Anda di halaman 1dari 12

Makalah Rendahnya Kesadaran Membayar Pajak

Disusun oleh :
Aina Kazhimah Hafilah
XII IPS C

SMA NEGERI 5 KOTA BOGOR


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia nya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah yang bejudul “rendahnya kesadaran membayar pajak” ini disusun untuk
memnuhi tugas Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan kelas XII.
Makalah ini berisikan definisi pajak, jenis jenis pajak, faktor yang mempengaruhi kesadaran
membayar pajak, dampak dari rendah nya kesadaran membayar pajak serta solusi dari rendahnya
kesadaran membayar pajak.
Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami
menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Kamu pun
berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya kepada kami agar di
kemudian hari kami bisa membuat makalah yang lebih sempurna lagi.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu
atas bantuannya dalam penyusunan makalah ini.

Bogor, 19 Agustus 2019

Penyusun
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Dalam struktur pendapatan negara, Indonesia mempunyai banyak penerimaan dari berbagai
sektor diantaranya adalah sektor Minyak dan Gas serta Non Minyak dan Gas (contohnya adalah
penerimaan dari sektor pajak, retribusi, hibah, dll). Kedua sektor tersebut mempunyai peranan
yang sangat strategis dan merupakan komponen terbesar serta sumber utama penerimaan dalam
negeri untuk menopang pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional.
Untuk itu dibutuhkan partisipasi aktif segenap lapisan masyarakat dalam memikul beban
pembangunan, maupun dalam pertanggungjawaban atas pelaksanaan pembangunan, yang
diwujudkan dengan keikutsertaan dan kegotong-royongan dalam pembangunan nasional, untuk
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting artinya bagi
pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional, yang merupakan pengamalan Pancasila
yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.Dengan demikian
sistem perpajakan terus disempurnakan, pemungutan pajak diintensifkan, dan aparat
perpajakan/pengelola juga harus makin mampu dan bersih sehingga dapat mewujudkan peran yang
besar dalam pembangunan nasional.
Penerimaan pajak dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi suatu negara karena pertumbuhan
ekonomi akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga masyarakat mempunyai
kemampuan secara finansial untuk membayar pajak. Selain itu besar nya pemungutan
pajak,penambahan wajib pajak dan optimalisasi penggalian sumber pajak melalui objek pajak juga
berperan dalam meningkatkan penerimaan dari pajak.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas
1. Apakah pengertian dari pajak?
2. Apa saja yang termasuk kedalam jenis – jenis pajak?
3. Apa saja faktor yang menyebabkan rendahnya kesadaran membayar pajak?
4. Bagaimana dampak yang akan timbul jika pendapatan dari pajak tidak diterima
sebagaimana mestinya?
5. Apa solusi untuk mengatasi rendah nya kesadaran membayar pajak?
BAB II
ISI

A. Pengertian pajak
Pajak dapat diartikan sebagai “iuran” yang wajib dibayarkan kepada pemerintah. Untuk
mengetahui lebih dalam mengenai pengertian pajak, berikut ini dikemukakan beberapa definisi
pajak:
Undang – undang No.28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang – Undang
No.6 Tahun 1983 tentang Kententuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) bahwa:
“Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang – undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar –
besarnya kemakmuran rakyat”.
Menurut Rochamat Soemitro yang dikutip dalam buku karangan Prof. Dr. Mardiasmo
(2011:1) bahwa :
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang – undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”
Definisi pajak menurut Prof. P.J.A Adriani dalam R. Santoso Brotodiharjo dikemukakan
sebagai berikut :
“ Pajak adalah iuran rakyat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan – peraturan, dengan tidak mendapat prestasi –
kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran – pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur – unsur berikut:
1. Iuran rakyat kepada negara
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara, pajak yang dipungut berupa uang dan
bukannya barang.
2. Bersifat memaksa
Pajak bersifat memaksa karena nya terdapat sanksi kepada wajib pajak yang melanggar
3. Berdasarkan undang – undang
Pajak dipungut berdasarkan peraturan perundang – undangan
4. Tanpa adanya balas jasa
Tidak ada balas jasa kepada tiap individu, dana dari pajak dialokasikan untuk
pembangunan negara.
B. Jenis – jenis pajak

