PERPAJAKAN
Disusun oleh :
KELOMPOK 1
I B AKUNTANSI PAGI
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"Pengertian dan Fungsi Pajak " ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada bidang studi Ketentuan Umum Perpajakan di semester I. Dalam
Penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi, namun kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan dan bimbingan sehingga kendala–kendala yang kami hadapi teratasi.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
Untuk itu kami sangat terbuka terhadap kritik dan saran demi perbaikan di masa
depan. Kami berharap semoga makalah ini berguna bagi para pengajar, mahasiswa,
dan pembaca pada umumnya.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hal ini dapat digunakan untuk mengukur perilaku Wajib Pajak, yaitu seberapa
besar tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban mengisi dan
menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar dan tepat, semakin tinggi
tingkat kebenaran dalam menghitung, ketepatan menyetor serta menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) secara benar dan tepat, maka diharapkan semakin tinggi pula
tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajibannya.
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan fungsi pajak?
2. Apa asas dan dasar pemungutan pajak?
3. Apa tinjauan aspek hukum kedudukan hukum pajak?
4. Apa saja sistem, jenis, dan tarif pajak?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan fungsi pajak
2. Mengetahui asas dan dasar pemungutan pajak
3. Mengetahui tinjauan aspek hukum kedudukan hukum pajak
4. Mengetahui sistem, jenis, dan tarif pajak
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pajak
Pajak merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam rangka mendukung
Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pemerintahan.
Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat kepada Kas
jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada
Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk
public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
UU NO 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan definisi di atas, dapat kita simpulkan ciri
pajak yaitu:
3
2) Bersifat memaksa
Pajak sangat berperan dalam kehidupan suatu negara, karena menjadi salah satu
produktif.
4
pembagian pendapatan dengan kesejahteraan masyarakat. Dengan kata lain,
Pajak memiliki peran yang amat penting bagi keberlangsungan sebuah negara.
Salah satu perannya adalah sebagai sumber biaya pembangunan. Agar aktivitas
perpajakan dapat berjalan lancar, pemerintah pun menyediakan payung hukum dan
asas pemungutan pajak. Asas perpajakan sendiri merupakan dasar dan pedoman yang
pajak. Setidaknya ada tiga asas pemungutan pajak yang kerap dijadikan pedoman di
dunia, yaitu:
Di Indonesia memiliki tujuh asas pemungutan pajak yang selalu dijadikan pedoman
yaitu:
Asas finansial
Berdasarkan asas ini, pungutan pajak dilakukan sesuai dengan kondisi keuangan
(finansial) atau besaran pendapatan yang diterima oleh wajib pajak
Contohnya: Pak Ahmad bekerja sebagai guru honorer dengan pendapatan sekitar
Rp15.000.000 per tahun, sedangkan Bu Laila bekerja sebagai Advokat dengan
pendapatan sekitar Rp1.000 000.000 per tahun.
Berdasarkan asas finansial, besaran pajak yang harus dibayar kedua orang tersebut
tentu saja berbeda. Berdasarkan asas ini pula, penetapan pungutan pajak yang harus
5
dibayarkan kedua orang tersebut harus lebih kecil dari pendapatan mereka selama
setahun.
Asas ekonomis
Berdasarkan asas ekonomis, hasil pemungutan pajak di Indonesia harus digunakan
sesuai dengan kepentingan umum (kepentingan rakyat secara menyeluruh). Pajak juga
tidak boleh menjadi penyebab merosotnya kondisi perekonomian rakyat. Bahkan,
dengan adanya pemanfaatan hasil pajak, diharapkan pemerintah bisa membangun
negeri ini secara maksimal tanpa harus mendapatkan pembiayaan melalui skema lain
seperti utang luar negeri.
Asas yuridis
Asas yuridis pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23 ayat 2 UUD 1945.
Selain itu pemungutan pajak di Indonesia juga diatur oleh beberapa undang-undang,
yaitu:
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP).
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh).
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa, serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Aturan dan Prosedur Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB).
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang Berlaku di
Indonesia.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB).
Asas umum
Asas pemungutan pajak yang selanjutnya adalah asas umum. Berdasarkan asas ini,
pemungutan pajak di Indonesia didasarkan atas keadilan umum. Artinya, baik
pemungutan maupun penggunaan pajak memang dirancang dari dan untuk masyarakat
Indonesia.
6
Asas kebangsaan
Berdasarkan asas kebangsaan, setiap orang yang lahir dan tinggal di Indonesia,
wajib membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku di negeri ini. Berdasarkan asas
kebangsaan pula, warga asing yang tinggal atau berada di Indonesia selama lebih dari
12 bulan tanpa pernah sekalipun meninggalkan negara ini wajib dikenai pajak selama
penghasilan yang mereka dapatkan bersumber dari Indonesia.
Asas sumber
Asas sumber merupakan dasar pemungutan pajak sesuai dengan tempat
perusahaan berdiri atau tempat tinggal wajib pajak. Jadi, pajak yang dipungut di
Indonesia hanya diberlakukan untuk orang yang tinggal dan bekerja di Indonesia.
Sebagai contoh, Pak Ahmad merupakan warga Indonesia yang tinggal dan bekerja di
Australia, meskipun secara dokumen kebangsaan Pak Ahmad adalah WNI tetapi
berdasarkan sumber pendapatannya Pak Ahmad tidak wajib membayar PPH yang
dipungut oleh pemerintah Indonesia.
Asas wilayah
Asas ini berlaku berdasarkan wilayah tempat tinggal wajib pajak. Contohnya, Bu
Laila merupakan WNI yang tinggal di Taiwan, maka menurut asas wilayah, baik
rumah maupun barang yang digunakan Bu Laila tidak wajib dikenai pajak oleh
pemerintah Indonesia. Sebaliknya, jika ada WNA yang tinggal di Indonesia dalam
jangka waktu tertentu, WNA tersebut wajib dikenai pajak berdasarkan hukum yang
berlaku di negeri ini.
7
tahun yang bersangkutan seperti halnya dengan pajak Perseroan dan Pajak
Pendapatan 1994.
2) Sistem fiktif
Ialah system bekerja dengan suatu anggapan. Anggapan ini bermacam –
macam jalan pikirannya, tergantung dari bunyi kata undang – undang yang
bersangkutan. Ada kalanya penghasilan si Wajib Pajak dianggap sama
besarnya dengan penghasilan sesungguhnya dalam tahun yang baru lalu,
dengan sama sekali tidak terpengaruh oleh besarnya penghasilan yang sungguh
– sungguh diperoleh dalam tahun yangsedang berjalan itu. Demikian
selanjutnya, sehingga dengan mudah pada setiap permulaan tahun telah dapat
ditetapkan pajak untuk tahun yang sedang berjalan.
3) System Campuran
System campuran umumnya mendasarkan pengenaan pajaknya atas kedua
system,tersebut dimuka. Sebagai contoh dikemukakan cara yang dipakai oleh
Inkomstenbelasting Ordonansi Tahun 1932 sebelum diganti menjadi pajak
pendapatan 1994. Inkomstenbelastingitu mula- mulamendasarkan pengenaan
pajaknya atas suatu anggapan, bahwa penghasilan seseorang dalam tahun pajak
dianggap sama besarnya dengan penghasilan sesungguhnya daam tahun yang
baru saja lampau. Kemudian setelah tahun pajak itu berakhir, maka anggapan
yang semula dipakai oleh fiscus disesuaikan dengan kenyataanya denganjalan
mengadakan pembetulan – pembetulan , sehingga dengan demikian beralihlah
pemungut pajak dari system fiktif ke system nyata. Dimana perlu dengan cara
semacam itu, dalam batas- batas tertentu, Fiskus dapat menaikkan atau
menurunkan pajak yang semula telah dihitung berdasrkan system anggapan itu.
8
2.6. Kedudukan Hukum Pajak
Pada umumnya, Hukum Pajak dimasukkan sebagai bagian dari Hukum Publik
yang mengatur hubungan hokum antara penguasa dengan rakyatnya. Hal tersebut
dapat dimengerti, karena di dalam Hukum Pajak diatur mengenai hubungan antara
penguasa/ pemerintah dalam fungsinya selaku fiscus (pemungut pajak) dengan rakyat
dalam kapasitasnya sebagai Wajib Pajak
Hukum Pajak merupakan bagian dari Hukum Administrasi Negara, karena itu
sekarang ada yang menghendaki agar Hukum Pajak itu bias berdiri sendiri.
Kenyataanya, sampai saat ini Hukum Pajak sudah berdiri di samping Hukum
Administrasi Negara, karena Hukum Pajak juga mempunyai tugas yang bersifat lain
daripada Hukum Administrasi Negara pada umumnya, yaitu Hukum Pajak juga
dipergunakan sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian negara. Selain itu,
umumnya Hukum Pajak juga mempunyai tata tertib dan istilah – istilah tersendiri
untuk lapangan pekerjaanya.
9
2.8. Jenis – Jenis Pajak
Jenis-Jenis Pajak Pajak di Indonesia dapat digolongkan berdasarkan:
1. Berdasarkan sifatnya, pajak digolongkan menjadi:
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak
dapat dilimpahkan kepada orang lain. Contoh pajak penghasilan (PPH), pajak
bumi bangunan (PBB), pajak kendaraan bermotor.
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang harus dibayar pihak tertentu dan dapat
dilimpahkan seluruhnya atau sebagian pada pihak lain. Contoh pajak penjualan,
pajak pertambahan nilai (PPN), dan bea impor.
2. Berdasarkan sasarannya/obyeknya, digolongkan menjadi:
a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang pemungutannya berdasarkan subjeknya
(orangnya), dengan memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh pajak
penghasilan, pajak kekayaan ,Pajak objektif, yaitu pajak yang pemungutannya
berdasarkan objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh
pajak bumi dan bangunan, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang
mewah.
3. Berdasarkan siapa yang memungut, pajak digolongkan menjadi:
a. Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat melalui aparatnya
yaitu Dirjen Pajak, Kantor Inspeksi Pajak, Dirjen Bea Cukai. Contoh pajak
Penghasilan, Pajak Penjualan Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan.
b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, baik oleh
pemerintah Provinsi maupun pemerintah Kota/Kabupaten. Contoh Pajak
Kendaran Bermotor, Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Reklame
10
3. Tarif Pajak Degresif (Menurun) Tarif pajak degresif adalah tarif
pengenaannya menurun seiring peningkatan dasar pengenaan pajak.
4. Tarif pajak Progresif (Naik) Tarif pajak progresif adalah tarif pengenaan
pajak yang bertambah seiring peningkatan dasar pengenaan pajak.
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik
(kotraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk memba
Dengan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada
penegertian pajak adalah:
a) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaan nya yang
sifatnya dipaksakan.
b) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual
oleh pemerintah.
c) Pajak dipungut oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah. d. Pajak
dapat pula mempunyai tujuan selain Budgeter (pendanaan) yaitu Regulerend
(mengatur). yar pengeluaran umum.
3.2 Saran
Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan Self Assement System ini
memang memberikan kebebasan bagi wajib pajak orang pribadi untuk menghitung,
menetapkan dan melaporkan sendiri pajak penghasilannya, akan tetapi dengan sistem
perpajakan seperti ini wajib pajak harus lebih ditingkatkan kesadaran dan pemahaman
mengenai pentingnya pemenuhan pajak serta mengenai penghasilan seperti apa yang
merupakan objek pajak penghasilan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara seperti :
1. Perlunya peningkatan sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya
Direktorat Jendral Pajak baik melalui media massa atau pun sosialisasi secara
langsung dilapangan.
2. Perlunya peningkatan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah khususnya
Direktorat Jendral Pajak terhadap jajaran pegawainya yang 55 mengelola dana
dari pemenuhan pajak penghasilan agar tidak terjadi lagi kasus korupsi yang
dilakukan oleh aparat pemerintah.
12
DAFTAR PUSTAKA
Darwinto Law, S. (2010). Tinjauan Hukum Terhadap Aspek Pajak. Depok: Universitas Indonesia.
Yanti Herlinawati, M. (2020). Modul Pajak Ekonomi. Brebes: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
.
13