingan masyarakat. Untuk kelangsungan hidup masing-
masing diperlukan biaya. Biaya hidup individu, menjadi beban dari individu yang
bersangkutan dan berasal dari penghasilannya sendiri. Biaya hidup negara adalah
untuk kelangsungan alat-alat negara, administrasi negara, lembaga negara, dan
seterusnya, dan harus dibiayai dari penghasilan negara.
Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan, tetapi hanya
merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara
kepentingan negara, seperti menjaga keamanan negara, menyediakan jalan umum,
membayar gaji pegawai dan lain-lain. Bagi penduduk yang tidak melakukan
penyetoran maka ia diwajibkan melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk kepentingan
umum untuk beberapa hari lamanya dalam satu tahun.
Penghasilan negara adalah berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak, dan
atau dari hasil kekayaan alam yang ada dalam negara itu (natural resources). Dua
sumber itu merupakan sumber terpenting yang memberikan penghasilan kepada
negara. Penghasilan itu untuk membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga
mencakup kepentingan pribadi individu seperti kesehatan masyarakat, pendidikan,
kesejahteraan dan sebagainya. Jadi, dimana ada kepentingan masyarakat, disana
timbul pungutan pajak sehingga pajak adalah senyawa dengan kepentingan umum.
Pungutan pajak mengurangi penghasilan atau kekayaan individu tetapi
sebaliknya merupakan penghasilan masyarakat yang kemudian di kembalikan lagi
kepada masyarakat, melaui pengeluaran-pengeluaran rutin.

2
Pajak mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan bernegara,
khususnya didalam pembangunan karena pajak merupakan sumber penghasilan
negara untuk membiayai semua pengeluaran, termasuk pengeluaran pembangunan.
Sistem pemungutan pajak di indonesia adalah Self Assessment System yang berarti
wajib pajak diberikan kepercayaan untuk memperhitungkan, menyetorkan, dan
melaporkan sendiri atas pajak yang terhutang terhadap negara. Disamping cara Self
Assessment System terdapat cara lain yaitu sistem pemotongan (withholding
system). Withholding System merupakan cara yang paling mudah yang dilakukan
pemerintah untuk memungut pajak, yaitu dengan cara mewajibkan wajib pajak
untuk melakukan pungutan dan pemungutan pajaknya oleh pihak lain. Dengan cara
ini maka pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk memungut
pajak.
Dalam pemungutan pajak subjek dan objek pajak harus jelas. Oleh karena itu
harus dikelola dengan baik dan benar sehingga data wajib pajak sesuai. Selain itu,
tarif pajak harus ditentukan berdasarkan ketentuan yang berlaku saat itu. Dengan
demikian para wajib pajak dapat rutin dan patuh membayar pajak. Subjek pajak
adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi syarat-syarat
subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak
baru menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syarat-syarat obyektif. Objek pajak
adalah apa yang dikenakan pajak. Mengingat penting dan strategisnya objek pajak
karena menyangkut apa yang dikenakan atau tidak dikenakannya pajak atas objek
dimaksud, sehingga dalam UU perpajakan kita selalu dengan tegas dinyatakan apa
yang menjadi objek setiap jenis pajak.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yaitu :
1. Apa yang di maksud dengan subjek pajak?
2. Apa itu Objek pajak?

1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui maksud subjek dan bagian bagian subjek pajak.
2. Agar mengetahui apa saja yang ada di objek pajak.

3
BAB II
ISI

2.1 Subjek Pajak

2.1.1 Pengertian Subjek Pajak


Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi
syarat-syarat subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia.
Subjek pajak baru menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syarat-syarat obyektif.
Subjek pajak tidak identik dengan subjek hukum, oleh karena itu untuk
menjadi subjek pajak tidak perlu menjadi subjek hukum. Sehingga firma,
perkumpulan, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan dapat menjadi
subjek pajak. Demikian juga orang gila, anak yang masih di bawah umur dapat
menjadi subjek atau wajib pajak, tetapi untuk mereka perlu ditunjuk orang atau wali
yang dapat dipertanggungjawabkan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya.