Menurut Wirawan. B. Ilyas (2007;19) jenis pajak dapat digolongkan menjadi 3 macam,
yaitu menurut sifat, sasarannya dan lembaga pemungutnya
a) Menurut sifatnya
1) Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya harus dipikul sendiri oleh
wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain, serta dikenakan
secara berulang – ulang pada waktu tertentu.
2) Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan
kepada orang lain dan hanya dikenakan pada hal – hal tertentu atau peristiwa –
peristiwa tertentu saja.
b) Menurut Sasarannya
1) Pajak Subyektif, adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama – tama
memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak (subjeknya). Setelah diketahui
keadaan subjeknya barulah diperhatikan keadaan objektifnya sesuai gaya pikul
apakah dapat dikenakan pajak atau tidak.
2) Pajak objektif, adalah jenis pajak yang dikenakan pertama – tama
memperhatikan/melihat objeknya baik berupa keadaan perbuatan atau peristiwa
yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Setelah diketahui
objeknya barulah dicari subjeknya yang mempunyai hubungan hukum dengan
objek yang telah diketahui
c) Menurut lembaga pemungutan
1) Pajak pusat (negara), adalah pajak yang dipungut oleh pemetinyah pusat yang
dalam pelaksanaanya dilakukan oleh Departemen Keuangan khusunya Dirjen
Pajak. Hasil dari pemungutan pajak pusat dikumpulkan dan dimasukkan
sebagai bagian dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
2) Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang dalam
pelaksanaannya sehari – hari dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah
(Dispenda). Hasil dari pemungutan pajak daerah dikumpulkan dan dimasukkan
sebagai bagian dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
C. Faktor yang menyebabkan rendah nya kesadaran membayar pajak
Kesadaran membayar pajak dapat diartikan sebagai suatu bentuk sikap moral yang
memberikan sebuah kontribusi kepada negara untuk menunjang pembangunan negara dan
berusaha untuk mentaati semua peraturan yang telah ditetapkan oleh negara serta dapat dipaksakan
kepada Wajib Pajak.
Berikut adalah hal – hal yang mempengaruhi rendahnya kesadaran membayar pajak:
1. Kurangnya pemahaman terhadap sistem perpajakan
Indonesia menerapkan self assessment system yakni memberi kepercayaan penuh kepada
wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang
terutang kepada wajib pajak. Sistem ini akan efektif apabila wajib pajak memiliki kesadaran
pajak, kejujuran, dan kedisiplinan dalam menjalankan peraturan perundang – undangan
perpajakan yang berlaku.
Kurangnya pemahaman terhadap sistem perpajakan tersebut dapat menurunkan kesadaran
terhadap wajib pajak untuk membayar pajak.

2. Tingkat pendidikan yang rendah


Tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi akan menyebabkan masyarakat lebih
mudah memahami ketentuan dan peraturan perundang – undangan dibidang perpajakan yang
berlaku. Tingkat pendidikan yang masih rendah juga akan tercemin dari masih banyak nya
wajib pajak terutama orang pribadi yang tidak melakukan pembukuan atau yang masih
melakukan pembukuan ganda untuk kepentingan pajak.

3. Penghasilan
Penghasilan wajib pajak sebagai objek pajak dalam pajak penghasilan sangat terkait
dengan besarnya pajak terutang. Disamping itu tingkat penghasilan juga akan mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak tepat pada waktunya. Kemampuan wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban pajak terkait erat dengan besarnya penghasilan, maka salah satu
hal yang dipertimbangkan dalam pemungutan pajak adalah tingkat penghasilan.

