Anda di halaman 1dari 17

HAKIKAT PAJAK

Disusun oleh:

Kelompok 5
1. Novia Riskiana Aganza. S (26)
2. Annisa (06)
3. Zhafira Dzalsabila (36)
4. Roni Nur (31)
5. Ina Rahina (16)
6. Dilla Amelia (12)
7. Muh. Fachrul Islam (21)

SMKN 1 BONE
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, demikian kata untuk mewakili atas segala
karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini tidak akan berhenti bertahmid atas karunia yang diberikan
pada setiap detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio kepada sang
khalik. Makalah ini adalah setitik dari sederetan berkahmu.
Setiap insan dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi kesempurnaan itu
terkadang tarasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang
semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari
kejauhan, tetapi menghilang ketika di dekati. Demikian juga dengan tulisan ini kehendak hati
yang ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dan keterbatasan. Segala daya
dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan
bermanfaat dalam dunia pendidikan.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Segala
rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya yang telah
berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik dan membiayai penulis dalam proses
pencarian ilmu. Demikian pula penulis mengucapkan kepada keluarga yang tak henti
memberi motivasi dan selalu menemani penulis dengan candanya.
Akhirnya segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi para pembaca dan terutama bagi
pribadi penulis. Aamiin
Watampone, 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................2
C. TUJUAN ............................................................................................................2
D. KEGUNAAN ......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................3
A. PENGERTIAN DAN FUNGSI PAJAK .....................................................................3
B. JENIS-JENIS PAJAK DAN PUNGUTAN LAIN DI INDONESIA ..................................5
C. KEWAJIBAN DAN HAK PAJAK ...........................................................................7
D. PEMUNGUTAN PAJAK DAN SELAIN PAJAK ........................................................7
E. TIMBUL DAN BERAKHIRNYA UTANG PAJAK ......................................................12
F. UNSUR-UNSUR DAN SANKSI DALAM PERPAJAKAN ...........................................12
BAB III PENUTUP .........................................................................................................13
A. KESIMPULAN ....................................................................................................13
B. SARAN .............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang Undang dengan
tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk
membiayai pengeluaran umum (routine) dan pembangunan. Dari definisi tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan perundang-undangan, dengan
tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya untuk
membiayai pengeluaranpengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
Berdasarkan Pasal 1 Angka 1 Undang Undang nomor 28 Tahun 2007, Undang Undang
Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, maka pengertian pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Menurut Prof.Dr. Rochmat Soemitro, SH, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan Undang Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum. Sedangkan menurut Dr. Soeparman Soemohamijaya, pajak
adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan
norma-norma hukum guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif dalam
mencapai kesejahteraan umum.
Dari definisi definisi tersebut, masyarakat jelas harus ada bagi timbulnya pajak. Hal
tersebut dapat dimengerti karena pajak diadakan guna memenuhi kebutuhan bersama
(masyarakat) atau kepentingan umum. Sementara itu kepentingan dan kebutuhan pribadi
masing-masing warga dipenuhi bukan dengan uang pajak. Tanpa adanya masyarakat maka
tentu tidak akan ada pajak. Oleh karena itu pajak dapat dipandang sebagai sebuah peralihan
kekayaan dari satu pihak ke pihak lain, yakni dari rakyat selaku Wajib Pajak kepada
pemerintah, maka dengan sendirinya tentu ada pihak yang melakukan pemungutan atau
menerima peralihan kekayaan itu, dalam hal ini maksudnya adalah pemerintah.
Tugas pemerintah pada prinsipnya berusaha dan bertujuan untuk menciptakan
kesejahteraan bagi rakyatnya. Itulah sebabnya pemerintah harus tampil kedepan dan turut
campur tangan, bergerak aktif dalam bidang kehidupan masyarakat, terutama bidang
perekonomian guna tercapainya kesejahteraan rakyat. Demi berhasilnya usaha ini, negara
mencari pembiayaannya dengan cara menarik pajak. Penarikan atau pemungutan pajak
adalah suatu fungsi yang harus dilaksanakan oleh negara sebagai suatu fungsi esensial.
Tanpa pemungutan pajak sudah bisa dipastikan bahwa keuangan negara akan lumpuh lebih
lebih lagi bagi negara yang sedang membangun seperti Indonesia3 , atau negara yang baru
bebas dari belenggu kolonialis, pajak merupakan darah bagi tubuh negara. Dapat
disimpulkan, bahwa landasan filosofis pemungutan pajak didasarkan atas pendekatan

