FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PEKALONGAN
1
KATA PENGANTAR
2
Pekalongan, 11 Oktober 2023
Penyusun
DAFTAR ISI
Judul............................................................................................1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I PENDAHULUANLatar Belakang 4
Rumusan Masalah 5
Tujuan Makalah 6
Manfaat Makalah 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka 7
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
pungutan pajak, dan atau dari hasil kekayaan alam yang ada di
dalam negara itu (natural resources).Dua sumber itu merupakan
sumber terpenting yang memberikan penghasilan kepada negara.
Penghasilan itu untuk membiayai kepentingan umum yang
akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti
kesehatan masyarakat, pendidikan, kesejahteraan dan sebagainya.
Jadi, dimana ada kepentingan masyarakat, disana timbul pungutan
pajak sehingga pajak adalah senyawa dengan kepentingan umum.
Pungutan pajak memang pada dasarnya mengurangi
penghasilan ataupun kekayaan individu akan tetapi sebaliknya
merupakan penghasilan masyarakat yang kemudian di kembalikan
lagi kepada masyarakat, melaui pengeluaran-pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan yang akhirnya kembali lagi kepada
seluruh masyarakat yang bermanfaat bagi rakyat, baik yang
membayar maupun tidak. Seperti yang dikatakan oleh Rohmat
Soemitro bahwa membayar pajak itu tidak saja berarti kewajiban
ikut serta memikul beban negara (pengeluaran negara), tetapi juga
merupakan hak untuk serta memikul sebagian dari beban negara,
2
sesuai dengan kemampuannya.
Pajak mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan
bernegara, khususnya didalam pembangunan karena pajak
merupakan sumber penghasilan negara untuk membiayai semua
pengeluaran, termasuk pengeluaran pembangunan. Sistem
pemungutan pajak di indonesia adalah Self Assessment System
yang berarti wajib pajak diberikan kepercayaan untuk
memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri atas
pajak yang terhutang terhadap negara. Disamping cara Self
Assessment System terdapat cara lain yaitu sistem pemotongan
2
Ibid, hlm. 87
5
(withholding system). Withholding System merupakan cara yang
paling mudah yang dilakukan pemerintah untuk memungut pajak,
yaitu dengan cara mewajibkan wajib pajak untuk melakukan
pungutan pemungutan pajaknya oleh pihak lain. Dengan cara ini
maka pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar
untuk memungut pajak.
Dalam pemungutan pajak subjek dan objek pajak harus jelas.
Oleh karena itu harus dikelola dengan baik dan benar sehingga
data wajib pajak sesuai. Selain itu, tarif pajak harus ditentukan
berdasarkan ketentuan yang berlaku saat itu. Dengan demikiapara
wajib pajak dapat rutin dan patuh membayar pajak. Subjek pajak
adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi
syarat-syarat subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan
di Indonesia. Subjek pajak baru menjadi wajib pajak bila telah
memenuhi syarat-syarat obyektif. Objek pajak adalah apa yang
dikenakan pajak. Mengingat penting dan strategisnya objek pajak
karena menyangkut apa yang dikenakan atau tidak dikenakannya
pajak atas objek dimaksud, sehingga dalam UU perpajakan kita
selalu dengan tegas dinyatakan apa yang menjadi objek setiap
jenis pajak.
6
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MAKALAH
D. MANFAAT MAKALAH
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN PUSTAKA
8
4. Tidak menerima kontra prestasi
5. Untuk membiayai pengeluaran umun pemerintah
Jenis-jenis Pajak:
Secara umum jenis pajak dibedakan menjadi pajak pusat
dan pajak daerah. Contoh dari pajak pusat adalah: 1. Pajak
Penghasilan (PPh)
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3. Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)
4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Akan tetapi sejak tahun 2012, khusus untuk jenis pajak Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), pengelolaan terhadap jenis pajak ini
sebagian dialihkan kepada Pemerintah Daerah (Pemda).
B. Pengertian Pajak
9
kewajiban dan peran serta wajib pajak untuk langsung dan
10
dan langsung dari negara serta bukan merupakan penalti, yang
masyarakat.3
3
Muda Markus dan Lalu Hendry Yujana, Pajak Penghasilan, 2002 hlm. 9
4
Rochmat Soemitro, Perpajakan Teori dan Kasus, 2004 hlm. 613
11
3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun
pemerintah
daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah,
public investment.
5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter yaitu
mengatur.
5
Waluyo dan Wirawan, Perpajakan Indonesia, 2000;42
1
0
E. Dasar Hukum
Pajak Penghasilan sendiri telah diatur serta memiliki kekuatan
1
1
BAB III PEMBAHASAN
A. Dasar Hukum
1. Pajak Penghasilan
Definisi dari pajak penghasilan ini tercantum di dalam Pasal 1
1
2
UndangUndang Nomor 10 Tahun 1994 yang berbunyi: “Pajak
Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas Penghasilan
yang diterima atau diperolehnya dalam tahun Pajak.”
2. Berkenaan dengan penghasilan yang diterima
Di dalam penjelasan Pasal 1 Undang-Undang Nomor. 36 Tahun
2008 dijelaskan bahwa berkenaan dengan penghasilan yang
diterima dinyatakan bahwa:
a. Pajak Penghasilan terhadap subjek pajak.
Undang-Undang ini mengatur pengenaan Pajak Penghasilan
terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak
b. Apabila menerima atau memperolah penghasilan, subjek
1
3
C. Subjek Pajak
1
4
1) Orang Pribadi dan Warisan yang Belum Terbagi sebagai Satu
Kesatuan Menggantikan yang Berhak
Kedudukan orang pribadi sebagai subjek pajak dapat
bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar
Indonesia. Orang pribadi tidak melihat batasan umur dan juga
jenjang sosial ekonomi, dengan kata lain berlaku sama untuk
semua (non dicrimination).
Sedangkan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan menggantikan
mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukan ahli warisan
tersebut dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan
yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilakasanakan,
demikian juga dengan tindakan penagihan selanjutnya.
2) Badan
Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha atau tidak
melakukan usaha yang meliputi :
1. Perseroan Terbatas (PT)
2. Perseroan Komanditer
3. Perseroan atau perkumpulan lainnya
4. Badan usaha milik negara (BUMN) atau badan usaha milik
daerah
(BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun.
5. Firma
6. Kongsi
7. Koperasi
8. Dana pensiun
9. Persekutuan
10.Yayasan
11.Organisasi massa
12.Organisasi sosial politik
13.Bentuk usaha tetap
1
5
14.Bentuk usaha lainnya.
1
6
10.Gudang
11.Ruang untuk promosi atau penjualan
12.Proyek konstruksi, instalasi atau proyek perakitan
13.Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau oleh
orang lain
14.Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang
kedudukannya tidak bebas
15.Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang
menerima premi atau menanggung resiko di Indonesia
16.Komputer, agen elektronik atau peralatan otomatis yang
dimiliki sewa atau digunakan oleh penyelenggara transaksi
elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet.
1
7
1
5
BAB IV KESIMPULAN
Dari penjelasan yang ditelah disampaikan oleh makalah ini
dapat disimpulkan bahwa:
1. Dasar hukum bagi pajak penghasilan (PPh) pada awalnya