2.1.2 Subjek Pajak Menurut Undang-Undang PPh


Dari segi ekonomi penghasilan pada umumnya timbul karena adanya
tindakan ekonomi. Namun, dari segi undang-undang PPh memiliki arti yang lebih
luas. Yang disebut subyek pajak dalam hal ini adalah segala sesuatu yang
mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk
dikenakan pajak penghasilan. Menurut pasal 2 Undang-undang PPh No. 36 tahun
2008, merupakan perubahan ke empat dari Undang-undang PPh No. 7 tahun 1983,
yang menjadi subyek pajak adalah:

1. Orang pribadi
Kedudukan orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal di
indonesia maupun luar indonesia.
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak
Dalam hal ini warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan
subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.
3. Badan

4
Badan yang sebagai objek pajak meliputi badan usaha ataupun non usaha.
badan sebagai subjek tidak semata mata yang bergerak dalam usaha mencari
keuntungan namun juga bergerak di bidang social,kemasyarakatan dan
sebagainya, sepanjang pendiriannya dikukuhkan dengan akta pendirian oleh
yang berwenang. Badan sebagai subjek pajak yakni: Perseroan terbatas,
perseroan komanditer, BUMN atau BUMD dengan nama dan bentuk apapun,
persekutuan, perseroan atau perkumpulan, firma, kongsi, perkumpulan
koperasi, Yayasan, Lembaga, dana pension,bentuk usaha tetap dan bentuk
usaha lainnya.
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha di Indonesia, dapat berupa:

a. Tempat kedudukan manajemen


b. Cabang perusahaan
c. Kantor perwakilan
d. GedungKantor
e. Pabrik
f. Bengkel
g. Gudang
h. Ruang untuk promosi dan penjualan
i. Pertambangan dan penggalian sumber alam
j. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi
k. Perikanan, peternakan, perkebunan, atau kehutanan
l. Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan
m. Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain,
sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan
n. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak
bebas

5
o. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggungresikodi Indonesia
p. Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa,
atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan
kegiatan usaha melalui internet.

2.1.3 Jenis Subjek Pajak


Dalam undang – undang Pph, subjek pajak Pph terdiri dari 2 jenis dan dapat
diuraikan sebagai berikut :

1. Subjek pajak dalam negeri


a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu
tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia.
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit
tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kreteria :
- Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan
- Pembiayaanya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.
- Penerimaanya di masukkan dalam anggaran pemerintah pusat atau
daerah
- Pembukuannya diperiksa oleh apparat pengawasan fungsional negara
c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak.

2. Subjek pajak luar negeri


a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan

6
dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan
dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak
Luar Negeri terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, antara lain :
a. Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak atas penghasilan baik yang
diterima atau diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak hanya atas penghasilan
yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia.
b. Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan neto
dengan tarif umum, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak
berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif pajak sepadan.
c. Wajib Pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang
terutang dalam suatu tahun pajak, sedangkan Wajib Pajak luar negeri tidak
wajib memberitahukan Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan karena
kewajiban pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat
final.

2.1.4 Yang tidak termasuk subjek pajak


Sedangkan yang tidak termasuk subjek pajak adalah :
a. Kantor perwakilan Negara asing
b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-
pejabat lain dari Negara asing dan orang-orang yang diperbantukan
kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama
mereka denga syarat bukan warga Negara Indonesia dan di Indonesia
tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau

7
pekerjaannya tersebut serta Negara bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik
c. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat :
- Indonesia menjasi anggota organisasi tersebut
- Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.

2.1.5 Saat Mulai dan Berakhirnya Kewajiban Pajak Subjektif

1. Dimulainya Subjek Pajak


a. Subjek pajak orang pribadi
- Bagi Subjek pajak orang pribadi yang bertempat tinggal di
Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada
saat lahir di Indonesia
- Bagi subjek pajak orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang
dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia, maka kewajiban pajak
subjektifnya akan dimulai sejak saat orang tersebut berada di
Indonesia
- Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan, maka kewajiban pajak subjektifnya akan
dimulai pada saat orang pribadi tersebut menjalankan usahanya di
Indonesia.
- Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan, maka kewajiban pajak subjektifnya akan
dimulai pada saat orang pribadi tersebut menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia.
b. Subjek pajak badan

8
- Bagi subjek pajak badan yang didirikan atau bertempat kedudukan
di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada
saat badan tersebut didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
- Bagi subjek pajak badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan di Indonesia, maka kewajiban pajak
subjektifnya mulai pada saat badan tersebut menerima atau
memperoleh penghasilan di Indonesia.
c. Subjek pajak warisan yang belum terbagi
Untuk warisan yang belum terbagi, maka kewajiban pajak subjektifnya
dimulai pada saat timbulnya warisan, yaitu pada saat pewaris meninggal
dunia. Warisan yang belum terbagi baru menjadi wajib pajak apabila
warisan tersebut mengeluarkan penghasilan. Mengenai siapa yang
bertanggungjawab atas pajak penghasilan warisan yang belum terbagi
tersebut, undang-undang tidak menentukan.
Menurut Rachmat Soemitro, yang bertanggung jawab adalah :
- Pelaksana warisan (executor testamenter)
- Salah seorang ahli waris (yang tidak menolak warisan)
- Semua ahli waris dari orang-orang lain yang mendapat bagian
dari warisan itu, bertanggung jawab secara renteng atas pajak
penghasilan.

2. Berakhirnya kewajiban subjek pajak


a. Subjek pajak orang pribadi
- Bagi subjek pajak orang pribadi yang bertempat tinggal di
Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat ia
meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya
- Bagi subjek pajak orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau orang pribadi yang
dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk

9
bertempat tinggal di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya
berakhir pada saat orang tersebut tidak lagi menjalankan usaha atau
tidak melakukan kegiatan di Indonesia
- Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir
pada saat orang tersebut tidak lagi menjalankan usahanya di
Indonesia
- Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir
pada saat orang tersebut tidak lagi menerima atau memperoleh
penghasilan di Indonesia.
b. Subjek pajak badan
- Bagi subjek pajak danan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya
berakhir pada saat badan tersebut dibubarkan atau tidak lagi
bertempat kedudukan di Indonesia
- Bagi subjek badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan di Indonesia, maka kewajiban pajak
subjektifnya berakhir pada saaat badan tersebut tidak lagi
menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.
c. Subjek pajak warisan yang belum terbagi
Untuk warisan yang belum terbagi kewajiban pajak subjektifnya
berakhir pada saat warisan tersebut selesai dibagikan kepada para ahli
warisnya masing-masing, dan sejak saat itu pula beralih pemenuhan
kewajiban pajaknya kepada para ahli warisnya.

10
Subjek Pajak PPh pasal 21

Subyek PPh 21 adalah penerima penghasilan yang dipotong oleh:

a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium tunjangan dan


pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan oeh pegawai atau bukan pegawai
b. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium tunjangan dan
pembayara lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan
c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pension dan
pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun.
d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan
bebas
e. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan
pelaksanan suatu kegiatan

Subyek Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah (PPN-
PPnBM)

a. Subyek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Subyek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha Kena Pajak
adalah pengusaha yang melakukan melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP).
b. Subyek Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Subyek Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah PKP yang
menghasilkan BKP yang tergolong mewah dalam lingkungan perusahaan
atau pekerjaannya dan pengusaha yang mengimpor barang yang tergolong
mewah.

Subyek Pajak Bumi dan Bangunan

Subyek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas
bumi dan/atau, memperoleh manfaat atas bumi dan /atau, memiliki atau menguasai
bangunan; dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

11
Subyek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Subyek pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak
atas Tanah dan/atau Bangunan.

2.2 Objek Pajak


2.2.1. Pengertian Objek Pajak

Objek Pajak adalah Suatu transaksi (Biasanya sumber pendapatan) Yang


menurut peraturan Perpajakan tergolong sebagai transaksi yang harus dikenai pajak
Mengenai apa yang dapat dijadikan objek pajak banyak sekali macamnya. Pada
prinsipnya segala sesuatu yang ada dalam masyarakat dapat dijadikan sasaran atau
objek pajak, baik keadaan, perbuatan, maupun peristiwa .Misalnya :

a. Keadaan : kekayaan seseorang pada saat tertentu; memiliki


kendaraan bermotor, radio, televise.
b. Perbuatan : melakukan penyerahan barang karena perjanjian,
mendirikan rumah atau gedung.
c. Peristiw : kematian, keuntungan yang diperoleh secara mendadak.

2.2.2. Macam – macam Objek Pajak


1. Objek Pajak Penghasilan (PPh)
Objek PPh adalah penghasilan itu sendiri. Penghasilan sebagai objek pajak
PPh diartikan secara luas yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Menurut ketentuan UU No.7 Tahun 1983 yang telah diperbaharui oleh UU
No.36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 1 yang termasuk dalam penghasilan adalah :
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini,

12
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan,
c. Laba usaha,
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta,
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak,
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen daari
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi,
h. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak,
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala,
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah,
l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing,
m. Karena penilaian kembali aktiva,
n. Premi asuransi,
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas,
p. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak,
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah,
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang
mengtur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan,
s. Surplus Bank Indonesia.

2. Objek pajak PPN (Pajak pertambahan nilai)


Objek pajak PPN sesuai dengan pasal 4 UU No. 8 tahun 1984
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 adalah :
a. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan
oleh pengusaha dengan syarat :

13
- Barang berwujud atau tidak berwujud yang diserahkan
merupakan barang kena pajak
- Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean
- Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
b. Impor barang kena pajak
c. Penyeraan barang kena pajak yang dilakuka di dalam daerah pabean
oleh pengusaha dalam syarat :
- Jasa yang diserahkan merupakan jasa kena pajak
- Penyerahan yang dilakukan harus di dalam daerah pabean
- Penyerahan yang dilakukan harus dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
d. Pemanfaatan barang kena pajak tidak brwujud dari luar daerah pabean
di dalam daerah pabean
e. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean.
f. Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.
g. Objek PPN sesuai dengan pasal 16 c UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana
telaha diuah terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, kegiatan
membangun sendiri yang dilakukan tidak di dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaannya, oleh orang pribadi atau badan, baik yang
hasilnya akan digunakan sendiri atau pihak lain.
h. Objek PPN berdasar pasal 16 D UU No. 8 tahun 1984 yang
sebagaimana telah diubah terakhir degan UU No. 18 tahun 2000 yaitu,
penyerahan aktiva oleh pengusaha kena pajak yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan sepanjang PPN yang dibayar pada
saat perolehannya dapat dikreditkan.

3. Objek pajak PPn-BM (Pajak Penjualan atas barang mewah)


Menurut pasal 5 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 yang termasuk objek PPn BM adalah

14
a. Penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah yang dilakukan
oleh penguasaha yang mengasilkan barang kena pajak yang tergolong
mewah tersebut di dalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
b. Impor barang yang kena pajak yang tergolong mewah.

4. Objek Pajak Bumi dan Bangunan


Dalam Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi objek pajak adalah
bumi dan/atau bangunan. Pengertian bumi disini adalah permukaan bumi
yang meliputi tanah dan perairan pedalaman, serta laut wilayah Indonesia,
dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Sementara itu, bangunan adalah
konstruksi teknik yang ditananm atau dilekatkan secara tetap pada tansh
atau perairan. Termasuk dalam bangunan yang dapat dikenakan pajak adala
: Bangunan tempat tinggal (rumah), gedung kantor, hotel, pabrik, jalan
lingkungan pabrik dan emplasemennya, kolam renang, tempat
penampungan/kilang minyak, air, dan gas, juga pipa minyak, fasilitas lain
yang memberikan manfaat.

Sedangkan objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan


Bangunan adalah objek pajak yang :
a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang
ibadah, social, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang
tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan
b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu
c. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah
Negara yang belum dibebani suatu hak
d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik
e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan

15
5. Objek pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan, yang meliputi :
a. Pemindahan hak karena : Jual beli, tukar menukar, hibah, hibah wasiat,
waris, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya,
pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan, penunjukan pembeli
dalam lelang, pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan
hukum tetap, penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha,
hadiah.
b. Pemberian hak baru karena : kelanjutan pelepasan hak dan di luar
pelepasan hak.
Adapun yang dimaksud hak atas tanah diantaranya adalah : hak milik, hak
guna usaha, hak guna bangunan,hak pakai, hak milik atas satuan rumah
susun, hak pengelolaan.

