Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pajak

Berikut ini adalah beberapa pengertian atau definisi tentang pajak

menurut para ahli:

a. Pengertian pajak menurut Prof. Edwin R. A. Seligman dalam buku

Essay in Taxation (New York, 1925) yang diterbitkan di Amerika

menyatakan: “Tax is compulsory contribution from the person, to the

government to depray the expenses incurred in the common interest

of all, without reference to special benefit conferred” (Devano dan

Kurnia, 2006).

b. Pengertian pajak menurut Philip E. Taylor dalam buku “The

Economics of Public Finance” memberikan batasan pajak seperti di

atas hanya menggantikan without reference dengan with little

refence

c. Pengertian pajak menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang telah

diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo, SH dalam buku

“Pengantar Ilmu Hukum Pajak” (1991:2) “Pajak adalah iuran

masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

oleh yang wajib membayarnya menurut paraturan-peraturan, dengan

tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan

yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

Pengaruh Tingkat Kepatuhan..., Wahyu Dwi Atmoko, Fak. Ekonomi UM 2013


umum yang berhubungan dengan tugas negara untuk

menyelenggarakan pemerintahan.

d. Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam

bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990:5)

“pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-

undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum” (Devano dan Kurnia, 2006).

Dari pengertian-pengertian pajak menurut para ahli tersebut dapat

disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah:

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan

pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya

kontraprestasi individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah.

4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang

bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk

membiayai public investment.

5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

Pengaruh Tingkat Kepatuhan..., Wahyu Dwi Atmoko, Fak. Ekonomi UM 2013


2.2. Sistem Pemungutan Pajak

Di Indonesia sistem pemungutan pajak ada tiga macam yaitu:

a. Official Assessment System

Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan

yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri-ciri official assessment system:

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

fiskus

2. Wajib pajak bersifat pasif

3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak

oleh fiskus

b. Self assessment system

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya

pajak yang terutang.

Ciri-ciri self assessment system:

1. Wewenang untuk menetukan besarnya pajak terutang ada pada

wajib pajak sendiri

2. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang.

3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

Pengaruh Tingkat Kepatuhan..., Wahyu Dwi Atmoko, Fak. Ekonomi UM 2013


c. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memeberi

wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak

yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang

oleh wajib pajak. Ciri-ciri dari sistem pemungutan pajak seperti ini

adalah wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada

pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.

2.3. Pajak Penghasilan (PPh)

Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan

(PPh) yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1991,

Undang-Undang Nomor 10 tahun 1994, Undang-Undang Nomor 17

tahun 2000 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun

2008 mengatur mengenai pajak atas penghasilan yang diterima atau

diperoleh orang pribadi dan badan. Pajak penghasilan dikenakan pada

subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau

diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak yang menerima atau yang

memperoleh penghasilan tersebut disebut sebagai wajib pajak. Wajib

pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban

subjektif dan objektif (Diana dan Setiawati, 2009).

Pengaruh Tingkat Kepatuhan..., Wahyu Dwi Atmoko, Fak. Ekonomi UM 2013


2.3.1. Subjek dan objek pajak penghasilan

a. Subjek pajak penghasilan

Subjek pajak diartikan sebagai orang yang dituju oleh

undang-undang untuk dikenakan pajak. Pajak Penghasilan

dikenakan kepada subjek pajak berkenaan dengan

penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun

pajak. Pengertian subjek pajak meliputi orang pribadi,

warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, badan, dan

bentuk usaha tetap, sebgai berikut:

1. Orang Pribadi

Orang Pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat

tinggal atau berada di Indonesia ataupun diluar

Indonesia.

2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan

Warisan yang belum terbagi yang dimaksud merupakan

Subjek Pajak pengganti menggantikan mereka yang

berhak yaitu ahli waris. Masalah penunjukan warisan

yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti

dimaksudkan agar pengenaan pajak penghasilan yang

berasal dari warisan tetap dapat dilaksanakan.

