Anda di halaman 1dari 19

KEUANGAN NEGARA

Oleh :

NAMA :

NIM :

FAKULTAS

UNIVERSITAS MAHENDRADATTA

DENPASAR

2024
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini. Dalam penyusunan paper
Perpajakan tentang keuangan negara

Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.
Penulis menyadari, bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Begitu pula dengan
karya tulis ilmiah ini, tentu masih ada hal – hal yang kurang dan masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat konstruktif, untuk kesempurnaan karya tulis ini. Akhir kata,
penulis berharap agar karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 6 Januari 2024

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Keuangan Negara ........................................................... 5

2.2 Asas Umum Keuangan Negara ..................................................... 8

2.3 Sumber-Sumber Keuangan Negara ............................................. 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAK

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Negara Indonesia adalah negara hukum. Demikian konstitusi kita secara


tegas dan lugas memberikan sebutan bagi negara kita, sebagaimana dirumuskan
dalam bunyi Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar tahun 1945 setelah
perubahan. Artinya bahwa dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara terdapat aturan-aturan hukum yang mengaturnya. Undang-undang
Dasar itu sendiri merupakan sebagian dari hukum dasar yang tertulis. Selain
Undang-undang Dasar, terdapat aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara
dalam praktik penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis.

Dalam penyelenggaraan negara, sebagian besar aturan dituangkan dalam


bentuk hukum tertulis, mulai dari Undang-undang Dasar, Undang-undang,
Peraturan Daerah, sampai pada peraturan yang paling rendah kedudukannya.
Sementara itu, keberadaan hukum tidak tertulis dalam praktik ketatanegaraan lahir
untuk melengkapi hal-hal yang tidak diatur dalam hukum tertulis.
Penyelenggaraan negara bertujuan untuk mewujudkan tugas negara sebagaimana
diamanatkan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Tahun 1945, yaitu sebagai
berikut:

a. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,


b. untuk memajukan kesejahteraan umum,

c. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

d. ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,


perdamaian abadi, dan keadilan sosial

Pelaksanaan tugas-tugas negara tersebut tercermin dalam pos-pos belanja


negara yang dibiayai sebagaimana tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) 1. Untuk mewujudkan tugas-tugas negara tersebut
1
Dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 23 angka (1)
1
diperlukan adanya pembiayaan yang bersumber dari pendapatan negara.
Sumbersumber pendapatan negara terdiri dari penerimaan pajak, penerimaan
negara bukan pajak, dan penerimaan hibah. Dengan demikian, APBN mempunyai
peranan yang sangat penting sehingga diperumpamakan sebagai urat nadi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Peran penting APBN dapat ditinjau dari dua
aspek, baik dari aspek penyelenggaraan tugas negara maupun aspek
pembangunan. Fungsi pemerintahan tidak mungkin dijalankan dengan baik tanpa
adanya dukungan dana yang cukup. Demikian juga halnya dengan pembangunan,
pembangunan tidak dapat terselenggara dengan baik tanpa tersedianya alokasi
dana APBN yang memadai.

Demikian pentingnmya peranan APBN memacu Pemerintah sebagai


penyelenggara negara untuk berusaha mengoptimalkan seluruh potensi yang ada
sebagai sumber pendapatan negara, baik dari sektor penerimaan pajak maupun
penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Hingga saat ini peranan penerimaan
negara dari sektor perpajakan sebagai sumber pendapatan negara masih sangat
dominan, yakni berada pada kisaran 70% dari total pendapatan negara.
Optimalisasi penerimaan negara dari sektor perpajakan dilakukan melalui
program ekstensifikasi maupun intensifikasi perpajakan. Sementara kontribusi
PNBP bagi pendapatan negara juga semakin meningkat. Secara garis besar PNBP
terdiri dari sektor minyak dan gas (migas) dan nonmigas. Penerimaan sektor
migas merupakan penerimaan negara bukan pajak yang berasal dari pemanfaatan
sumber daya alam. Selain pemanfaatan sumber daya alam, sumber PNBP juga
dapat diperoleh dari pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah dalam pelayanan,
pengaturan, perlindungan masyarakat, dan pengelolaan kekayaan Negara.
Pelayanan publik yang diberikan instansi pemerintah dan pengelolaan kekayaan
negara tidak menutup kemungkinan untuk dijadikan sumber penerimaaan negara.