iv
“Benefit Approach” atau pendekatan manfaat.4 Pendekatan ini merupakan dasar
fundamental atas dasar filosofis yang membenarkan negara melakukan pemungutan pajak
sebagai pungutan yang dapat dipaksakan dalam arti mempunyai wewenang dengan
kekuatan pemaksa.
Falsafah pemungutan pajak di Indonesia berdasar pada Pancasila sebagai falsafah
bangsa Indonesia. Dasar hukum sekaligus sebagai Sumber Hukum Pajak di Indonesia secara
konstitusional diatur dalam Pasal 23A Undang Undang Dasar 1945 bahwa “pajak dan
penerimaan negara yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara berdasarkan Undang-
Undang.” Dalam penjelasan Pasal 23 Undang Undang Dasar 1945 (sebelum amandemen)
dijelaskan “Betapa caranya rakyat sebagai bangsa akan hidup dan darimana didapatnya
belanja buat hidup, harus ditetapkan oleh rakyat sendiri dengan perantaraan Dewan
Perwakilan Rakyat. Rakyat menentukan nasibnya sendiri, karena itu juga cara hidupnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pajak dan fungsinya?
2. Apa saja jenis-jenis pajak dan pungutan lain di Indonesia?
3. Apa saja kewajiban dan hak pajak?
4. Jelaskan mengenai pemungutan pajak dan selain pajak!
5. Apa saja ajaran yang menimbulkan utang pajak dan berakhirnya utang pajak?
6. Apa saja unsur-unsur dan sanksi dalam perpajakan?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang dicapai yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian pajak dan fungsinya.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pajak dan pungutan lain yang ada di Indonesia.
3. Untuk mengetahui kewajiban dan hak pajak.
4. Untuk mengetahui mengenai pemungutan pajak dan selain pajak.
5. Untuk mengetahui ajaran yang menimbulkan utang pajak dan berakhirnya utang
pajak.
6. Untuk mengetahui unsur-unsur dan sanksi dalam perpajakan.
D. Kegunaan
Adapun kegunaannya:
1. Manfaat akademis, diharapkan dapat memberikan informasi dan kontribusi untuk
menjadi bahan kajian ilmu pengetahuan.

v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Fungsi Pajak
1. Pengertian Pajak
Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan Indonesia yang telah disempurnakan dengan Undang-Undang No. 16 Tahun
2000, pajak adalah iuran wajib yang dibayar oleh wajib pajak berdasarkan norma-norma
hokum untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran kolektif guna meningkatkan
kesejahteraan umum yang balas jasanya tidak diterima secara langsung.
Adapun secara hokum, pajak didefinisikan sebagai iuran wajib kepada pemerintah yang
bersifat memaksa dan legal (berdasarkan undang-undang), sehingga pemerintah memiliki
kekuatan hokum (misalnya denda atau kekurangan) untuk menindak wajib pajak yang tidak
memenuhi kewajibannya, walaupun bersifat memaksa, pemerintah tidak memiliki
kewajiban untuk memberikan balas jasa secara langsung kepada pembayar pajak. Pajak
dipungit untuk menjalankan roda pemerintah.
Beberapa ahli yang mendefinidikan tentang pajak, yakni:
a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (bisa dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontra prestasi) yang langsung bisa ditunjukkan dan digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
b. Dr. Suparman Sumawidjaya, “Pajak adalah pungutan masyarakat kepada negara
yang bisa dipaksakan dan terutang oleh wajib membayarnya berdasarkan kepada
peraturan-peraturan undang-undang dengan tidak memperoleh pemberian
kembali yang langsung bisa ditunjuk dan dipakai untuk membiayai pengeluaran
umum pemerintah.
c. Leory Beaulieu, “Pajak merupakan bantuan baik secara langsung ataupun tidak
langsung, yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari barang atau dari penduduk
untuk menutupi pengeluaran pemerintah.
Berdasarkan pengertian pajak yang terdapat dalam undang-undang maupun yang
diungkapkan para ahli bisa diketahui bahwa pajak memiliki ciri-ciri, sebagai berikut.
a. Pajak bisa dipaksakan (bersifat yuridis).
b. Pajak bisa dipungut berdasarkan undang-undang.
c. Pajak dipungut oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah.
d. Pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah.
e. Jasa timbal tidak bisa ditunjukkan secara langsung.
2. Fungsi dan Manfaat Pajak
Adapun fungsi pajak, yaitu:
a. Fungsi Anggaran (fungsi budgeter)
Pajak merupakan sumber pemasukan keuangan negara dengan cara
mengumpulkam dana atau uang dari wajib pajak ke kas negara untuk membiayai
pembangunan nasional atau pengeluaran negara lainnya. Sehingga fungsi pajak

vi
merupakan sumber pendapatan negara yang memiliki tujuan menyeimbangkan
pengeluaran negara dengan pendapatan negara.
b. Fungsi mengatur (fungsi regulasi)
Pajak merupakan alat untuk melaksanakan atau mengatur kebijakan negara
dalam lapangan social dan ekonomi. Adapun fungsi mengatur, sebagai berikut.
1) Pajak digunakan untuk menghambat laju inflasi.
2) Pajak digunakan sebagai alat untuk mendorong kegiatan ekspor, seperti
pajak ekspor barang.
3) Pajak bisa memberikan proteksi atau perlinfungan terhadap barang
produksi dari dalam negeri, contohnya: Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
4) Pajak bisa mengatur dan mearik investasi modal yang membantu
perekonomian agar semakin produktif.
c. Fungsi pemerataan (pajak distribusi)
Pajak bisa digunakan untuk menyesuaikan dan menyeimbangkan antara
pembagian pendapatan dengan kebahagiaan dan kesejahteraan rakyat.
d. Fungsi stabilisasi
Pajak bisa digunakan untuk menstabilkan kondisi dan keadaan perekonomian,
seperti untuk mengatasi inflasi, pemerintah menetapkan pajak yang tinggi,
sehingga jumlah uang yang beredar bisa dikurangi. Sedangkan untuk mengatasi
kelesuan ekonomi atau deflasi, pemerintah menurunkan pajak, sehingga jumlah
uang yang beredar bisa ditambah dan deflasi bisa diatasi.
Adapun manfaat dari adanya pajak bagi suatu negara, sebagai berikut.
a. Pajak sebagai alat pemerataan pendapatan
Dalam perpajakan terdapat berbagai maca tarif yang dikenakan pada wajib
pajak, salah satunya adalah tarif progresif. Dengan adanya tarif progresif, maka
wajib pajak yang memiliki pendapatan lebih besar akan dikenakan pajak lebih
besar juga. Dengan demikian, dana yang dipindahkan dari sector swasta ke
sector pemerintah akan bisa digunakan untuk membiayai proyek oemerintah
yang akan dinikmati terutama masyarakat berpenghasilan rendah.
b. Pajak merupakan sumber penerimaan negara
Negara dalam melakukan tugas rutin dan pembangunan memerlukan biaya.
Biaya tersebut antara lain diperoleh dari penerimaan pajak, meskipun
sebenarnya penerimaan dalam negeri bukan hanya dari pajak. Di mana
penerimaan dalam negeri diperoleh dari penerimaan migas dna nonmigas.
Adapun penerimaan nonmigas sebagian besar merupakan penerimaan yang
berasal dari pajak.
c. Pajak sebagai alat pendorong investasi
Pajak memiliki fungsi bugedtair untuk membiayai pengeluaran negara.
Apabila masih terdapat sisa dana yang digunakan untuk membiayai pengeluaran
negara, maka kelebihan dana tersebut bisa dipakai untuk tabungan pemerintah.
3. Hukum Pajak
Adapun jenis-jenis hokum pajak, sebagai berikut.

