Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PERPAJAKAN

PERANAN PAJAK BAGI PEMBANGUANAN BANGSA INDONESIA

Dosen Pengampu: Prof. Dr.H.Muhammad Azis, M.Si.

Disusun Oleh:

Haerianti
Nim 220901500006
Kelas A

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Perpajakan : “Peranan Pajak Bagi Pembangunan Bangsa Indonesia”.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.H.Muhammad Azis,
M.Si. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Perpajakan yang telah membimbing kami dalam
pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya, kami harap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembacanya.

Makassar, 8 November 2023

Haerianti

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB 1 ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 4
A. Konsep Dan Dasar Pemungutan Pajak ................................................................................... 4
B. Peran Pajak Bagi Pembangunan Bangsa Indonesia .............................................................. 7
BAB III................................................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 12
B. Saran ........................................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 14

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu instrumen kebijakan ekonomi yang sangat penting bagi suatu
negara. Di Indonesia, pajak menjadi pilar utama dalam membiayai berbagai program
pembangunan nasional, termasuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.
Pajak bukan hanya sekadar kewajiban warga negara, melainkan juga merupakan sumber daya
vital yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Pentingnya peran pajak dalam pembangunan bangsa Indonesia tidak dapat diragukan lagi.
Dalam konteks globalisasi dan persaingan ekonomi yang semakin ketat, negara-negara di
seluruh dunia, termasuk Indonesia, mengandalkan pajak sebagai salah satu sumber utama
pendapatan untuk membiayai pembangunan dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Pajak tidak
hanya berfungsi sebagai pemasukan ke kas negara, tetapi juga sebagai alat pengaturan ekonomi
yang efektif.

Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif memerlukan manajemen pajak


yang cerdas dan efisien. Di Indonesia, kebijakan perpajakan terus mengalami perkembangan
untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, termasuk mengurangi kesenjangan ekonomi,
meningkatkan pelayanan publik, dan menciptakan lapangan kerja. Oleh karena itu, pemahaman
mendalam tentang peranan pajak dalam membangun bangsa Indonesia sangat penting.

Pajak mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam
pelaksanaan pembanguan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk
membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Pembangunan nasional
Indonesia pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat bersama-sama pemerintah. Oleh karena
itu peran masyarakat dakam pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajiban pajak.

Dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat (1) , menjelaskan bahwa pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari
pengertian tersebut kita dapat menganalisis bahwa pajak merupakan kontribusi wajib kepada

1
negara. Kata wajib artinya bahwa semua warga negara wajib untuk membayar pajak, namun
harus berdasarkan Undang-Undang tentang pelaksanaanya entah proses pemungutannya atau
besarnya pungutan pajak tersebut.

Pajak tidak mendapatkan imbalan langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Walaupun tidak dapat dirasakan langsung namun
pajak seperti yang disebutkan diatas bahwa digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Jadi jelas bahwa fungsi pajak selain untuk fungsi budgeter
yaitu fungsi pajak yang bertujuan untuk memasukan penerimaan uang untuk Kas Negara
sebanyakbanyaknya dalam mengisi RAPBN, sesuai dengan penerimaan pajak yang telah
ditetapkan.
Dari pemaparan di atas, betapa pentingnya peran dan fungsi pajak dalam pembangunan dan
kemajuan perekonomian Bangsa. Ketertiban dan kemajuan bidang perpajakan integral dengan
pembangunan nasional. Namun dalam kenyataannya sering pula kita kita lihat hal-hal yang
bertentangan dengan rule-rule yang telah digariskan. Contoh di lapangan misalnya pejabat
pajak menyelewengkan pajak atau mengkorupsi uang pajak, manipulasi pajak. Disisi Wajib
Pajak, tidak jarang kita temui juga wajib Pajak yang nakal dan tidak jujur dalam pelaporan
pajaknya dan lebih seringnya tidak terkontrol. Dengan demikian tujuan sebagaimana
digaraiskan di awal sulit untuk dicapai. Oleh karena itu untuk mengetahui lebih detail dan jelas
maka, dalam Makalah ini penulis akan untuk mengkaji tentang: Peran Pajak Bagi
Pembangunan Nasional Untuk Kesejahteraan Rakyat

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, Penulis akan
mengkaji:

1. Apa dan Bagaimanakah Konsep Pemungutan Pajak di Indonesia ?


2. Bagaimanakah Peran Pajak dalam Pembangunan Nasional?

C. Tujuan Penulisan
Ada dua tujuan dari penelitian ini yaitu Tujuan Umum dan Tujuan Khusus. Tujuan
Umum, selain untuk memenuhi kewajiban mahasiswa memenuhi tugas Mata Kuliah
perpajakan pada Semester tiga di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

2
Universitas Negeri Makassar yaitu Penulis ingin belajar dan mengetahui lebih terang dan
jelas tentang konsep perpajakan dan peran pajak dalam pembangunan bangsa indonesia.
Tujuan Khusus dari Makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa dan bagaimanakah Konsep Pemungutan Pajak di Indonesia?
2. Untuk mengetahui bagaimanakah Peran Pajak dalam Pembangunan Nasional?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dan Dasar Pemungutan Pajak


Pajak diatur dalam Pasal 23 ayat (2) UUD 1945, yaitu “Segala pajak untuk kegunaan
kas Negara berdasarkan undang-undang”. Ketentuan Umum Tentang Perpajakan di Indonesia
diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan
Umum Dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009.
Pada dasarnya pajak merupakan salah satu perwujudan dan kewajiban kenegaraan
yang merupakan sarana peran serta masyarakat dalam pembiayaan negara dan pembangunan
nasional. Dalam hal ini pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk menjalankan roda
pemerintahan demi menjamin kelangsungan hidup serta meningkatkan mutu kehidupan
bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang 1945 yang bertujuan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut serta
dalam melaksanakan ketertiban dunia. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Berbagai teori dan definisi pajak telah diberikan oleh para ahli. Beberapa diantaranya
adalah sebagai berikut. Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja, dalam disertasinya yang
berjudul "Pajak Berdasarkan Asas Gotong Royong” (Dalam disertasi di Universitas Padjajaran
tahun 1964) menyatakan: "Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang yang dipungut
oleh penguasa berdasarkan norma-norma hokum, guna menutup biaya produksi barang-barang
dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”. Dengan mencantumkan istilah
iuran wajib, ia mengharapkan terpenuhinya ciri , bahwa pajak dipungut dengan bantuan dari
dan kerja sama dengan Wajib Pajak, sehingga perlu pula dihindari penggunaan istilah paksaan.
Adapun Rochmat Sumitro berpendapat bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang-undang (Yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa-jasa
timbal (Kontra-prestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.

4
Prof. Adriani sangat mengutamakan pembagian pajak berdasarkan ciriciri yang
mempunyai arti prinsip dan menyimpulkan bahwa pembedaan antara pajak subjektif & pajak
objektif sangat tepat. Sebaliknya ia tidak menyetujui pemakaian istilah seperti pajak pribadi &
pajak kebendaan.Pajak subjektif & pajak objektif, yang dimaksud pajak subjektif adalah pajak
yang memperhatikan pertama-tama keadaan pribadi wajib pajak. Golongan pajak subjektif
adalah pajak pendapatan atas penduduk Indonesia & pajak kekayaan atas penduduk Indonesia,
serta pajak yang dipungut dari badan-badan.Pajak objektif pertama-tama melihat pada
objeknya (benda,keadaan,perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban
membayar pajak) kemudian baru dicari subjeknya baik yang berkediaman di Indonesia maupun
tidak.
Menurut definisi Perancis, termuat dalam buku Leroy Beaulieau, “Trite de la Scence
des Finances, 1906” : “Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang
dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja
pemerintah”.
Menurut Prof. Edwin R.A.Seligman dalam “Essay in Taxation” : “Tax is compulsory
contribution from the person, to the government to defray the expenses incurred in the common
interest of all, without ereference to special benfit conferred”. Menurut Mr. Dr. N.J. Feldmann
(sama pendapatnya dengan Prof. Edwin R.A. Seligman) : “Pajak adalah prestasi yang
dipaksakan sepihak oleh dan terhutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang
ditetapkannya secara umum) tanpa kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran umum”.

