Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA

PERPAJAKAN

PENGERTIAN DAN FUNGSI PAJAK

Dosen Pengampu : Dr. Tjok. Gde Indraputra, SE,Sk.,M.Ak,MAP

Disusun oleh :

1. Ni Putu Eka Pradnya Artanti 2302022976


2. Dewa Ayu Mirah Prasetya Dewi 2302023007

KELOMPOK 1

I B AKUNTANSI PAGI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FALKUTAS EKONOMI BISNIS DAN PARIWISATA


UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
Tahun 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"Pengertian dan Fungsi Pajak " ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada bidang studi Ketentuan Umum Perpajakan di semester I. Dalam
Penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi, namun kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan dan bimbingan sehingga kendala–kendala yang kami hadapi teratasi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Tjok. Gde Indraputra,


SE,Sk.,M.Ak,MAP selaku dosen bidang studi Ketentuan Umum Perpajakan yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
Untuk itu kami sangat terbuka terhadap kritik dan saran demi perbaikan di masa
depan. Kami berharap semoga makalah ini berguna bagi para pengajar, mahasiswa,
dan pembaca pada umumnya.

Denpasar, 20 September 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3. Tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1. Pengertian Pajak ....................................................................................................... 3
2.2. Fungsi Pajak .............................................................................................................. 4
2.3. Asas dan Dasar Pemungutan Pajak ........................................................................ 5
2.4. Sistem Pemungutan Pajak ........................................................................................ 7
2.5. Hukum Pajak ............................................................................................................. 8
2.6. Kedudukan Hukum Pajak ........................................................................................ 9
2.7. Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia .................................................................. 9
2.8. Jenis – Jenis Pajak ................................................................................................... 10
2.9. Tarif Pajak ................................................................................................................... 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 12
3.1. Kesimpulan .................................................................................................................. 12
3.2 Saran.............................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pajak merupakan sumber pembiayaan terbesar negara dalam menyelenggarakan


pemerintahan. Dari tahun ke tahun, penerimaan dari sektor pajak terus menunjukkan
peningkatan. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Mengingat pajak merupakan pendapatan
terbesar negara, tentu saja pemerintah berupaya untuk meningkatkan jumlah
pendapatan dari sektor yang sangat potensial ini.

Dalam rangka upaya peningkatan penerimaan pajak, pemerintah melakukan


perubahan mendasar dengan dikeluarkannya UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan merubah sistem pemungutan pajak yang
digunakan di Indonesia yaitu digunakannya self assessment system yang
menggantikan official assessment system.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan


Umum dan Tata Cara Perpajakan serta Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan, sistem pemotongan dan pemungutan pajak di Indonesia
khususnya pada Pajak Penghasilan (PPh) menganut sistem self assessment. Sistem
pemungutan pajak ini memberikan kepercayaan penuh kepada Wajib Pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan pajaknya.

Hal ini dapat digunakan untuk mengukur perilaku Wajib Pajak, yaitu seberapa
besar tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban mengisi dan
menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar dan tepat, semakin tinggi
tingkat kebenaran dalam menghitung, ketepatan menyetor serta menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) secara benar dan tepat, maka diharapkan semakin tinggi pula
tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajibannya.

Mengingat betapa pentingnya peran masyarakat untuk membayar pajak dalam


peran sertanya menanggung pembiayaan negara, dituntut kesadaran warga negara
untuk memenuhi kewajiban kenegaraannya. Terlepas dari kesadaran sebagai warga
negara, sebagian besar masyarakat tidak memenuhi kewajiban membayar pajak.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan fungsi pajak?
2. Apa asas dan dasar pemungutan pajak?
3. Apa tinjauan aspek hukum kedudukan hukum pajak?
4. Apa saja sistem, jenis, dan tarif pajak?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan fungsi pajak
2. Mengetahui asas dan dasar pemungutan pajak
3. Mengetahui tinjauan aspek hukum kedudukan hukum pajak
4. Mengetahui sistem, jenis, dan tarif pajak

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pajak
Pajak merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam rangka mendukung

pembangunan ekonomi. Melalui pajak masyarakat ikut membiayai pembangunan.

Kita lihat dulu definisi pajak dari beberapa ahli :

 Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara

(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut

peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi

kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan

pemerintahan.

 Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat kepada Kas

Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang

berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada

Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk

public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

 UU NO 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak

adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidaka mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan definisi di atas, dapat kita simpulkan ciri

pajak yaitu:

1) Iuran wajib pada negara

3
2) Bersifat memaksa

3) Dipungut berdasarkan undang-undang

4) Tidak mendapat balas jasa

5) Gigunakan untuk membiayai kepentingan umum.

2.2. Fungsi Pajak

Pajak sangat berperan dalam kehidupan suatu negara, karena menjadi salah satu

sumber penerimaan negara. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan, dan

mengatur kegiatan ekonomi negara. Ada beberapa fungsi pajak yaitu:

a. Fungsi Anggaran (Fungsi Budgeter) Pajak merupakan sumber pemasukan

keuangan negara yang menghimpun dana ke kas negara untuk membiayai

pengeluaran negara atau pembangunan nasional. Jadi, pajak digunakan

membiayai pembangunan, memperluas lapangan pekerjaan, membangun

infrastruktur serta gaji ASN.

b. Fungsi Mengatur (Fungsi Regulered) Pajak digunakan sebagai alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan

sosial. Fungsi mengatur tersebut antara lain:

 Memberikan proteksi terhadap barang produksi dalam negeri, misal Pajak

Pertambahan Nilai (PPN)

 Pajak digunakan untuk menghambat laju inflasi

 Pajak digunakan untuk mendorong ekspor, misal pajak barang ekspor 0%

 Untuk menarik dan mengatur investasi modal untuk perekonomian yang

produktif.

c. Fungsi Pemerataan (Fungsi Distribution) Pajak mempunyai fungsi pemerataan

artinya dapat digunakan untuk menyeimbangkan dan menyesuaikan antara

4
pembagian pendapatan dengan kesejahteraan masyarakat. Dengan kata lain,

pajak berfungsi untuk pemerataan pendapatan masyarakat

2.3. Asas dan Dasar Pemungutan Pajak

Pajak memiliki peran yang amat penting bagi keberlangsungan sebuah negara.

Salah satu perannya adalah sebagai sumber biaya pembangunan. Agar aktivitas

perpajakan dapat berjalan lancar, pemerintah pun menyediakan payung hukum dan

asas pemungutan pajak. Asas perpajakan sendiri merupakan dasar dan pedoman yang

digunakan oleh pemerintah saat membuat peraturan atau melakukan pemungutan

pajak. Setidaknya ada tiga asas pemungutan pajak yang kerap dijadikan pedoman di

dunia, yaitu:

1. Asas tempat tinggal.


Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan domisili atau tempat tinggal seseorang
2. Asas kebangsaan.
Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan kebangsaan seseorang. Sebagai contoh,
meskipun ada orang Amerika yang tinggal di Jepang, orang tersebut tidak bisa
diwajibkan untuk membayar pajak karena kebangsaannya bukan Jepang.
3. Asas sumber.
Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan sumber atau tempat penghasilan berada.

Di Indonesia memiliki tujuh asas pemungutan pajak yang selalu dijadikan pedoman
yaitu:
 Asas finansial
Berdasarkan asas ini, pungutan pajak dilakukan sesuai dengan kondisi keuangan
(finansial) atau besaran pendapatan yang diterima oleh wajib pajak
Contohnya: Pak Ahmad bekerja sebagai guru honorer dengan pendapatan sekitar
Rp15.000.000 per tahun, sedangkan Bu Laila bekerja sebagai Advokat dengan
pendapatan sekitar Rp1.000 000.000 per tahun.
Berdasarkan asas finansial, besaran pajak yang harus dibayar kedua orang tersebut
tentu saja berbeda. Berdasarkan asas ini pula, penetapan pungutan pajak yang harus

5
dibayarkan kedua orang tersebut harus lebih kecil dari pendapatan mereka selama
setahun.
 Asas ekonomis
Berdasarkan asas ekonomis, hasil pemungutan pajak di Indonesia harus digunakan
sesuai dengan kepentingan umum (kepentingan rakyat secara menyeluruh). Pajak juga
tidak boleh menjadi penyebab merosotnya kondisi perekonomian rakyat. Bahkan,
dengan adanya pemanfaatan hasil pajak, diharapkan pemerintah bisa membangun
negeri ini secara maksimal tanpa harus mendapatkan pembiayaan melalui skema lain
seperti utang luar negeri.
 Asas yuridis
Asas yuridis pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23 ayat 2 UUD 1945.
Selain itu pemungutan pajak di Indonesia juga diatur oleh beberapa undang-undang,
yaitu:
 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP).
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh).
 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa, serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Aturan dan Prosedur Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa.
 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB).
 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang Berlaku di
Indonesia.
 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB).

 Asas umum
Asas pemungutan pajak yang selanjutnya adalah asas umum. Berdasarkan asas ini,
pemungutan pajak di Indonesia didasarkan atas keadilan umum. Artinya, baik
pemungutan maupun penggunaan pajak memang dirancang dari dan untuk masyarakat
Indonesia.

6
 Asas kebangsaan
Berdasarkan asas kebangsaan, setiap orang yang lahir dan tinggal di Indonesia,
wajib membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku di negeri ini. Berdasarkan asas
kebangsaan pula, warga asing yang tinggal atau berada di Indonesia selama lebih dari
12 bulan tanpa pernah sekalipun meninggalkan negara ini wajib dikenai pajak selama
penghasilan yang mereka dapatkan bersumber dari Indonesia.
 Asas sumber
Asas sumber merupakan dasar pemungutan pajak sesuai dengan tempat
perusahaan berdiri atau tempat tinggal wajib pajak. Jadi, pajak yang dipungut di
Indonesia hanya diberlakukan untuk orang yang tinggal dan bekerja di Indonesia.
Sebagai contoh, Pak Ahmad merupakan warga Indonesia yang tinggal dan bekerja di
Australia, meskipun secara dokumen kebangsaan Pak Ahmad adalah WNI tetapi
berdasarkan sumber pendapatannya Pak Ahmad tidak wajib membayar PPH yang
dipungut oleh pemerintah Indonesia.
 Asas wilayah
Asas ini berlaku berdasarkan wilayah tempat tinggal wajib pajak. Contohnya, Bu
Laila merupakan WNI yang tinggal di Taiwan, maka menurut asas wilayah, baik
rumah maupun barang yang digunakan Bu Laila tidak wajib dikenai pajak oleh
pemerintah Indonesia. Sebaliknya, jika ada WNA yang tinggal di Indonesia dalam
jangka waktu tertentu, WNA tersebut wajib dikenai pajak berdasarkan hukum yang
berlaku di negeri ini.

2.4. Sistem Pemungutan Pajak


Untuk memberi penggambaran mengenai terjadinya suatu ketetapan pajak atas
penghasilan dan atau kekayaa, perlulah kiranya diberi uraian seperti dibawah ini.
Dalam hokum pajak dikenal tiga macam yang memungut pajak atas suatu penghasilan
atau kekayaan yang dinamakan
1) System nyata
Ialah mendasarkan pengenaan pajak pada penghasilan yang sungguh – sungguh
diperoleh dalam setiap tahun pajak. Berapa besarnya penghasilan
sesungguhnya ini sudah barang tentu baru akan dapat diketahui pada akhir
tahun ini. Oleh karenanya maka pengenaan pajak dengan memakai cara ini
merupakan suatu pungutan kemudian, yaitu baru dikenakan setelah lampu

7
tahun yang bersangkutan seperti halnya dengan pajak Perseroan dan Pajak
Pendapatan 1994.
2) Sistem fiktif
Ialah system bekerja dengan suatu anggapan. Anggapan ini bermacam –
macam jalan pikirannya, tergantung dari bunyi kata undang – undang yang
bersangkutan. Ada kalanya penghasilan si Wajib Pajak dianggap sama
besarnya dengan penghasilan sesungguhnya dalam tahun yang baru lalu,
dengan sama sekali tidak terpengaruh oleh besarnya penghasilan yang sungguh
– sungguh diperoleh dalam tahun yangsedang berjalan itu. Demikian
selanjutnya, sehingga dengan mudah pada setiap permulaan tahun telah dapat
ditetapkan pajak untuk tahun yang sedang berjalan.
3) System Campuran
System campuran umumnya mendasarkan pengenaan pajaknya atas kedua
system,tersebut dimuka. Sebagai contoh dikemukakan cara yang dipakai oleh
Inkomstenbelasting Ordonansi Tahun 1932 sebelum diganti menjadi pajak
pendapatan 1994. Inkomstenbelastingitu mula- mulamendasarkan pengenaan
pajaknya atas suatu anggapan, bahwa penghasilan seseorang dalam tahun pajak
dianggap sama besarnya dengan penghasilan sesungguhnya daam tahun yang
baru saja lampau. Kemudian setelah tahun pajak itu berakhir, maka anggapan
yang semula dipakai oleh fiscus disesuaikan dengan kenyataanya denganjalan
mengadakan pembetulan – pembetulan , sehingga dengan demikian beralihlah
pemungut pajak dari system fiktif ke system nyata. Dimana perlu dengan cara
semacam itu, dalam batas- batas tertentu, Fiskus dapat menaikkan atau
menurunkan pajak yang semula telah dihitung berdasrkan system anggapan itu.

2.5. Hukum Pajak


Rochmat Soemitro mengatakan bahwa hokum pajak adalah suatu kumpulan
peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan
rakyat sebagai pembayar pajak. Dengan kata lain hokum pajak menerangkan mengenai
siapa saja Wajib Pajak (subjek) dan apa kewajiban – kewajiban mereka terhadap
pemerintah, hak – hakpemerintah, objek – objek apa saya yang dikenakan pajak, cara
penagihan , cara pengajuan keberatan -keberatan dan sebagainya.

8
2.6. Kedudukan Hukum Pajak
Pada umumnya, Hukum Pajak dimasukkan sebagai bagian dari Hukum Publik
yang mengatur hubungan hokum antara penguasa dengan rakyatnya. Hal tersebut
dapat dimengerti, karena di dalam Hukum Pajak diatur mengenai hubungan antara
penguasa/ pemerintah dalam fungsinya selaku fiscus (pemungut pajak) dengan rakyat
dalam kapasitasnya sebagai Wajib Pajak
Hukum Pajak merupakan bagian dari Hukum Administrasi Negara, karena itu
sekarang ada yang menghendaki agar Hukum Pajak itu bias berdiri sendiri.
Kenyataanya, sampai saat ini Hukum Pajak sudah berdiri di samping Hukum
Administrasi Negara, karena Hukum Pajak juga mempunyai tugas yang bersifat lain
daripada Hukum Administrasi Negara pada umumnya, yaitu Hukum Pajak juga
dipergunakan sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian negara. Selain itu,
umumnya Hukum Pajak juga mempunyai tata tertib dan istilah – istilah tersendiri
untuk lapangan pekerjaanya.

2.7. Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia


Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia Setiap negara memiliki sistem atau cara
dalam pemungutan pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak. Pemungutan pajak
secara umum mengenal tuga sistem, yaitu:
1) Official Assessment Sistem, yaitu sistem yang memberikan kewenangan
pemerintah atau petugas pemungut pajak untuk menghitung dan menentukan
jumlah pajak terutang yang harus dibayar wajib pajak. Perhitungan pajak terutang
ditetapkan dengan Surat Ketetapan Pajak. Contoh Pajak Bumi dan Bangunan.
2) Self Assessment System, yaitu sistem yang memberikan kepercayaan dan
kewenangan pada wajib pajak untuk menghitung, menentukan besarnya pajak,
melaporkan dan membayarnya sendiri. Pada sistem ini petugas pajak melakukan
pengawasan dan bimbingan pada wajib pajak, selain penegakan hukum. Contoh
Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas
Barangf Mewah (PPn-BM).
3) With Holding System, oyaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
pada pihak ketiga untuk memotong atau memungut, dan menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh wajib pajak. Contoh pemotongan pajak penghasilan
karyawan (PPh pasal 21)

9
2.8. Jenis – Jenis Pajak
Jenis-Jenis Pajak Pajak di Indonesia dapat digolongkan berdasarkan:
1. Berdasarkan sifatnya, pajak digolongkan menjadi:
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak
dapat dilimpahkan kepada orang lain. Contoh pajak penghasilan (PPH), pajak
bumi bangunan (PBB), pajak kendaraan bermotor.
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang harus dibayar pihak tertentu dan dapat
dilimpahkan seluruhnya atau sebagian pada pihak lain. Contoh pajak penjualan,
pajak pertambahan nilai (PPN), dan bea impor.
2. Berdasarkan sasarannya/obyeknya, digolongkan menjadi:
a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang pemungutannya berdasarkan subjeknya
(orangnya), dengan memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh pajak
penghasilan, pajak kekayaan ,Pajak objektif, yaitu pajak yang pemungutannya
berdasarkan objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh
pajak bumi dan bangunan, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang
mewah.
3. Berdasarkan siapa yang memungut, pajak digolongkan menjadi:
a. Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat melalui aparatnya
yaitu Dirjen Pajak, Kantor Inspeksi Pajak, Dirjen Bea Cukai. Contoh pajak
Penghasilan, Pajak Penjualan Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan.
b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, baik oleh
pemerintah Provinsi maupun pemerintah Kota/Kabupaten. Contoh Pajak
Kendaran Bermotor, Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Reklame

2.9. Tarif Pajak


Tarif pajak digunakan untuk menentukan besarnya pajak terutang. Tarif pajak
dibagi menjadi empat jenis yaitu:
1. Tarif Pajak Proporsional (sebanding) Tarif pajak proporsional adalah
tarif pajak yang pengenaan pajaknya tetap atas berapapun dasar
pengenaan pajaknya.
2. Tarif Pajak Tetap Tarif pajak tetap adalah tarif pajak yang tetap untuk
setiap dasar pengenaan pajak atau besarnya jumlah pajak yang
dibayarkan sama. Contoh pengenaan tarif pajak tetap.

10
3. Tarif Pajak Degresif (Menurun) Tarif pajak degresif adalah tarif
pengenaannya menurun seiring peningkatan dasar pengenaan pajak.
4. Tarif pajak Progresif (Naik) Tarif pajak progresif adalah tarif pengenaan
pajak yang bertambah seiring peningkatan dasar pengenaan pajak.

11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik
(kotraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk memba
Dengan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada
penegertian pajak adalah:
a) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaan nya yang
sifatnya dipaksakan.
b) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual
oleh pemerintah.
c) Pajak dipungut oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah. d. Pajak
dapat pula mempunyai tujuan selain Budgeter (pendanaan) yaitu Regulerend
(mengatur). yar pengeluaran umum.

3.2 Saran
Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan Self Assement System ini
memang memberikan kebebasan bagi wajib pajak orang pribadi untuk menghitung,
menetapkan dan melaporkan sendiri pajak penghasilannya, akan tetapi dengan sistem
perpajakan seperti ini wajib pajak harus lebih ditingkatkan kesadaran dan pemahaman
mengenai pentingnya pemenuhan pajak serta mengenai penghasilan seperti apa yang
merupakan objek pajak penghasilan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara seperti :
1. Perlunya peningkatan sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya
Direktorat Jendral Pajak baik melalui media massa atau pun sosialisasi secara
langsung dilapangan.
2. Perlunya peningkatan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah khususnya
Direktorat Jendral Pajak terhadap jajaran pegawainya yang 55 mengelola dana
dari pemenuhan pajak penghasilan agar tidak terjadi lagi kasus korupsi yang
dilakukan oleh aparat pemerintah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Darwinto Law, S. (2010). Tinjauan Hukum Terhadap Aspek Pajak. Depok: Universitas Indonesia.

Yanti Herlinawati, M. (2020). Modul Pajak Ekonomi. Brebes: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
.

13

Anda mungkin juga menyukai