Perkembangan perekonomian di Indonesia dewasa ini sudah semakin pesat


dan dinamis. Hal ini ditandai dengan semakin meluasnya kesempatan bagi
pertumbuhan usaha-usaha di berbagai bidang dan terbuka luasnya kesempatan

2
kerja bagi masyarakat Indonesia. Perkembangan ekonomi yang dinamis juga turut
memacu semangat seluruh masyarakat Indonesia untuk berusaha memperbaiki
taraf hidup kehidupan mereka yaitu dengan cara memanfaatkan segala peluang
pekerjaan yang ada dengan sebaik-baiknya. Oleh sebab itu, tidak heran apabila
kita sering menjumpai seorang pengusaha mempunyai berbagai penghasilan dari
bermacam-macam jenis usaha. Perkembangan perekonomian yang dinamis juga
sangat menunjang penghasilan di Indonesia yang selama ini berasal dari sektor
migas dan non migas.

Salah satu penghasilan negara dari sektor non migas adalah pajak. Pajak
merupakan penghasilan negara yang sangat berperan memberikan kontribusi
terbesar dalam membiayai semua pengeluaran negara termasuk pengeluaran
pembangunan nasional demi terciptanya masyarakat yang adil dan makmur.
Selain itu, pemerintah juga bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui
kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat
untuk mencapai tujuan perekonomian yang lebih baik. Contohnya dalam rangka
menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan
berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Untuk dapat mewujudkan tujuan
pembangunan negara demi kesejahteraan rakyat, pemerintah terus berusaha
mengadakan penyempurnaan atas sistem perpajakan yang berlaku yaitu dengan
penyempurnaan Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Pajak merupakan fenomena yang selalu berkembang di masyarakat. Pajak


digunakan sebagai salah satu usaha yang digunakan oleh pemerintah untuk
mewujudkan kemandirian bangsa dan negara dalam pembiayaan pembangunan
yang berguna bagi kepentingan bersama. Pajak merupakan instrumen pemerintah
yang berperan dalam sistem perekonomian karena sumber penerimaan terbesar
negara adalah dari sektor pajak. Pajak berperan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi dan memperluas kegiatan ekonomi di berbagai sektor. Melalui pajak,
pemerintah dapat memanfaatkan sumber daya ekonomi untuk menyelesaikan
berbagai masalah perekonomian. Selain itu pajak juga digunakan untuk
membangun infrastruktur serta fasilitas umum demi menunjang kemajuan suatu

3
negara. Karena peranannya yang sangat sentral dan penting dalam negara,
hendaknya masyarakat sebagai warga negara paham tentang pentingnya pajak dan
mengerti bagaimana melaksanakan hak dan kewajibannya terkait dengan pajak.

Pajak merupakan suatu sumber utama penerimaan negara yang digunakan


untuk membiayai pengeluaran Negara, baik pengeluaran rutin maupun
pengeluaran untuk pembangunan. Peranan pajak terhadap Pendapatan Negara
dapat dikatakan sangat dominan. Hal Ini terjadi karena pajak adalah Pajak
merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang besar sehingga digunakan
untuk melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia (Widhiatuti,
2016). Peranan pajak terhadap Pendapatan Negara dapat dikatakan sangat
dominan. Hal Ini terjadi karena pajak adalah sumber yang pasti dalam
memberikan kontribusi dana kepada Negara karena merupakan cerminan dari
partisipasi masyarakat dalam pembiayaan Negara yang diatur oleh
perundangundangan. Pajak memiliki kontribusi yang besar tidak hanya bagi
Negara namun juga bagi Daerah.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi Keuangan Negara ?

