Anda di halaman 1dari 17

PERPAJAKAN I

PERLAWANAN AKTIF DAN PASIF

TERHADAP PAJAK

JOEY SUHERVIAN

KELAS 3AM1R

.
.
.
.

2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena Atas Berkat Dan Rahmatnya Saya
Dapat Menyelesaikan Makalah Ini. Tujuan Penulisan Makalah Ini Yaitu Untuk Mengetahui
Perlawanan Pasif Dan Aktif Terhadap Pajak.
Saya Berharap Semoga Makalah Ini Dapat Diterima Dengan Baik Dan Dapat Berguna
Bagi Seluruh Pembaca Juga Bagi Kemajuan Pendidikan Dinegara Indonesia.
. Oleh karena itu,dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1Ibu Selaku Dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas mengenai “Perlawanan
Pajak” sehingga pengetahuan kami makin bertambah dan hal ini sangat bermanfaat bagi kami di
kemudian hari.
Saya menyadari bahwa penyusunan makah ini sangat jauh dari kesampurnaan, namun demikian
telah memberikan manfaat bagi saya . Akhir kata berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Kritik dan saran yang bersifat membangun akan saya terima dengan senang hati.

Pekanbaru, 18 Mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………….……………………………..

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………...

1.1. Latar Belakang ………………………………………………………………………...

1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………..

1.3. Tujuan Penulisan ………………………………………………………………………

BAB II LANDASAN TEORI …………………………………………………………………….

2.1.Pengertian Pajak………………………………………………………………………...

2.2. Fungsi Pajak…………………………………………………………………………....

2.3. Jenis Dan Manfaat Pajak……………………………………………………………….

2.3.1. Jenis Pajak…………………………………………………………………....

2.3.2. Manfaat Pajak………………………………………………………………..

2.4. Ciri-Ciri Pajak………………………………………………………………………….

2.5. Hambatan Pajak………………………………………………………………………..

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Contoh Kasus…………………………………………………………………………..


3.1.1. Perlawanan Pajak Aktif………………………………………………………

3.1.1.1 Penyelesaian Kasus Pajak Aktif……………………………………

3.1.1.2 Pandangan Menurut Saya…………...……………………………..

3.1.2. Perlawanan Pajak Pasif………………………………………………………

3.1.2.1 Penyelesaian Kasus Pajak Pasif……………………………………

3.1.2.2 Pandangan Menurut Saya……………..…………………………

BAB IV PENUTUP…………………………………….……………………………………..….

4.1. Kesimpulan ……………………………………………………………………….…...

4.2. Saran…………………………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak merupakan sumber penerimaan Negara disamping penerimaan dari sumber migas dan
non migas. Dengan posisi yang sedemikian penting itu pajak merupakan penerimaan strategis
yang harus dikelola dengan baik oleh negara. Dalam struktur keuangan Negara tugas dan
fungsi penerimaan pajak dijalankan oleh Direktorat Jenderal Pajak dibawah Departemen
Keuangan Republik Indonesia.Dari tahun ke tahun telah banyak dilakukan berbagai
kebijakan untuk meningkatkan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan Negara.
Kebijakan tersebut dapat dilakukan melalui penyempurnaan undang-undang, penerbitan
peraturan perundang-undangan baru dibidang perpajakan, guna meningkatkan kepatuhan
wajib pajak maupun menggali sumber hukum pajak lainnya Berbagai upaya yang dilakukan
belum menunjukkan perubahan yang signifikan bagi penerimaan Negara. Bahkan kondisi ini
makin diperparah pada tahun 1997 dengan terjadinya krisis ekonomi bahkan krisis multi
dimensi yang sampai sekarang ini belum terselesaikan di Indonesia.
Pada umumnya dinegara berkembang, penerimaan pajaknya yang terbesar berasal dari pajak
tidak langsung, Hal ini disebabkan Negara berkembang golongan berpenghasilan tinggi lebih
rendah persentasenya.namun dalam hal ini masih saja banyak terjadi pengusaha yang
menghindarkan diri dari pajak atau dalam arti lainnya melakukan penyelewengan pajak
dimana penghindaran diri dari pajak ini bisa saja di sebut dengan pelanggaran undang
undang dan resikonya dapat merugikan negara selain itu juga masih banyak terjadi kasus
penggelapan pajak yang masih bisa lolos dari jerat hukum dan mengambang kasusnya
dikarenakan aparat penegak hukum kita tidak tegas dan sungguh-sungguh dalam
menegakkan keadilan malah berusaha menyiasati hukum dengan segala cara tidak lain tidak
bukan tujuannya adalah untuk melindungi tersangka mafia pajak. Dalam hal ini saya akan
membahas mengenai salah kasus penggelapan pajak yang dilakukan oleh DhanaWidyatmika
1.2. Rumusan Masalah
1. Contoh Kasus Perlawanan Pajak Aktif Dan Perlawanan Pajak Pasif ?
2. Bagaimana Penyelesaian Kasus ?
3. Bagaimana Pandangan Terhadap Penyelesaian Kasus ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Dan Memahami Tentang Kasus Pajak Aktif Dan Pasif Yang Terjadi
Indonesia
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Penyelesaian Dari Kedua Kasus Tersebut
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Pandangan saya Mengenai Penyelesaian Oleh Fiscus Dari
Kedua Kasus Tersebut

1.4. Manfaat Penulisan

- Bagi Pembaca Makalah Ini

Makalah Ini Dapat Menambah Khasanah Pengetahuan Mengenai Pajak Beserta Permasalahan Pajak Yang
Terjadi Baik Itu Perlawanan Aktif Dan Pasif

- Bagi Penulis Makalah Sendiri

Makalah Ini Dapat Memperkaya Wawasan Dan Menambah Khasanah Tentang Perpajakan Sehingga
Bermanfaat Bagi Perkembangan Pajak Di Lingkungan
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pajak

 Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, Pajak Adalah Iuran Rakyat Kepada Kas Negara
Berdasarkan Undang-Undang (Yang Dapat Dipaksakan) Dengan Tiada Mendapat Jasa
7Ocial7 (Kontra Prestasi) Yang Langsung Dapat Ditunjukkan Dan Yang Digunakan Untuk
Membayar Pengeluaran Umum. Definisi Tersebut Kemudian Dikoreksinya Yang Berbunyi
Sebagai Berikut: Pajak Adalah Peralihan Kekayaan Dari Pihak Rakyat Kepada Kas Negara
Untuk Membiayai Pengeluaran Rutin Dan Surplusnya Digunakan Untuk Public Saving Yang
Merupakan Sumber Utama Untuk Membiayai Public Investment.
 Sedangkan Menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R, Pajak
Adalah Suatu Pengalihan Sumber Dari 7Ocial Swasta Ke 7Ocial Pemerintah, Bukan Akibat
Pelanggaran 7Ocia, Namun Wajib Dilaksanakan, Berdasarkan Ketentuan Yang Ditetapkan
Lebih Dahulu, Tanpa Mendapat Imbalan Yang Langsung Dan Proporsional, Agar Pemerintah
Dapat Melaksanakan Tugas-Tugasnya Untuk Menjalankan Pemerintahan.

Dari Pengertian Pajak Tersebut, Dapat Disimpulkan Bahwa Pajak Memiliki Unsur-
Unsur Sebagai Berikut:
Pembayaran Pajak Harus Berdasarkan Undang-Undang Serta Aturan
Pelaksanaannya. Sifatnya Dapat Dipaksakan. Hal Ini Berarti Pelanggaran Atas Aturan
Perpajakan Akan Berakibat Adanya Sanksi. Tidak Ada Kontra Prestasi Atau Jasa 7Ocial7
Dari 7 Ocial Yang Dapat Dirasakan Langsung Oleh Pembayar Pajak.Pemungutan Pajak
Dilakukan Oleh Negara Baik Pusat Maupun Daerah (Tidak Boleh Dilakukan Oleh Swasta
Yang Orientasinya Adalah Keuntungan).Pajak Digunakan Untuk Membiayai Pengeluaran-
Pengeluaran Pemerintah (Rutin Dan Pembangunan) Bagi Kepentingan Umum.
2.2 Fungsi Pajak