vii
a. Hukum pajak formal, yaitu hukum yang memuat tentang bentuk/cara untuk
mewujudkan hokum material menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum
pajak material). Hukum ini memuat:
1) Tata cara penyelenggaran (prosedur) penetapan suatu utang pajak.
2) Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para wajib pajak
mengenai keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang menimbulkan utang
pajak.
3) Kewajiban wajib pajak, misalnya menyelenggarakan pembukaan/pencatatan
dan hak-hak wajib pajak misalnya mengajukan keberatan/banding.
Contohnya: ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
b. Hukum pajak material, yaitu hukum pajak yang memuat norma-norma yang
menerangkan tentang keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak
(objek pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek pajak), berapa besar pajak yang
dikenakan (tarif pajak), segala sesuatu yang timbul dan hapusnya utang pajak,
serta hubungan hukum antara pemerintah dan wajibpajak. Contohnya: Undang-
Undang Pajak Penghasilan.
B. Jenis-jenis Pajak dan Pungutan Lain di Indonesia
1. Jenis Pajak
Jenis pajak yang ada di Indonesia bisa dibedakan menjadi beberapa macam,
sebagai berikut.
a. Berdasarkan pihak yang menanggung
1) Pajak langsung (direct tax), adalah pajak yang dikenakan secara berkala pada
wajib pajak berdasarkan surat ketetapan pajak (kohir) yang dibuat oleh kantor
pajak. Pajak langsung harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak, sebeb pajak ini
tidak bisa dialihkan kepada pihak lain, berbeda dengan pajak tidak langsung yang
bebannya bisa dialihkan kepada pihak lain.
2) Pajak tidak langsung (indirect tax), adalah pajak yang dikenakan pada wajib
pajak hanya jika wajib pajak melakukan perbuatan atau peristiwa tertentu. Oleh
karena itu, pajak tidak langsung tidak bisa dipungut secara berkala, pajak hanya
bisa dipungut jika terjadi perbuatan atau peristiwa tertentu yang menimbulkan
kewajiban membayar pajak.
b. Berdasarkan pihak yang memungut
1) Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara. Penyelenggaraannya dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Pajak dan kantor-kantor inspeksi pajak di seluruh wilayah
Indonesia, yang merupakan bagian dari jajaran Departemen Keuangan. Adapun
pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat, sebagai berikut.
a) Pajak yang dipungut Direktorat Jenderal Pajak, yaitu Pajak Penghasilan (PPh),
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), bea materai, dan bea lelang.
b) Pajak yang dipungut Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, yaitu bea masuk,
Pajak Ekspor (bea keluar), dan Pajak Pertambahan Nilai (impor).
c) Pajak yang dipungut oleh Direktorat Jenderal Moneter, yaitu Pajak atas
Minyak Bumi.

viii
2) Pajak Daerah, yaitu pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah seperti
provinsi, kabupaten, maupun kota madya berdasarkan Peraturan Daerah masing-
masing. Hasilnya digunakan untuk membiayai Rumah Tangga Daerah masing-
masing. Adapun yang termasuk dalam pajak daerah, misalnya retribusi arkir,
pajak tontonan, pajak reklame, dan retribusi terminal.
Adapun jenis-jenis daerah bisa dibedakan, sebagai berikut.
a) Pajak daerah tingkat I (provinsi), misalnya Pajak Kendaraan Bermotor, Bea
Milik Nama Kendaraan Bermotor, Bea Milik Nama Tanah (Pulasi), dan Pajak
Izin Penangkapan Ikan (di wilayahnya).
b) Pajak Daerah Tingkat II (kota madya/kabupaten), misalnya Pajak
Pembangunan I, Pajak Penerangan Jalan, Pajak atas Pertunjukan dan
Keramaian Umum, Pajak Reklame, Pajak Anjing, Pajak atas Kendaraan Tidak
Bermotor, Pajak Radio, Pajak Bangsa Asing, dan Pajak Potong Hewan.
c. Berdasarkan sifatnya
Pajak bisa dikenakan dengan memerhatikan subjek dan juga objek pajaknya.
Adapun jenis pajak berdasarkan sifatnya, sebagai berikut.
1) Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan pribadi wajib
pajak (subjek), kemudian menetapkan objek pajaknya. Di mana dalam pajak
subjektif keadaan pribadi wajib pajak sangat mempengaruhi besarnya jumlah
pajak yang terutang. Misalnya Pajak Penghasilan (PPh).
2) Pajak objektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya, yaitu
berupa benda, keadaan, perbuatan, peristiwa yang menyebabkan utang pajak,
kemudia ditetapkan subjeknya tanpa mempersoalkan apakah subjek tersebut
bertempat tinggal di Indonesia atau tidak. Contohnya: PBB, PPN, dan PPnBM.
2. Pungutan selain pajak
a. Retribusi adalah iuran kepada pemerintah yang bisa dipaksakan dan bisa jasa
timbal yang langsung bisa ditunjuk. Paksaan ini bersifat ekonomis karena siapa
saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah, dia tidak dikenakan iuran
tersebut. Misalnya karcis pasar.
b. Sumbangan adalah iuran kepada pemerintah yang bisa dipaksakan dan
ditunjukan kepada golongan tertentu serta untuk golongan tertentu pula.
Paksaan ini bersifat yuridis.
c. Bea adalah pungutan yang dikenakan atas suatu kejadian atau perbuatan yang
berupa lalu lintas barang dan perbuatan lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan, contohnya:
1) Bea masuk adalah pungutan atas barang-barang yang dimasukkan ke dalam
daerah perbean berdasarkan harga/nilai barang itu atau berdasarkan tarif
yang sudah ditentukan.
2) Bea keluar adalah pungutan yang dilakukan atas barag yang dikeluarkan dari
daerah perbean berdasarkan tarif yang sudah ditentukan bagi masing-masing
golongan orang.
3) Bea materai adalah pungutan yang dikenakan atas dokumen dengan
menggunakan benda materai maupun benda lain.