Dari definisi dan penjelasan di atas, ciri-ciri pajak dapat diuraikan antara lain :
1. Pajak peralihan kekayaan dari orang/badan ke pemerintah;
2. Pajak dipungut berdasarkan/dengan kekuatan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya, sehingga dapat dipaksakan
3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi langsung
secara individual yang diberikan oleh pemerintah
4. Pajak dipungut oleh Negara, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
5. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari
pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai investasi public.
6. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari pemerintah
7. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.
Golongan pajak objektif diantaranya:
5
a. Pajak yang dipungut karena keadaan diantaranya pajak kekayaan, pajak pendapatan,
pajak karena menggunakan benda yang kena pajak.
b. Pajak yang dipungut karena perbuatan diantaranya pajak lalu lintas kekayaan, pajak
lalu lintas hukum, pajak lalu lintas barang, serta pajak atas pamakaian.
c. Pajak yang dipungut karena peristiwa diantaranya bea pemindahan di Indonesia
contohnya pemindahan harta warisan.
Pembagian pajak ke dalam pajak langsung dan pajak tidak langsungPajak langsung dan
tidak langsung.pajak langsung ialah pajak yang dipungut secara periodik menurut kohir (daftar
piutang pajak) yang sesungguhnya tidak lain dari tindasan-tindasandari surat-surat ketetapan
pajak.Sedangkan pajak tidak langsung adalah pajak yang dipungut kalau pada suatu saat
terdapat suatu peristiwa atau perbuatan & pajak ini tidak ada kohirnya.
Smeets membedakan antara urunan dan pajak-pajak umum. Urunan, mempunyai sifat
yang sama dengan retribusi karena keduanya dapat dianggap sebagai pengganti kerugian untuk
jasa-jasa yang diperoleh dari pemerintah.Pajak umum dibagi dalam 7 golongan yakni:
a. Pajak-pajak perorangan atas sisa-sisa yang di dalamnya termasuk pajak pendapatan atas
penduduk.
b. Pajak-pajak kebendaaan atas sisa-sisa yang di dalamnya termasuk pajak pendapatan
atas bukan penduduk, pajak perseroan, pajak upah, verponding bukan bangunan.
c. Pajak-pajak atas kekayaan.
d. Pajak-pajak atas tambahnya kekayaan.
e. Pajak langsung atas pemakaian seperti pajak rumah tangga, pajak anjing, bea lelang.
f. Pajak tidak langsung atas pemakaian bea masuk.
g. Pajak-pajak yang menaikkan ongkos-ongkos produksi.
Dasar hukum melakukan tindakan penagihan pajak adalah antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana yang telah berulang kali diubah
dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2007 selanjutnya disebut UU KUP.
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 selanjutnya disebut UU PPSP.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23/PMK/.03.2008 sebagaimana yang telah diubah
dengan Nomor 83/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak.
4. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 561/KMK.04/2000 Tentang
Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika Dan Sekaligus Dan Pelaksanaan Surat
Paksa.

6
5. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 562/KMK.04/2000 Tentang
Syarat-Syarat, Tata Cara Pengangkatan Dan Pemberhentian Juru Sita Pajak.
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 189/PMK.03/2007 sebagaimana yang telah
diubah dengan Nomor 84/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan
Pajak.
7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24/PMK.03/2008
sebagaimana yang telah diubah dengan Nomor 85/PMK.03/2010 Tentang Perubahan
Atas Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Dengan Surat Paksa Dan Pelaksanaan
Penagihan Seketika Dan Sekaligus.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2010 Tentang Prosedur Penerbitan Kembali
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,
Dan Atau Surat Tagihan Pajak.
9. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-82/PJ/2010 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per- 36/PJ/2010 Tentang
Prosedur Penerbitan Kembali Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, Dan Atau Surat Tagihan Pajak.
Menurut pendapat para ahli penagihan pajak dapat didefinisikan menurut Muhammad
Rusjdi: ”Penagihan pajak adalah perbuatan yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak karena
Wajib Pajak tidak mematuhi ketentuan Undang-undang pajak, khususnya mengenai
pembayaran pajak yang terutang”.Definisi lain menurut Mardiasmo: “Penagihan pajak adalah
kegiatan yang dilakukan oleh fiscus karena Wajib Pajak tidak mematuhi ketentuan Undang-
undang pajak, khususnya mengenai pembayaran pajak yang terutang, penagihan pajak meliputi
kegiatan, perbuatan dan pengiriman surat peringatan, surat teguran, surat paksa, penyitaan,
lelang, pencegahan dan penyanderaan”.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penagihan pajak adalah
perbuatan yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak atau fiskus karena Wajib Pajak tidak
mematuhi ketentuan Undang-undang pajak, khususnya mengenai pembayaran pajak dengan
melaksanakan pengiriman surat peringatan, surat teguran, surat paksa, penyitaan dan
pelelangan.