1. Fungsi Budgetair, Yang Disebut Pula Sebagai Fungsi Penerimaan Dan Sumber Utama
Kas Negara. Pajak Berfungsi Sebagai Sumber Dana Yang Diperuntukkan Bagi
Pembiayaan Pengeluaran-Pengeluaran Pemerintah. Contoh : Dimasukkannya Pajak
Dalam APBN Sebagai Penerimaan Dalam Negeri.
2. Fungsi Reguler, Yang Disebut Pula Sebagai Fungsi Mengatur / Alat Pengatur Kegiatan
Ekonomi. Pajak Berfungsi Sebagai Alat Untuk Mengatur Atau Melaksanakan Kebijakan
Di Bidang Social Dan Ekonomi. Sebagai Contoh Yaitu Dikenakannya Pajak Yang Tinggi
Terhadap Minuman Keras, Sehingga Konsumsi Minuman Keras Dapat Ditekan,
Demikian Pula Terhadap Barang Mewah.
3. Fungsi Alokasi, Yang Disebut Pula Sebagai Sumber Pembiayaan Pembangunan. Kas
Negara Yang Telah Terisi Dan Bersumber Dari Pajak Yang Telah Terhimpun, Harus
Dialokasikan Untuk Pembiayaan Pembangunan Dalam Segala Bidang.
4. Fungsi Distribusi, Yang Disebut Pula Sebagai Alat Pemerataan Pendapatan. Wajib
Pajak Harus Membayar Pajak, Pajak Tersebut Digunakan Sebagai Biaya Pembangunan
Dalam Segala Bidang. Pemakaian Pajak Untuk Biaya Pembangunan Tersebut, Harus
Merata Ke Seluruh Pelosok Tanah Air Agar Seluruh Lapisan Masyarakat Dapat
Menikmatinya Bersama.

2.3 Jenis Dan Manfaat Pajak


2.3.1 JENIS PAJAK
1. Jenis Pajak Menurut Sifatnya :
A. Pajak Langsung Adalah Pajak Yang Pembebanannya Tidak Dapat Dilimpahkan Kepada
Pihak Lain, Tetapi Harus Menjadi Beban Langsung Wajib Pajak Yang Bersangkutan.
Contoh : Pajak Penghasilan.
B. Pajak Tidak Langsung Adalah Pajak Yang Pembebanannya Dapat Dilimpahkan Ke
PihakLain
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.

2. Jenis Pajak Menurut Pemungutannya :


A. Pajak Pusat Adalah Pajak Yang Dipungut Oleh Pemerintah Pusat Dan Digunakan
Untuk Membiayai Rumah Tangga Negara. Contoh : Pph, PPN, Ppnbm, PBB, Dan Bea
Materai.
B. Pajak Daerah Adalah Pajak Yang Dipungut Oleh Pemerintah Daerah Dan Digunakan
Untuk Membiayai Rumah Tangga Daerah. Contoh : Pajak Reklame, Pajak Hiburan,
Dan Lain-Lain.
3. Jenis Pajak Menurut Subyek Pajaknya :

a. Pajak Perseorangan.
b. Pajak Badan.

4. Jenis Pajak Menurut Asalnya :

1. Pajak Dalam Negeri Adalah Pajak Yang Diperoleh Dari Seluruh Warga Negara
Indonesia Yang Menetap Di Indonesia.
2. Pajak Luar Negeri Adalah Pajak Yang Diperoleh Dari Orang-Orang Asing Yang
Berpenghasilan Di Indonesia.

5. Jenis Pajak Menurut Obyek Pajaknya :

a. Obyek Pajak Keadaan. Contoh : Pph Dan PBB.


b. Obyek Pajak Kejadian. Contoh : Bea Keluar Dan Bea Masuk.
c. Obyek Pajak Pemakaian. Contoh : Bea Cukai Dan Materai.
d. Obyek Pajak Perbuatan. Contoh : PPN Dan BBN.

