Disusun oleh :
Kelompok 14
Nama kelompok :
Universitas Airlangga
Tahun Ajaran 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah. Selain itu,
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Suhintam Pusarawati drh., M.Kes
makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
Kelompok 14
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pajak merupakan kontribusi wajib oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang dan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung digunakan untuk keperluan negara. Artinya wajib pajak yang menyetorkan
pajak tidak mendapatkan imbalan secara langsung tetapi mendapatkan fasilitas yang
tidak secara sadar dinikmati oleh semua orang, contohnya pembangunan jalan tol,
pembenaran jalan dan lain sebagainya.
Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat
bagi negara umum. Jadi, pada masa sekarang bukan hal aneh dan menyulitkan bagi
masyarakat dalam membayar pajak, karena masyarakat harus menyadari bahwa pajak
yang mereka setorkan untuk kepentingan bersama. Karena itu diharapkan masyarakat
sadar jika mempunyai kewajiban untuk menyerahkan sebagian penghasilan mereka,
karena itu untuk membiayai kepentingan mereka juga di negara ini.
Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Sistem
self assessment adalah sistem pemungutan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak
orang pribadi atau badan dengan memberikan wewenang, kepercayaan, tanggung
jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan sendiri kewajiban pajak yang harus dibayar. Wajib Pajak adalah orang
pribadi atau badan yang melakukan pembayaran pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan. Beberapa faktor dapat
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam melakukan kewajiban membayar
pajaknya yaitu sistem administrasi perpajakan modern, sosialisasi perpajakan dan
pemahaman pajak.
4
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan pada penelitian ini
adalah :
1. Apakah sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib
Pajak?
2. Apakah pemahaman pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak?
3. Mengapa pajak diperlukan?
5
BAB II
PEMBAHASAN
Keempat definisi tersebut mengandung 2 (dua) perspektif tentang pajak, yakni pajak
dilihat dari perspektif ekonomi dan dari perspektif hukum.
● Dari perspektif ekonomi → pajak dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari
sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa
6
adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya
kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan
penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara
dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.
● Dari perspektif hukum → merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya
undang-undang yang menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk
menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu kepada negara, negara mempunyai
kekuatan untuk memaksa dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk
penyelenggaraan pemerintahan.
pajak sebagai pungutan resmi mempunyai unsur-unsur tertentu yang berbeda dengan
unsur-unsur pungutan resmi yang lain. Unsur-unsur yang terdapat pada pengertian
pajak, antara lain:
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan
perubahan ketiga UUD 1945 Pasal 23A yang menyatakan, "pajak dan pungutan
lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam
undang-undang."
2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang dapat
ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar pajak,
secara tidak langsung akan menerima manfaat dalam bentuk seperti rasa aman
karena mendapat perlindungan negara.
3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum
pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun
pembangunan.
4. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila Wajib
Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai
peraturan perundang-undangan.
5. Selain fungsi budgeter (anggaran), yaitu fungsi mengisi Kas Negara/Anggaran
Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan negara dalam sektor ekonomi dan sosial (fungsi
mengatur/regulatif).
7
adalah bea yang dikenakan atas barang-barang yang akan dikeluarkan dari
wilayah pabean Indonesia dengan maksud barang tersebut akan diekspor ke
luar negeri.
d. Sumbangan → Sumbangan adalah iuran orang-orang atau golongan orang
tertentu yang harus diberikan kepada negara untuk menutupi
pengeluaran-pengeluaran negara yang sifatnya tidak memberikan prestasi
kepada umum, dan pengeluarannya tidak dapat diambil dari kas negara.
Bersifat insidental dan sukarela.
8
2.2 Mengapa Pajak Diperlukan
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan suatu bentuk negara yang
sistem pemerintahannya berdasarkan ideologi Pancasila. Sejak kemerdekaan bangsa
ini diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, para pendiri negara melihat bahwa
persoalan yang dihadapi negara bukan hanya bidang politik, namun mencakup
berbagai dimensi kehidupan masyarakat. Salah satu tujuan dari berdirinya Republik
Indonesia adalah terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera. Visi keadilan dan
kesejahteraan rakyat ini mendapat perhatian yang besar dari para pendiri negara.
Mereka menyadari bahwa tujuan dan cita-cita negara berdasar Pancasila harus
mampu mengakomodir kepentingan rakyat. Oleh karena itu, konsep negara
kesejahteraan menjadi sesuatu yang diharapkan
Menurut Aristoteles, manusia itu pada dasarnya merupakan Zoon Politicon atau
makhluk sosial? Makhluk sosial berarti peduli pada sesama dan saling bekerja sama
sehingga diperlukan hubungan timbal balik di antara yang kuat dan yang lemah, serta
yang kaya dan yang tidak mampu. Di sisi lain, manusia juga sebagai makhluk
ekonomi (homo economicus) yang memiliki arti bahwa manusia menilai dan memilih
sesuatu hanya berdasarkan pertimbangan pribadi (individualis).
Pajak merupakan sarana untuk mendekatkan manusia yang satu dengan manusia
yang lain dalam bentuk kewajiban berbagi. Dengan demikian, kedudukan manusia
sebagai homo homini socius dapat mengatasi nafsu keserakahan manusia sebagai
makhluk homo homini lupus. Konsep pajak pada dasarnya adalah adanya kesediaan
untuk berbagi dengan sesama. Namun, pengungkapan kesediaan untuk berbagi antara
manusia yang satu dengan manusia yang lain dapat berbeda-beda sehingga
dibutuhkan pengaturan, baik berupa peraturan perundang-undangan maupun lembaga
yang menjalankan peraturan itu sendiri.
9
mengembangkan pendidikan yang dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa
dari kebodohan.
2. Sumber sosiologi → Kedua teori tentang rasa malu dan bersalah sangat relevan
dengan kedudukan wajib pajak sebagai anggota masyarakat. Baik budaya malu
maupun budaya bersalah dapat diaplikasikan dalam kedudukan manusia sebagai
makhluk sosial dan individual. Budaya malu dan bersalah sudah seharusnya
diimplementasikan oleh Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.
3. Sumber Politis → Pajak sendiri dalam kehidupan bernegara memerlukan
kekuasaan politik yang bersifat memaksa, terutama bagi warga negara yang
membangkang terhadap instruksi atau perintah undang-undang. Tanpa kekuatan
yang bersifat memaksa, sulit untuk mengimplementasikan kesejahteraan
masyarakat dan keadilan yang bersifat membagi (distributif).
10
2.3 Bagaimana Pajak Berperan Sebagai Perwujudan Pancasila
11
Kaitan Sumber Historis, Sosiologis, Yuridis, dan Politis tentang Pajak Sebagai
Perwujudan Nilai Nilai Pancasila
Berdasarkan penelusuran kepustakaan tidak ditemukan naskah yang secara
eksplisit mengemukakan sumber historis, sosiologis, dan politis tentang pajak sebagai
perwujudan nilai-nilai Pancasila. Namun demikian, jika dikaji secara umum, pajak
merupakan salah satu hal penting dalam pengamalan nilai-nilai Pancasila.
12
3. Sila Persatuan Indonesia dapat ditemukan dalam bentuk solidaritas, rasa
setia kawan, rasa cinta tanah air yang berwujud pada mencintai produk
dalam negeri.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dapat ditemukan dalam bentuk menghargai
pendapat orang lain, semangat musyawarah dalam mengambil keputusan.
5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia tercermin dalam sikap
suka menolong, menjalankan gaya hidup sederhana, tidak menyolok atau
berlebihan.
13
Sila Persatuan Indonesia mengandung nilai solidaritas, senasib sepenanggungan, dan
rasa cinta tanah air. Makna dari nilai-nilai yang terkandung dalam sila ketiga yaitu
rasa memiliki kesadaran atas hak serta kewajiban sebagai warga negara, rasa
mencintai tanah air, dan nasionalisme sebagai rasa syukur.
● Nilai-nilai dalam Sila Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Sila ini mengandung nilai-nilai yang berkaitan dengan kesediaan untuk menerima
pendapat orang lain dan menerima keputusan bersama yang telah disepakati.
Nilai-nilai dalam sila keempat diwujudkan dalam bentuk, antara lain:
1. mempertemukan pendirian pribadi dengan orang lain dalam suasana dialogis;
2. menciptakan suasana dialogis dalam komunikasi;
3. semangat musyawarah untuk mencapai mufakat.
● Nilai-nilai dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila ini mengandung nilai-nilai keadilan yang berhubungan dengan kesejahteraan
bersama. Dalam lingkup nasional, realisasi keadilan sosial ini diwujudkan dalam 3
(tiga) segi (keadilan segitiga), yaitu:
1. keadilan distributif, yaitu hubungan keadilan antara negara dengan warganya.
2. keadilan bertaat (legal), yaitu hubungan keadilan antara warga negara terhadap
negara.
3. keadilan komutatif, yaitu keadilan antara warga negara yang satu dengan yang
lainnya, atau dengan perkataan lain hubungan keadilan antara warga negara.
14
Kepatuhan membayar pajak bagi warga negara yang mampu merupakan wujud dari
pengamalan nilai-nilai Pancasila. Pancasila sebagai ideologi negara merupakan petunjuk
arah dalam membangun bangsa dalam segala aspek kehidupan. Pancasila yang berisi
nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan, apabila
ditanamkan kepada peserta didik sejak dini, akan memberikan kesadaran kepada mereka
bahwa setiap warga negara memiliki hak dan 104 kewajiban yang harus dilaksanakan
secara seimbang. Salah hak dan kewajiban warga negara itu adalah membayar pajak bagi
yang mampu.
15
2.4 Fungsi Pajak Dalam Pembangunan
Pajak merupakan faktor terpenting bagi keuangan negara dalam menjamin kelangsungan
pembangunan nasional tanpa tergantung kepada sumber daya alam dan bantuan asing.
Pembangunan Nasional, menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007
pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan
yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, untuk
melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam
Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945.
- kedaulatan pangan
16
Pajak merupakan salah satu sumber utama untuk memasukkan uang/penerimaan ke
dalam kas negara.
17
2.5 Bagaimana Prosedur Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
b. Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang. Ciri-cirinya:
1) Tanggung jawab untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak
sendiri
2) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak
terutang
3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi
c. Withholding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi tanggung
jawab kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan)
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya:
Tanggung jawab menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga,
selain fiskus dan Wajib Pajak.
18
1. Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai
subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan dan perubahannya,
sebagai berikut:
a. Subjek pajak dalam negeri orang pribadi
Dimulai pada saat dilahirkan, saat berada di Indonesia atau bertempat tinggal
di Indonesia. Dan berakhir saat meninggal, saat meninggalkan Indonesia
untuk selama-lamanya
b. Subjek pajak dalam negeri badan
Dimulai saat didirikan atau berkedudukan di Indonesia. Berakhir pada saat
dibubarkan atau tidak lagi berkedudukan di Indonesia
c. Subjek pajak luar negeri melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Dimulai saat menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di
Indonesia. Berakhir pada saat tidak lagi menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui BUT di Indonesia
d. Subjek pajak luar negeri tidak melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Dimulai saat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia.
Berakhir pada saat tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia
e. Subjek pajak warisan belum terbagi
Dimulai pada saat timbulnya warisan yang belum terbagi. Berakhir pada saat
warisan telah selesai dibagikan.
2. Persyaratan Objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang telah menerima
atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan
pemotongan/pemungutan. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, persyaratan objektif
terpenuhi apabila Wajib Pajak mempunyai penghasilan yang melebihi Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP), sedangkan untuk Wajib Badan persyaratan objektif
terpenuhi apabila badan atau perusahaan tidak mengalami kerugian.
19
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pajak diperlukan sebagai solusi bagi keterbatasan dana pembangunan dari sebuah
pemerintahan yang tujuan utamanya adalah mensejahterakan masyarakat. Di samping
itu, pajak pada hakikatnya merupakan suatu bentuk penggalangan dana yang
bertujuan untuk meningkatkan semangat kerja sama, gotong royong, membangkitkan
kesadaran atas kehidupan bersama untuk saling tolong, peduli kepada orang lain.
Pengembangan kesadaran hidup bersama ini memerlukan dorongan yang bersifat
internal (dari dalam diri si pembayar pajak) dan dorongan eksternal (peran pemerintah
untuk mengatur dan menyusun strategi yang tepat untuk menstimulasi warga negara
yang memiliki kewajiban sebagai pembayar pajak).
Pajak untuk pembangunan mempunyai 2 (dua) fungsi, yaitu fungsi budgetair dan
fungsi mengatur atau regulerend. Sebagai fungsi budgeter, pajak merupakan sumber
utama penerimaan negara yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara
dan membiayai investasi pemerintah. penerimaan negara tersebut berasal dari rakyat,
dialokasikan berdasarkan persetujuan wakil rakyat, dan digunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Kewajiban warga negara dalam membayar pajak dan retribusi diatur dalam Pasal
23A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan
negara diatur dengan undang-undang”. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari
kewajiban kenegaraan dan peran serta warga negara untuk secara langsung dan
bersama-sama mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Warga negara yang baik
adalah warga negara yang memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan. Sikap dan perilaku ini menunjukkan bukti kecintaan
warga negara terhadap negaranya.
20
DAFTAR PUSTAKA
21