2. Asas - asas umum pengelolaan keuangan negara ?

3. Apa saja sumber- sumber keuangan negara ?

BAB II
PEMBAHASAN

4
2.1 Definisi Keuangan Negara

Keuangan Negara adalah hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang
dan segala sesuatu baik berupa uang maupun barang dapat dijadikan “hak milik
negara”. Keuangan Negara dapat diartikan juga sebagai suatu bentuk kekayaan
pemerintah yang diperoleh dari penerimaan, hutang, pinjaman pemerintah, atau
bisa berupa pengeluaran pemerintah, kebijakan fiscal, dan kebijakan moneter.

Ruang lingkup keuangan Negara meliputi:

a. Penerimaan negara

b. Pengeluaran negara

c. Hutang dan pinjaman negara

d. Kebijakan keuangan yang terdiri dari kebijakan moneter, kebijakan fiscal dan
kebijakan keuangan internasional dan mengelola hutang pemerintah

Penerimaan keuangan Negara meliputi; Keuangan Negara yang berasal


dari dalam negeri;

a. Keuntungan dari perusahan-perusahan, meliputi:BUMN, perusahaan-


perusahaan baik PMA Maupun PMDN

b. Pajak

c. Menciptakan uang baru

d. Meminjam pada bank

e. Pinjaman pada masyarakat

f. Denda-denda

g. Cukai

h. Retribusi

5
Keuangan Negara yang berasal dari luar negeri :

1. Pinjaman-pinjaman biak, pinjaman kepada negara maupun pinjaman kepada


oraganisasi-organisasi negara

2. Hadiah hadiah, rampasan perang

Pengeluaran keuangan Negara meliputi Pengeluaran pemerintah


menyangkut seluruh pengeluaran untuk membiayai program-program/kegiatan –
kegiatan dimana pengeluaranpengeluaran itu ditujukan pencapaian kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan. Kegiatan-kegiatan dari segi pengeluaran ini
dilakukan dengan menggunakan sejumlah resources dan product, baik dalam
melaksanakan tugas-tugasnya untuk kemakmuran masyarakat dengan
menggunakan uang. Pengeluaran dengan menggunakan uang inilah yng dimaksud
pengeluaran pemerintah.

Definisi keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang
dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa
barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara dinyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam
merumuskan Keuangan Negara adalah dari sisi objek, subjek, proses, dan tujuan.
Dari sisi objek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan
kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.

Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi


seluruh subjek yang memiliki/menguasai objek sebagaimana tersebut di atas,
yaitu: pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan
lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara. Dari sisi proses, Keuangan
Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan

6
objek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan
pengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban. Dari sisi tujuan,
Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum
yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek sebagaimana
tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.

Berdasarkan pengertian keuangan negara dengan pendekatan objek,


terlihat bahwa hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang diperluas
cakupannya, yaitu termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter
dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan. Dengan demikian, bidang
pengelolaan keuangan negara dapat dikelompokkan dalam: subbidang
pengelolaan fiskal, subbidang pengelolaan moneter, dan subbidang pengelolaan
kekayaan negara yang dipisahkan.

Pengelolaan keuangan negara subbidang pengelolaan fiskal meliputi


kebijakan dan kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) mulai dari penetapan Arah dan Kebijakan Umum
(AKU), penetapan strategi dan prioritas pengelolaan APBN, penyusunan anggaran
oleh pemerintah, pengesahan anggaran oleh DPR, pelaksanaan anggaran,
pengawasan anggaran, penyusunan perhitungan anggaran negara (PAN) sampai
dengan pengesahan PAN menjadi undang-undang. Pengelolaan keuangan negara
subbidang pengelolaan moneter berkaitan dengan kebijakan dan pelaksanaan
kegiatan sektor perbankan dan lalu lintas moneter baik dalam maupun luar negeri.
Pengelolaan keuangan negara subbidang kekayaan negara yang dipisahkan
berkaitan dengan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan di sektor Badan Usaha
Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD) yang orientasinya mencari keuntungan
(profit motive).

