Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH EKONOMI PUBLIK

“ANALISIS PAJAK TERHADAP PEREKONOMIAN”

OLEH

KELOMPOK 3 :

ALI AHMAD KAMUDA (B1A122086)

AMELIA SARAH NUR (B1A122090)

ANDI SUHARNI M (B1A122093)

ARTIKA SARI DEVI (B1A122098)

ERWIN (B1A122108)

GRACEA ANGGELINA MUSKITA (B1A122114)

ISNAWATI (B1A122117)

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nyalah makalah
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah yang berjudul “Analisis Pajak Terhadap
Perekonomian” ini dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Publik.

Kami menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari segala kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan
kami terima dengan senang hati demi perbaikan naskah penelitian lebih lanjut.

Tulisan ini dapat kami selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Kendari, 09 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................................... 5
BAB II ............................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 6
2.1. Pajak Perorangan dalam Perekonomian ......................................................................... 6
2.2. Pengaruh Pajak Terhadap Konsumsi Dan Tabungan ................................................... 7
2.3. Pengaruh Pajak Terhadap Motivasi Masyarakat Untuk Menabung ........................... 9
2.4. Pengaruh Pajak Terhadap Penawaran Tenaga Kerja ............................................. 11
BAB III......................................................................................................................................... 13
PENUTUP.................................................................................................................................... 13
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pajak merupakan bagian terpenting dari denyut nadi perekonomian Indonesia. Dengan pemungutan
pajak negara dapat membiayai pengeluaran-pengeluaran baik yang bersifat rutin maupun pembangunan.
Permasalahannya selama ini adalah pajak masih diandalkan sebagai pendapatan negara yang paling utama.

Pajak merupakan instrumen pemerintah yang berperan dalam sistem perekonomian karena sumber
penerimaan terbesar negara adalah dari sektor pajak. Pajak berperan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi dan memperluas kegiatan ekonomi di berbagai sektor. Melalui pajak, pemerintah dapat
memanfaatkan sumber daya ekonomi untuk menyelesaikan berbagai masalah perekonomian. Selain itu
pajak juga digunakan untuk membangun infrastruktur serta fasilitas umum demi menunjang kemajuan suatu
negara. Karena peranannya yang sangat sentral dan penting dalam negara, hendaknya masyarakat sebagai
warga negara paham tentang pentingnya pajak dan mengerti bagaimana melaksanakan hak dan
kewajibannya terkait dengan pajak.

Peranan pajak terhadap Pendapatan Negara dapat dikatakan sangat dominan. Hal Ini terjadi karena pajak
adalah sumber yang pasti dalam memberikan kontribusi dana kepada Negara karena merupakan cerminan
dari partisipasi masyarakat dalam pembiayaan Negara yang diatur oleh perundangundangan. Pajak
memiliki kontribusi yang besar tidak hanya bagi Negara namun juga bagi Daerah.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Pasal 1 Butir 3 menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
otonom. Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah dalam bentuk pelaksanaan
kewenangan fiskal, setiap daerah harus dapat mengenali potensi dan mengidentifikasi sumber-sumber daya
yang dimilikinya. Pajak daerah sangat membantu pembangunan daerah itu sendiri.

Pajak menurut pasal 1 Undang-Undang No 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selain itu, pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan
timbal balik secara langsung dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).
Berlakunya sistem Self Assessment System di Indonesia menunjang besarnya peranan wajib pajak
dalam menentukan besarnya penerimaan negara dari sektor pajak yang didukung oleh kepatuhan pajak (tax
cimpliance). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepatuhan wajib pajak merupakan pelaksanaan atas
kewajiban untuk menyetor dan melaporkan pajak yang terutang sesuai dengan peraturan perpajakan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat di ambil adalah :

1. Apa saja yang dapat di ketahui dari pajak perorangan dalam perekonomian ?
2. Bagaimana pengaruh pajak terhadap konsumsi dan tabungan ?
3. Bagaimana pengaruh pajak terhadap motivasi Masyarakat untuk menabung ?
4. Bagaimana pengaruh pajak terhadap penawaran tenaga kerja ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui pajak perorangan dalam perekonomian.


2. Untuk Mengetahui pengaruh pajak terhadap konsumsi dan tabungan.
3. Untuk Mengetahui pengaruh pajak terhadap motivasi Masyarakat untuk menabung.
4. Untuk Mengetahui pengaruh pajak terhadap penawaran tenaga kerja.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pajak Perorangan dalam Perekonomian

Pajak perseorangan adalah adalah pajak yang harus dibayarkan oleh pemilik PT
perseorangan kepada pemerintah. Sebagai badan hukum, tentunya pemilik PT perseorangan wajib
membayar pajak. Karena PT perseorangan ini berbeda dengan PT biasa, maka pemerintah
memberikan ketentuan khusus mengenai berbagai pajak yang harus dibayarkan oleh pemilik badan
usaha ini. Berikut ini penjabaran mengenai pajak PT perseorangan:
1. Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak pt perseorangan yang pertama adalah pajak penghasilan atau PPh. PPh untuk UMKM
berbeda dengan PPh untuk individu maupun PT.
PP No.23 tahun 2018, Pemilik badan hukum PT perseorangan bisa memilih salah satu di
antara dua skema pajak PPh, yaitu PPh sesuai PP No.23 tahun 2018 atau Pasal 17 Undang-Undang
Pajak Penghasilan. Jika menggunakan PP No.23 tahun 2018, maka besaran pajak yang harus
dibayarkan adalah sebesar 0,5% dari peredaran bruto (omset). Namun, tidak semua perusahaan bisa
mendapatkan keringanan pajak ini. Pajak PPh sesuai PP No.23 tahun 2018, hanya diperuntukkan
untuk Wajib Pajak badan usaha yang memiliki omset atau peredaran bruto kurang dari
Rp4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta) per tahun. Selain itu, penggunaan keringanan
pajak ini juga terbatas hingga 3 tahun setelah pendaftaran. Hal ini sesuai dengan Pasal 5 PP Nomor
23 tahun 2018. Setelah masa 3 tahun tersebut berakhir, maka pengusaha wajib menggunakan Pasal
17 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Pasal 17 UU PPh, Adapun pajak PPh menurut Pasal 17 ayat (1) bagian b UU No. 7 Tahun
2021 menyebutkan bahwa besaran PPh yang wajib dibayarkan oleh wajib pajak badan dalam negeri
adalah sebesar 22% dari penghasilan kena pajak. Meskipun tampak besar, namun Anda harus ingat
bahwasanya dasar penghitungan keringanan pajak sebesar 0,5% di atas adalah peredaran bruto atau
omset atau pendapatan, sementara pajak PPh sesuai Pasal 17 ini dihitung berdasarkan penghasilan
kena pajak atau keuntungan setelah dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), sehingga
nominalnya bisa jadi tidak terlalu besar. Selain itu, menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan
Pasal 31E, apabila setelah 3 tahun omset UMKM tersebut masih belum mencapai Rp4,800,000,000
per tahun, maka perusahaan bisa mendapatkan pengurangan sebesar 50% dari tarif.
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPn)
Tidak hanya akan dikenai PPh menurut Pasal 17, perusahaan perseorangan yang memiliki
omset di atas Rp4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) per tahun juga harus
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Ini artinya, selain harus membayar pajak
penghasilan, perusahaan tersebut juga harus membayar Pajak Pertambahan Nilai (PPn) sebesar
10%. Umumnya,PPn untuk pajak perseorangan adalah sebesar 10% ini akan dibebankan kepada
pelanggan, sementara perusahaan hanya perlu menyerahkan faktur pajak saja. Akan tetapi, jika
perusahaan tersebut terlambat dalam mengajukan diri untuk menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP),
maka perusahaan harus menanggung langsung besaran PPn tersebut selama periode keterlambatan.