2.3.2 MANFAAT PAJAK


Manfaat Sebagaimana Halnya Perekonomian Dalam Suatu Rumah Tangga Atau Keluarga,
Perekonomian Negara Juga Mengenal Sumber-Sumber Penerimaan Dan Pos-Pos
Pengeluaran. Pajak Merupakan Sumber Utama Penerimaan Negara. Tanpa Pajak, Sebagian
Besar Kegiatan Negara Sulit Untuk Dapat Dilaksanakan.
Penggunaan Uang Pajak Diantaranya Meliputi :

 Pembangunan Sarana Umum Seperti Fasilitas Dan Infrastruktur Mulai Dari Jalan-Jalan,
Jembatan, Sekolah, Rumah Sakit/Puskesmas.
 Pertahanan Dan Keamanan Mulai Dari Bangunan, Senjata, Perumahan Sampai Gaji-
Gajinya.
 Subsidi Pangan Dan Bahan Bakar Minyak
 Kelestarian Lingkungan Hidup, Budaya

2.4 Ciri Ciri Pajak


Dari Berbagai Definisi Yang Diberikan Terhadap Pajak Baik Pengertian Secara Ekonomis
(Pajak Sebagai Pengalihan Sumber Dari Sektor Swasta Ke Sektor Pemerintah) Atau Pengertian
Secara Yuridis (Pajak Adalah Iuran Yang Dapat Dipaksakan) Dapat Ditarik Kesimpulan Tentang
Ciri-Ciri Yang Terdapat Pada Pengertian Pajak Antara Lain Sebagai Berikut:

1. Pajak Dipungut Berdasarkan Undang-Undang. Asas Ini Sesuai Dengan Perubahan


Ketiga UUD 1945 Pasal 23A Yang Menyatakan “Pajak Dan Pungutan Lain Yang
Bersifat Memaksa Untuk Keperluan Negara Diatur Dalam Undang-Undang.“
2. Tidak Mendapatkan Jasa Timbal Balik (Konraprestasi Perseorangan) Yang Dapat
Ditunjukkan Secara Langsung. Misalnya, Orang Yang Taat Membayar Pajak
Kendaraan Bermotor Akan Melalui Jalan Yang Sama Kualitasnya Dengan Orang Yang
Tidak Membayar Pajak Kendaraan Bermotor.
3. Pemungutan Pajak Diperuntukkan Bagi Keperluan Pembiayaan Umum Pemerintah
Dalam Rangka Menjalankan Fungsi Pemerintahan, Baik Rutin Maupun Pembangunan.
4. Pemungutan Pajak Dapat Dipaksakan. Pajak Dapat Dipaksakan Apabila Wajib Pajak
Tidak Memenuhi Kewajiban Perpajakan Dan Dapat Dikenakan Sanksi Sesuai Peraturan
Perundag-Undangan.
5. Selain Fungsi Budgeter (Anggaran) Yaitu Fungsi Mengisi Kas Negara/Anggaran
Negara Yang Diperlukan Untuk Menutup Pembiayaan Penyelenggaraan Pemerintahan,
Pajak Juga Berfungsi Sebagai Alat Untuk Mengatur Atau Melaksanakan Kebijakan
Negara Dalam Lapangan Ekonomi Dan Sosial (Fungsi Mengatur / Regulative).
2.5 Hambatan Perpajakan