Berdasarkan uraian di atas, pengertian keuangan negara dapat dibedakan


antara: pengertian keuangan negara dalam arti luas, dan pengertian keuangan
negara dalam arti sempit. Pengertian keuangan negara dalam arti luas
pendekatannya adalah dari sisi objek yang cakupannya sangat luas, dimana

7
keuangan negara mencakup kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter
dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan. Sedangkan pengertian
keuangan negara dalam arti sempit hanya mencakup pengelolaan keuangan negara
subbidang pengelolaan fiskal saja. Pembahasan lebih lanjut dalam modul ini
dibatasi hanya pada pengertian keuangan negara dalam arti sempit saja yaitu
subbidang pengelolaan fiskal atau secara lebih spesifik pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

2.2 Asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara

Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam


penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan
secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok
yang telah ditetapkan dalam UndangUndang Dasar 1945. Aturan pokok Keuangan
Negara telah dijabarkan ke dalam asas-asas umum, yang meliputi baik asas-asas
yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara, seperti asas tahunan,
asas universalitas, asas kesatuan, dan asas spesialitas maupun asas-asas baru
sebagai pencerminan penerapan kaidah-kaidah yang baik (best practices) dalam
pengelolaan keuangan negara. Penjelasan dari asas tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Asas Tahunan, memberikan persyaratan bahwa anggaran negara dibuat secara
tahunan yang harus mendapat persetujuan dari badan legislatif (DPR).
b. Asas Universalitas (kelengkapan), memberikan batasan bahwa tidak
diperkenankan terjadinya percampuran antara penerimaan negara dengan
pengeluaran negara.
c. Asas Kesatuan, mempertahankan hak budget dari dewan secara lengkap,
berarti semua pengeluaran harus tercantum dalam anggaran. Oleh karena itu,
anggaran merupakan anggaran bruto, dimana yang dibukukan dalam
anggaran adalah jumlah brutonya.
d. Asas Spesialitas mensyaratkan bahwa jenis pengeluaran dimuat dalam mata
anggaran tertentu/tersendiri dan diselenggarakan secara konsisten baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Secara kuantitatif artinya jumlah yang telah

8
ditetapkan dalam mata anggaran tertentu merupakan batas tertinggi dan tidak
boleh dilampaui. Secara kualitatif berarti penggunaan anggaran hanya
dibenarkan untuk mata anggaran yang telah ditentukan.
e. Asas Akuntabilitas berorientasi pada hasil, mengandung makna bahwa setiap
pengguna anggaran wajib menjawab dan menerangkan kinerja organisasi atas
keberhasilan atau kegagalan suatu program yang menjadi tanggung jawabnya.
f. Asas Profesionalitas mengharuskan pengelolaan keuangan negara ditangani
oleh tenaga yang profesional. Asas Proporsionalitas; pengalokasian anggaran
dilaksanakan secara proporsional pada fungsi-fungsi kementerian/lembaga
sesuai dengan tingkat prioritas dan tujuan yang ingin dicapai.
g. Asas Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, mewajibkan adanya
keterbukaan dalam pembahasan, penetapan, dan perhitungan anggaran serta
atas hasil pengawasan oleh lembaga audit yang independen.
h. Asas Pemeriksaan Keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri,
memberi kewenangan lebih besar pada Badan Pemeriksa Keuangan untuk
melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara secara objektif
dan independen.
i. Asas-asas umum tersebut diperlukan pula guna menjamin terselenggaranya
prinsip-prinsip pemerintahan daerah. Dengan dianutnya asas-asas umum
tersebut di dalam undang-undang tentang Keuangan Negara, pelaksanaan
undang-undang ini selain menjadi acuan dalam reformasi manajemen
keuangan negara, sekaligus dimaksudkan untuk memperkokoh landasan
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