ix
d. Cukai adalah pungutan yang dikenakan atas barang-barang tertentu yang
mempunyai sifat sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang dan hanya pada
golongan tertentu dan yang membayar tidak mendapatkan prestasi timbal balik
secara langsung.
C. Kewajiban dan Hak Pajak
1. Kewajiban Pajak
Adapun kewajiban wajib pajak yang diatur dalam undang-undang, sebagai berikut.
a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
b. Memnghitung dan membayar sendiri pajak sengan benar. Setiap wajib pajak
mengisi sendiri surat pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam
Bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata
uang rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat
Jenderal Pajak tempat wajib pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain
yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
c. Mengambil dan mengisi SPT secara benar, lengkap, jelas serta menandatangani
dan menyampaikannya ke KPP pada batas waktu yang telah ditetapkan,
d. Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan.
2. Hak wajib pajak
Adapun hak wajib yang diatur dalam Undang-Undang Perpajakan No. 28 Tahun
2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sebagai berikut.
a. Mendapatkan NPWP dan NPPKP setelah mendaftarkan diri dan/atau melaporkan
usahanya.
b. Memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan.
c. Menerima tanda bukti penerimaan penyampaian SPT Tahunan yang disampaikan
secara langsung ke KPP.
d. Membetulkan SPT.
e. Mengangsur dan menunda pembayaran pajak.
f. Mendapatkan restitusi/pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
g. Mengajukan permohonan membetulkan surat ketetapan pajak.
h. Mendapatkan surat ketetapan pajak nihil setelah dilakukan pemeriksaan jumlah
kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang
terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada
pembayaran pajak.
i. Mendapatkan kadaluarsaan penagihan pajak setelah lampau waktu 10 tahun.
j. Mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak.
k. Mengajukan perpanjangan jangka waktu pengajuan keberatan dalam hal
terdapat keadaan di luar kekuasaan wajib pajak.
l. Mengajukan banding terhadap keputusan keberatan yang dianggap masih tidak
sesuai.
m. Menunjuk surat kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakan.
n. Mendapat perlindungan kerahasiaan melalui rahasia jabatan.
o. Penghentian penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan setelah wajib pajak
melunasi pajak yang tidak atau kurang bayar.

x
D. Pemungutan Pajak dan Selain Pajak
Dimana undang-undang yang mengatur tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan” adalah UU No. 6 Tahun 1983, sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9
Tahun 1994, dengan UU No. 16 Tahun 2000, terakhir dengan UU No. 28 Tahun2007.
Dalam melakukan pemungutan terdapat beberapa hal yang harus dipahami, antara lain
asas pemungutan, syarat pemungutan, dan jasa system pemungutan yang digunakan.
1. Asas pemungutan pajak
Adapun asas yang bisa digunakan dalam pemungutan pajak, sebagai berikut.
a. Asas nasional atau kebangsaan adalah asas yang menganut cara pemungutan
pajak dihubungkan dengan kebangsaan dari suatu negara. Dalam asas ini yang
menjadi landasan pemungutan adalah status kewarganegaraan dari orang atau
badan yang memperoleh penghasilan.
b. Asas domisili adalah asas yang menganut pemungutan pajak, yang tergantung
tempat tinggal (domisili) wajib pajak di suatu negara. Dalam asas ini negara di
mana wajib pajak itu bertempat tinggal, maka negara itulah yang berhak
mengenakan pajak atas segala penghasilan yang diperoleh dari mana pun.
c. Asas sumber adalah asas yang menganut cara pemungutan pajak, yang
tergantung pada adanya sumber penghasilan di suatu negara. Jadi negara yang
menganut asas ini akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang
diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan hanya jika penghasilan yang
akan dikenakan pajak itu diperoleh atau diterima oleh orang pribadi atau
badan yang bersangkutan dari sumber-sumber yang berada di negara tersebut.
2. Teori pemungutan pajak
Adapun teori mengenai penerapan pajak dalam suatu negara, sebagai berikut.
a. Teori asuransi
Teori ini menyatakan bahwa negara bertugas untuk melindungi orang dan
segala kepentingannya, meliputi keselamatan dan keamanan jiwa, dan juga
harta bendanya.
b. Teori kepentingan
Teori ini menyatakan bahwa mengenakan pajak karena negara telah
melindungi kepentingan rakyat. Teori ini awalnya hanya memerhatikan
pembagian beban pajak yang harus dipungut dari seluruh penduduk.
c. Teori gaya pikul
Teori gaya pikul menyatakan bahwa biaya atas jasa yang diberikan negara
berupa perlindungan dipukul oleh orang yang menikmati jasa tersebut. Teori
ini menekankan pada asas keadilan, bahwasanya pajak haruslah sama beratnya
untuk setiap orang.
d. Teori kewajiban mutlak
Teori kewajiban mutlak menyatakan bahwa, negara sebagai suatu organ
satu kesatuan yang di dalamnya warga negara terikat dengan aturan yang
dibuatnya. Paham ini mengajarkan bahwa karena sifat suatu negara, maka
timbullah hak mutlak untuk memungut pajak.
e. Teori pembenaran Pancasila

