Anda di halaman 1dari 11

PAJAK PENGHASILAN UMUM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah perpajakan

Disusun oleh :

Nurlia Subadra

Dosen Pembimbing :

Yoga Travilo S.E M.AK

MAHASISWA JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI

TAHUN 2023

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat waktunya. Dalam kesempatan kali ini saya akan membahas tentang
“Pajak Penghasilan Umum”.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen mata kuliah
Perpajakan telah memberikan kesempatan bagi saya untuk menyusun makalah ini.
Sehingga makalah ini nantinya dapat di jadikan sebagai salah satu referensi disiplin
ilmu Perpajakan. Saya sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
membuat makalah ini lebih baik lagi.
Semoga makalah ini memberikan informasi yang berguna bagi pembaca
danbermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuanbagi kita semua.

Sungai Penuh, 5 Maret 2023

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Subjek Pajak

2.2 Tidak Termasuk Subjek Pajak

2.3 Objek Pajak

2.4 Tidak Termasuk Objek Pajak

2.5 Dasar Pengenaan Pajak Dan Cara Menghitung Penghasilan Kena Pajak

2.6 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

2.7 Tarif Pajak

2.8 Cara Menghitung Pajak

2.9 Cara Melunasi Pajak

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang Pajak
Penghasilan yang berlaku sejak 1 Januari 1984 adalah Undang-undang Nomor
7Tahun 1983, pengenaan pajak yang berhubungan dengan penghasilan diistilahkan
dengan nama Pajak Perseroan (Ord. PPs 1925), Pajak Kekayaan (Stb. 1932),
PajakPendapatan (Ord. PPd 1944),.Semakin pesatnya perkembangan social ekonomi
sebagai hasilpembangunan nasional,globalisasi,dan reformasi di berbagai bidang,
perlu dilakukan perubahan undang-undang tersebut guna meningkatkan fungsi dan
perannya dalam rangka mendukung kebijakan pembangunan nasional khususnya
dibidang ekonomi. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
telah beberapa kali diubah dan disempurnakan, yaitu dengan Undang-UndangNomor
10 Tahun 1994, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, dan yang terakhirUndang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja subjek dan objek pajak?
2. Apa saja penghasilan yang kena dan tidak kena pajak?
3. Dasar Pengenaan Pajak Dan Cara Menghitung Penghasilan Kena Pajak?
4. Apa Saja Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)?
5. Berapa Tarif Pajak?
6. Bagaimana Cara Menghitung Pajak?
7. Bagaimana Cara Melunasi Pajak?

1.3 Tujuan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Subjek Pajak


Yang menjadi subjek pajak adalah :
1. Orang pribadi
2. warisan yang belum terbagi terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak
3. badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, dll.
4. Bentuk usaha tetap (BUT)
Subjek pajak dapat dibedakan menjadi :
1. Subjek Pajak Dalam Negeri
a. Orang pribadi yang tinggal di Indonesia lebih dari 138 hari dalam jangka
waktu 12 bulan.
b. Badan yang didirikan/bertempat kedudukan di Indonesia
c. Warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan
2. Subjek Pajak Luar Negeri
1. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
2. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan diindonesia

2.2 Tidak Termasuk Subjek Pajak


1. Kantor perwakilan negara asing
2. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari Negara
asing dengan syarat tidak menerima/memperoleh penghasilan diluar
jabatan/pekerjaan tersebut
3. Organisasi internasional dengan syarat Indonesia menjadi anggotanya
4. Pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat bukan WNI dan
tidak menjalankan usaha/pekerjaan untuk memperoleh penghasilan
diIndonesia

2.3 Objek Pajak


Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau yang diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun diluar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk

2
menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk
apapun termasuk :
1. Penggantian atau imbalan berkenan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau yang diperoleh termasuk gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya
kecuali ditentukan lain dalam undang-undang.
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan, dan penghargaan.
3. Laba usaha
4. Keuntungan karena pejualan atau karena pengalihan harta.

2.4 Tidak termasuk objek pajak


1. Bantuan atau sumbangan
2. Warisan
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
saham atau penyertaan modal.
4. Pembayaran dari pembayaran asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi beasiswa.
5. Dividen atau dari laba yang diterima atau yang diperoleh perseroan terbatas
sebagai wajib pajak dalam negeri.