2.3 Sumber -sumber Keuangan Negara

1. Sumber Dana Dalam Negeri

9
a. Pajak
Pendapatan pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah
yang diatur dalam undang-undang tanpa balas jasa secara langsung.Pendapatan
negara berasal dari pajak. Secara garis besar berbagai jenis pajak yang dipungut
pemerintah dapat dibedakan kepada dua golongan yaitu pajak langsung dan pajak
tak langsung.Pajak langsung berarti jenis pungutan pemerintah yang secara
langsung dikumpulkan dari pihak yang wajib membayar pajak. Setiap individu
yang bekerja dan perusahaan yang menjalankan kegiatan dan memperoleh
keuntungan wajib membayar pajak. Sedangkan, Pajak tak langsung adalah pajak
yang bebannya dapat dipindah-pindahkan kepada pihak lain. Diantara jenis pajak
tak langsung yang penting adalah pajak impor dan pajak penjualan. Pendapatan
pajak berasal dari pajak pusat dan pajak daerah
Pemungutan pajak merupakan instrumen fiskal yang digunakan oleh
pemerintah untuk membiayai pembangunan. Pajak ini sifatnya memaksa dan
tercantum dalam konstitusi dimana semua wajib pajak, baik perorangan maupun
badan usaha, harus memberikan kontribusi kepada negara. Pajak merupakan
sumber pemasukan utama negara yang digunakan sebesar- besarnya untuk
kesejahteraan rakyat. Walaupun pemungutan pajak tersebut bersifat memaksa,
wajib pajak tidak mendapatkan imbalan secara langsung atas pembayaran pajak
yang dilakukannya.Beberapa contoh pajak:
1. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
(PPN)Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn-BM)Pajak Penghasilan
(PPh)Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)Pajak Hotel dan Restoran (PHR)Pajak
ReklameDan lain-lain
b. Retribusi
Retribusi adalah pungutan atas pemberian suatu barang atau jasa yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau badan usaha milik negara kepada
masyarakat atau pihak lain. Pemungutan retribusi ini dimaksudkan untuk
menutupi biaya penyediaan barang atau jasa tersebut. . Pendapatan dari retribusi
ini menjadi salah satu sumber pendapatan bagi pemerintah daerah, yang nantinya
akan digunakan untuk membiayai berbagai kebutuhan dan layanan publik.

10
1. Contoh retribusi diantaranya:Retribusi Parkir JalanRetribusi Pelayanan
Kesehatan Milik PemerintahRetribusi Terminal Angkutan KotaRetribusi Ijin
Mendirikan Bangunan
c. Keuntungan dari BUMN atau BUMD
1. Pemerintah memiliki unit usaha untuk menambah pemasukan negara, yaitu
BUMN dan BUMD. Sebagian dari keuntungan Badan Usaha tersebut akan
diberikan kepada pemerintah sebagai pemilik BUMN dan BUMD.
Keberadaan Badan Usaha milik pemerintah, selain untuk memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat, juga untuk mengendalikan harga komoditas
agar tidak dikendalikan para pemilik modal.Contoh BUMN:PT
TelkomPerusahaan Daerah Air MinumBulogPT Pertamina
2. PT Garuda IndonesiaPT Balai PustakaDan lain-lain
d. Denda dan Sita
Pemberian denda dan sita merupakan bentuk penegakan hukum agar masyarakat
lebih disiplin dengan memberikan hukuman finansial bagi para pelanggar
aturan. Pemberian denda dan sita aset dilakukan bagi mereka yang melanggar
peraturan yang sudah ditetapkan pemerintah.Contoh denda dan sita:Denda
terhadap pelanggar lalu lintasDenda keterlambatan pembayaran pajakSita
barang ilegal
e. Pencetakan uang
Pencetakan uang oleh bank sentral merupakan salah satu sumber keuangan
negara. Dalam proses ini, bank sentral mencetak uang untuk memasok kebutuhan
uang tunai dalam perekonomian. Namun, pencetakan uang yang berlebihan dapat
menyebabkan inflasi, sehingga biasanya bank sentral berusaha menjaga
keseimbangan antara jumlah uang yang beredar dan kebutuhan perekonomian.
Selain pencetakan uang, sumber pendapatan negara juga berasal dari pajak, utang,
dan pendapatan dari perusahaan milik negara.

2. Sumber Dana Luar Negeri

11
Bagi negara-negara yang belum/tidak mampu menghimpun tabungan
domestic secukupnya untuk mendorong pertumbuhan ekonominya biasanya
mencari sumber pembiayaan dari negaranegara lain. Bahkan negara maju seperti
Amerika Serikat (AS) pun pernah sangat tergantung pada sumber dana dari luar
negeri (bantuan luar negeri), terutama pada periode 1835-1860. Demikian pula
halnya mantan negara Uni Sovyet, khususnya dalam tiga dekade sebelum Perang
Dunia I. Dalam hal ini dicoba untuk menjelaskan peranan tabungan luar negeri
dalam pembangunan dan mengungkap beberapa kontroversinya.