xi
Teori ini menyatakan bahwa, berdasarkan atas asas kekeluargaan dan
gotong royong, pajak merupakan pengorbanan setiap anggota keluarga untuk
kepentingan bersama tanpa imbalan.
3. Syarat pemungutan pajak
Adapun syarat dalam pemungutan pajak, sebagai berikut.
a. Pemungutan pajak harus adil.
b. Pengaturan pajak harus berdasarkan undang-undang.
c. Pemungutan pajak tidak mengganggu perekonomia.
d. Pemungutan pajak harus efisien.
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.
4. Cara pemungutan pajak
Adapun stelsel pemungutan pajak. Sebagai berikut.
a. Stelsel nyata (rill stelsel)
Pemungutan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga
pemungutan baru bisa dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah
penghasilan yang sesungguhnya diketahui, stelsel nyata dalam pemungutan pajk
memiliki kelebihan dan kelemahan.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari stelsel nyata, sebagai berikut.
1) Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis.
2) Kelemahan dari stelse nyata, yaitu pajak baru bisa dikenakan pada akhir
periode (setelah penghasilan rill diketahui). Adapun dari kelemahan stelsel ini
mengakibatkan, sebagai berikut.
a) Wajib pajak akan dibebani jumlah pembayaran pajak yang tinggi pada
akhir tahun, sementara pada waktu tersebut belum tentu tersedia jumlah
kas yang memadai.
b) Semua wajib pajak akan membayar pajak pada akhir tahun, sehingga
jumlah uang beredar secara makro akan terpengaruh.
b. Stelsel anggapan (fictive stelsel)
Pengenaan pajak yang diadasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
suatu undang-undang. Kelebihan stelsel ini adalah pajak bisa dibayar selama
tahun berjalan, tanpa harus menunggu pada akhir tahun. Sedangkan
kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang
sesungguhnya.
c. Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel anggapan.
Maksudnya, yaitu pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu
anggapan kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan
keadaan yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih
besar daripada pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah.
Sebaliknya jika besarnya pajak menurut kenyataan lebih kecil daripada pajak
menurut anggapan, maka wajib pajak bisa minta kembali kelebihannya (direstui)
atau bisa juga dikompensasi.
5. Sistem pemungutan pajak
Adapun jenis-jenis sistem pemungutan pajak, sebagai berikut.

xii
a. Self assessment system
Self assessment system, yaitu suatu system pemungutan pajak di mana wajib
pajak menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuia dengan ketentuan
Undang-Undang Perpajakan. Dalam system ini masyarakat diberi kepercayaan
untuk melakukan hal-hal berikut.
1) Menghitung sendiri pajak yang terutang.
2) Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang.
3) Membayar sendiri jumlah utang pajak yang harus dibayar.
4) Melaporkan sendiri jumlah utang pajak yang terutang.
Adapun dalam system ini fungsi (fiskus) Direkotirat Jenderal Pajak adalah
melakukan pengawasan atas system self assessment tersebut, agar wajib pajak
melaksanakannya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan.
b. Official assessment system
Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak, di mana
aparatur perpajakan menentukan sendiri (di luar wajib pajak) jumlah pajak
terutang. Oleh karenanya, dalam sistem ini kegiatan dalam menghitung dan
memungut pajak sepenuhnya ada pada aparatur perpajakan.
Adapun ciri-ciri system official assessment system, sebagai berikut.
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.
2) Wahib pajak bersifat pasif.
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) oleh
fiskus.
c. With holding assessment system
With holding assessment system adalah suatu system pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib
pajak) untuk menentukan besarnya pajak terutang. Adapun ciri-ciri system ini
adalah wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada
pihak ketiga selain fiskus dan wajib pajak.
6. Hambatan pemungutan pajak
Hal ini dikarenakan dalam pemungutannya terdapat berbagai hambatan, sebagai
berikut.
a. Perlawanan pasif, yaitu perlawanan yang muncul dari masyarakat karena
masyarakat enggan (pasif) membayar pajak. Perlawanan ini disebabkan oleh:
1) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
2) Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat.
3) Sistem kontrol tidak bisa dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.
b. Perlawanan aktif, yakni semua usaha da perbuatan yang secara langsunng
ditujukan kepada fiskus degan tujuan untuk menghindari pajak. Ada du
acara/bentuk perlawanan aktif, yaitu:
1) Tax avoidance adalah usaha meringankan beban pajak dengan tidak
melanggar undang-undang.
2) Tax evasion adalah usaha meringankan beban pajak dengan cara yang
melanggar undang-undang (menggelapkan pajak).
7. Tata cara pemungutan selain pajak