 Meskipun Pemungutan Pajak Secara Teoritik Maupun Secara Hukum Memiliki Dasar
Yang Kuat, Namun Dalam Praktek Pemungutannya Ada Banyak Hambatan Yang
Mungkin Terjadi. Ada Setidaknya Dua Jenis Hambatan Dalam Pemungutan
Pajak.Hambatan Pemungutan Pajak Yang Pertama Sering Disebut Hambatan
Pemungutan Yang Timbul Karena Adanya Perlawanan Pasif.
 Perlawanan Pasif Yang Dilakukan Bisa Berupa Keengganan Wajib Pajak Membayar
Pajak.Keengganan Ini Dipicu Oleh Beberapa Alasan Misalnya Perkembangan Intelektual
Dan Moral Wajib Pajak.Kurangnya Edukasi Terkait Pajak Membuat Masyarakat Kurang
Menyadari Arti Pentingnya Membayar Pajak, Sehingga Mereka Enggan Membayar
Pajak.Demikian Pula Pengelolaan Pajak, Maraknya Korupsi, Penegakan Hukum Yang
Lemah Memberikan Perkembangan Kurang Baik Bagi Pertumbuhan Kesadaran
Masyarakat Untuk Membayar Pajak. Alasan Lain Keenganan Membayar Pajak Adalah
Karena Sistem Perpajakan Yang Cenderung Sulit Dan Rumit, Sehingga Masyarakat
Kurang Dapat Memahami Tata Laksanan Perpajakan. Mereka Akan Berpendapat Mau
Bayar Saja Kok Rumit. Alasan Lainnya Lagi Adalah Sistem Kontrol Yang Tidak
Jalan.Mereka Yang Tidak Membayar Pajak Ternyata Tidak Mendapat Sangsi. Hal Ini
Akan Menimbulkan Pemikiran Untuk Apa Membayar Pajak Kalau Tidak Ada Sangsi
Bila Tidak Membayar.
 Hambatan Pemungutan Pajak Yang Kedua Adalah Dalam Bentuk Perlawanan
Aktif.Perlawanan Aktif Ini Memiliki Dua Bentuk.Bentuk Pertama Disebut Tax
Avoidance.Istilah Untuk Menyebut Upaya-Upaya Menghindari Pajak Tanpa Melanggar
Hukum.Bentuk Yang Kedua Adalah Tax Evasion.Merupakan Upaya Menghindari Pajak
Dengan Cara-Cara Melanggar Hukum Atau Ilegal.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Contoh Kasus

3.1.1 Perlawanan Aktif

Kasus Dhana Widyatmika


Sosok Dhana Widyatmika, seorang mantan PNS Ditjen Pajak, yang menjadi tersangka kasus
korupsi yang telah ditetapkan oleh kejaksaan agung yang pemberitaannya kini mengemuka di
media massa. Dhana Widyatmika disebut-sebut sebagai The Next Gayus, karena memiliki
rekening dibeberapa bank yang jumlahnya miliaran. Identitas Dhana Widyatmika sendiri
terungkap dari informasi Kabag Humas dan TU Ditjen Imigrasi Maryoto Sumadi. Ketika
wartawan detikFinance mengkonfirmasikan mengenai identitas yang sebelumnya disingkat
dengan DW, maka Maryoto Sumadi membenarkan nama Dhana Widyatmika masuk dalam daftar
cekal di imigrasi.
Berdasarkan laporan yang dilansir oleh DetikFinance, menyebutkan bahwa Dhana Widyatmika
merupakan lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Setelah melanjutkan program
sarjana, dia meneruskan studi pasca sarjana di Program Studi Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Indonesia (FISIP UI). Setelah lulus STAN, Dhana mulai bekerja
di Ditjen Pajak pada tahun 1996. Karirnya berkembang terus. Pada 2011, berdasarkan Surat
Keputusan (SK) Direktur Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) Dhana Widyatmika menjabat sebagai
Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Enam.
Dhana Widyatmika merupakan PNS golongan III/c dengan pangkat penata. Ia kini berusia 37
tahun. Direktur Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) Fuad Rahmany mengungkapkan ‘The Next Gayus’
ini tidak lagi menjadi pegawai pajak. Karena, atas keinginannya sendiri Dhana Widyatmika ini
meminta pindah ke instansi lain. Mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak Dhana Widyatmika
dituntut hukuman 12 tahun penjara untuk tiga perbuatan pidana oleh jaksa penuntut umum (JPU)
Kejaksaan Agung. Selain hukuman penjara, majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
diminta menjatuhi hukuman membayar denda Rp 1 miliar dan subsider kurungan enam bulan.

3.1.1.1 Penyelesaian Kasus Dhana Widyatmika

Dhana dianggap terbukti melakukan tiga perbuatan pidana.


Pertama, tindak pidana korupsi menerima gratifikasi berupa uang senilai Rp 2,75 miliar.
Perbuatan pertama Dhana tersebut diuraikan jaksa dalam dakwaan primer dan subsider.
Dakwaan primer memuat Pasal 12 B ayat 1 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi juncto Pasal 65 ayat 1 KUHP, sedangkan dakwaan subsidernya memuat Pasal 11
undang-undang yang sama. Menurut jaksa, pada 11 Januari 2006, Dhana menerima uang dari
Herly Isdiharsono senilai Rp 3,4 miliar yang ditransfer ke rekening Bank Mandiri Cabang
Nindya Karya, Jakarta. Penerimaan uang 3,4 miliar itu berkaitan dengan penerimaan melawan
hukum, yaitu mengurangi kewajiban pajak PT Mutiara Virgo. Kemudian, sebanyak Rp 1,4 miliar
dari uang tersebut digunakan Dhana untuk membayar rumah atas nama Herly Isdiharsono.
Sedangkan sisanya, Rp 2 miliar, dipakai untuk kepentingan pribadi Dhana. Adapun Herly ikut
ditetapkan sebagai tersangka kasus ini. Atas bantuan para pegawai pajak tersebut, PT Mutiara
Virgo hanya membayar Rp 30 miliar dari nilai Rp 128 miliar yang seharusnya. Adapun total
uang yang dikucurkan PT Mutiara Virgo melalui direkturnya, Jhonny Basuki, ke para pegawai
pajak tersebut mencapai Rp 20,8 miliar. Kejaksaan Agung pun menetapkan Jhonny sebagai
tersangka kasus ini. Kemudian, pada 10 Oktober 2007, Dhana kembali menerima uang
gratifikasi senilai Rp 750 juta dari pencairan cek perjalanan di Bank Mandiri Cabang Nindya
Karya.
Kedua, Dhana terbukti melakukan tindakan korupsi yang merugikan negara senilai Rp 1,2
miliar. Dhana terbukti melakukan atau turut serta melakukan perbuatan melawan hukum untuk
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara. Dakwaan primer memuat Pasal 2 ayat 1 juncto Pasal 18 Undang-Undang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi. Subsider, memuat Pasal 3 juncto Pasal 18 UU Tipikor. Atau, dakwaan
kedua, dua, primer yang memuat Pasal 12 Huruf e Undang-Undang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, dan subsidernya memuat Pasal 12 huruf g undang-undang yang sama. Menurut
tim JPU Kejaksaan Agung, Dhana bersama-sama dengan Salman Magfiron sengaja
menggunakan data eksternal sebagai dasar perhitungan pajak PT Kornet Trans Utama, sehingga
pajak yang harus dibayarkan perusahaan tersebut menjadi lebih tinggi. Dhana dan Salman pun
mengadakan pertemuan dengan Direktur PT Kornet Trans Utama, Lee Jung Ho atau Mr Leo,
yang intinya menawarkan bantuan untuk mengurangi nilai pajak yang harus dibayarkan
perusahaan tersebut dengan meminta imbalan Rp 1 miliar. Namun, permintaan imbalan tersebut
diacuhkan PT Kornet. Perusahaan itu kemudian mengajukan keberatan melalui Pengadilan Pajak
yang hasilnya memenangkan PT Kornet. Atas kemenangan perusahaan tersebut, Dhana dianggap
merugikan negara Rp 1,2 miliar atau paling setidak-tidaknya Rp 241.000.
Ketiga, terbukti melakukan tindak pidana pencucian uang, sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang. Menurut jaksa, Dhana menerima uang dari tindak pidana korupsi yang
selanjutnya secara bertahap ditransaksikan dengan maksud untuk menyembunyikan asal-usul
hartanya. Hal tersebut, kata Jaksa, dilakukan Dhana dengan sejumlah cara.
-Cara pertama, dengan transaksi perbankan secara bertahap. Dhana memasukkan uang yang
dimilikinya ke berbagai rekening, di antaranya, Bank CIMB Niaga Cabang Jakarta sekitar Rp 4
miliar, Bank HSBC Cabang Jakarta Kelapa Gading sekitar Rp 2,6 miliar, Bank Standard
Chartered sekitar 271.000 dollar AS, Bank Mandiri Cabang Imam Bonjol Rp 474.000, CIMB
Niaga Jakarta Sudirman sebesar Rp 54 juta dan Rp 30.000 dollar AS, kemudian Bank BCA
Cabang Kalimalang sekitar Rp 4,1 miliar.
- Cara kedua, dengan membelanjakan uang yang diduga berasal dari tindak pidana korupsi
tersebut untuk membeli logam mulia seberat 1.100 gram yang kemudian disimpan dalam safe
deposite box Bank Mandiri Cabang Mandiri Plaza, Jakarta.
-Cara ketiga, membelanjakan uangnya untuk membeli tanah dan properti. Keempat,
menyembunyikan uang dalam beberapa mata uang asing. Kelima, membeli barang-barang
berharga. Keenam, membeli kendaraan bermotor uang disembunyikan dengan cara seolah-olah
sebagai barang dagangan PT Mitra Modern Mobilindo88, menginvestasikan hartanya pada
bidang properti.
Sebelumnya, dalam dakwaan, Dhana terancam maksimal 20 tahun penjara. Jaksa mengatakan,
terdapat hal-hal yang memberatkan dan meringankan Dhana. Adapun hal yang meringakan
karena berusia relatif muda sehingga diharapkan memperbaiki perbuatan. Dhana akan
mengajukan nota pembelaan atau pleidoi. Dhana Widyatmika akan mengajukan sendiri dan
penasihat hukum juga akan mengajukan sendiri. Majelis hakim memberikan waktu satu minggu
untuk mempersiapkan pleidoi. Sidang lanjutan akan dilaksanakan Senin 29 Oktober 2012.