Bantuan asing (luar negeri) yang dimaksudkan disini adalah meliputi


bantuan yang bersumber dari pemerintah maupun swasta. Hampir semua bantuan
melalui pemerintah mempunyai syaratsyarat yang longgar (konsensional) atau
lunak; yakni diberikan sebagai hibah semata-mata (grants) atau sebagai pinjaman
dengan tingkat bunga rendah dan dengan jangka waktu pembayaran yang lebih
lama daripada yang ditawarkan pada pasar modal swasta internasional. Selain itu,
pemerintah juga memberikan penjamanpinjaman komersial, termasuk kredit
ekspor, investasi modal (equity), dan pinjaman-pinjaman "keras" dari Bank Dunia
dan bankbank pembangunan regional.

Aliran-aliran konsesional tersebut secara teknis disebut bantuan


pembangunan resmi atau official development assistance (ODA), tetapi lazimnya
dikenal sebagai bantuan luar negeri. Bantuan ini dapat dibagi lagi atas bantuan
bilateral, diberikan langsung oleh sebuah Negara kepada negara lainnya, dan
bantuan multilateral, dimana dana-dana mengalir ke sebuah perwakilan
internasional seperti PBB, Bank Dunia, dan bank-bank pembangunan regional,
yang selanjutnya meminjamkan atau menyalurkan dana-dana tersebut ke NSB
penerima. Akhirnya, bantuan luar negeri tersebut dapat berbentuk bantuan teknis,
pemberian tenaga-tenaga terampil/ahli; atau bantuan modal, pemberian dana atau
komoditi-komoditi untuk berbagai tujuan.

Sumber dana dari swasta asing terdiri dari empat elemen. Investasi asing
langsung yang dilakukan bukan oleh penduduk dari suatu negara -biasanya oleh

12
TNC- pada perusahaan-perusahaan yang berlokasi di negara-negara tuan rumah;
investasi langsung ini menunjukkan bahwa investor asing tersebut ikut
mengendalikan secara penuh atau sebagian dari system manajemen perusahaan.
Ada juga investasi portofolio yaitu pembelian obligasi atau sahamsaham oleh
investor asing, tetapi tidak ikut mengendalikan manajemen. Investasi seperti ini
merupakan bentuk investasi asing yang sangat penting pada abad 19 dan awal
abad 20. Namun keadaan tersebut tidak berlangsung lama, karena pinjaman
komersial bank kepada pemerintah dan perusahaan-perusahaan di NSB
menggantikan peranan penting investasi portofolio tersebut.

Bantuan asing yang ada sekarang ini merupakan kelanjutan dari era
sesudah Perang Dunia II. Bantuan tersebut berawal dari adanya Rencana Marshall
(Marshall Plan), di mana pada waktu itu AS menyalurkan dananya sebesar $ 17
milyar selama empat tahun - kira-kira sebesar 1,5 persen dari GNP AS- untuk
membantu pembangunan kembali Eropa sesudah Perang Dunia II. Ada dua
penyebab keberhasilan tersebut yakni karena adanya aliran modal keuangan dari
AS dan adanya rencana-rencana yang terkoordinir dengan baik untuk
menggunakan dana tersebut secara produktif dalam membangun kembali stok
modal fisik yang rusak di Eropa. Manisfestasi awal dari aliran fundamentalisme
modal ini diperkuat lagi oleh pendapat Harrod-Domar yang menganggap modal
serta produktivitasnya sebagai factor yang kritikal bagi pertumbuhan ekonomi.

Dua dekade setelah Perang Dunia II, dunia ditandai oleh banyaknya negara
yang merdeka dari jajahan Eropa, khususnya di Asia dan Afrika. Terdorong oleh
pengalamannya dalam membangun kembali Eropa, AS berusaha untuk menolong
bangsa-bangsa yang baru merdeka tersebut dengan memberikan bantuan yang
sama, yakni modal dalam bentuk bantuan luar negeri, terutama terhadap negara-
negara yang telah siap dengan rencana pembangunannya. Setelah PD II motif-
motif di belakang program bantuan AS tersebut sangat kompleks, yakni mulai dari
untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan umum.