xiii
Pungutan lain selain pajak bisa berupa sumbangan dan retirubusi. Untuk cara
pemungutannya, retribusi tidak bisa diborongkan dan retribusi dipungut dengan
menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Derah atau dokumen yang dipersamakan.
Pelaksanaan penagihannya bisa dipaksakan. Dalam hal wajib retirbusi tertentu
kepada mereka yang tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar,
dikenakan sanksi administrasi, berupa bunga sebesar 2% setiap bulan dari retribusi
yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan
Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD).
E. Timbul dan Berakhirnya Utang Pajak
Berikut penjelasan mengenai timbulnya utang pajak dan berakhirnya utang pajak.
1. Timbulnya utang pajak
Adapun ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak dan berakhirnya utang
pajak.
a. Ajaran formil, yaitu utang pajak timbul karena dikeluarkannya Surat Ketetapan
Pajak oleh fiskus. Dalam ajaran ini, seseorang dikenakan pajak atau tidak
tergantung apakah dia mendapat SKP atau tidak dari pemerintah, ajaran ini
ditetapkan pada official assessment system.
b. Ajaran materiil, yaitu utang pajak timbul karena berlakunya Undang-Undang
Perpajakan. Seseorang dikenai pajak karena suatu keadaan atau suatu
perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada self assessment system.
2. Berakhirnya utang pajak
Berakhirnya atau terhapusnya utang pajak bisa disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain: pembayaran, kompensasi, kadaluwarsa, pembebesan, dan penghapusan.
a. Terjadinya pembayaran, yaitu utang pajak yang melekat pada wajib pajak akan
hapus jika sudah dilakukan pembayaran kepada kas negara.
b. Adanya kompensasi, yaitu apabila wajib pajak mempunyai kelebihan dalam
pembayaran pajak, maka kelebihan tersebut bisa diperhitungkan dengan pajak
yang masih harus dibayar.
c. Kadaluwarsa/lewat waktu, yaitu terlampauinya waktu dalam melakukan
penagihan utang pajak selama lima tahun sejak terjadi utang pajak.
d. Pembebasan, yaitu pemberian pembebasan atas sanksi administrasi pajak
(berupa bunga atau denda) yang harus dibayar oleh wajib pajak.
e. Penghapusan, yaitu pemberian pembebasan atas sanksi administrasi pajak
(berupa bunga atau denda) yang harus dibayar oleh wajib pajak dikarenakan
keadaan keuangan wajib pajak.
F. Unsur-unsur dan Sanksi dalam Perpajakan
1. Unsur-unsur yang digunakan dalam perpajakan
Adapun unsur-unsur yang digunakan dalam perpajakan, sebagai berikut.
a. Subjek pajak, yaitu orang/badan yang menurut undang-undang dibebani
pajak/pihak yang harus menanggung beban pajak.
b. Wajib pajak, yaitu orang/badan yang menurut undang-undang diharuskan
melakukan tindakan-tindakan perpajakan. Wajib pajak boleh jadi juga subjek
pajak, tetapi wajib pajak boleh jadi bukan subjek pajak.