4. Persepsi wajib pajak terhadap sanksi pepajakan


Sanksi perpajakan diberikan kepada wajib pajak agar wajib pajak memiliki kesadaran dan
patuh terhadap kewajiban pajak. Sanksi perpajakan dalam undang – undang perpajakan
berupa sanksi administrasi dan sanksi pidana.
Perbedaan persepsi terhadap sanksi tersebut dapat mempengaruhi kesadaran wajib pajak
dalam membayar pajak. Semakin wajib pajak paham terhadap sanksi perpajakan maka akan
meningkatkan kesadaran dalam membayar pajak.
D. Dampak dari penerimaan pajak yang tidak semestinya

1. Adanya hutang serta penyelewengan pajak akan berakibat penerimaan negara menjadi
berkurang untuk sektor perpajakan. Dengan begitu, hal ini akan membuat pembangunan
infrastuktur menjadi terhambat.
2. Karena adanya wajib pajak yang berusaha untuk menyembunyikan penghasilan
perusahaan agar pihak Ditjen Pajak tidak dapat mengetahuinya maka akan membuat modal
menjadi langka. Hal ini akan berakibat pada perusahaan tidak berani untuk menawarkan
uang mereka kepasar modal karena uang mereka adalah hasil dari penggelapan pajak.
3. Penggelapan pajak akan membuat penyusunan RAPBN menjadi terhambat.
4. Penggelapan pajak yang dilakukan oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap persaingan
yang secara sehat untuk setiap perusahaan jika perusahaan tersebut melakukan pengelakan
terhadap pajak yaitu melalui cara biaya yang mereka miliki ditekan dengan secara tidak
wajar. Dengan kata lain, perusahaan tersebut tidak mengakui jika mereka tidak
memperoleh keuntungan yang lebih besar. Hal ini akan berdampak pada perusahaan yang
jujur sehingga perusahaan yang mengelak tersebut akan mendapatkan keuntungan yang
sangat besar daripada perusahaan yang berlaku jujur.
5. Dengan melakukan penggelapan pajak, laju pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan atau
macet. Apabila setiap perusahaan terbiasa melakukan penggelapan pajak maka
perusahaan tersebut tidak mampu meningkatkan produktifitas sehingga perusahaan akan
melakukan penggelapan pajak agar mendapatkan laba yang lebih menguntungkan untuk
perusahaannya.

E. Solusi untuk mengatasi rendahnya kesadaran membayar pajak

1) Melakukan sosialisasi
Sebagaimana dinyatakan Dirjen Pajak bahwa kesadaran membayar pajak datangnya dari
diri sendiri, maka menanamkan pengertian dan pemahaman tentang pajak bisa diawali dari
lingkungan keluarga sendiri yang terdekat, melebar kepada tetangga, lalu dalam forum-
forum tertentu dan ormas-ormas tertentu melalui sosialisasi.

Dengan tingginya intensitas informasi yang diterima oleh masyarakat, maka dapat secara
perlahan merubah mindset masyarakat tentang pajak ke arah yang positif. Beragam bentuk
sosialisasi bisa dikelompokkan berdasarkan: metode penyampaian, segmentasi maupun
medianya.
a. Berdasarkan Metode:
Penyampaiannya bisa melalui acara yang formal ataupun informal. Acara formal biasanya
menggunakan format acara yang disusun sedemikian rupa secara resmi. Contohnya:
Sosialisasi bendaharawan, sosialisasi PPh 21 karyawan Pemda, seminar dan sebagainya.

Acara informal biasanya menggunakan format acara yang lebih santai dan tidak resmi.
Contohnya: Ngobrol santai dengan wartawan, dengan tokoh masyarakat, dan sebagainya.

b. Berdasarkan segmentasi:
Bisa membaginya untuk kelompok umur tertentu, kelompok pelajar dan mahasiswa,
kelompok pengusaha tertentu, kelompok profesi tertentu, kelompok/ormas tertentu.

Menanamkan kesadaran tentang pajak sejak dini, akan sangat berpengaruh terhadap pola
pikir anak-anak dan menimbulkan rasa kebanggaan terhadap pajak. Contoh yang pernah
dilakukan DJP adalah High School Tax Road Show, High School Tax Competition, Tax
Goes to Campus, ini merupakan kegiatan yang menimbulkan greget, heboh dan sangat
berkesan, bahkan sangat dirindukan muncul lagi oleh kalangan pelajar maupun mahasiswa.
Mungkin perlu dilakukan secara berkesinambungan dengan format yang beragam, kreatif
serta inovatif. Perlu diberikan apresiasi kepada salah satu kanwil yang melaksanakan
HSTRS ini dengan membuat kegiatan Turnamen Basket Ball antar SMU
terpanjang/terlama. Format HSTRS yang diselingi turnamen Basket Ball dengan
memindahkan lokasi/tempat pertandingan ke sekolah yang ada lapangan basketnya untuk
setiap even itu diadakan, sehingga masyarakat begitu terkesan dengan even ini.

c. Berdasarkan media yang dipakai:

Sosialisasi dapat dilakukan melalui media elektronik dan media cetak. Misalnya: dilakukan
dengan talkshow di radio atau televisi, membuat opini, ulasan dan rubrik tanya jawab di
koran, tabloid atau majalah. Iklan pajak pun mempunyai pengaruh dan dampak positif
terhadap meningkatkan kesadaran dan kepedulian sukarela wajib pajak. Bentuk
propaganda lainnya seperti: spanduk, banner, papan iklan/billboard, dan sebagainya

2) Memberikan kemudahan dalam segala hal pemenuhan kewajiban perpajakan dan


meningkatkan mutu pelayanan kepada wajib pajak. Jika pelayanan tidak beres atau kurang
memuaskan maka akan menimbulkan keengganan Wajib Pajak melangkah ke kantor
Pelayanan Pajak. Pelayanan sebagai wajah DJP harus mencitrakan sebuah keramahan,
keanggunan dan kenyamanan. Pelayanan berkualitas adalah pelayanan yang dapat
menciptakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses,
dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak. Pelayanan yang
berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada Wajib Pajak dan
tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertangungjawabkan serta
harus dilakukan secara konsisten dan kontinyu. DJP harus terus menerus meningkatkan
efisiensi administrasi dengan menerapkan sistem dan administrasi yang handal dan
pemanfaatan teknologi yang tepat guna. Pelayanan berbasis komputerisasi merupakan salah
satu upaya dalam penggunaan Teknologi Informasi yang tepat untuk memudahkan
pelayanan terhadap Wajib Pajak.

3) Meningkatkan citra Good Governance yang dapat menimbulkan adanya rasa saling percaya
antara pemerintah dan masyarakat wajib pajak, sehingga kegiatan pembayaran pajak akan
menjadi sebuah kebutuhan dan kerelaan, bukan suatu kewajiban. Dengan demikian
tercipta pola hubungan antara negara dan masyarakat dalam memenuhi hak dan kewajiban
yang dilandasi dengan rasa saling percaya.

4) Memberikan pengetahuan melalui jalur pendidikan khususnya pendidikan perpajakan

Melalui pendidikan diharapkan dapat mendorong individu kearah yang positif dan mampu
menghasilkan pola pikir yang positif yang selanjutnya akan dapat memberikan pengaruh
positif sebagai pendorong untuk melaksanakan kewajiban membayar pajak. Mungkin suatu
ide mendirikan sekolah khusus di bidang perpajakan bisa diwujudkan guna mencetak tenaga
ahli dan trampil di bidang perpajakan. Atau dapat juga dengan memasukkan materi
perpajakan ke dalam kurikulum pendidikan nasional baik di tingkat Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama sampai perguruan Tinggi. Khusus untuk perguruan Tinggi memang
sudah terdapat materi mata kuliah perpajakan untuk Fakultas tertentu khususnya Fakultas
Ekonomi, bahkan sudah ada Diploma Perpajakan.