3.1.1.2 Menurut pandangan Saya


Disini dhana sudah terbukti melakukan 3 diantaranya kasus pelanggaran pajak dari , tindak
pidana korupsi menerima gratifikasi berupa uang senilai Rp 2,75 miliar,kedua merugikan
negara senilai Rp 1,2 miliar. Dhana terbukti melakukan atau turut serta melakukan perbuatan
melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara,dan yang terakhir , terbukti melakukan tindak pidana
pencucian uang dan hanya terancan 20 tahun penjara , saya sangat tidak setuju apalagi dhana
mengajukan nota pembelaan .

3.1.2 Perlawanan Pasif,Penunggakan Pajak Kota Bandung

Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung memiliki piutang pajak mencapai ratusan miliar. Piutang ini
berasal dari para wajib pajak yang menunggak sejak 2013.

Kepala Dinas Pelayanan Pajak (Disyanjak) Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan untuk
pajak bumi dan bangunan (PBB) pihaknya memiliki piutang mencapai Rp 914 miliar. Angka
tersebut merupakan turunan dari data warisan Kantor Pajak Pratama (KPP) sejak dahulu. "Ada
piutang PBB turunan KPP dulu sekitar 914 miliar," kata Ema saat ditemui di Balai Kota
Bandung, Jawa Barat, Rabu (11/5).

Namun menurutnya, nilai fantastis tersebut harus dicek ulang. Pasalnya data tersebut merupakan
warisan dari kantor pajak yang tercatat pada kertas.

"Masalahnya itu belum divalidasi ulang. Jadi mungkin sajak kecenderungan spot ganda atau
bahkan objek pajaknya sudah tidak ada. Jadi itu piutang di atas kertas," ujarnya.

Untuk data yang dimiliki Disyanjak Kota Bandung, ada tiga mata pajak yang besar
tunggakannya. Seperti PBB, pajak reklame, serta pajak air dan tanah (PAT).

Sejak 2015, ia menyebutkan tercatat total tunggakan pajak mencapai lebih dari Rp 152 miliar.
Total tersebut didapat dari lebih dari 200 ribuan wajib pajak.

"Untuk PBB, total wajib pajak 544.936 wajib pajak. Yang menunggak ada 229.391 wajib pajak
dengan total Rp 146.891.551.070," tutur Ema.
Sementara untuk pajak reklame ada 269 wajib pajak yang menunggak dari total keseluruhan
1.203 wajib pajak. Dengan total tunggakan yakni Rp 2.229.958.121. Untuk PAT, total piutang
berada di angka Rp 4.407.694.795 dari 219 penunggak pajak.

3.1.2.1 Penyelesaian

Ema mengatakan terus melakukan sosialisasi agar para penunggak bisa segera membayarkan
kewajibannya. Selain itu inovasi juga terus dikembangkan agar semakin memudahkan sehingga
masyarakat tidak enggan membayarkan pajaknya. Seperti bus pajak keliling serta melalui metode
daring.

Untuk kategori penunggak pajak warisan dari KPP, ia merencanakan sensus PBB pada 2017 agar
dapat tervalidisasi lebih akurat. "Untuk itu di 2017, kami mengusulkan anggaran khusus untuk
sensus PBB. Dilakukan merata di 151 kelurahan, mengingat data tersebut dinamis. Misalnya
yang sekarang tanah nanti menjadi bangunan, perpindahan pemilik, sehingga dengan sensus
lebih terkontrol," ujarnya.

Ia menambahkan untuk tahun ini, Pemkot Bandung menargetkan pendapatan pajak sebesar Rp
2,186 triliun. Ia mengaku optimistis dengan kemudahan dan gencar sosialisasi yang diberikan
maka angka tersebut dapat tercapai.

3.1.2.2 Menurut Pandangan Saya

Dikarenakan penunggakan dari piutang yang berasal dariwajib pajak sejak 2013 yang
menjadikan nilai begitu fantastis , saya setuju dengan cara penyelesaian dari rencana sensus
PBB itu agar tervalidisasi lebih akurat dan tahun itu ditargetkan sebesar 2,186 triliun.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
lemahnya perhatian yang dilakukan pihak yang berwenang terhadap kasus pajak, Kasus pajak ini
bisa mencoret nama baik pegawai pajak lain yang tidak melakukan penggelapan pajak seperti yang
dilakukan Dhana Widyatmika. Tidak semua pegawai pajak melakukan hal yang sama seperti yang
dilakukan para penggelap pajak yang disebut kan di atas. Diharapkan kasus penggelapan lain, dapat
ditindaklanjuti dengan cepat tanpa menunggu lama.

4.2 Saran
1.Kantor Pelayanan Pajak lebih meningkatkan kembali pengawasannya kepada para wajib pajak
agar tidak melakukan hal-hal yang dianggap merugikan negara dengan tidak mengikuti peraturan
undang-undang perpajakan yang ada.
2. Penggelapan Pajak dan Penghindaran Pajak merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya
penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Hal ini harus menjadi perhatian lebih bagi Kantor Pelayanan Pajak.
DAFTAR PUSTAKA

http://kakakhum.blogspot.co.id/2017/09/makalah-kasus-kecurangan-pajak.html

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/05/11/o70cgo384-tunggakan-
pajak-di-kota-bandung-capai-lebih-dari-900-miliar

https://www.google.com/search?client=firefox-
b&ei=6E4CW7D1I4j8vgTnhr7gBg&q=kasus+Bahasyim+Assife&oq=kasus+Bahasyim+Assife&gs_l=psy-
ab.3..35i39k1j0i13k1j0i13i5i30k1.2546.14636.0.15652.50.22.0.0.0.0.384.2848.0j8j4j2.15.0....0...1c.1.64.
psy-ab..38.11.2458.6..0j0i131k1j0i67k1j0i20i263k1j0i203k1j33i160k1.456.GiOkcRvAzIM

Anda mungkin juga menyukai