13
Keamanan AS selalu menjadi latar belakang pemikiran dari Kongres AS,
baik dalam Marshall Plan maupun program Point IV, di mana Presiden Truman
mulai mengalihkan perhatian dan sumberdaya AS ke NSB. Kemakmuran AS
maupun sekutusekutunya membutuhkan perdagangan dan investasi yang semakin
meluas, dan ini harus didukung oleh bantuan. Mengapa demikian? Karena ada
semacam keyakinan bahwa pembangunan akan menjamin keamanan maupun
keinginan ekonomi melalui pengurangan ketidakstabilan dan pemberian bantuan
kepada bangsa-bangsa yang baru merdeka tersebut. Kebijakan bantuan AS
tersebut juga bertujuan untuk mendorong negara-negara baru tersebut agar
memperbaiki atau menerapkan lembaga-lembaga politik demokratis dan
perekonomian yang didukung perusahaan swasta seperti di AS. Selain itu disadari
pula bahwa inti keprihatinan kemanusiaan adalah bagaimana meningkatkan
kesejahteraan kaum miskin di dunia.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Keuangan negara dapat dibedakan antara: pengertian keuangan negara


dalam arti luas, dan pengertian keuangan negara dalam arti sempit. Pengertian
keuangan negara dalam arti luas pendekatannya adalah dari sisi objek yang
cakupannya sangat luas, dimana keuangan negara mencakup kebijakan dan
kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan. Sedangkan pengertian keuangan negara dalam arti sempit hanya
mencakup pengelolaan keuangan negara subbidang pengelolaan fiskal saja.
Pembahasan lebih lanjut dalam modul ini dibatasi hanya pada pengertian
keuangan negara dalam arti sempit saja yaitu subbidang pengelolaan fiskal atau
secara lebih spesifik pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).

14
Pajak merupakan instrumen perekonomian Indonesia dan sebagai
kontribusi utama pemasukan pemerintah yang digunakan untuk pembangunan
nasional dan belanja negara. Penerimaan perpajakan di situasi pandemi memiliki
peranan untuk pemulihan ekonomi. Dari kondisi dan situasi ini instrumen pajak
dapat diprioritaskan untuk anggaran belanja negara, sehingga masalah defisit
anggaran negara dapat diatasi, pembelanjaan negara dapat ditingkatkan,
pembangunan nasional, serta strategi dan upaya untuk kesejahteraan masyarakat,
agar manfaat penerimaan pajak dapat dirasakan masyarakat untuk pembangunan
infrastruktur, fasilitas pelayanan publik, fasilitas Kesehatan terjangkau,
keterjangkauan pendidikan, pengoptimalan keamanan serta pertahanan, distribusi
bantuan BBM cepat, serta kelancaran dan ketertiban untuk pangan dan energi. Hal
lainnya, pajak berperan juga sebagai retribusi untuk masyarakat yang mampu
dalam berpenghasilan atau orang kaya, sehingga masyarakat yang berekonomi
rendah atau miskin akan dibantu dari dana penerimaan pajak tersebut, sehingga
mengurangi ketimpangan ekonomi pada masyarakat. Jika kesadaran membayar
pajak disinergikan hal itu dapat dilakukan agar meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, E. (2019). ‘The Implementation Of Law Number 6 Year 2014 On


Village Government’. International Journal Of Innovation, Creativity, And
Change, Vol. 9, No. 11.
Hindarsono, S. (2005). Pengantar Ilmu Keuangan Negara. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.Mardiasmo. (2017). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta:
Andi Offset.Pratiwi, I. A. (2019). Analisis Kebijakan Fiskal: Teori dan
Aplikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Haris, B. (2010). Kebijakan Fiskal dan Moneter. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.Yulizar, A. (2018). Pengelolaan Keuangan Daerah. Bandung:
Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai