Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH HUKUM PAJAK

“Subjek Pajak Penghasilan”

Nama : Sinbad Raihan Kanz


NPM : 0222057451
Kelas :A
Dosen : Anik Kunantiyorini, S.H,.M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PEKALONGAN

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa, karena


berkat dan rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan makalah tentang
Subjek Pajak Penghasilan. Makalah ini diajukan guna memenuhi
nilai tugas pertama tugas mata kuliah Hukum Pajak. Saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik serta saran yang
sekiranya bersifat membangun sangat saya harapkan demi
sempurnya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

2
Pekalongan, 11 Oktober 2023
Penyusun
DAFTAR ISI

Judul............................................................................................1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I PENDAHULUANLatar Belakang 4
Rumusan Masalah 5
Tujuan Makalah 6
Manfaat Makalah 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka 7

BAB III PEMBAHASAN


Pembahasan dan
Analisis.........................................................................12
BAB IV KESIMPULAN
Penutup.....................................................................................................1
7
Daftar
Pustaka...........................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Rochmat Soemitro, pajak adalah gejala masyarakat,


artinya pajak hanya ada di dalam masyarakat1. Masyarakat adalah
kumpulan manusia yang pada suatu waktu berkumpul untuk tujuan
tertentu. Negara adalah masyarakat yang mempunyai tujuan
tertentu. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan
hidup masyarakat dan kepentingan masyarakat. Untuk
kelangsungan hidup masing-masing diperlukan biaya. Biaya hidup
individu, menjadi beban dari individu yang bersangkutan dan
berasal dari penghasilannya sendiri. Biaya hidup negara adalah
untuk kelangsungan alat-alat negara, administrasi negara, lembaga
negara, dan seterusnya, dan harus dibiayai dari penghasilan negara.
Pada mulanya pajak bukan merupakan suatu pungutan
melainkan hanya berupa pemberian secara sukarela oleh rakyat
kepada raja dalam memelihara kepentingan negara, seperti
menjaga keamanan negara, menyediakan jalan umum, membayar
gaji pegawai dan lain-lain. Bagi penduduk yang tidak melakukan
penyetoran maka ia diwajibkan melakukan pekerjaan-pekerjaan
untuk kepentingan umum untuk beberapa hari lamanya dalam satu
tahun.
Penghasilan negara adalah berasal dari rakyatnya melalui
1
Rochmat Soemitro, “Pengantar Singkat Hukum Pajak”, Eresco, Bandung, 1892

4
pungutan pajak, dan atau dari hasil kekayaan alam yang ada di
dalam negara itu (natural resources).Dua sumber itu merupakan
sumber terpenting yang memberikan penghasilan kepada negara.
Penghasilan itu untuk membiayai kepentingan umum yang
akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti
kesehatan masyarakat, pendidikan, kesejahteraan dan sebagainya.
Jadi, dimana ada kepentingan masyarakat, disana timbul pungutan
pajak sehingga pajak adalah senyawa dengan kepentingan umum.
Pungutan pajak memang pada dasarnya mengurangi
penghasilan ataupun kekayaan individu akan tetapi sebaliknya
merupakan penghasilan masyarakat yang kemudian di kembalikan
lagi kepada masyarakat, melaui pengeluaran-pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan yang akhirnya kembali lagi kepada
seluruh masyarakat yang bermanfaat bagi rakyat, baik yang
membayar maupun tidak. Seperti yang dikatakan oleh Rohmat
Soemitro bahwa membayar pajak itu tidak saja berarti kewajiban
ikut serta memikul beban negara (pengeluaran negara), tetapi juga
merupakan hak untuk serta memikul sebagian dari beban negara,
2
sesuai dengan kemampuannya.
Pajak mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan
bernegara, khususnya didalam pembangunan karena pajak
merupakan sumber penghasilan negara untuk membiayai semua
pengeluaran, termasuk pengeluaran pembangunan. Sistem
pemungutan pajak di indonesia adalah Self Assessment System
yang berarti wajib pajak diberikan kepercayaan untuk
memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri atas
pajak yang terhutang terhadap negara. Disamping cara Self
Assessment System terdapat cara lain yaitu sistem pemotongan
2
Ibid, hlm. 87

5
(withholding system). Withholding System merupakan cara yang
paling mudah yang dilakukan pemerintah untuk memungut pajak,
yaitu dengan cara mewajibkan wajib pajak untuk melakukan
pungutan pemungutan pajaknya oleh pihak lain. Dengan cara ini
maka pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar
untuk memungut pajak.
Dalam pemungutan pajak subjek dan objek pajak harus jelas.
Oleh karena itu harus dikelola dengan baik dan benar sehingga
data wajib pajak sesuai. Selain itu, tarif pajak harus ditentukan
berdasarkan ketentuan yang berlaku saat itu. Dengan demikiapara
wajib pajak dapat rutin dan patuh membayar pajak. Subjek pajak
adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi
syarat-syarat subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan
di Indonesia. Subjek pajak baru menjadi wajib pajak bila telah
memenuhi syarat-syarat obyektif. Objek pajak adalah apa yang
dikenakan pajak. Mengingat penting dan strategisnya objek pajak
karena menyangkut apa yang dikenakan atau tidak dikenakannya
pajak atas objek dimaksud, sehingga dalam UU perpajakan kita
selalu dengan tegas dinyatakan apa yang menjadi objek setiap
jenis pajak.

6
B. RUMUSAN MASALAH

Adapun masalah-masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai


berikut :

1. Apa dasar hukum dari subjek pajak penghasilan?


2. Apa definisi dari pajak penghasilan?
3. Siapa saja yang menjadi subjek pajak?

C. TUJUAN MAKALAH

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Apa saja yang menjadi dasar hukum dari subjek pajak
penghasilan
2. Definisi dari pajak penghasilan
3. Siapa saja yang berhak menjadi subjek pajak

D. MANFAAT MAKALAH

1. Dapat mengetahui secara lebih jelas tentang subjek pajak dan


pengertian dari pajak penghasilan serta dasar hukum yang
menjadi landasan bagi subjek pajak penghasilan tersebut

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA

Sebelum membahas tentang Pajak Penghasilan, ada baiknya


kita mengatahui tentang arti dari kata pajak itu sendiri. Karena
dengan memahami tentang arti dari pajak itu sendiri, kita akan
lebih mudah mempelajari dan mengerti tentang seluk-beluk
perpajakan di Indonesia.
Pengertian pajak sendiri menurut Undang-undang Nomor 28
tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan
(UU KUP) adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Adapun di dalam pajak terdapat 5 unsur pokok dalam definisi
pajak yaitu:
1. Iuran / pungutan
2. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang
3. Pajak dapat dipaksakan

8
4. Tidak menerima kontra prestasi
5. Untuk membiayai pengeluaran umun pemerintah

Jenis-jenis Pajak:
Secara umum jenis pajak dibedakan menjadi pajak pusat
dan pajak daerah. Contoh dari pajak pusat adalah: 1. Pajak
Penghasilan (PPh)
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3. Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)
4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Akan tetapi sejak tahun 2012, khusus untuk jenis pajak Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), pengelolaan terhadap jenis pajak ini
sebagian dialihkan kepada Pemerintah Daerah (Pemda).

B. Pengertian Pajak

Kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spiritual, dimana tujuan

tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan

pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian

suatu bangsa atau Negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu

menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa

pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang

berguna bagi kepentingan bersama. Pembebanan pajak oleh

pemerintah yang berbentuk pemungutan pajak terhadap wajib

pajak, pada hakikatnya merupakan perwujudan dari pengabdian

9
kewajiban dan peran serta wajib pajak untuk langsung dan

bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang

diperlukan untuk pembiayaan Negara dan pembangunan nasional.

Namun satu hal yang harus diingat bahwa pajak bukanlah

merupakan iuran yang sifatnya sukarela, akan tetapi iuran yang

dapat dipaksakan, sehingga kelalaian dalam memenuhi kewajiban

perpajakan dapat merugikan wajib pajak yang bersangkutan,

dengan kemungkinan-kemungkinan surat paksa, sita dan lelang

serta sanksi-sanksi pidana yang dapat diancam dengan pidana

kurungan atau penjara. Membayar pajak bukanlah merupakan

tindakan sederhana tetapi terdapat banyak hal yang bersifat

emosional. Pada dasarnya, tidak seorangpun yang senang

membayar pajak dan bertahan terhadap pembayaran pajak.

Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia akan

diikuti pula dengan kebijakan-kebijakan dibidang pajak, oleh karena

itu pajak merupakan fenomena yang selalu berkembang

dimasyarakat. Apabila membahas pengertian pajak banyak para

ahli yang memberikan batasan mengenai pajak.

Menurut Muda Markus dan Lalu Hendry Yujana mengatakan

bahwa harta kekayaan rakyat yang berdasarkan Undang-undang

sebagian wajib pajak diberikan oleh rakyat kepada Negara, tanpa

mendapat kontraprestasi yang diterima rakyat secara individual

10
dan langsung dari negara serta bukan merupakan penalti, yang

berfungsi sebagai dana untuk penyelenggaraan Negara, dari

sisanya jika ada digunakan untuk pembangunan serta berfungsi

sebagai instrumen untuk mengatur kehidupan sosial ekonomi

masyarakat.3

Menurut Rochmat Soemitro mengungkapkan bahwa pajak

adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-

undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa

timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan

yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 4

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah :

1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang serta aturan


pelaksanaannya

yang sifatnya dapat dipaksakan.


2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

kontraprestasi individual oleh pemerintah.

3
Muda Markus dan Lalu Hendry Yujana, Pajak Penghasilan, 2002 hlm. 9
4
Rochmat Soemitro, Perpajakan Teori dan Kasus, 2004 hlm. 613

11
3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun
pemerintah

daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah,

yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus,

dipergunakan untuk membiayai

public investment.
5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter yaitu
mengatur.

C. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

Muda Markus dan Lalu Hendry Yujana


Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap
subjek

pajak atas penghasilan yang diperolehnya dalam satu tahun


pajak
D. Pengertian Subjek Pajak
Subjek pajak diartikan sebagai orang yang dituju oleh

Undang-undang untuk dikenakan pajak. Pajak Penghasilan (PPh)

yang dikenakan terhadap subjek pajak berkenaan dengan

penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.

Sedangkan menurut Waluyo dan Wirawan yang dimaksud

dengan subjek pajak adalah:


1. Orang Pribadi
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
3. Badan
5
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT)

5
Waluyo dan Wirawan, Perpajakan Indonesia, 2000;42

1
0
E. Dasar Hukum
Pajak Penghasilan sendiri telah diatur serta memiliki kekuatan

hukum yang tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1983 Tentang Pajak Penghasilan. Adapun Undang-Undang ini

terlah beberapa kali mengalami perubahan, dan yang terakhir

diubah dengan Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2008 Tentang Perbuahan Keempat Atas Undang-Undang


Nomor 7

Thaun 1983 Tentang Pajak Penghasilan (UU PPh)

1
1
BAB III PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan


Keempat
Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak
Penghasilan
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 574/KMK.04/2000 yang

telah diubah beberapa kali terakhir dengan Keputusan Menteri


Keuangan
Nomor 601/KMK.03/2005 tentang Organisasi-organisasi
Internasional dan
Pejabat Perwakilan Organisasi Internasional yang Tidak
Termasuk sebagai Subjek Pajak Penghasilan

Adapun undang-undang yang masih berlaku yaitu Undang- Undang


36 Tahun
2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun
1983 Tentang Pajak Penghasilan merupakan perubahan keempat
dari Undang-Undang Pajak Penghasilan yang pertama yaitu
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

B. Definisi Pajak Penghasilan

1. Pajak Penghasilan
Definisi dari pajak penghasilan ini tercantum di dalam Pasal 1

1
2
UndangUndang Nomor 10 Tahun 1994 yang berbunyi: “Pajak
Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas Penghasilan
yang diterima atau diperolehnya dalam tahun Pajak.”
2. Berkenaan dengan penghasilan yang diterima
Di dalam penjelasan Pasal 1 Undang-Undang Nomor. 36 Tahun
2008 dijelaskan bahwa berkenaan dengan penghasilan yang
diterima dinyatakan bahwa:
a. Pajak Penghasilan terhadap subjek pajak.
Undang-Undang ini mengatur pengenaan Pajak Penghasilan
terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak
b. Apabila menerima atau memperolah penghasilan, subjek

pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau


memperoleh penghasilan
c. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan,
dalam
UU ini disebut dengan Wajib Pajak
d. Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya

selama satu tahun pajak/ dapat pula dikenai pajak untuk


penghasilan dalam bagian tahun pajak, Wajib pajak dikenai
pajak atas penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila
kewajiban pajak subjektinya dimulai atau berakhir dalan
tahun pajak
e. Tahun Pajak dan Tahun Buku , yang dimaksud dengan Tahun

Pajak dalam Undang-Undang ini adalah tahun kalender,


tetapi WP dapat menggunakan tahun buku yang tidak sama
dengan tahun kalender, sepanjang tahun buku tersebut
meliputi jangka waktu 12 ( dua belas) bulan.

1
3
C. Subjek Pajak

Secara garis besar subjek pajak adalah pihak-pihak (orang


maupun badan) yang akan dikenakan pajak, sedangkan objek
pajak adalah segala sesuatu yang akan dikenakan pajak. Wajib
pajak adalah subjek pajak yang telah memenuhi syarat-syarat
objektif sehingga kepadanya diwajibkan pajak.
Dengan perkataan lain. Setiap wajib pajak adalah subjek pajak.
Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya
yang telah memenuhi syarat-syarat subjektif, yaitu bertempat
tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak baru
menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syarat-syarat obyektif.
Subjek pajak tidak identik dengan subjek hukum, oleh karena
itu untuk menjadi subjek pajak tidak perlu menjadi subjek hukum.
Sehingga firma, perkumpulan, warisan yang belum terbagi
sebagai satu kesatuan dapat menjadi subjek pajak. Demikian
juga orang gila, anak yang masih di bawah umur dapat menjadi
subjek atau wajib pajak, tetapi untuk mereka perlu ditunjuk orang
atau wali yang dapat dipertanggungjawabkan untuk memenuhi
kewajiban-kewajibannya.

a. Subjek Pajak dari Pajak Penghasilan (PPh)


Secara umum pengertian subjek pajak adalah siapa yang
dikenakan pajak. Secara praktik termasuk dalam pengertian
subjek pajak meliputi orang pribadi dan warisan yang belum
terbagi sebagai satu kesatuan, badan, dan bentuk usaha tetap.
Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 UU No. 36 Tahun 2008, Subjek pajak
tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :

1
4
1) Orang Pribadi dan Warisan yang Belum Terbagi sebagai Satu
Kesatuan Menggantikan yang Berhak
Kedudukan orang pribadi sebagai subjek pajak dapat
bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar
Indonesia. Orang pribadi tidak melihat batasan umur dan juga
jenjang sosial ekonomi, dengan kata lain berlaku sama untuk
semua (non dicrimination).
Sedangkan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan menggantikan
mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukan ahli warisan
tersebut dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan
yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilakasanakan,
demikian juga dengan tindakan penagihan selanjutnya.
2) Badan
Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha atau tidak
melakukan usaha yang meliputi :
1. Perseroan Terbatas (PT)
2. Perseroan Komanditer
3. Perseroan atau perkumpulan lainnya
4. Badan usaha milik negara (BUMN) atau badan usaha milik
daerah
(BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun.
5. Firma
6. Kongsi
7. Koperasi
8. Dana pensiun
9. Persekutuan
10.Yayasan
11.Organisasi massa
12.Organisasi sosial politik
13.Bentuk usaha tetap

1
5
14.Bentuk usaha lainnya.

3) BUMN dan BUMD


Badan Usaha Milik negara dan badan usaha milik daerah
merupakan subjek pajak tanpa memperhatikan nama dan
bentuknya sehingga setiap unit tertentu dari badan
pemerintah, misalnya lembaga, badan, dan sebagainya yang
dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan untuk
memperoleh penghasilan merupakan subjek pajak.
4) Perkumpulan
Dalam pengertian perkumpulan termasuk pula asosiasi,
persatuan, perhimpunan, atau ikatan dari pihak-pihak yang
mempunyai kepentingan yang sama.
5) Bentuk Usaha Tetap
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang
digunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
dalam jangka waktu 12 bulan, atau juga badan yang didirkan atau
tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa :
1. Tempat kedudukan manajemen
2. Cabang perusahaan
3. Kantor perwakilan
4. Gedung kantor
5. Pabrik
6. Bengkel
7. Pertambangan dan penggalian sumber alam
8. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi
9. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan atau kehutanan

1
6
10.Gudang
11.Ruang untuk promosi atau penjualan
12.Proyek konstruksi, instalasi atau proyek perakitan
13.Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau oleh
orang lain
14.Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang
kedudukannya tidak bebas
15.Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang
menerima premi atau menanggung resiko di Indonesia
16.Komputer, agen elektronik atau peralatan otomatis yang
dimiliki sewa atau digunakan oleh penyelenggara transaksi
elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet.

1
7
1
5
BAB IV KESIMPULAN
Dari penjelasan yang ditelah disampaikan oleh makalah ini
dapat disimpulkan bahwa:
1. Dasar hukum bagi pajak penghasilan (PPh) pada awalnya

adalah Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1983 Tentang


Pajak Penghasilan, akan tetapi seiring dengan
perkembangan zaman maka undangundang ini mengalami
pembaharuan sebanyak empat kali. Sehingga dasar hukum
bagi pajak penghasilan yang berlaku hingga sekarang
adalah Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang
Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun
1983 tentang Pajak
Penghasilan.
2. Definisi dari Pajak Penghasilan tercantum didalam Pasal 1

Undang- undang Nomor 10 Tahun 1994 yang berbunyi


bahwa dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak
3. Subjek Pajak
Yang menjadi subjek pajak adalah:
1. Orang pribadi
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan

menggantikan yang berhak


3. Badan
4. BUMN dan BUMD
5. Perkumpulan
6. Bentuk Usaha Tetap
1
6
DAFTAR PUSTAKA

1. Soemitro, Rochmat. 1892. Pengantar Singkat Hukum Pajak.


Bandung: Eresco
2. Soemitro, Rochmat. 1991
3. http:forum.kompas.com
4. Markus, Muda., dan Hendry Yujana. 2002. Pajak Penghasilan
5. Soemitro, Rochmat. 2004. Perpajakan Teori dan Kasus.
Bandung:Eresco

Anda mungkin juga menyukai