B. Peran Pajak Bagi Pembangunan Bangsa Indonesia


Seperti negara-negara berkembang lainnya, Indonesia mempunyai masalah dengan
poverty vicious circle (lingkaran setan kemiskinan). Dengan besarnya penerimaan pajak yang
diterima oleh negara, diharapkan negara dapat memutar roda perekonomian dengan cara

7
penyertaan modal pada perusahaanperusahaan milik negara dan melakukan pembangunan,
sehingga negara dapat melakukan peningkatan pembelanjaan barang modal dan belanja rutin
yang dampaknya akan dirasakan oleh sektor swasta sebagai rekanan pemerintah. Untuk
menjadi negara maju, kita memerlukan dana yang besar.
Pendapatan Negara berdasarkan APBN tahun 2013 terdiri dari Pajak Dalam Negeri
Rp1.099,94 T ( 73,23%), Sumber Daya Alam (SDA) Rp 203,73 T (13,56%), Pajak
Perdagangan Internasional Rp 48,42 T ( 3,22%), Penerimaan Bukan Pajak (selain SDA) Rp
149,92 T(9,98%) dimana Pendapat Negara terbesar berasal dari Pajak Dalam Negeri.
Terkadang untuk pemenuhan kebutuhan Negara masih mengalami difisit.Indonesia
menganggarkan pembayaran bunga utang pada tahun 2013 sebesar Rp 112,5 T. Apabila kita
tidak mempunyai utang sebesar itu, maka dana tersebut dapat digunakan untuk pembangunan
infrastruktur dan pembiayaan lainnya untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Untuk mencegah
timbulnya utang baru yang akan membebani Indonesia, maka Indonesia memerlukan dana
yang besar yang berasal dari pendapatan dalam negeri. Pendapatan dalam negeri dimaksud
diantaranya adalah Sumber Daya Alam (SDA), Pajak, dan Penerimaan Bukan Pajak Lainnya.
Dalam APBN yang dibuat oleh pemerintah terdapat tiga sumber penerimaan yang
menjadi pokok andalan, yaitu:
a. Penerimaan dari sektor pajak;
b. Penerimaan dari sektor migas; dan
c. Penerimaan dari sektor bukan pajak.
Penerimaan dari sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan terbesar
Negara. Penerimaan dari migas, yang dahulu selalu menjadi andalan penerimaan Negara,
sekarang ini sudah tidak bisa diharapkan sebagai sumber penerimaan keuangan Negara yang
terus menerus karena sifatnya yang tidak dapat diperbarui (non renewable resources).
Penerimaan migas pada suatu waktu akan habis sedangkan pemnerimaan pajak selalu dapat
diperbarui sesuai dengan perkembangan ekonomi dan masyarakat itu sendiri.
Di tinjau dari fungsinya, pajak sendiri terbagi atas 4 bagian, antara lain sebagai berikut:
1. Fungsi budgeter/anggaran
Sebagai sumber devisa negara, pajak memang memiliki peran vital didalam mencukupi
kebutuhan-kebutuhan pengeluaran negara. Karena bagaimanapun, melalui pajaklah
pemerintah dapat menjalankan tugas-tugas rutinnya sebagai kepala negara dan melaksanakan
berbagai agenda pembangunan. Untuk saat ini, mungkin pungutan pajak digunakan pemerintah
sebagai pembiayaan belanja pegawai, pengadaan barang, pemeliharaan disejumlah pra-sarana
umum, dan masih banyak lainnya. Pemerintah hingga saat ini masih mengupayakan untuk
8
mengoptimalkan pendapatan dari sektor pajak guna memenuhi pembiayaan pembangunan
yang kian hari memang selalu meningkat.
2. Fungsi regulered/pengatur
Pemerintah bisa saja meningkatkan sistem perekonomian negara melalui sektor pajak. Melalui
fungsi dari pada mengatur inilah, pajak dapat dimanfaatkan pemerintah sebagai alat tempur
untuk mencapai berbagai tujuan. Contohnya sebagai upaya pemerintahan dalam hal
meningkatkan sistem penanaman modal, baik dari pihak asing ataupun dalam negeri,
pemerintah memberikan berbagai fasilitas seperti keringanan biaya pajak. Dalam upaya
pemerintah melindungi produksi dalam negeri supaya aman, pemerintah harus menerapkan
biaya pajak masuk dari luar negeri yang mahal.
3. Fungsi stabilitas
Dengan adanya sistem perpajakan yang diterapkan, otomatis pemerintah akan mendapatkan
dukungan dana yang cukup. Dukungan dana tersebut bisa saja dimanfaatkan oleh pemerintah
untuk membuat kebijakan-kebijakan khusus guna menstabilkan harga-harga barang didalam
negeri, sehingga diharapkan angka inflansi dalam negeri akan dapat selalu dikendalikan dengan
baik. Untuk menstabilkan harga barang dan menekan angka inflansi dalam negeri, peran
pemerintah sangat diperlukan. Dalam hal ini pemerintah harus mulai mengatur jalannya
peredaran uang dalam lingkup masyarakat, pemungutan pajak, danpenggunaan dana hasil
pajak dengan efektif dan efisien.
4. Fungsi redistribusi pendapatan
Sistem perpajakan yang diterapkan oleh negara memang bersifat wajib dibayarkan bagi setiap
lapisan masyarakat, baik dari kalangan perkotaan hingga pedesaan sekalipun. Hal ini
dimaksudkan agar pembangunan yang diprogramkan oleh pemerintah mampu terealisasikan
secara merata, mulai dari perkotaan hingga pelosok nusantara. Pajak yang diterima negara akan
otomatis dikelola oleh pemerintah untuk mencukupi semua aspek kepentingan umum, mulai
yang mencangkup sarana umum, insfrastruktur jalan, dan masih banyak lainnya. Hingga saat
ini, pemerintah masih mengupayakan setiap program-programnya terdistribusikan secara
merata sehingga kesejahteraan masyarakatpun semakin terjamin.
Pajak sebagai sumber pendapatan negara selain memiliki fungsi anggaran (budgetair)
dan fungsi mengatur (regulerend), pajak juga memiliki fungsi lainnya, yaitu:
1. Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal ini bisa