5. Law Enforcement
Dengan penegakan hukum yang benar tanpa pandang bulu akan memberikan deterent efect
yang efektif sehingga meningkatkan kesadaran dan kepedulian sukarela Wajib Pajak.
Walaupun DJP berwenang melakukan pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan, namun pemeriksaan harus dapat dipertanggung jawabkan
dan bersih dari intervensi apapun sehingga tidak mengaburkan makna penegakan hukum serta
dapat memberikan kepercayaan kepada masyarakat wajib pajak.

6. Membangun trust atau kepercayaan masyarakat terhadap pajak

Akibat kasus Gayus kepercayaan masyarakat terhadap Ditjen Pajak menurun sehingga
upaya penghimpunan pajak tidak optimal. Atas kasus seperti Gayus itu para aparat perpajakan
seharusnya dapat merespon dan menjelaskan dengan tegas bahwa jika masyarakat
mendapatkan informasi bahwa ada korupsi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, jangan
hanya memandang informasi ini dari sudut yang sempit saja. Jika tidak segera dijelaskan maka
masyarakat kemudian bersikap resistance dan enggan membayar pajak karena beranggapan
bahwa pajak yang dibayarkannya paling-paling hanya akan dikorupsi. Masyarakat
berpendapat hanya sedikit sekali yang akan kembali kepada wajib pajak atau disumbangkan
dalam pembangunan bangsa. Jadi lebih baik tidak perlu membayar pajak saja. Hal ini tentunya
memerlukan adanya transparansi dan akuntabilitas dari DJP. DJP harus senantiasa berusaha
membangun kepercayaan para wajib pajak kemudian seharusnya menjamin dan menjawab
kepercayaan tersebut dengan melakukan pembenahan internal. Sehingga terwujudkan kondisi
dimana masyarakat benar-benar merasa percaya bahwa pajak yang mereka bayarkan tidak
akan dikorupsi dan akan disalurkan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

7. Merealisasikan program Sensus Perpajakan Nasional yang dapat menjaring potensi pajak
yang belum tergali. Dengan program sensus ini diharapkan seluruh masyarakat mengetahui
dan memahami masalah perpajakan serta sekaligus dapat membangkitkan kesadaran dan
kepedulian, sukarela menjadi Wajib Pajak dan membayar Pajak.
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan kontribusi
rakyat kepada negara yang bersifat memaksa,berdasarkan undang – undang, dan tanpa adanya
balas jasa secara langsung. Pajak terbagi menjadi beberapa jenis dibedakan berdasarkan
sifat,sasaran dan lembaga pemungutannya.
Rendahnya kesadaran membayar pajak dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain
kurangnya pemahaman terhadap sistem yang berlaku, rendah nya tingkat pendidikan, jumlah
penghasilan, serta persepsi mengenai sanksi perpajakan. Penerimaan pajak yang tidak sesuai
dapat mengakibatkan penerimaan negara menjadi berkurang untuk sektor perpajakan,
penyusunan RAPBN menjadi terhambat, serta laju pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan
atau macet.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Rustiyaningsih,Sri. 2011. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.


diunduh pada 19 Agustus 2019.
Aryobimo T,P,. 2012. Pengaruh Persepsi Wajib Pajak tentang Kualitas Pelayanan Fiskus
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan Kondisi Keuangan Wajib Pajak dan Preferensi
Risiko sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di
Kota Semarang). diunduh pada 19 Agustus 2019.
Sa’diyah, Imamatus (2016) Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan
Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan Terhadap Presepsi Wajib Pajak Mengenai Perilaku
Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion). undergraduate thesis, Universitas Muhammadiyah
Gresik.
Nugrahaeni, Dewi, Agustina.2015. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Studi Empiris Pada Wajib Pajak di Kota
Magelang).diunduh pada 16 Agustus 2019

Susanto, Heri,(2010).Membangun Kesadaran Dan Kepedulian Sukarela Wajib Pajak. dikutip


pada 19 Agusutus 2019 melalui https://www.pajak.go.id/id/artikel/membangun-kesadaran-dan-
kepedulian-sukarela-wajib-pajak.

Anda mungkin juga menyukai