Oleh:
KELOMPOK 9
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan ringkasan materi
kuliah Perpajakan I yang berjudul Hak dan Kewajiban Wajib Pajak dan Fiskus ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulis makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ringkasan mata
kuliah materi Perpajakan I. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang pengetahuan kita mengenai Hak dan Kewajiban Wajib Pajak dan Fiskus kepada
pembaca dan penulis.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis dibantu oleh banyak pihak. Sehingga, melalui
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu penulis makalah ini. Penulis menyadari, bahwa tidak ada sesuatu yang
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat konstruktif, untuk kesempurnaan karya tulis ini. Akhir kata, penulis berharap agar
karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
Kesimpulan ............................................................................................................................. 26
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian ini menunjukan adanya kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masyarakat
untuk membayar pajak. Apabila masyarakat tidak melaksanakan kewajibannya, pemerintah
bisa memaksanya. Sementara itu, pengertian hak tidak ada unsur pemaksa yang bisa dilakukan
dari pihak lain. Lalu pertanyaannya, apakah rakyat hanya menjalankan kewajiban saja bayar
pajak dan tidak ada hak yang diperolehnya? Tentu tidak demikian maksudnya.
Persoalan pajak memang tidak terlepas dari segala aspek kehidupan manusia. Setiap
aktivitas selalu terkait dengan masalah pajak terkecuali undang-undang sendiri menyebutkan
lain. Oleh karen itu, masyarakat perlu menyadari betapa pentingnya pajak walaupun tidak
menyenangkan karena sifatnya yang memaksa dan tidak ada imbalan langsung yang bisa
dirasakan. Kita menyadari bahwa kebutuhan sendiri. Bahwa, measlahatan hidup manusia tidak
akan pernah ada tanpa didukung dengan apa yang dinamakan pajak.
Tiap-tiap orang tidak akan mungkin bisa menyediakan fasilitas yang dibutuhkan sendiri
seperti rumah sakit, sekolah, rasa aman, transportasi, dan lainnya. Semua itu hanya bisa terjadi
bila ada kewajiban pembayaran yang dilakukan rakyat dengan nama pajak. Dari pajaklah
pemerintah menyediakan semua fasilitas umum tersebut untuk bisa dimanfaatkan bersama
sama. Kalau masyarakat telah melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai undang-undang,
baru masyarakat bisa menuntut haknya untuk mendapatkan pelayanan atas barang dan jasa
publik (public goods and service) dari pemerintah. Masyarakat harus melaksanakan
kewajibannya terlebih dahulu, baru menuntut haknya.
4
Dalam hidup bermasyarakat, seseorang tidak mungkin bisa menuntut haknya tanpa pernah
melaksanakan kewajibannya terlebih dahulu. Akan tetapi, ada hak yang sejak awalnya memang
melekat dalam diri seseorang, yaitu hak asasi manusia, seperti diatur dalam UUD 1945 beserta
perubahannya. Apabila masyarakat telah melaksanakan kewajibannya membayar pajak, maka
pemerintah memberikan segala bentuk pelayanan umum yang dibutuhkan masyarakat.
Pemberian ini tidak terbatas hanya kepada mereka yang membayar pajak, tetapi juga kepada
mereka yang belum membayar pajak.
Pertanyaannya, bagaimana bila pemerintah tidak melakukan kewajibannya? Bila ini yang
terjadi, masyarakat, khususnya mereka yang telah membayar pajak dengan benar, dapat
mengeluhkannya (complaint) kepada pemerintah. Inilah perwujudan hak demokrasi terkait
dengan kewajiban membayar pajak yang telah dilakukan rakyat untuk menuntut haknya.
Memahami hal demikian, maka para pengambil kebijakan atas setiap aktivitas ekonomi
yang terjadi di masyarakat haruslah menyadari bahwa pada akhirnya masyarakatlah yang
menjadi tujuan. Kebijakan politik maupun ekonomi yang diambil tidak boleh untuk
kepentingan segolongan masyarakat saja. Sekarang ini masyarakat sudah cukup cerdas untuk
menilai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Masyarakat adalah pemangku kepentingan
(stakeholder) dari segala aktivitas dan program kerja pemerintah, terlebih terkait dengan
kewajiban perpajakan yang wajib dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri.
5
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, kami susun rumusan masalah. Adapun rumusan masalah ini
dibuat lebih fokus dengan permasalahan yang terjadi.untuk mengatasi permasalahan yang
terjadi, kita harus mengetahui lebih dalam mengenai hak dan kewajiban wajib pajak dan
fiskus itu sendiri. Rumusan disusun sebagai berikut:
1. Hak Wajib Pajak
2. Kewajiban Wajib Pajak
3. Hak fiskus
4. Kewajiban Fiskus
5. Penghindaran Pajak
6. Rahasia Jabatan
7. Kuasa/wakil Wajib Pajak
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembelajaran umum yang akan dicapai dalam topik ini adalah anda dapat
mengetahui secara jelas atau terperinci mengenai Hak dan Kewajiban Wajib Pajak dan
Fiskus. Tujuan pembelajaran umum tersebut dapat diperinci dalam tujuan pembelajaran
khusus yang akan dicapai adalah sebagai berikut.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Hak-hak Wajib Pajak yang diatur dalam undang-undang perpajakan adalah sebagai berikut.
7
4. Hak memperoleh kembali kelebihan pembayaran pajak.
Apabila Wajib Pajak dalam melakukan pembayaran pajaknya mengalami kelebihan, maka
atas kelebihan tersebut dapat diminta kembali (restitusi) dengan suatu permohonan tertulis,
sesuai ketentuan Pasal 11 UU KUP. Setelah fiskus (Kepala Kantor Pelayanan Pajak/Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan-KPP/KPPBB tempat di mana Wajib Pajak terdaftar)
melakukan pemeriksaan, maka pengembaliannya dilakukan paling lama I (satu) bulan sejak
diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sehubungan
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB).
8
Apabila pejabat tersebut membocorkan rahasia Wajib Pajak kepada pihak lain, maka Wajib
Pajak dapat mengadukan pejabat tersebut karena telah melakukan tindak pidana perpajakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 UU KUP.
9
Surat Tagihan Pajak
d. Keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 yang berkaitan dengan Surat
Tagihan Pajak
Gugatan diajukan secara tertulis menggunakan bahasa Indonesia dan terhadap satu
pelaksanaan penagihan atau satu keputusan diajukan satu surat gugatan.
10
15. Hak mengurangi penghasilan kena pajak dengan biaya yang telah dikeluarkan.
Dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Wajib Pajak (khususnya Wajib Pajak
Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap-BUT) dapat mengurangi penghasilannya dengan
segala pengeluaran-pengeluaran yang telah ditentukan dalam undang-undang. Pasal 6 UU
PPh menegaskan adanya pengeluaran atau biaya yang dapat dikurangkan, adalah sebagai
berikut.
a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya
pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang,
bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya
administrasi, dan pajak kecuali PPh.
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A.
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan olehMenteri Keuangan.
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan.
e. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing.
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia.
g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:
1) telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial
2) telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau Badan
Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan;
3) telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan
4) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak, yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
11
16. Hak pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Sesuai Pasal 7 UU PPh hak ini khusus diberikan kepada Wajib Pajak orang pribadi dengan
memberikan pengurangan sebesar Penghasilan Tidak Kena Pajak yang telah ditentukan.
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 15/PJ/2006 tanggal 23 februari
2006, besarnya PTKP tersebut dihitung berdasarkan penghasilan netonya dikurangi dengan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
18. Hak memperoleh fasilitas perpajakan.. Dalam Pasal 31A UU PPh ditegaskan adanya
fasilitas perpajakan yang diberikan kepada Wajib Pajak yang melakukan penanaman modal
pada bidang usaha tertentu dan/atau daerah tertentu dalam bentuk:
a. pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30% dari jumlah penanaman yang
dilakukan;
b. penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;
c. kompensasi kerugian yang lebih lama, tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun; dan
d. pengenaan PPh atas dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 sebesar 10%
kecuali apabila tarif menurut perjanjian perpajakan yang berlaku menetapkan lebih
rendah.
Sementara itu, Pasal 31B menyebutkan bahwa terhadap Wajib Pajak melakukan
restrukturisasi utang usaha melalui lembaga khusus yang dibentuk pemerintah, dapat
memperoleh fasilitas pajak yang bersifat terbats, baik dalam jangka waktu maupun jenisnya
berupa keringanan PPh yang terutang atas:
12
a. pembebasan utang
b. pengalihan harta kepada kreditur untuk penyelesaian
c. perubahan utang menjadi penyertaan modal
19. Hak untuk melakukan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran.
Dalam UU PPN ditegaskan bahwa apabila Wajib Pajak (Pengusaha Kena Pajak)
mempunyai Pajak Masukan (Pajak yang dibayar kepada pihak lain), maka atas Pajak
Masukan tersebut dapat dikreditkan terhadap Pajak Keluaran (pajak yang dipungut dari
pihak lain). Apabila Pajak Masukan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka kondisi
laporan SPT Masa PPN menjadi lebih bayar. Bila kondisinya lebih bayar, atas lebih bayar
tersebut dapat dimintakan pengembaliannya (restitusi) atau dapat pula dikompensasikan ke
utang pajak pada masa pajak berikutnya. Sebaliknya, apabila Pajak Masukan lebih kecil
daripada Pajak Keluaran, maka kondisi laporan SPT Masa PPN menjadi kurang bayar. Bila
kurang bayar berarti PKP harus menyetor sebesar yang kurang bayar tersebut.
Kewajiban Wajib Pajak yang diatur dalam undang-undang perpajakan adalah sebagai berikut.
13
3. Kewajiban membayar atau menyetor pajak.
Kewajiban Wajib Pajak untuk membayar atau menyetor pajak yang terutang dilakukan di
kas negara melalui kantor pos dan/atau bank Badan Usaha Milik Negara atau bank Badan
Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
sesuai ketentuan Pasal 10 ayat (1) UU KUP. Bahkan, dalam penjelasannya disebutkan
bahwa pembayaran atau setoran pajak tidak diperbolehkan melalui Direktorat Jenderal
Pajak. Hal ini perlu dipahami oleh Wajib Pajak bahwa Direktorat Jenderal Pajak ataupun
petugas pajak tidak diperbolehkan menerima setoran pajak.
14
7. Kewajiban membuat Faktur Pajak.
Setiap Pengusaha Kena Pajak (PKP) wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP), sesuai ketentuan Pasal 13 UU PPN.
Faktur Pajak yang dibuat merupakan bukti adanya pungutan pajak yang dilakukan oleh
PKP. Faktur Pajak tersebut bisa berbentuk Faktur Pajak Standar yang isi dan bentuknya
telah ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak, dan Faktur Pajak Sederhana yang bentuknya
dibuat sesuai kebutuhan WP, namun tidak bertentangan dengan elemen yang diatur UU.
15
2.3 HAK FISKUS
Sekarang kita lihat apa saja hak-hak fiskus yang diatur dalam undang-undang Perpajakan
Indonesia. Hak-hak fiskus tersebut adalah sebagai berikut:
16
terhadap penyegelan dilakukan fiskus terhadap tempat atau ruangan tertentu apabila Wajib
Pajak tidak memenuhi kewajibannya, yaitu tidak memberikan kesempatan kepada
pemeriksa pajak untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu guna
kelancaran pemeriksaan. Penyegelan dimaksudkan untuk mengamankan atau mencegah
hilangnya pembukuan, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain yang diperlukan.
17
8. Hak-hak melakukan penyanderaan.
Hak melakukan penyanderaan terhadao Wajib Pajak atau Penanggung Pajak didasarkan
pada ketentuan Pasal 33 ayat (1) UU PPSP, yaitu apabila masih mempunyai utang pajak
sekurang-kurangnya sebesar Rp.100.000,00 (seratus juta rupiah) dan diragukan iktikad
baiknya dalam melunasi utang pajak.
18
Nilai (PPN) atas produsen rokok diketahui dari pelaksanaan cukai.
Untuk kepentingan pemeriksaan dalam sidang pengadilan, baik dalam perkara pidana
maupun perdata, maka atas permintaan tertulis dari hakim, Menteri Keuangan dapat
memberi izin tertulis meminta pejabat untuk memberikan bukti tertulis dan keterangan
Wajib Pajak yang ada pada pejabat tersebut. Permintaan hakim harus menyebutkan nama
tersangkan atau nama tergugat, keterangan-keterangan yang diminta serta kaitan antara
perkara pidana atau perdata yang bersangkutan dengan keterangan yang diminta.
19
2.5 PENGHINDARAN PAJAK
Penghindaran pajak adalah suatu skema yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk
mengurangi beban pajak dengan memanfaatkan celah dalam kebijakan dan peraturan
perpajakan. Ronen Palan (2008) menyebutkan suatu transaksi dikatakan sebagai penghindaran
pajak apabila melakukan salah satu tindakan sebagai berikut
a. Wajib pajak berusaha untuk membayar pajak lebih sedikit dari yang seharusnya.
b. Wajib pajak berusaha agar pajak dikenakan atas keuntungan yang di nyatakan dan bukan
atas keuntungan yang sebenarnya yang diperoleh
c. Wajib pajak mengusahakan penundaan pembayaran pajak.
Menurut James Kessler pengertian penghindaran pajak dibagi menjadi dua jenis, yakni:
Wajib Pajak mempunyai berbagai cara untuk melakukan penghindaran pajak, berikut
beberapa contohnya:
1. Hibah
Pasal 4 ayat (3) Huruf a Angka 2 dalam UU No. 36 tahun 2008 menjelaskan bahwa harta
hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah yang masih ada dalam garis keturunan lurus
dan dari satu derajat akan dikecualikan dari objek pajak. Sebagai contoh, seorang kakek
memberikan harta hibahan berupa tanah dan bangunan kepada cucunya. Menurut hukum
yang berlaku, hibahan ini tentu saja dianggap sebagai objek pajak karena penerima hibah
bukan merupakan garis keturunan lurus satu derajat.
20
Untuk menghindari pembebanan pajak pada hibahan ini, pemberi hibahan memanfaatkan
celah dari ketentuan pajak yang ada. Caranya adalah dengan terlebih dahulu menghibahkan
tanah dan bangunan ke anak kandung kakek tersebut guna mematuhi bagian “garis
keturunan lurus satu derajat”. Setelah itu, tanah dan bangunan dihibahkan sekali lagi dari
anak ke cucu sang kakek yang merupakan penerima hibahan yang sebenarnya
21
2.6 RAHASIA JABATAN
Rahasia jabatan adalah rahasia yang tidak akan diberitahukan kepada pihak lain supaya
wajib pajak dalam memberikan data dan keterangan tidak ragu-ragu.
Pejabat dilarang meberitahukan rahasia Wajib Pajak kepada pihak lain kecuali
Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang
menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
yakni:
Setiap pejabat, baik petugas pajak maupun mereka yang melakukan tugas di bidang perpajakan
dilarang mengungkapkan kerahasiaan Wajib Pajak yang menyangkut masalah perpajakan,
antara lain:
1. Surat Pemberitahuan, laporan keuanganm dan lain-lain yang dilaporkan oleh Wajib
Pajak
2. Data yang diperoleh dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan
3. Dokumen dan/atau data yang diperoleh dari pihak ketiga yang besifat rahasia
4. Dokumen dan/ atau rahasia wajib pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undang yang berlaku
Para ahli, seperti ahli bahasa, akuntan, dan pengacara yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal
Pajak untuk membantu pelaksanaan undang-undang perpajakan adalah sama dengan petugas
pajak yang dilarang pula untuk mengungkapkan kerahasiaan Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud pada pasal 34.
22
Keterangan yang dapat diberitahukan adalah identitas Wajib Pajak dan informasi yang bersifat
umum tentang perpajakan identitas Wajib Pajak meliputi:
Untuk kepentingan negara, misalnya dalam rangka penyidikan, penuntutan, atau dalam
rangka mengadakan kerja sama dengan instansi pemerintah lain, keterangan atau bukti
tertulis dari atau tentang Wajib Pajak dapat diberikan atau diperlihatkan kepada pihak
tertentu yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
Dalam surat izin yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan harus dicantumkan nama Wajib
Pajak, nama pihak yang ditunjuk, dan nama pejabat, ahli, atau tenaga ahli yang diizinkan
untuk memberikan keterangan atau memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang Wajib
Pajak. Pemberian izin tersebut dilakukan secara terbatas dalam hal-hal yang dipandang
perlu oleh Menteri Keuangan.
Untuk melaksanakan pemeriksaan pada sidang pengadilan dalam perkara pidana atau
perdata yang berhubungan dengan masalah perpajakan, demi kepentingan peradilan,
23
Menteri Keuangan memberikan izin pembebasan atas kewajiban kerahasiaan kepada
pejabat pajak dan para ahli sebagaimana dimaksud dalam pasal ini atas permintaan tertulis
hakim ketua sidang.
Ayat ini merupakan pembatasan dan penegasan bahwa keterangan perpajakan yang diminta
hanya mengenai perkara pidana atau perdata tentang perbuatan atau peristiwa yang
menyangkut bidang perpajakan dan hanya terbatas pada tersangka yang bersangkutan.
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Perbuatan atau tindakan seperti dimaksud pada pasal ini yang dilakukan dengan sengaja
dikenai sanksi yang lebih berat dibandingkan dengan perbuatan atau tindakan yang
dilakukan karena kealpaan agar pejabat yang bersangkutan lebih berhati-hati untuk tidak
melakukan perbuatan membocorkan rahasia Wajib Pajak.
Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana tertera dalam pasal ini hanya dilakukan
atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar. Tuntutan pidana terhadap
pelanggaran kerahasiaan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini sesuai dengan sifatnya
adalah menyangkut kepentingan pribadi seseorang atau badan selaku Wajib Pajak.
Wajib Pajak dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan
hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan. Seorang kuasa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
24
5. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan Surat kuasa
khusus sedikit memuat:
a) Nama, alamat, dan tanda tangan di atas materai serta Nomor Pokok Wajib Pajak dari
Wajib Pajak pemberi kuasa
b) Nama, alamat, dan tandatangan serta Nomor Pokok Wajib Pajak penerima kuasa
c) Hak dan /atau kewajiban perpajakan tertentu yang dikuasakan
Seorang kuasa tidak dapat melimpahkan kuasa yang diterima dari Wajib Pajak kepada orang
lain. Dalam melaksanakan hak dan/atau memenuhi kewajiban perpajakan tertentu yang
dikuasakan, dengan surat penunjukan seorang kuasa hanya dapat meminta orang lain atau
karyawannya untuk menyampaikan dan/atau menerima dokumen perpajakan tertentu yang
diperlukan kepada dan/atau dari pegawai Direktorat Jenderal Pajak. Orang lain atau karyawan
yang ditunjuk oleh seorang kuasa, harus menyerahkan surat penunjukan kepada pegawai
Direktorat Jenderal Pajak pada saat melaksanakan tugasnya.
Seorang kuasa hanya mempunyai hak dan/atau kewajiban perpajakan tertentu yang dikuasakan
Wajib Pajak sesuai dengan surat kuasa khusus. Dalam melaksanakan hak dan/atau memenuhi
kewajiban perpajakan tertentu, seorang kuasa wajib mematuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan. Seorang kuasa tidak dapat melaksanakan hak dan/atau
kewajiban Wajib Pajak yang dikuasakan kepadanya apabila dalam melaksanakan hak dan/atau
memenuhi kewajiban perpajakannya:
25
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Wajib pajak memiliki hak untuk mendapatkan pembinaan dan pengarahan dari fiskus, hak
untuk membetulkan Surat Pemberitahuan, hak untuk memperpanjang waktu penyampaian
Surat Pemberitahuan, Hak memperoleh kembali kelebihan pembayaran pajak, hak mengajukan
keberatan, hak mengajukan banding, hak mengadukan pejabat yang membocorkan rahasia
Wajib Pajak, hak mengajukan permohonan untuk mengangsur atau menunda pembayaran
pajak, hak meminta keterangan mengenai koreksi dalam penerbitan ketetapan pajak, hak
meberikan alasan tambahan, hak mengajukan gugatan, hak untuk menunda penagihan pajak,
hak memperoleh imbalan bunga, hak mengajukan peninjauan kembali ke MA, hak mengurangi
penghasilan kena pajak dengan biaya yang dikeluarkan, hak pengurangan berupa penghasilan
tidak kena pajak, hak menggunakan norma penghitungan penghasilan neto, hak memperoleh
fasilitas perpajakan, dan terakhir hak untuk melakukan pengkreditan Pajak Masukan terhadap
Pajak Keluaran.
Wajib Pajak memiliki kewajiban yaitu; kewajiban untuk mendaftarkan diri, kewajibban
mengisi dan menyampaikan surat pemberitahuan, kewajiban membayar atau menyetor pajak,
kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan, kewajiban menaati pemeriksaan pajak,
kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak, kewajiban membuat faktur pajak,
dan terakhir kewajiban melunasi Bea Materai.
Hak-hak fiskus yaitu; hak menerbitkan NPWP atau NPPKP secara jabatan, hak
menerbitkan surat ketetapan pajak, hak menerbitkan surat paksa dan surat perintah
melaksanakan penyitaan, hak melakukan pemeriksaan dan penyegelan, hak menghapuskan
atau mengurangi sanksi administrasi, hak melakukan penyidikan, hak melakukan pencegahan,
dan terakhir hak melakukan penyanderaan.
Fiskus memiliki kewajiban yaitu; kewajiban untuk membina wajib pajak, kewajiban
menerbitkan surat ketetapan pajak lebih bayar, kewajiban merahasiakan data WP, dan terakhir
kewajiban melaksanakan putusan.
26
Penghindaran pajak adalah suatu skema yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk
mengurangi beban pajak dengan memanfaatkan celah dalam kebijakan dan peraturan
perpajakan
Rahasia jabatan adalah rahasia yang tidak akan diberitahukan kepada pihak lain supaya
wajib pajak dalam memberikan data dan keterangan tidak ragu-ragu.
Wajib Pajak dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan
hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan
27
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Wirawan B. Dan Richard Burton. (2014). Hukum Pajak. Jakarta Selatan: Salemba
Empat
Direktorat Jenderal Pajak. (2018). Kuasa Hukum Pajak. Diakses pada 17 April 2022, dari
https://pajak.go.id/id/kuasa-wajib-pajak
Ariyanti, Fiki. (2017). Sanksi Petugas Pajak yang Bocorkan Data Nasabah Makin Berat.
Diakses pada 17 April 2022, dari https://m.liputan6.com/bisnis/read/2986312/sanksi-petugas-
pajak-yang-bocorkan-data-nasabah-makin-berat
Tommy, Josua. (2020). Praktik Penghindaran Pajak di Indonesia. Diakses pada 17 April
2022, dari https://pajak.go.id/id/artikel/praktik-penghindaran-pajak-di-indonesia
Ayo! Pajak. (2021). Mengenal Apa Itu Tax Avoidance. Diakses pada 17 April 2022, dari
https://ayopajak.com/tax-avoidance-adalah/
Asosiasi Tax Center Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia. (2016). Memahami Arti Tax
Avoidance. Diakses pada 17 April 2022, dari https://atpetsi.or.id/memahami-arti-tax-avoidance
28