9
dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan
pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
2. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua
kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat
membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan
masyarakat.
Penerimaan pajak mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dimana jumlah
penerimaan tersebut baik dalam jumlah nominal maupun persentase. Selain itu, persentase dari
jumlah Wajib Pajak masih relatif sedikit jika dibandingkan dengan jumlah seluruh penduduk
di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia untuk membayar
pajak masih rendah. Beberapa bentuk kesadaran yang mendorong Wajib Pajak untuk
membayar pajak salah satunya adalah kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi
dalam menunjang pembangunan negara. Pentingnya peran pajak bagi pembangunan Negara
yaitu:
1. Pembangunan Infrastruktur dan fasilitas umum yang berjalan dengan baik

Berbagai infrastruktur dan fasilitas umum bisa dibangun dengan baik melalui dana yang
diperoleh atau bersumber dari pajak. Pembangunan fasilitas umum bisa berkembang dengan
pesat dengan dana yang bersumber dari pembayaran pajak. Setiap pasar tradisional bisa
dikembangkan menjadi modern sebagai pusat perbelanjaan yang nyaman dan aman. Semua itu
dibiayai dengan pajak yang telah anda bayarkan.

2. Fasilitas pendidikan merata dan berkualitas

Dengan taat membayarkan pajak secara tepat waktu, maka anda bisa membantu untuk
meningkatkan kualitas pendidikan secara merata bagi setiap orang. Ketika setiap orang taat
membayar pajak, maka pendidikan akan lebih terjamin dan merata bagi setiap masyarakat.

3. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memenuhi standar bagi setiap masyarakat

Ketika anda membayar pajak, maka setiap program untuk memperbaiki kualitas kesehatan
masyarakat juga bisa terlaksana lebih lancar. Seperti langkah untuk memperbaiki gizi ibu
hamil, balita, masyarakat, serta peningkatan pelayanan kesehatan untuk para lansia.

4. Keamanan dan ketertiban terjaga

10
Pajak yang anda bayarkan memiliki peran yang sangat penting, karena bisa digunakan untuk
memperkuat pertahanan keamanan dan penjagaan ketertiban di dalam negara kita.

5. Pengembangan pariwisata

Dewasa ini sektor pariwisata memang menjadi fokus utama bagi banyak orang. Banyak objek
wisata baru kekinian yang mulai muncul dan menarik minat para wisatawan, terutama
wisatawan asing dari luar negeri. Objek wisata yang sudah dibuka akan memerlukan biaya
untuk perawatan dan pengembangannya. Untuk itu, pajak yang anda bayarkan akan membantu
pemerintah dalam mengembangkan objek wisata tersebut.

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1.1 Pajak dan Konsep Pemungutan Pajak di Indonesia
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk
melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pajak dipungut dari warga Negara
Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya.
Pembangunan nasional Indonesia pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat bersama-sama
pemerintah
Di Indonesia pemungutan pajak berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 yaitu pasal 23
ayat (2) yang kemudian dijadikan dasar hukum pembuatan Undangundang pajak. Pendapat ahli
hukum tentang pemungutan pajak. Prof. Soerjono Soekanto dalam bukunya, “Teori yang
Murni tentang Hukum” (1985) mengatakan sebagai berikut: “Perintah seorang penjahat untuk
menyerahkan sejumlah uang mempunyai arti subjektif yang sama dengan perintah petugas
pajak, oleh karena pihak yang terkena perintah itu harus menyerahkan sejumlah uang. Namun,
hanya perintah seorang petugas pajak yang mempunyai arti sebagai kaidah yang sah, oleh
karena perbuatan petugas pajak berlandaskan perundang-undangan pajak”.
Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat (1) , menjelaskan bahwa pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari pengertian
tersebut kita dapat menganalisis bahwa pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara. Kata
wajib artinya bahwa semua warga negara wajib untuk membayar pajak, namun harus
berdasarkan Undang-Undang tentang pelaksanaanya entah proses pemungutannya atau
besarnya pungutan pajak tersebut.

1.2 Peran Pajak dalam Pembangunan Nasional


Pajak dipungut pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk menutup
biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk mencapai kesejahteraan 12iscus12. Pajak
dipungut untuk dikembalikan ke rakyat melalui pengeluaran-pengeluaran dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Diperlukan penerimaan negara dalam jumlah besar

12
terutama dari penerimaan pajak. Sebagai sumber utama penerimaan negara, peranan pajak
sangatlah penting untuk mendukung pembiayaan sasaran pembangunan nasional tersebut.
Pajak untuk pembangunan nasional dan kesejahteraan rakyat dapat kita lihat melalui
pembanguna fasilitas umum dan pembangunan infrastruktur. Pembangunan Fasilitas Umum
untuk kesejahteraan rakyat misalnya:
1. Pembangunan gedung dan sarana sekolah;
2. Pembangunanfasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas serta subsidi atau
penyediaan obat generik;
3. Pemberian beasiswa pendidikan;
4. Penyediaan lapangan kerja, dan lain sebagainya
Pajak untuk pembangunan nasional dibidang pembangunan infrastruktur mislanya:
1. Pembangunan jalan tol,
2. Pembangunan dan peningkatan sarana transportasi udara,
3. Perbaikan jalan yang rusak,
4. Penambahan armada transportasi darat, dan lainnya.
Dari urgensi peran dan fungsi pajak tersebut dapat pula disimpulkan bahwa pemungutan dan
atau pengelolaan pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
akan berakibat program pembangunan terhambat. Tingkat kesadaran pajak masyarakat/wajib
pajak dan juga kejujuran dan integritas 13iscus dalam hal ini sangat berpengaruh besar.

B. Saran
Dari uraian-uraian di atas Saran yang dapat penulis sampaikan adalah pemerintah dalam
penegakan hukum pajak harus secara intensive memperhatikan dan mengawasi pemungutan
pajak, termasuk pengawasan oknum direktorat jenderal pajak. Disamping perlunya penyuluhan
dan publikasi terus menerus tentang pajak kepada masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku

Mardiasmo, Pajak dan Perpajakan, Yogyakarta: Andi, 2009

Muhammad Rusjdi, PPh Pajak Penghasilan, Jakarta: Indeks, 2007

B. Sikripsi

Dr. Djafar Albram, Modul Kuliah, Buku Ajar Ketujuh, Mata Kuliah Perpajakan Nasional
Kepatuhan SPT dan NPWP, Fakultas Hukum Program Pascasarjana Kenotariatan,
Universitas Pancasila Jakarta, TA.2016-2017

C. Peraturan Perundang Undangan

Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum
Dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009,

D. Media Internet
http://multikulturindonesia.blogspot.co.id/2011/05/definisi-pajak.html, disunting pada tanggal
5 April 2017

E. Jurnal

Bung Tama, Sejarah Perpajakan Di Indonesia, disunting dari website


http://ekonomikieta.blogspot.co.id/ pada Tanggal 30 Maret 2017

14

Anda mungkin juga menyukai