2.5 Dasar pengenaan pajak dan cara menghitung penghasilan pajak


1. Dasar pengenaan pajak
untuk dapat menghitung PPH, terlebih dahulu hatrus diketahui dasar
pengenaan pajaknya. Untuk wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT)
yang menjadi dasar pengenaan pajak adalah penghasilan kena pajak. Sememtara itu,
untuk wajib pajak luar negeri adalah penghasilan bruto.
Penghasilan kena pajak (WP badan) = penghasilan neto
Penghasilan kena pajak (WP orang pribadi) = penghasilan neto – PTKP
2. Cara menghitung cara pengenaan pajak
Penghitungan besarnya penghasilan neto bagi wajib pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Menggunakan pembukuan
b. Menggunakan norma perhitungan penghasilan netto
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan, dan biaya serta jumlah harga perolehan dan poenyerahan barang atau

2
jasa yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba
rugi setiap tahun pajak terakhir.
3. Menghitung penghasilan kena pajak dengan menggunakan pembukuan
a. Penghasilan kena pajak (WP orang pribadi)
= penghasilan neto – PTKP
= (penghasilan bruto – biaya yang diperkenakan UU PPh) – PTKP
b. Penghasilan kena pajak (WP badan)
= penghasilan netto
= penghasilan bruto – biaya yang diperkenakan UU PPh
Besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk
mendapat, menagih dan memelihara penghasilan, termasuk :
a. Biaya secara langsung atau tidak secara langsung
b. Penyusutan atau pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak
c. Iyuran kepada dana pensiun yang pendiri nya telah disahkan oleh mentri
keuangan
4. Menghitung penghasilan kena pajak dengan menggunakan norma penghitungan
penghasilan neto
Apabila dalam menghitung penghasilan kena pajak nya wajib pajak
menggunakan norma perhitungan penghasilan neto, besarnya penghasilan neto adalah
sama besar nya dengan besarnya (persentase) norma perhitungan penghasilan neto
dikalikan dengan jumlah peredaran usaha atau penerimaan bruto pekerja bebas
setahun.
Wajib pajak yang memperoleh menggunakan norma perhitungan penghasilan
neto adalah wajib pajak orang pribadi yang memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Peredaran bruto kurang dari Rp4.800.000.000.00 pertahun
b. Mengajukan permohonan dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun
buku
c. Menyelenggarakan pencatatan

2.6 Penghasilan tidak kena pajak


Besarnya PTKP setahun berlaku mulai 1 januari 2016 adalah :
a. Rp54.000.000.00 untuk diri wajib pajak orang pribadi
b. Rp4.500.000.00 untuk diri wajib pajak orang pribadi
c. Rp54.000.000.00 tambahan untuk seorang istri yang penghasilan nya
digabung dengan penghasilan suami

2
d. Rp4.500.000.00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus atau satu derajat serta anak angkat yang
menjadi tanggungan sepenuhnya.
Perhitungan PTKP ditentukan menurut keadaan pada awal tahun pajak atau awal
bagian tahub pajak. Perhitungan PTKP untuk pegawai lama (tahun sebelumnya sudah
bekerja diindonesia) dilakukan dengan melihat keadaan awal tahun takwin (1
januari).

2.7 Tarif pajak


wajib pajak orang pribadi dalam negeri
Lapisan penghasilan kena pajak Tarif pajak
Sampai dengan Rp50.000.000.00 5%
Diatas Rp50.000.000.00 s/d Rp250.000.000.00 15 %
Diatas Rp250.000.000.00 s/d Rp500.000.000.00 25 %
Diatas Rp500.000.000.00 30 %
Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap
sementara itu, tariff pajak yang diterapkan atas penghasilan kena oajak bagi
wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah 28 %. Tariff pajak
badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap, mulai berlaku sejak tahun pajak 2010
diturunkan menjadi 25 %.
Wajib pajak badan dalam negeriyang berbentuk perseroan terbuka yang paling
sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan dibursa efek
diindonesia dan memnuhi persyaratan tertentu lainnya yang dapat memperoleh tarif
sebesar 5% lebih rendah dari pada tarif yang berlaku.

2.8 Cara menghitung pajak


Pajak penghasilan (bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap)
setahun dihitung dengan cara mengalikan penghasilan kena pajak dengan tariff pajak
sebagaimana diatur dalam UU PPh pasal 17. Untuk menghitung PPh dapat digunakan
rumus sebagai berikut :
Pajak penghasilan (wajib pajak badan)
= penghasilan kena pajak x tariff pasal 17
= penghasilan neto x tariff pasal 17
= (penghasilan bruto – biaya yang diperkenakan UU PPh) x tariff pasal 17

2
2.9 Cara melunasi pajak
1. pelunasan pajak tahun berjalan
a. pembayaran sendiri oleh wajib pajak
b. pembayaran pajak melalui pemotongan/pemungutan
2. pelunasan pajak sesudah akhir tahun.

2
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Yang menjadi subjek pajak adalah :
1. Orang pribadi
2. warisan yang belum terbagi terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak
3. badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, dll.
4. Bentuk usaha tetap (BUT)
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan, dan biaya serta jumlah harga perolehan dan poenyerahan barang atau
jasa yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba
rugi setiap tahun pajak terakhir.
Wajib pajak badan dalam negeriyang berbentuk perseroan terbuka yang paling
sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan dibursa efek
diindonesia dan memnuhi persyaratan tertentu lainnya yang dapat memperoleh tarif
sebesar 5% lebih rendah dari pada tarif yang berlaku

3.2 Saran
Saya sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk membuat
makalah ini lebih baik lagi.

2
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2019. Perpajakan Edisi Terbaru. Yogyakarta : CV Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai