Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERPAJAKAN DAN AKUNTANSI PERPAJAKAN


Dosen: Dr. Asriani Junaid, SE., M.SA., Ak., CA

DISUSUN OLEH:

RESKY NADILA SULIHING


001504332022

MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas untuk mata kuliah Akuntansi Perpajakan. Makalah ini bertujuan untuk
mengetahui secara khusus mengenai Perpajakan dan Akuntansi Perpajakan.
Saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Asriani Junaid, SE., M.SA., Ak., CA
selaku Dosen Akuntansi Perpajakn yang telah memberikan judul ini kepada saya
sehingga saya memiliki kesempatan untuk semakin menelaah lebih lanjut mengenai
materi ini. Sebagai manusia, tentunya saya tidak luput dari kesalahan, terutama dalam
melakukan penyusunan makalah ini. Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan
yang saya miliki. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan segala bentuk saran,
masukan serta kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, saya berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja, terutama saya sebagai
penulis dan penyusun serta pembaca sekalian.

Makassar, 22 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

A. Pengertian Perpajakan ................................................................................. 3

B. Jenis-jenis Pajak .......................................................................................... 3

C. Fungsi Pajak ................................................................................................ 4

D. Asas Pemungutan Pajak .............................................................................. 5

E. Sistem Pemungutan Pajak ........................................................................... 6


F. Tata Cara Pemungutan Pajak ...................................................................... 7
G. Pengertian Akuntansi Perpajakan ................................................................ 8
H. Prinsip Akuntansi Perpajakan ..................................................................... 8
I. Fungsi Akuntansi Perpajakan .................................................................... 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 11

A. Kesimpulan................................................................................................ 11

B. Saran .......................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan sumber utama dari penerimaan negara yang berfungsi untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran negara dan berfungsi untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Pajak menurut Siti Kurnia Rahayu (2017:27-30) pajak
merupakan iuran yang diselenggarakan pemerintah sebagai penerimaan sumber
penerimaan bagi negara kepada rakyat yang bersifat memaksa (berdasarkan
undang-undang) dan tidak mendapatkan imbalan imbalan secara langsung.
Menurut UU No.28 pasal 1 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan,
pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU, dengan tidak mendapat timbal
balik secara langsung dan digunakan untuk keperluam negara sebesarbesarnya
bagi kemakmuran rakyat.
Akuntansi perpajakan merupakan sebuah aktivitas pencatatan keuangan pada
sebuah badan usaha atau lembaga untuk mengetahui jumlah pajak yang harus
dibayarkan. Akuntansi pajak diawali dengan proses pencatatan, penggolongan dan
pengikhtisaran suatu transaksi keuangan dan kaitannya dengan kewajiban
perpajakan dan diakhiri dengan pembuatan laporan keuangan fiskal sesuai dengan
ketentuan dan peraturan perpajakan yang terkait sebagai dasar pembuatan Surat
Pemberitahuan Tahunan. Menurut Agoes dan Estralia (2014) akuntansi perpajakan
merupakan proses penetapan besarnya pajak terutang yang dihitung berdasarkan
laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengkaji tentang perpajakan dan akuntansi perpajakan, maka
dirumuskan beberapa masalah pokok antara lain sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari perpajakan?
2. Apa saja jenis-jenis dalam perpajakan?
3. Apa saja fungsi dari perpajakan?

1
4. Apa saja asas-asas dalam pemungutan pajak?
5. Bagaimana sistem dalam pemungutan pajak?
6. Bagaimana tata cara pemungutan pajak?
7. Apa pengertian akuntansi perpajakan?
8. Apa saja prinsip dalam akuntansi perpajakan?
9. Apa saja fungsi dari akuntansi perpajakan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dari perpajakan.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dalam perpajakan.
3. Untuk mengetahui fungsi-fungsi perpajakan.
4. Untuk mengetahui asas-asas dalam pemungutan pajak.
5. Untuk mengetahui sistem dalam pemungutan pajak.
6. Untuk mengetahui tata cara pemungutan pajak
7. Untuk mengetahui definisi dari akuntansi perpajakan.
8. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam akuntansi perpajakan.
9. Untuk mengetahui fungsi dari akuntansi perpajakan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perpajakan
Perpajakan adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang
sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang. Menurut
Mardiasmo (2018) Pajak merupakan iuran yang dibayarkan oleh rakyat kepada
negara yang masuk dalam kas negara yang melaksanakan pada undang-undang
serta pelaksanaannya dapat dipaksaaan tanpa adanya balas jasa. Iuran tersebut
digunakan oleh negara untuk melakukan pembayaran atas kepentingan umum
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan, yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Susyanti, 2015).
B. Jenis-jenis Pajak
Menurut Resmi (2014) pajak dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis,
yaitu:
1. Menurut Golongan
a.) Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri
oleh Wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada
orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban wajib pajak yang
bersangkutan, misalnya pajak penghasilan (PPh).
a.) Pajak Tidak Langsung
Pajak yang pada akhirnya dapat dilimpahkan kepada orang lain atau pihak
ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan atau
peristiwa yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi
penyerahan barang atau jasa, misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

3
2. Menurut Sifat
a.) Pajak Objektif
Pajak Objektif merupakan pajak yang pengenaannya memperhatikan
objeknya baik berupa benda, peristiwa, perbuatan, maupun keadaan yang
tanpa memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun
tempat tinggal, misalnya: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM),
a.) Pajak Subjektif
Pajak Subjektif merupakan pajak yang pengenaannya memperhatikan
keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan
keadaan subjeknya, misalnya Pajak Penghasilan (PPh).
3. Menurut Lembaga Pemungut
a.) Pajak Negara (Pajak Pusat)
Pajak Negara (Pajak Pusat) merupakan pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara
pada umumnya, misalnya PPh, PPN dan PPnBM.
a.) Pajak Daerah
Pajak Daerah merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik
daerah tingkat 1 (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak
kabupaten /kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah
masing-masing, misalnya pajak hotel, pajak restoran, dan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan.
C. Fungsi Pajak
Menurut Mardiasmo (2018), fungsi pajak terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Fungsi Anggaran (Budgetair)
Fungsi pajak sebagai anggaran, artinya pajak merupakan salah satu
sumber dari penerimaan pemerintah yang memasukan uang sebanyak-
banyaknya ke kas negara, dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran negara. Pajak memberikan kontribusi terbesar dalam hal

4
penerimaan negara, oleh karena itu pajak merupakan salah satu sumber
penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran rutin maupun
pengeluaran pembangunan.
2. Fungsi Mengatur (Regularend)
Fungsi pajak sebagai mengatur, artinya pajak digunakan sebagai alat
untuk mengatur masyarakat baik dibidang ekonomi, sosial, maupun politik
dengan tujuan tertentu. Sebagai contoh, pajak yang tinggi dikenakan terhadap
minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras dan dikenakan
pula terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.
D. Asas Pemungutan Pajak
Menurut Susyanti (2015), beberapa asas pemungutan pajak yaitu:
1. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)
Asas domisili merupakan asas dimana pajak dibebankan pada pihak
yang ditinggal dan berada di wilayah suatu negara tanpa memperhatikan
sumber atau asal objek pajak yang diperoleh atau diterima Wajib Pajak. Itulah
sebabnya bagi negara yang menganut asas ini, dalam sistem pengenaan pajak
terhadap penduduknya akan menggabungkan asas domisili (kependudukan)
dengan konsep pengenaan pajak atas penghasilan baik yang diperoleh di
negara itu maupun penghasilan yang diperoleh di luar negeri (world-wide
income concept).
2. Asas Sumber
Asas sumber mendasarkan pembebanan pajak oleh negara hanya
terhadap objek pajak yang bersumber atau berasal dari wilayah territorialnya
tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak. Dalam asas ini, tidak
menjadi persoalan mengenai siapa dan apa status dari orang atau badan yang
memperoleh penghasilan tersebut karena yang menjadi landasan pengenaan
pajak adalah objek pajak yang timbul atau berasal dari negara itu. Sebagai
contoh, penghasilan tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia akan
dikenakan pajak oleh pemerintah Indonesia.

5
3. Asas Kebangsaan
Asas kebangsaan atau asas nasionalitas atau disebut juga asas
kewarganegaraan (nationality/citizenship principle). Asas kebangsaan
didasari oleh kewarganegaraan sesorang dalam menentukan pembebanan
pajak. Perlakuan perpajakan antara warga Negara Indonesia dan warga Asing
berbeda. Dalam asas ini, yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah
status kewarganegaraan dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan.
Berdasarkan asas ini, tidaklah menjadi persoalan dari mana penghasilan yang
akan dikenakan pajak berasal.
E. Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2018), terdapat beberapa sistem pemungutan pajak, yaitu:
1. Official Assessment System
Official Assessment System merupakan suatu sistem pemungutan pajak
yang memberikan wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Adapun ciri-ciri dari Official
Assessment System yaitu wewenang untuk menentukan besarnya pajak
terutang ada pada fiskus, utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat
ketetapan pajak oleh fiskus, dan wajib pajak bersifat pasif. Dalam sistem
pemungutan ini, kegiatan pemungutan pajak diletakkan kepada aktivitas
masyarakat wajib pajak sendiri, dimana wajib pajak diberi kepercayaan untuk:
a) Menghitung sendiri pajak yang terutang
b) Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang
c) Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang
d) Melaporkan sendiri pajak yang terutang
2. Self Assessment System
Self Assessment System merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri
besarnya pajak yang terutang. Adapun ciri-ciri dari Self Assesment System
yaitu wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib

6
pajak itu sendiri, fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi, dan wajib
pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak
yang terutang.
3. Withholding System
Withholding System merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan Wajib Pajak
yang bersangkutan untuk memotong atau memungut pajak yang terutang oleh
Wajib Pajak). Adapun ciri-ciri dari Withholding System yaitu wewenang
memotong atau memungut pajak yang terutang pada pihak ketiga, yaitu selain
fiskus dan Wajib Pajak. Pihak ketiga yang diberi kepercayaan pemerintah
untuk memotong atau memungut pajak misalnya Badan-badan tertentu,
Direktorat Jenderal Bea Cukai, Direktorat Jenderal Anggaran, Bendaharawan
dan lain-lain. Contoh Pajak yang menganut sistem ini misalnya PPh Pasal-
pasal 4 (2), 15, 21, 22, 23, dan 26. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan
sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan, keputusan presiden, dan
peraturan lainnya untuk memotong serta memungut pajak, menyetor, dan
mempertanggung jawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia.
F. Tata Cara Pemungutan Pajak
Beberapa tata cara pemungutan pajak yaitu sebagai berikut:
1. Stelsel nyata (riel stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata),
sehingga pemungutan baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni
setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata mempunyai
kelebihan atau kebaikan dan kekurangan. Kelebihan dari stelsel ini adalah
pajak yang dikenakan lebih realistis. Sedangkan kekurangannya adalah pajak
baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui).
2. Stelsel anggapan (fictieve stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggaran yang diatur oleh
undang-undang. Misalnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat

7
ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan, tanpa
harus menunggu pada akhir tahun. Sedangkan kelemahannya adalah pajak
yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.
3. Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel
anggaran. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu
anggaran, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan
keadaan yang sebenarnya. Dalam penerapannya, stelsel campuran mula-mula
pada awal tahun ditentukan jumlah pajak berdasarkan jumlah anggapan
tertentu dan kemudian setelah tahun pajak berakhir diadakan koreksi sesuai
dengan stelsel nyata. Bila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari
pada pajak menurut anggaran, maka Wajib Pajak harus menambah.
Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta kembali.
G. Pengertian Akuntansi Perpajakan
Akuntansi pajak merupakan bagian akuntansi yang timbul dari unsur
spesialisasi yang menurut keahlian dalam bidang tertentu, Akuntansi pajak
menurut Agoes dan Estralita (2013) adalah menetapkan besarnya pajak terutang
berdasarkan laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan. Akuntansi Pajak
adalah dalam menetapkan besarnya pajak terhutang tetap mendasarkan laporan
keuangan yang disusun oleh perusahaan, mengingat tentang perundang-undangan
perpajakan terdapat aturan-aturan khusus yang berkaitan dengan akuntansi, yaitu
masalah konsep transaksi dan peristiwa keuangan, metode pengukurannya, serta
pelaporan yang ditetapkan dengan undang-undang (Waluyo, 2014).
H. Prinsip Akuntansi Perpajakan
Beberapa prinsip akuntansi perpajakan yaitu sebagai berikut:
1. Kesatuan Akuntansi
Prinsip akuntansi perpajakan sebagai kesatuan akuntansi memiliki
makna bahwa pembukuan harus memisahkan harta, kewajiban, modal,
penghasilan, biaya, penjualan dan pembelian Wajib Pajak.

8
2. Kesinambungan
Prinsip kesinambungan mengandung arti bahwa suatu entitas ekonomi
diasumsikan akan terus-menerus melanjutkan usahanya dan tidak akan
dibubarkan. Berdasarkan pasal 28 ayat 11 UU KUP, data-data yang berkaitan
dengan pembukuan wajib pajak harus disimpan di Indonesia paling tidak
dalam jangka 10 tahun.
3. Harga Pertukaran yang Objektif
Transaksi antara penjual dan pembeli akan menghasilkan harga
pertukaran, yang oleh penjual disebut harga jual dan oleh pembeli disebut
harga perolehan (cost). Berdasarkan pasal 18 ayat 3 UU PPh ditentukan bahwa
Direktur Jenderal Pajak berwenang menentukan kembali besarnya
penghasilan dan pengurangan, serta menentukan utang sebagai modal untuk
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang
memiliki hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan
kewajaran dan kelaziman.
4. Konsistensi
Prinsip konsistensi mengandung arti bahwa penggunaan metode dalam
pembukuan tidak diperbolehkan berubah-ubah . Berdasarkan pasal 28 ayat 5
UU KUP, pembukuan diselenggarakan dengan prinsip konsisten. Segala
bentuk perubahan dalam prinsip maupun metode perhitungan pembukuan
harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak agar dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu tentang ada atau tidaknya objek pajak yang
timbul akibat perubahan tersebut.
5. Konservatif
Prinsip ini mengandung arti kemungkinan rugi ( belum direalisasi,
masih merupakan tafsiran) sudah diakui sebagai kerugian, dengan cara
membentuk penyisihan atau cadangan.
Prinsip realisasi dalam akuntansi pajak tampak pada ketentuan berikut:

9
a.) Wajib Pajak tidak diperbolehkan membentuk dana cadangan/penyisihan
(Pasal 9 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan), kecuali untuk: cadangan piutang tak tertagih untuk usaha
bank, cadangan piutang tak tertagih untuk usaha sewa guna usaha dengan
hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi dan cadangan biaya reklamasi
untuk pertambangan.
b.) Persediaan dan pemakaian persediaan untuk menghitung harga pokok
dinilai berdasarkan harga perolehan, tidak diperbolehkan berdasarkan
harga pokok dan harga pasar mana yang lebih rendah.
I. Fungsi Akuntansi Perpajakan
Menurut Djoko Muljono (2010), fungsi akuntansi perpajakan adalah
mengelola data kuantitatif untuk menyajikan laporan keuangan yang memuat
perhitungan perpajakan, yang kemudian akan digunakan sebagai pertimbangan
pengambilan keputusan. Tujuan kualitatif dalam akuntansi pajak adalah relevan,
dapat dimengerti, daya uji, netral, tepat waktu, daya banding dan lengkap.
Fungsi lain dari akuntansi perpajakan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Menjadi strategi dan perencanaan perpajakan di masa yang akan datang
yang bersumber dari data pembayaran pajak.
2. Analisis untuk mengetahui besaran pajak yang menjadi tanggungan
perusahaan di waktu yang akan datang.
3. Sebagai salah satu laporan keuangan yang dibutuhkan saat ada investor
atau keperluan publikasi lainnya.
4. Mendokumentasikan perpajakan setiap tahunnya sebagai perbandingan
untuk mengetahui perkembangan keuangan perusahaan.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perpajakan adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang
sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang.
2. Pajak dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu menurut golongan
(pajak langsung dan pajak tidak langsung), menurut sifat (pajak objektif dan
subjektif), dan menurut lembaga pemungut (pajak negara dan pajak daerah).
3. Fungsi pajak terbagi menjadi dua, yaitu fungsi anggaran (budgetair) dan
fungsi mengatur (regularend).
4. Beberapa asas pemungutan pajak yaitu asas domisili, asas sumber, dan asas
kebangsaan.
5. Terdapat beberapa sistem pemungutan pajak yaitu official assessment system,
self assessment system, dan withholding system.
6. Tata cara pemungutan pajak antara lain adalah stelsel nyata (riel stelsel),
stelsel anggapan (fictieve stelsel, dan stelsel campuran.
7. Akuntansi pajak merupakan bagian akuntansi yang timbul dari unsur
spesialisasi yang menurut keahlian dalam bidang tertentu,
8. Beberapa prinsip akuntansi perpajakan antara lain adalah kesatuan akuntansi,
kesinambungan, harga pertukaran yang objektif, konsistensi, dan konservatif.
9. Fungsi akuntansi perpajakan adalah mengelola data kuantitatif untuk
menyajikan laporan keuangan yang memuat perhitungan perpajakan,
B. Saran
Dengan adanya makalah yang membahas terkait perpajakan dan akuntansi
perpajakan ini, penulis berharap kepada para pembaca untuk dapat lebih mengerti
dan memahami mengenai perpajakan dan akuntansi perpajakan sehingga kita
dapat memperoleh manfaat yang sebaik-baiknya serta kedepannya kita dapat

11
menerapkan segala ilmu yang terkandung di dalam penulisan makalah ini ke dalam
dunia kerja yang syarat akan prinsip profesionalitas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno dan Estralita, (2013), Akuntansi Perpajakan, Edisi 3, Salemba Empat,
Jakarta
Jeni Susyanti dan Ahmad Dahlan, Perpajakan untuk Praktisi dan Akademisi, Empatdua
Media, Malang , 2015.
Mardiasmo. (2018). Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2018. Yogyakarta:Penerbit Andi
Muljono, Djoko. 2010. Tax Planning, Andi Publisher, Jakarta.
Resmi, Siti. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat
Siti Kurnia Rahayu, 2017, Perpajakan Konsep dan Aspek Formal, Bandung: Rekayasa
Sains
Supriyanto, Edy. 2011. Akuntansi Perpajakan Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Waluyo. (2014). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat

13

Anda mungkin juga menyukai