Perhitungan Pajak Usaha Perorangan

1. PP No.23 tahun 2018


Untuk menghitung PPh terutang menggunakan pasal ini, caranya mudah. Anda tinggal
mengalikan angka 0,5% dengan pendapatan tahunan perusahaan Anda. Misalnya, omset perusahaan
Anda pada tahun adalah Rp3.000.000.000 (tiga milyar rupiah), maka pajak penghasilan yang harus
Anda bayarkan adalah sebesar:
PPh final = 0,5% x 3.000.000.000 = Rp15.000.000.
2. Pasal 17 UU PPh
Untuk menghitung PPh terutang menggunakan pasal ini, Anda harus mengetahui terlebih
dahulu jumlah penghasilan kena pajak (PKP). Penghasilan kena pajak ini adalah pendapatan
perusahaan dikurangi beban-beban usaha yang menurut Undang-Undang dapat mengurangi nominal
pajak (deductible expense). Jika omset perusahaan Anda berkisar antara 4,8 miliar sampai 50 miliar
rupiah, maka Anda berhak mendapatkan potongan 50% sebagaimana yang telah dijabarkan di atas.
Namun, jika omset perusahaan Anda lebih dari 50 miliar, maka Anda tidak berhak mendapatkan
potongan tersebut. Rumus untuk menghitung PPh terutang menurut pasal ini adalah:
Omset kurang atau sama dengan Rp4,8 miliar= 50% x 22% x penghasilan kena pajak.
Omset lebih dari Rp4,8 miliar sampai Rp50 miliar = [(50% x 22%) x PKP yang kena
pengurangan] + [22% x PKP yang tidak terkena pengurangan].
Omset di atas Rp50 miliar = 22% x PKP.

2.2. Pengaruh Pajak Terhadap Konsumsi Dan Tabungan

Pengaruh pajak terhadap konsumsi yaitu, pajak dapat mempengaruhi tingkat konsumsi
seseorang. Semakin besar pajak yang dikenakan atas konsumsi misalnya pembelian barang-barang
mewah yang dikenai pajak, maka akan semakin menurun tingkat seseorang untuk mengkonsumsi
produksi tersebut. Begitu juga sebaliknya,semakin kecil pajak yang dikenakan atas barang-barang
konsumsi maka akan semakin meningkat konsumsi masyarakat tersebut.

Pengaruh pajak terhadap tabungan yaitu, jika tingkat konsumsi masyarakat meningkat
karena pajak, maka nilai tabungan masyarakat akan menurun, dan sebaliknya jika nilai pajak
meningkat atas barang konsumsi dan tingkat konsumsi menurun maka nilai tabungan masyarakat
juga akan meningkat.

Efek Pajak Ke Atas Konsumsi dan Tabungan

Pengaruh pajak terhadap konsumsi dan tabungan pada perekonomian tiga sektor ada dua yaitu
sebagai berikut.

1. Pengaruh pajak tetap (yaitu jumlahnya sama pada berbagai tingkat pendapatan
nasional) atas pengeluaran konsumsi dan tabungan.
2. Pengaruh pajak proporsional atas pengeluaran konsumsi dan tabungan.

Setiap pemungutan pajak akan menimbulkan perubahan terhadap pendapatan disposibel (Yd). Pajak
sebanyak T akan menyebabkan pendapatan disposibel turn sebanyak T.

Maka: ∆Yd = - T
Kemerosotan pendapatan disposibel akan mengurangi konsumsi dan tabungan RT. Jumlah
konsumsi dan tabungan yang berkurang adalah sama dengan pengurangan pendapatan diposible.
Maka : ∆Yd = - T = ∆C + ∆S.

Disamping tergantung pada perubahan pendapatan disposibel pengurangan konsumsi dan tabungan
ditentukan oleh MPC dan MPS.

Perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan


∆C = MPC x T
∆C = MPS x T

Pengeluaran Pemerintah

Pajak yang diterima pemerintah akan digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan
pemerintah. Dinegara-negara yang sudah sangat maju, Pajak adalah sumber utama dari
pembelanjaan pemerintah, sebagian dari pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai
administrasi pemerintahan dan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan, membayar gaji
pegawai-pegawai pemerintah, membiayai sistem pendidikan dan kesehatan rakyat. Membiayai
pembelanjaan untuk angkatan bersenjata dan membiayai berbagai jenis infrastruktur yang penting
artinya dalam pembangunan adalah beberapa bidang penting yang akan di biayai pemerintah.

Penentu-penentu pengeluaran pemerintah

- Proyeksi jumlah pajak yang di terima: Dalam menyusun anggaran belanja pemerintah harus
terlebih dahulu membuat proyeksi mengenai jumlah pajak yang akan diterimanya. Makin banyak
jumlah pajak yang akan dapat di kumpulkan, makin banyak pula perbelanjaan pemerintah yang
akan di lakukan.

- Tujuan-tujuan ekonomi yang ingin dicapai: Mengatasi masalah pengangguran. menghidari inflasi
dan mempercepat pembangunan ekonomi. Untuk mempercepat kegiatan tersebut seringkali
membelanjakan uang yang lebih bear dari pendapatan yang di peroleh oleh pajak.

- Pertimbangan politik dan keamanan: Pertimbangan-pertimbangan politik dan kestabilan negara


selalu menjadi salah satu tujuan penting dalam menyusun anggaran belanja pemerintah. Kekacauan
politik, keamanan. Keadaan seperti itu akan menyebabkan kenaikan perbelanjaan pemerintah
yang sangat besar.

2.3. Pengaruh Pajak Terhadap Motivasi Masyarakat Untuk Menabung

Pajak dapat mempengaruhi motivasi masyarakat untuk menabung. Pajak yang tinggi pada
bunga tabungan dapat mengurangi keuntungan yang diperoleh dari tabungan, sehingga mengurangi
motivasi. Sebaliknya, pajak rendah dapat memberikan insentif untuk menabung lebih banyak.
Faktor lain seperti kebijakan fiskal dan suku bunga juga ikut berperan dalam membentuk motivasi
menabung masyarakat.

Pajak dapat mempunyai dampak yang signifikan terhadap motivasi masyarakat untuk
menabung. Pajak yang tinggi pada bunga tabungan bisa mengurangi imbal hasil yang diperoleh
dari tabungan, mengurangi insentif untuk menyimpan uang. Sebaliknya, kebijakan pajak yang
mendukung atau memberikan insentif pajak pada produk keuangan tertentu dapat meningkatkan
motivasi masyarakat untuk menabung. Oleh karena itu, struktur pajak dapat menjadi faktor penting
dalam membentuk keputusan finansial masyarakat terkait tabungan.

Secara makro (regional) yaitu untuk seluruh kabupaten atau seluruh kota, pengenaan pajak
langsung yang beban pajaknya tidak dapat digeserkan jelas akan mengurangi tingkat pendapatan
yang siap dibelanjakan (disposable income) dan tentu mengurangi tingkat konsumsi masyarakat
dan juga tingkat tabungan masyarakat. Turunnya konsumsi (C) dan tabungan (S) masyarakat akan
ditentukan oleh tingginya hasrat konsumsi marginal (marginal propensity to consume = mpc) dan
hasrat tabungan marginal (marginal propensity to save = mps), di mana mpc + mps - 1. Apabila
tingkat konsumsi masyarakat menurun, maka ini akan mempunyai pengaruh terhadap tingkat
pendapatan regional dalam perekonomian daerah yang bersangkutan.

Dengan asumsi bahwa daerah tersebut tertutup tidak mempunyai hubungan. dengan daerah
lain, maka turunnya tingkat pendapatan regional sebagai akibat pengenaan pajak langsung (Tx)
akan sebesar ∆Y = (1/mps) (∆C), di mana ∆C mpc . ∆Tx. Contoh dan pajak langsung dalam
perekonomian daerah adalah pajak kendaraan bermotor, di mana wajib pajak adalah si pemilik
kendaraan bermotor dan ia iangsung membayar pajak tersebut kepada kantor pajak di kantor
SAMSAT.

Pajak mempunyai pengaruh terhadap kemampuan dan kemauan untuk bekerja, untuk menabung
maupun untuk investasi. Pada umumnya kemauan untuk bekerja itu akan terpengaruh oleh pengenaan pajak
bila pajak itu dikenakan terhadap penghasilan wajib pajak. Tetapi karena penghasilan merupakan pajak
pusat, maka pengenaan pajak daerah tidak akan mempengaruhi kemampuan bekerja wajib pajak
penghasilan tersebut. Namun demikian pemerintah daerah juga harus dapat mengantisipasi bahwa semakin
tinggi pengenaan pajak penghasilan oleh pemerintah pusat berarti bahwa kekuatan keuangan daerah juga
akan berkurang karena kemampuan kerja wajib pajak (yang sebenarnya adalah tinggal di daerah) akan
menurun, terutama untuk mereka yang berpenghasilan rendah.

Kemampuan kerja yang menurun berarti akan menurunkan tingkat penghasilan lebih jauh lagi dan
akan mempunyai dampak terhadap kegiatan-kegiatan lainnya terutama dalam bentuk penurunan konsumsi
barang-barang dan jasa yang lain. Misalnya dengan adanya pajak kendaraan bermotor, berarti mengurangi
dana yang dimiliki oleh wajib pajak, sehingga ia terpaksa menyesuaikan pola pengeluarannya sesuai dengan
dana yang tersedia setelah kena pajak. Mungkin ia akan mengurangi konsumsi-konsumsi yang dianggap
kurang esensial. Namun demikian pada umumnya kemampuan kerja wajib pajak itu akan dipertahankan
oleh wajib pajak itu sendiri. Pemerintah pun menyadari akan hal itu, sehingga dalam pengenaan pajak
penghasilan ada tingkat penghasilan tertentu yang dibebaskan tidak kena pajak. Jadi pengenaan pajak
daerah tentunya tidak akan mengurangi kemampuan untuk bekerja, tetapi mempunyai pengaruh terhadap
kemampuan untuk menabung dan berinvestasi.

Kemampuan untuk menabung berkurang karena bagian pendapatan yang dikonsumsikan mungkin
bertambah dengan adanya pajak-pajak daerah. Pengenaan pajak daerah akan meningkatkan bagian
pendapatan yang dikonsumsikan Misalnya pengenaan pajak kendaraan bermotor, pengenaan PBB,
pengenaan pajak hiburan, pengenaan pajak-pajak daerah lainnya akan meningkatkan beban yang harus
ditanggung oleh wajib pajak. Dengan tingkat pendapatan yang sama berarti pengenaan pajak daerah akan
mengurangi bagian pendapatan yang ditabung, dan selanjutnya yang dapat diinvestasikan. Mengenai
pengaruh pajak terhadap kemauan untuk bekerja memang ada. Semakin besar pungutan pajak yang
dikenakan kepada wajib pajak akan mengurangi semangat wajib pajak untuk bekerja; khususnya dalam hal
pajak penghasilan. Tetapi dengan pajak-pajak aerah kemauan untuk bekerja ini tidak akan banyak
terpengaruh. Pengenaan pajak -pajak daerah seperti pajak kendaraan bermotor, pajak bahan bakar
kendaraan bermotor, pajak tontonan. pajak pengambilan bahan galian golongan C, akan mempunyai
dampak terhadap tingkat penggunaan atau tingkat konsumsi terhadap barang-barang yang bersangkutan.
Misalnya kalau pajak tontonan terlalu tinggi tarifnya, maka wajib pajak akan cenderung mengurangi
kemauan untuk mengkonsumsi barang tersebut, tetapi kemauan bekerjanya tidak terpengaruh, walaupun
tentunya kemauannya untuk menabung maupun mengadakan investasi akan terpengaruh.

2.4. Pengaruh Pajak Terhadap Penawaran Tenaga Kerja

Pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penawaran tenaga kerja. Peningkatan pajak pada
tenaga kerja dapat mempengaruhi insentif bagi individu atau perusahaan untuk menawarkan atau
mengambil pekerjaan. Pajak yang tinggi dapat mengurangi imbalan finansial yang diterima individu dari
pekerjaan mereka, sehingga mengurangi motivasi untuk bekerja. Pajak dapat mempengaruhi penawaran
tenaga kerja dengan beberapa cara. Pajak penghasilan dan pajak sosial seperti Jaminan Sosial dapat
memotong pendapatan yang diterima pekerja, menyebabkan berkurangnya motivasi untuk bekerja atau
mengejar pekerjaan tambahan.

Selain itu, pajak juga dapat mempengaruhi keputusan perusahaan dalam merekrut tenaga kerja.
Pajak tambahan seperti pajak penghasilan perusahaan atau pajak tenaga kerja dapat meningkatkan biaya
bagi perusahaan untuk mempekerjakan lebih banyak karyawan. Hal ini dapat mengurangi jumlah pekerjaan
yang ditawarkan oleh perusahaan atau bahkan menyebabkan pemutusan hubungan kerja.

Namun, penting untuk dicatat bahwa dampak pajak terhadap penawaran tenaga kerja tidak bersifat
tunggal. Faktor-faktor lain seperti kebijakan fiskal dan moneter, tingkat upah, permintaan pasar, dan
kebijakan ketenagakerjaan juga dapat mempengaruhi penawaran tenaga kerja secara keseluruhan.

Pajak memiliki beberapa pengaruh terhadap tenaga kerja. Pertama, tarif pajak penghasilan dapat
mempengaruhi penghasilan yang diterima pekerja setelah dipotong pajak. Peningkatan tarif pajak bisa
mengurangi penghasilan bersih yang diterima pekerja. Kedua, pajak pada gaji dapat memengaruhi
keputusan perusahaan untuk menaikkan atau menurunkan gaji karyawan. Pajak yang tinggi pada upah dapat
menjadi beban tambahan bagi perusahaan. Pengaruh lainnya adalah terkait dengan insentif fiskal untuk
penciptaan lapangan kerja. Beberapa negara memberlakukan kebijakan pemotongan pajak atau kredit pajak
kepada perusahaan yang menciptakan lapangan kerja baru. Secara keseluruhan, sistem pajak dapat menjadi
faktor penting dalam dinamika pasar tenaga kerja, memengaruhi penghasilan karyawan, keputusan
perusahaan, dan tingkat pengangguran.

Pengurangan tarif pajak penghasilan berpengaruh nyata terhadap insentif untuk bekerja (penawaran
tenaga kerjanya naik) untuk golongan penghasilan rendah dan penghasilan menengah. Sedangkan pada
golongan penghasilan tinggi akan terjadi disinsentif untuk bekerja akibatnya penawaran tenaga kerjanya
akan rendah (Purwanti, 2003). Sedangkan insentif fiskal untuk bisnis berupa pengurangan pajak diharapkan
dapat meningkatkan investasi. Namun publik mempertanyakan efektifitas dari pelaksanaan kebijakan
insentif fiskal. Terutama fasilitas keringanan pajak (tax allowance) dan insentif pengurangan pajak
penghasilan (tax holiday) bagi penanam modal di bidang usaha dan jangka waktu tertentu. Alih-alih
menarik investasi baru, yang terjadi justru respons pelaku usaha terhadap fasilitas perpajakan ini sangat
minim, terlebih untuk memanfaatkannya. Alasan klasik pemodal enggan terhadap kedua fasilitas tersebut
selalu soal prosedur untuk mendapatkannya berbelit-belit dan kriteria usaha serta persyaratan untuk
mendapatkannya terlalu sulit untuk bisa dipenuhi calon investor.
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Pajak perseorangan adalah adalah pajak yang harus dibayarkan oleh pemilik PT perseorangan
kepada pemerintah. Sebagai badan hukum, tentunya pemilik PT perseorangan wajib membayar pajak.
Karena PT perseorangan ini berbeda dengan PT biasa, maka pemerintah memberikan ketentuan khusus
mengenai berbagai pajak yang harus dibayarkan oleh pemilik badan usaha ini.

Pengaruh pajak terhadap tenaga kerja melibatkan dampak tarif pajak penghasilan pada penghasilan
bersih karyawan, potensi perubahan dalam struktur gaji perusahaan, serta korelasi dengan tingkat
pengangguran. Dimana pajak tinggi pada upah dapat merangsang perusahaan untuk memangkas jumlah
pekerja atau menunda perekrutan baru.

Pajak dapat mempengaruhi motivasi masyarakat untuk menabung. Kenaikan tarif pajak tabungan
dapat mengurangi insentif, sedangkan potongan pajak atau insentif khusus dapat meningkatkan motivasi
untuk menyimpan. Faktor lain, termasuk tingkat bunga dan kebijakan ekonomi, juga berperan dalam
dinamika motivasi menabung.

Pengaruh pajak terhadap konsumsi yaitu, pajak dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang.
Semakin besar pajak yang dikenakan atas konsumsi misalnya pembelian barang-barang mewah yang
dikenai pajak, maka akan semakin menurun tingkat seseorang untuk mengkonsumsi produksi tersebut.

Pengaruh pajak terhadap tabungan yaitu, jika tingkat konsumsi masyarakat meningkat karena
pajak, maka nilai tabungan masyarakat akan menurun, dan sebaliknya jika nilai pajak meningkat atas
barang konsumsi dan tingkat konsumsi menurun maka nilai tabungan masyarakat juga akan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia, Laporan Keuangan BI, beberapa tahun penerbitan.

Boadway, Robin W dan David E Wildasin, Public Sector Economy, Litlle Brown and Company, Boston,

Toronto, 1984Bransson, William H, Macroeconomic Theory and Policy, Harper and Row Publishers,

New York, 2nd edition. 1979.

92 Guritno Mangkusubroto, Ekonomi Publik, BPFE UGM, Yogyakarta, 1985

Musgraave, Richard A dan Peggy B Musgrave, Public Finance, Theory and Practice,

Macgraw Hill, 1987 Uppal, JS, "The Indonesian Tax Strustur" dalamEkonomi Keuangan indonesia, vol

XXXIV, Nomer I, tahun 1986 Nota Keuangan RI, 1991/1992

Anda mungkin juga menyukai