6. Objek pajak Bea Materai


Dokumen yang dikenakan bea materai adalah :
a. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan
untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai
perbuatan,kenyataan, atau keadaan yang bersifat perdata
b. Akta-akta notaris termasuk salinannya
c. Akta-akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta tanah termasuk
rangkap-rangkapnya
d. Surat yang memuat jumlah uang, yaitu :
- Yang menyebutkan penerimaan uang
- Yang menyarankan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam
rekening bank.
- Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
- Yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian
telah dilunasi atau diperhitungkan,
e. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, dan cek,

16
f. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka
pengadilan, yaitu surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan,
dan surat-surat yang semula tidak dikenakan bea materai berdasarkan
tujuannnya jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang
lain, lain dari maksud semula.

Sedangkan yang tidak dikenakan Bea Materai adalah dokumen yang berupa:
a. Surat penyimpanan barang
b. Konosemen
c. Surat angkutan penumpang dan barang
d. Keterangan pemindahan
e. Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang
f. Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengiriman
g. Segala bentuk ijazah
h. Tanda terima gaji, uang tunggu, pension, uang tunjangan, dan
pembayaran lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja
serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran
tersebut.

2.2.3. Yang Bukan termasuk Objek Pajak


Berdasarkan pasal 4 ayat (3) Undang – undang Pph, penghasilan
yang tidak termasuk objek pajak adalah :
1. Bantuan atau sumbangan, harta hibah yang diterima oleh keluarga

sedarah dalam garis keturunan sedarah dalam garis keturunan lurus satu

derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan

sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh

menteri keuangan.

2. Warisan

17
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai

pengganti saham atau penyertaan modal tunai.

4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diproleh dalam bentuk natura atau kenikmatan wajib pajak

atau pemerintah.

5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan

dengan asuransi keehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan beasiswa.

6. Dividen atau bagian laba yang diperoleh perseroan terbatas sebagai

wajib pajak dalam negeri, koperasi, yayasan atau organisasi sejenis,

BUMN atau BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yang

didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia.

7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya

telah disahkan oleh menteri keuangan

8. Bagian laba yang diperoleh anggota perseroan komanditer yang

modalnya tidak terbagi atas saham – saham, persekutuan, perkumpulan,

firma dan kongsi.

9. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana.

10. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura

berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan

menjalankan usaha atau kegiatannya di indonesia, dengan syarat badan

pasangan usaha tersebut:

a. Merupakan perusahaan kecil, menengah atau menjalankan

kegiatan dalam sektor usaha yang ditetapkan menteri keuangan

b. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek Jakarta.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pajak adalah kewajiban penduduk negara untuk dapat menetap serta berusaha
dalam negara itu dan memperoleh perlindungan. Jadi penduduk negara berhak
untuk memperoleh perlindungan (hukum dan sosial ekonomi). Untuk itu penduduk
negara berkewajiban membayar pajak kepada negara.
Subjek pajak adalah pihak-pihak (orang maupun badan) yang akan dikenakan
pajak, sedangkan objek pajak adalah segala sesuatu yang yang akan dikenakan
pajak. Wajib pajak adalah subjek pajak yang telah memenuhi syarat-syarat objektif
sehingga kepadanya diwajibkan pajak.

3.2 Saran

Penghasilan negara terbesar adalah dari pajak. Pajak memiliki perana penting
dalam pembangunan suatu negara khususnya Indonesia. Oleh karena itu,
pengelolaan pajak harus dikelola dengan baik dan benar agar manfaatnya dapat
dirasakan oleh rakyat. Selain itu juga para wajib pajak harus rutin dalam membayar
pajak demi tercapainya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi bangsa
Indonesia.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://kelompok6hukumpajak.blogspot.com/2013/07/makalah-subjek-dan-
objek-pajak.html

http://rumahmakalalah.blogspot.com/2016/05/subjek-dan-objek-pajak.html

https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2008/36tahun2008uu.htm

20

Anda mungkin juga menyukai