Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PAJAK PERTBAHAN NILAI DAN BARANG MEWAH ”

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Perpajakan
Dosen Pengampu : Atar Satria Fikri, S.E., M.Ak

Disusun Oleh Kelompok 8:

M. Fadhli Maulana 501200628


Indri Widiasti.s 501200643

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN


BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA
SAIFUDDIN JAMBI 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, atas anugerah-Nya


sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Pajak
Pertambahan Nilai dan Barang Mewah”.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu Mata Kuliah
Perpajakan, dan juga untuk lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa
khususnya bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik,
namun penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, jika terdapat adanya kesalahan-kesalahan
baik dari segi teknik penulisan, maupun dari isi. Maka dari itu penulis sangat
mengharapkan saran serta kritik untuk dapat menyempurnakan makalah ini
terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama.

Jambi, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Dasar Hukum dan Pengertian PPN dan PPNBM ....................................... 3
B. Subjek PPN dan PPNBM ............................................................................ 4
C. Objek Pajak Penghasilan Badan .................................................................. 6
D. Tarif Pajak Penghasilan Badan .................................................................... 7
E. Cara Menghitung Pajak Penghasilan Badan ................................................ 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................
11
B. Saran ............................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak adalah iuran dari rakyat baik wajib pajak pribadi maupun badan yang
digunakan untuk kemakmuran rakyat yang bersifat memaksa. Pajak mempunyai
peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam
pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara
terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran termasuk
pengeluaran pembangunan. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16
tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat
1 merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara.
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut kepada obyek pajak atas
penghasilan yang diperolehnya. PPh akan selalu dikenakan terhadap orang atau
badan usaha selaku wajib pajak yang memperoleh penghasilan. Setiap perusahaan
jasa maupun non jasa sebagai wajib pajak diwajibkan untuk membayar pajak.
Bagi perusahaan, pajak merupakan sumber pengeluaran (cash disbursment) tanpa
adanya imbalan langsung untuk perusahaan tersebut. Sehingga biasanya banyak
perusahaan melakukan upaya untuk membayar pajak terutangnya sekecil mungkin
selama hal tersebut memungkinkan pada hakekatnya perpajakan di Indonesia
ditetapkan berdasarkan undang-undang, hal ini merupakan pencerminan bagian
dari pelaksanaan tonggak demokrasi dalam hidup berbangsa dan bernegara
Pajak penghasilan badan atau yang biasa disebut PPhB merupakan pajak
negara yang dikenakan pada setiap tambahan kemampuan yang diterima oleh
wajib pajak dari suatu badan usaha, baik yang berasal dari dalam maupun luar
negeri. PPhB ini akan dikenakan terhadap penghasilan orang pribadi dan badan
usaha yang diterimanya selama satu tahun pajak.
1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di buat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa dasar hukum dalam Pajak Penghasilan Badan?
2. Siapa saja yang termasuk kedalam subjek Pajak Penghasilan Badan?
3. Apa saja yang termasuk kedalam objek Pajak Penghasilan Badan?
4. Bagaimana tarif Pajak Penghasilan Badan?
5. Bagaimana cara menghitung Pajak Penghasilan Badan?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dasar hukum dan pengertian dalam Pajak Penghasilan
Badan.
2. Untuk mengetahui subjek Pajak Penghasilan Badan.
3. Untuk mengetahui objek Pajak Penghasilan Badan.
4. Untuk mengetahui tarif pada Pajak Penghasilan Badan.
5. Untuk mengetahui cara menghitung Pajak Penghasilan Badan.

BAB II PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum dan Pengertian Pajak Penghasilan Badan


Sebagai subjek pajak dalam negeri, setiap badan memiliki kewajiban
membayar pajak sejak didirikan atau berkedudukan di Indonesia. Kewajiban
membayar pajak berakhir ketika badan tersebut dibubarkan atau tidak lagi
berkedudukan di Indonesia. Pajak penghasilan dan semua jenis pajak, tidak sama
dengan utang pajak. Berikut ini adalah uraian peraturan perpajakan yang menjadi
dasar hukum penerapan pajak penghasilan badan.
1. Undang-Undang KUP Pasal 1 Ayat 10
2. Undang-Undang (UU) Nomor 28 Tahun 2007 tentang KUP
Di dalam undang-undang ini berisi ketentuan umum dan tata cara
perpajakan (KUP). UU Nomor 28 Tahun 2007 menyebutkan bahwa pajak
terutang merupakan pajak yang harus dibayar pada saat tertentu dalam
masa pajak, tahun pajak atau bagian tahun pajak.
3. UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang PPh
Pajak Penghasilan atau PPh Badan merupakan pajak yang dikenakan untuk
suatu badan usaha. Dimana ini dikenai atas setiap penghasilan yang diterima oleh
wajib pajak baik itu dalam maupun luar negeri. Pajak penghasilan atau PPh
tersebut tidak hanya dikenakan atas perseorangan, tapi juga bisa diambil dari
barang atau jasa yang dikelola. Konsultan pajak Serpong adalah pilihan tepat
untuk setiap urusan pajak yang lebih efisien. Pengenaan PPh Badan bisa
dibebankan atas badan usaha di Indonesia yang telah memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak atau NPWP. Dimana wajib pajak badan tersebut telah memenuhi
syarat dalam melaksanakan kewajiban pembayaran pajak. Di Indonesia badan
usaha berbentuk PT, Perusahaan Firma, dan CV memiliki kewajiban atas PPh
badan.

3
B. Subjek Pajak Penghasilan Badan
Subjek pajak Badan atau subjek PPh Badan adalah setiap Badan Usaha yang
diberikan kewajiban untuk membayar pajak, baik dalam periode bulan maupun
tahun dan disetor ke kas negara. Jenis subjek badan dibedakan menjadi 2 yakni:
1. Subjek Pajak Dalam Negeri
Subjek pajak dalam negeri adalah badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang
memenuhi kriteria:
4

a. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan


b. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
c. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat (Pempus)
atau Pemerintah Daerah (Pemda)
d. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara
e. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak
2. Subjek Pajak Luar Negeri
Sedangkan subjek pajak luar negeri adalah badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. Badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui BUT di Indonesia, juga termasuk subjek pajak luar negeri.
Berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU
KUP), yang termasuk dalam pengertian Badan adalah sebagai berikut:
1. Perseroan Terbatas (PT)
2. Perseroan Lainnya
3. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
4. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
5. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
6. Firma
5

7. Kongsi
8. Koperasi
9. Dana Pensiun
10. Persekutuan
11. Perkumpulan
12. Yayasan
13. Organisasi Masyarakat
14. Organisasi Sosial Politik
15. Organisasi lainnya dengan nama dan bentuk apapun
16. Lembaga dan bentuk badan lainnya
17. Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
18. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Pengertian BUT dalam hal Badan Usaha adalah bentuk usaha yang
dipergunakan oleh badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. Bentuk
usaha yang dipergunakan oleh badan ini dapat berupa:
a. Tempat kedudukan manajemen
b. Cabang perusahaan
c. Kantor perwakilan
d. Gedung kantor
e. Pabrik
f. Bengkel
g. Gudang
h. Ruang untuk promosi dan penjualan
i. Pertambangan dan penggalian sumber alam
j. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi
k. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan,atau kehutanan
l. Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan
m. Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain,
sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan
6

n. Badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas


o. Agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggung risiko di Indonesia
p. Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa,
atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan
kegiatan usaha melalui internet.

C. Objek Pajak Penghasilan Badan


Yang termasuk dalam objek pajak penghasilan badan adalah pendapatan yang
diterima oleh bahan usaha tersebut. Objek utama yang menjadi target pajak
penghasilan badan adalah penghasilan dari badan tersebut. Setiap tambahan
kemampuan ekonomis akan dikenakan pajak penghasilan badan. Tetapi ada juga
jenis penghasilan yang menjadi objek pajak penghasilan badan meskipun tidak
berasal dari penghasilan badan itu sendiri, yaitu:
1. Bantuan atau Sumbangan dari Perusahaan. Termasuk juga di dalamnya
adalah zakat dan bentuk sumbangan keagamaan lainnya yang
ketentuannya sudah diatur berdasarkan peraturan pemerintah yang ada.
2. Dana Hibah Perusahaan. Dana hibah yang diberikan perusahaan juga
termasuk ke dalam objek pajak penghasilan badan. Harta hibah yang
ketentuannya telah diatur oleh pemerintah wajib menaati peraturan pajak
penghasilan badan.
3. Warisan. Warisan juga salah satu objek pajak penghasilan badan
berdasarkan peraturan pemerintah yang telah ditetapkan.
4. Penggantian atau Imbalan. Yang dimaksud dengan penggantian atau
imbalan di sini adalah yang berhubungan dengan pekerjaan. Baik dalam
bentuk natura ataupun dalam bentuk kenikmatan yang digunakan oleh
wajib pajak tersebut.
5. Setoran Tunai. Harta dalam bentuk setoran tunai yang diterima oleh
perusahaan dan dipergunakan sebagai pengganti modal atau pengganti
7

saham juga menjadi objek pajak penghasilan badan berdasarkan peraturan


pemerintah.

6. Penghasilan Lainnya. Penghasilan lain yang juga tertera dalam peraturan


undang-undang pajak penghasilan.

D. Tarif Pajak Penghasilan Badan


Seperti diketahui, ketentuan tarif pajak badan kembali direvisi melalui
UndangUndang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan
(UU HPP). Melalui UU HPP ini, tarif PPh Badan berubah menjadi 22% mulai
Tahun Pajak 2022. Artinya, tarif PPh Badan terbaru ini lebih tinggi 2% dibanding
tarif PPh Badan versi peraturan sebelumnya pada UU No. 2/2020 tersebut yang
sebesar 20%. Jadi, pemerintah membatalkan penurunan tarif PPh Badan dari
rencana semula hanya sebesar 20% pada 2022. Atau dengan kata lain, pengenaan
PPh 22% yang sudah diberlakukan sejak 2020 dan 2021 itu diperpanjang lagi
mulai 2022.

E. Perhitungan Pajak Penghasilan Badan


Berikut adalah mekanisme perhitungan pajak penghasilan badan yang harus
diketahui sebelum cara menghitung Pajak Penghasilan Badan:
a. Penghasilan Kena Pajak
Sebelum Anda melakukan perhitungan Pajak Penghasilan Badan Usaha atau
PPh Badan, Sobat Klikpajak harus terlebih dulu mengetahui nominal
penghasilan kena pajak badan. Di mana penghasilan neto fiskal merupakan
penghasilan neto yang diterima oleh wajib pajak dalam negeri, baik dari
kegiatan usaha maupun bukan, setelah melewati penyesuaian fiskal yang
berdasarkan ketentuan perpajakan. Sedangkan kompensasi neto fiskal adalah
kerugian yang dialami badan. Apabila menggunakan pembukuan, kerugian
tersebut dapat dikompensasi selama lima tahun secara berturut-turut. b.
Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang
8

Untuk mendapatkan nominal ini, Anda dapat mengalikan Penghasilan Kena


Pajak dengan tarif pajak yang berlaku. Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) bagian b
UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, tarif pajak yang dikenakan
kepada badan adalah 25%. Besar tarif ini berlaku sejak tahun pajak 2010. Tarif
lebih rendah dapat dikenakan kepada wajib pajak badan dalam negeri dengan
ketentuan sebagai berikut: Berbentuk perseroan terbuka. Memiliki sedikitnya
40% jumlah keseluruhan saham yang disetor dan diperdagangkan di Bursa
Efek Indonesia.
Berikut beberapa contoh perhitungan pajak penghasilan badan berdasarkan
tarif pajak PPh badan terbaru sesuai UU HPP:

a. Contoh 1:
Pada tahun 2022, PT AAA memperoleh penghasilan kotor sebesar Rp10 Miliar.
Maka sebelum Sobat Klikpajak mengetahui Pajak yang harus dibayar PT AAA,
Anda harus mengetahui terlebih dulu Penghasilan Kena Pajak dari PT AAA.
Maka, pajak yang harus dibayar adalah:
Jawab:
50% x 22% x Rp5 miliar = Rp550 juta.
Namun, perlu dibuat catatan bahwa selama periode tahun 2022, PT AAA telah
menyetor pajak penghasilan karyawan ke kas negara sebesar Rp50 juta dan pajak
PPh Pasal 23 sebesar Rp100 juta. Maka, pajak penghasilan terutang PT AAA
adalah:
Rp550 juta – Rp50 juta – Rp100 juta = Rp350 juta.

Jadi, Rp350 juta adalah angka yang bisa dicicil oleh PT AAA ke kas negara atas
penghasilan Badan Usaha di tahun 2022.

b. Contoh 2:

Berikut adalah contoh sederhana perhitungan pajak penghasilan ataua pajak badan
dengan menggunakan tarif umum yang berlaku pada 2022 sebesar 22%:

Peredaran Bruto Rp6.000.000.000

Biaya terkait penghasilan usaha Rp5.400.000.000 (-)

Penghasilan Neto Usaha Rp600.000.000

Penghasilan lain Rp50.000.000


9

Biaya terkait penghasilan lain Rp30.000.000 (-)

Penghasilan lainnya neto Rp20.000.000 (+)

Total Penghasilan Neto Rp620.000.000

Kompensasi Kerugian Rp10.000.000 (-)

Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp610.000.000 PPh

Terutang: Rp610.000.000 x 22% Rp134.200.000

Kredit Pajak:

PPh Pasal 25 Rp90.000.000

PPhPasal 22 dipungut pihak ketiga Rp12.000.000

PPh Pasal 23 dipotong pihak ketiga Rp15.000.000 (+)

Total Kredit Pajak Rp117.000.000 (-)

Pajak yang masih harus dibayar Rp17.500.000


BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Pajak Penghasilan atau PPh Badan adalah pajak yang dikenakan untuk suatu
badan usaha. Pengenaan PPh Badan bisa dibebankan atas badan usaha di Indonesia
yang telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak atau NPWP. Dimana wajib pajak
badan tersebut telah memenuhi syarat dalam melaksanakan kewajiban pembayaran
pajak. Ketentuan tarif pajak badan kembali direvisi melalui UndangUndang
Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).
Melalui UU HPP ini, tarif PPh Badan berubah menjadi 22% mulai Tahun Pajak
2022. Artinya, tarif PPh Badan terbaru ini lebih tinggi 2% dibanding tarif PPh
Badan versi peraturan sebelumnya pada UU No. 2/2020 tersebut yang sebesar
20%.
B. Saran
Dalam makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
terdapat dalam isi makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
saran dari pembaca agar makalah ini bisa sempurna dengan arahan dan bimbingan
dari pembaca. Dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi kita
semua dan apa yang diperoleh bermanfaat bagi kita semua.

11
DAFTAR PUSTAKA

Suprianto, Edy, 2011, PERPAJAKAN DI INDONESIA, Edisi Pertama, Graha Ilmu,


Yogyakarta.
Widya Amerta Jurnal Manajemen Fak. Ekonomi, Vol. 7 No. 1 Maret 2020 108
https://flazztax.com/2021/09/06/wajib-pajak-badan-harus-tahu-tentang-pph-
pajakpenghasilan-badan/, diakses 17 November 2022.
https://www.jurnal.id/id/blog/pajak-penghasilanbadan/#:~:text=dengan
%20Menggunakan%20Jurnal-
,Pengertian%20Pajak%20Penghasilan%20Badan,dari%20dalam%20maup
un%20luar%20negeri, diakses 17 November 2022

Anda mungkin juga menyukai