3. Badan

Pengertian badan mengacu pada Undang-undang KUP,

bahwa badan adalah sekumpulan orang dan atau modal

Pengaruh Tingkat Kepatuhan..., Wahyu Dwi Atmoko, Fak. Ekonomi UM 2013


yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha

maupun tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan

Terbatas, Perseroan Komanaditer, Perseroan lainnya,

Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama

dan bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana

pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, orgaisasi

massa, organisasi sosial politik, atau organisasi sejenis,

lembaga, bentuk usaha tetap, dan badan lainnya. Dalam

hal ini termasuk reksadana. BUMN atau BUMD sebagai

subjek pajak tanpa memperhatikan nama dan bentuknya.

Sebagai contoh lembaga atau badan yang dimiliki oleh

pemerintah pusat atau daerah yang menjalankan usaha

atau melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan.

4. Bentuk Usaha Tetap

Yang dimaksud dengan bentuk usaha tetap adalah bentuk

usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak

bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia

tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 (dua

belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak

bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan

usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. Bentuk

usaha tetap ini ditentukan sebagai subjek pajak

tersendiri, terpisah dari badan. Pengenaan pajak

Pengaruh Tingkat Kepatuhan..., Wahyu Dwi Atmoko, Fak. Ekonomi UM 2013


penghasilan Bentuk Usaha Tetap ini memiliki eksistensi

sendiri dan tidak termasuk dalam pengertian badan.

Dalam sebuah Kantor Pelayanan Pajak biasanya ada

penggolongan wajib pajak besar. Adapun kriteria

penggolongan wajib pajak besar menurut Winarto Suhendro

(2012) yaitu dilihat berdasarkan besarnya asset, modal,

omzet, ataupun pembayaran pajak.

2.4. Penerimaan Pajak

Negara Indonesia sebagai negara yang merdeka, berdaulat dan

ingin membangun negara dengan kekuatan sendiri maka tidak ada pilihan

lagi selain meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak karena

sektor pajak memberikan kontribusi cukup besar bagi penerimaan

pendapatan negara. Pada tahun 1984 dilakukan perombakan pajak atau

reformasi pajak dengan tujuan sebagaimana diuraikan oleh Menteri

Keuangan Republik Indonesia , Bapak Radius Prawiro pada sidang DPR

tanggal 5 Oktober 1983 ialah untuk menegakan kemandirian NKRI

(Negara Kesatuan Republik Indonesia) dalam membiayai pembangunan

nasional dengan jalan lebih mengarahkan segenap potensi dan

kemampuan dalam negeri. Khususnya dengan cara meningkatkan

penerimaan negara melalui sektor pajak untuk membiayai dan menjamin

berhasilnya Pelita IV. Tujuan dari perombakan pajak (tax reform) adalah

untuk mengadakan UU Perpajakan Nasional yang berdasarkan Pancasila

Pengaruh Tingkat Kepatuhan..., Wahyu Dwi Atmoko, Fak. Ekonomi UM 2013


dan UUD 1945 yang sesuai dengan kehidupan bangsa Indonesia, dan

menciptakan masyarakat sadar akan pajak serta meningkatkan

pembangunan nasional dengan meningkatkan public saving.

2.5. Pengertian Kepatuhan Perpajakan, Jenis dan Fungsi SPT

2.5.1. Pengertian kepatuhan perpajakan

Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia

menuntut wajib pajak untuk aktif dalam melaksanakan kewajiban

perpajakannya. Sistem pemungutan pajak yang berlaku di

Indonesia adalah self assessment system, dimana segala

pemenuhan kewajiban perpajakan adalah sepenuhnya dilakukan

oleh wajib pajak sedangkan fiskus atau pemerintah hanya

melakukan pengawasan melalui prosedur pemeriksaan.

Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif

wajib pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya

membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi, yaitu

kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai

dengan kebenarannya. Karena sebagian besar pekerjaan dalam

pemenuhan kewajiban perpajakan itu dilakukan oleh wajib pajak

(dilakukan sendiri atau dibantu oleh tenaga ahli misalnya praktisi

perpajakan professional), bukan fiskus selaku pemungut pajak.

Sehingga kepatuhan diperlukan dalam self assessment system,

dengan tujuan penerimaan pajak bisa optimal. Kepatuhan dalam

Pengaruh Tingkat Kepatuhan..., Wahyu Dwi Atmoko, Fak. Ekonomi UM 2013


memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan

tulang punggung pemungutan pajak dengan cara self assessment

system, dimana wajib pajak bertanggungjawab menetapkan

sendiri besarnya pajak yang akan dibayarkan dan kemudian

secara tepat waktu membayarkan dan melaporkan pajaknya

tersebut.

Beberapa pengertian mengenai kepatuhan wajib pajak

diberikan oleh beberapa pemikir yaitu sebagai berikut:

a. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1995:1013),

istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau

aturan. Dalam perpajakan kita dapat memberi pengertian

bahwa kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan, tunduk,

dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Jadi,

wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan

memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

b. Menurut Norman D. Nowak (Moh. Zain: 2004) kepatuhan

wajib pajak adalah suatu iklim kepatuhan dan kesadaran

pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi

dimana:

1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami

semua ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

Pengaruh Tingkat Kepatuhan..., Wahyu Dwi Atmoko, Fak. Ekonomi UM 2013


2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.

3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.

4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

c. Safri Nurmantu mengatakan bahwa kepatuhan perpajakan

dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib

pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan

melaksanakan hak perpajakannya.

Jadi, pada prinsipnya kepatuhan perpajakan adalah

tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan

peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu

negara. Menurut Agusti dan Herawaty (2008) alat yang sering

digunakan untuk menilai tingkat kepatuhan wajib pajak adalah

ketepatan waktu pelaporan SPT (Surat Pemberitahuan).

2.5.2. Pengertian, jenis dan fungsi SPT

Pengertian SPT (Surat Pemberitahuan) menurut Sony

Devanno, S.E., M.Ak.,Ak. dan Siti Kurnia Rahayu, S. E., Ak.

dalam bukunya Perpajakan Konsep, Teori, dan Isu (2006:1)

adalah dokumen yang menjadi alat kerja sama antara wajib pajak

dan administrasi pajak, yang memuat data-data yang diperlukan

untuk menetapkan secara tepat jumlah pajak yang terutang.

Pengertian SPT (Surat Pemberitahuan) dalam Pasal 1 butir 10 UU

KUP dijelaskan bahwa, “Surat Pemberitahuan adalah surat yang

Pengaruh Tingkat Kepatuhan..., Wahyu Dwi Atmoko, Fak. Ekonomi UM 2013


oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan

pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.”

Secara garis besar SPT (Surat Pemberitahuan) dibedakan

menjadi dua yaitu surat pemberitahuan masa dan surat

pemberitahuan tahunan. Surat pemberitahuan masa adalah surat

peberitahuan untuk suatu masa pajak, sedangkan surat

pemberitahuan tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu

tahun pajak atau bagian tahun pajak. Batas waktu untuk

penyampaian surat pemberitahuan adalah paling lama 20 (dua

puluh) hari setelah akhir masa pajak untuk surat pemberitahuan

masa. Untuk surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan

wajib pajak orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir

tahun pajak dan untuk surat pemberitahuan tahunan pajak

penghasilan wajib pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan

setelah akhir tahun pajak.

Surat pemberitahuan memiliki fungsi atau peranan penting

bagi wajib pajak. Fungsi SPT (Surat Pemberitahuan) bagi wajib

pajak adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan

mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang

sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

Pengaruh Tingkat Kepatuhan..., Wahyu Dwi Atmoko, Fak. Ekonomi UM 2013


a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan

sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak

lain dalam 1 (satu) tahun pajak atau bagian tahun pajak.

b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan

objek pajak

c. Harta dan kewajiban

d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang

pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan

lain dalam 1 (satu) masa pajak sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.6. Hubungan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan dengan

Penerimaan Pajak

Menurut Undang-Undang 16, Tahun 2000, batas waktu

penyampaian SPT masa paling lambat dua puluh hari setelah akhir masa

pajak, sedangkan batas akhir penyampaian SPT Tahunan paling lambat

tiga bulan setelah akhir tahun pajak. Undang-Undang No 16 tahun 2000

kemudian direvisi menjadi Undang-Undang No 28, tahun 2007 dengan

perubahan batas waktu penyampaian SPT Tahunan paling lambat empat

bulan setelah akhir tahun pajak khusus bagi wajib pajak badan.

Pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan yang

berlaku sangatlah penting guna dapat melaksanakan dan memenuhi

kewajiban di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan perpajakan.

Pengaruh Tingkat Kepatuhan..., Wahyu Dwi Atmoko, Fak. Ekonomi UM 2013


Kepatuhan wajib pajak merupakan syarat agar penerimaan pajak negara

meningkat (Sari dan Afriyanti, 2010). Peneliti Agusti dan Herawaty

(2008) serta Suhendra (2011) menyimpulkan bahwa tingkat kepatuhan

wajib pajak berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan pajak.

Jadi semakin patuh wajib pajak badan melaporkan dan melunasi

kewajiban perpajakannya maka penerimaan pajak pada KPP akan

meningkat. Suryadi (2006) dalam penelitiannya juga menyimpulkan

bahwa kepatuhan wajib pajak yang diukur dari pemeriksaan pajak,

penegakan hukum dan kompensasi pajak berpengaruh signifikan

terhadap kinerja penerimaan pajak. Hal ini menunjukan bahwa kepatuhan

wajib pajak memiliki pengaruh besar terhadap kinerja penerimaan pajak.

2.7. Pemeriksaan Pajak

Direktur Jendral Pajak mempunyai kewenangan melakukan

pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

dan untuk tujuan lain. Pelaksanaan pemeriksaan tersebut adalah dalam

rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

Pasal 1 ayat 24 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan memberikan pembatasan

tentang pemeriksaan. Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan

untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan

Pengaruh Tingkat Kepatuhan..., Wahyu Dwi Atmoko, Fak. Ekonomi UM 2013


lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan

untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Sesuatu yang menjadi sasaran pemeriksaan adalah

untuk mencari adanya interpretasi undang-undang yang tidak benar,

kesalahan hitung, pelaporan penghasilan yang tidak sesuai dengan

keadaan sebenarnya (penggelapan), serta pemotongan dan pengurangan

tidak sesungguhnya yang dilakukan oleh wajib pajak dalam

melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Direktur Jendral Pajak yang memiliki wewenang untuk

melakukan pemeriksaan harus melalui prosedur-prosedur pemeriksaan

yang berlaku yaitu:

a. Petugas pemeriksa harus dilengkapi dengan Surat Perintah

Pemeriksaan dan harus memperlihatkan kepada wajib pajak yang

akan diperiksa.

b. Wajib pajak yang diperiksa harus:

1) Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan,

dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang

berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan

usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang

pajak.

2) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang

yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran

pemeriksaan.

Pengaruh Tingkat Kepatuhan..., Wahyu Dwi Atmoko, Fak. Ekonomi UM 2013


3) Memberi keterangan yang diperlukan.

c. Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau

dokumen serta keterangan yang diminta, wajib pajak terikat oleh

suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk

merahasakan itu ditiadakan.

d. Direktur Jendral Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat

atau ruangan tertentu, bila wajib pajak tidak memenuhi kewajiba

huruf b.2. di atas.

Direktur Jendaral Pajak melakukan pemeriksaan tidak semata-mata

hanya melakukan pemeriksaan saja melainkan memiliki tujuan tertentu.

Adapun tujuan dilakukannya pemeriksaan pajak yaitu:

a. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka

memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembianaan kepada

wajib pajak, yang dilakukan dalam hal:

1) Surat pemberitahuan menunjukan kelebihan pembayaran pajak,

termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan

kelebihan pajak.

2) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan menunjukan

rugi

3) Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak

pada waktu yang telah ditetapkan.

4) Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang

ditentukan oleh Direktur Jendral Pajak

Pengaruh Tingkat Kepatuhan..., Wahyu Dwi Atmoko, Fak. Ekonomi UM 2013


5) Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban tersebut

pada point (3) tidak dipenuhi.

b. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan, yang dapat dilakukan dalam hal:

1) Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan.

2) Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak.

3) Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena

Pajak.

4) Wajib pajak mengajukan keberatan.

5) Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan.

6) Pencocokan data dan atau alat keterangan.

7) Penentuan wajib pajak berlokasi di daerah terpencil.

8) Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN (Pajak

Pertambahan Nilai).

9) Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan untuk tujuan lain selain angka (1) sampai dengan

angka (8).

2.8. Hubungan Pemeriksaan Pajak dengan Penerimaan Pajak

Dalam UU No. 16 Tahun 2000 telah dikatakan bahwa

pemeriksaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

menguji kepatuhan wajib pajak. Dengan dilakukannya pemeriksaan

terhadap wajib pajak, maka wajib pajak akan lebih berhati-hati dalam

Pengaruh Tingkat Kepatuhan..., Wahyu Dwi Atmoko, Fak. Ekonomi UM 2013


memenuhi kewajiban perpajakannya, seperti tidak terlambat dalam

menyerahkan SPT (Diana Frederica, 2008). Dalam penelitian Prastiwi

(2011) memberikan kesimpulan bahwa pemeriksaan pajak selain

kegiatan pengawasan pada dasarnya juga dapat memperbesar jumlah

penerimaan pajak, yang ditunjukan dari besarnya selisih jumlah pajak

yang terutang.

2.9. Kerangka Pemikiran

Sistem pemungutan pajak secara self assessment system

memungkinkan wajib pajak untuk melakukan kecurangan seperti

memanipulasi penghitungan jumlah pajak dan penggelapan jumlah pajak

yang harus dibayarkan. Pemeriksaan pajak merupakan salah satu cara

untuk mencegah terjadinya kecurangan yang dilakukan oleh wajib pajak.

Dengan pemeriksaan diharapkan kepatuhan wajib pajak baik badan

maupun pribadi meningkat sehingga penerimaan dari sektor pajak bisa

meningkat.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji pengaruh

tingkat kepatuhan wajib pajak badan dan pemeriksaan pajak terhadap

penerimaan pajak pada Kantor Pelayana Pajak diantaranya adalah:

a. Euphrasia Susy Suhendra (2010) dengan judul penelitian pengaruh

tingkat kepatuhan wajib pajak badan terhadap peningkatan

penerimaan pajak penghasilan badan. Hasil penelitiannya

mengatakan secara simultan tingkat kepatuhan wajib pajak badan

Pengaruh Tingkat Kepatuhan..., Wahyu Dwi Atmoko, Fak. Ekonomi UM 2013


dan pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan

penerimaan pajak penghasilan badan. Secara parsial tingkat

kepatuhan wajib pajak badan memiliki pengaruh positif terhadap

peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan. Pemeriksaan

pajak sebagai variabel moderating tidak berpengaruh terhadap

peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan pada Kantor

Pelayanan Pajak dikarenakan masih rendahnya pemeriksaan pajak

yang dilakukan aparat perpajakan. Hasil penelitian yang sama

dikemukakan oleh Asri Fika Agusti dan Vinola Herawaty (2008).

b. Maria M. Ratna Sari dan Ni Nyoman Afriyanti (2010) dengan judul

penelitian pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan

pajak PPh pasal 25/29 wajib pajak badan pada KPP Pratama

Denpasar Timur. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa kepatuhan

wajib pajak dan pemeriksaan pajak baik diuji secara simultan

maupun parsial keduanya berpengaruh signifikan terhadap

penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan. Hasil

penelitian yang sama ditemukan oleh Debby Oktivani (2007).

Pengaruh Tingkat Kepatuhan..., Wahyu Dwi Atmoko, Fak. Ekonomi UM 2013


(Gambar 2.1 Model Penelitian)

Tingkat Kepatuhan Wajib Pemeriksaan Pajak (X2)


Pajak Badan (X1)

Selisih Penerimaan Pajak Pada


Kantor Pelayanan Pajak

2.10. Hipotesis Penelitian

H 1 : Tingkat kepatuhan wajib pajak badan dan pemeriksaan pajak

mempunyi pengaruh terhadap selisih penerimaan pajak pada

Kantor Pelayanan Pajak

H 2 : Tingkat kepatuhan wajib pajak badan mempunyai pengaruh

terhadap selisih penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak

H 3 : Pemeriksaan pajak mempunyai pengaruh terhadap selisih

penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak.

Pengaruh Tingkat Kepatuhan..., Wahyu Dwi Atmoko, Fak. Ekonomi UM 2013

Anda mungkin juga menyukai