xiv
c. Objek pajak, yaitu benda/barang, kejadian atau atau sesuatu yang menjadi
sasaran pengenaan pajak.
d. Tarif pajak, yaitu besar kecilnya beban pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak
yang dinyatakan dengan persentase dari besarnya bojek pajak.
Dalam menentukan besarnya pajak, ada beberapa cara menentukan tarif pajak,
antara lain:
1) Tarif sebanding/proporsional, yaitu tarif berupa persentase tetap terhadap
berapa pun jumlah yang dikenai pajak, sehingga besaran pajak yang terutang
proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.
2) Tarif tetap, yaitu tarif berupa jumlah yang tetap atau sama terhadap berapa pun
jumlah yang dikenai pajak, sehingga besarnya pajak terutang tetap.
3) Tarif progresif, yaitu tarif pajak yang persentasenya semakin besar jika objek
pajak bertambah. Semakin besar pendapatan yang diterima wajib pajak, maka
semakin besar persentase pajak yang harus dibayar.
4) Tarif regresif, yaitu persentase yang digunakan semakin kecil/menurun bila
jumlah yang dikenai pajak semakin besar/meningkat.
2. Sanksi-sanksi kelalaian membayar pajak bagi wajib pajak
Adapun sanksi kelalaian membayar pajak, sebagai berikut.
a. Sanksi administrasi, merupakan sanksi yang ditetapkan oleh undang-undang
kepada wajib pajak karena tidak dipenuhinya kewajiban sebagaimana
ditentukan dalam UU Perpajakan, yaitu dengan denda administrasi pajak dan
bunga pajak, serta kenaikan pajak hingga 50%.
b. Sanksi pidana, adalah sanksi yang ditetapkan oleh undang-undang pada wajib
pajak karena melakukan kealpaan atau kesengajaan dalam melanggar
ketentuan yang diatur pada undang-undang, yaitu:
1) Kealpaan karena tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan tetapi
tidak benar, maka sanksi pidananya adalah pidana kurungan 1 tahun atau
denda paling tinggi 2 kali pajak terutang.
2) Karena sengaja tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan tanpa hak
NPWP atau nomor PKP

xv
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kotraprestasi), yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Dengan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada
pengertian pajak adalah:
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaan nya yang
sifatnya dipaksakan.
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual
oleh pemerintah.
c. Pajak dipungut oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah.
d. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain Budgeter (pendanaan) yaitu Regulerend
(mengatur).
B. Saran
Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan Self Assement System ini
memang memberikan kebebasan bagi wajib pajak orang pribadi untuk menghitung,
menetapkan dan melaporkan sendiri pajak penghasilannya, akan tetapi dengan sistem
perpajakan seperti ini wajib pajak harus lebih ditingkatkan kesadaran dan pemahaman
mengenai pentingnya pemenuhan pajak serta mengenai penghasilan seperti apa yang
merupakan objek pajak penghasilan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara seperti :
1. Perlunya peningkatan sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya
Direktorat Jendral Pajak baik melalui media massa atau pun sosialisasi secara
langsung dilapangan.
2. Perlunya peningkatan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah khususnya
Direktorat Jendral Pajak terhadap jajaran pegawainya yang mengelola dana dari
pemenuhan pajak penghasilan agar tidak terjadi lagi kasus korupsi yang dilakukan
oleh aparat pemerintah.
3. Wajib pajak sendiri selayaknya memahami pentingnya pemenuhan pajak
penghasilannya, karena pajak penghasilan yang dibayar oleh wajib pajak akan
digunakan sebagai biaya bagi pembangunan nasional yang dilakukan oleh
pemerintah, maka wajib pajak harus memenuhi pajak penghasilannya setiap tahun.

xvi
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aris dan Mujiyati. 2011. Perpajakan Kontemporer. Surakarta: Muhammadiyah
University Press.
Adyabrata, Atep. 1995. Perpajakan SMK Jilid 1. Bandung: Armico.
Iwan Sidharta. 2015. Bahan Ajar Perpajakan Program Studi S1 Akuntansi. Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung.
Mardiasmo. 2008. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi.
Munawir, Slamet. 1993. Perpajakan untuk SLTA. Yogyakarta: BPEE.
Puspitasari, Devi. 2007. Pajak untuk SMK/MAK. Depok: Arya Duta.
Suwito. 2012. Menyiapkan Surat Pemberitahuan Pajak (Pajak Penghasilan dan Pajak
Pertambahan Nilai) untuk SMK. Bandung: Armico.
Tim Akuntansi. 2004. Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Jakarta: Salemba.
www.pajak.go.id
https://id.wikipedia.org/wiki/Pajak
https://sandijundira.blogspot.co.id/2014/06/makalah-ketentuan-umum-dan-tata-cara.html
http://zetzu.blogspot.co.id/2012/06/rekonsiliasi-fiskal.html
http://candraekonom.blogspot.co.id/2014/06/contoh-soal-dan-jawaban-rekonsiliasi.html.

xvii

Anda mungkin juga menyukai