Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AKUNTANSI PAJAK DAN PENDAPATAN PERUSAHAAN

Untuk memenuhi salah satu tugas Teori Akuntansi


Dosen Pengampu: Ibu Ulfah Luthfia Nanda, S.E., M.S.Ak

Disusun Oleh:
Indri Andriani 203403002
Nurul Asyiah R. 203403012
Adisa Nuraisya 203403018
Nurmalasari 203403029
Salwa Aulia S. 203403037

Kelas A

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Akuntansi Pajak dan Pendapatan Perusahaan” ini dengan tepat waktu.
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Teori Akuntansi sekaligus untuk menambah pengetahuan serta wawasan
tentang Akuntansi secara lebih mendalam baik bagi para pembaca dan khususnya bagi
kami sebagai penulis.
Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada para anggota yang telah
berkontribusi membagikan tenaga, pikiran, dan waktunya sehingga dapat
memperlancar penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari dikarenakan masih adanya keterbatasan kemampuan,
sehingga dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kami sangat menantikan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa
yang akan datang.

Tasikmalaya, 2 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2
D. Manfaat .............................................................................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................................... 3
A. Akuntansi Pajak ................................................................................................. 3
1. Pengertian Akuntansi Pajak........................................................................... 3
2. Siklus Laporan Keuangan menurut Akuntansi dan Perpajakan .................... 4
3. Pembukuan dan Pencatatan menurut Pajak ................................................... 5
4. Rekonsiliasi Fiskal ........................................................................................ 6
B. Pendapatan Perusahaan ...................................................................................... 6
1. Pengertian Pendapatan Perusahaan .............................................................. 6
2. Pendapatan menurut Perpajakan .................................................................. 9
3. Biaya menurut Perpajakan ......................................................................... 12
BAB 3 PENUTUP ...................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akuntansi memiliki peran penting dalam setiap perusahaan, karena dengan
akuntansi kita dapat mengukur kinerja sebuah perusahaan dalam bentuk angka
apakah dapat memperoleh keuntungan atau kerugian. Dengan adanya akuntansi
kita juga dapat serta dapat digunakan sebagai informasi oleh pemakainya baik itu
dari pihak eksternal maupun internal. Selain itu dengan adanya akuntansi juga
dapat membantu dalam menghitung berapa pajak yang harus kita bayar kepada
pemerintah.
Pajak merupakan kewajiban terhadap pemerintah yang harus disetor dalam
waktu tertentu dan dengan demikian berpengaruh terhadap arus kas. Entitas
memiliki kewajiban untuk membayar pajak atas penghasilan yang diperoleh. Atas
penghasilan yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk jasa, sewa akan
dipotong pajak. Entitas akan mencatat pajak dibayar dimuka atas pemotongan
pajak yang telah dilakukan pihak lain pada saat entitas menerima penghasilan.
Setiap bulan entitas wajib membayar angsuran pajak (PPh 25) yang jumlahnya
dihitung berdasarkan pajak tahun sebelumnya dibagi dua belas atau dengan cara
penghitungan tersendiri jika penghasilan tahun sebelumnya diperkirakan berbeda.
Dalam dunia perpajakan, akuntansi sebenarnya bukan istilah yang resmi.
Istilah yang lebih tepat sebenarnya adalah pembukuan atau pencatatan. Tetapi
karena sistem pajak yang ditetapkan pemerintah saat ini, sebuah lembaga atau
badan usaha diharuskan untuk menerapkan sistem akuntansi. Pada dasarnya, baik
akuntansi komersial maupun perpajakan memiliki cara kerja yang serupa.
Bedanya, jika akuntansi komersial menghasilkan laporan keuangan, akuntansi
perpajakan menghasilkan laporan pajak.
Perusahaan harus menyusun laporan keuangan fiskal untuk kepentingan
pembayaran pajak. Tujuan utama dari laporan keuangan fiskal adalah untuk
menghitung penghasilan kena pajak. Secara umum terdapat beberapa perbedaan
antara prinsip akuntansi komersial dengan prinsip akuntansi pajak, terutama
dalam hal pengakuan pendapatan dan beban. Laporan keuangan komersial yang
telah disusun oleh perusahaan dapat diubah menjadi laporan keuangan fiskal
dengan cara melakukan koreksi seperlunya atau penyesuaian dengan peraturan
perpajakan melalui proses rekonsiliasi fiskal (Iswahyudi, 2005). Sesuai dengan
selfassessment system yang dianut oleh Undang-undang Pajak Penghasilan, maka
koreksi fiskal harus dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak.
Pendapatan adalah sesuatu yang penting dalam setiap perusahaan. Tanpa
adanya pendapatan mustahil akan didapat penghasilan atau earnings. Pendapatan
adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan dengan kata lain disebut
penjualan, penghasilan jasa, bunga, dividen, royalti dan sewa. Menurut PSAK No
23 paragraf 6 pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus kas masuk

1
2

itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman
modal.

B. Rumusan Masalah
a) Apa itu Akuntansi Pajak?
b) Apa Pengertian Pendapatan Perusahaan?
c) Apa Pengertian Pendapatan Menurut Perpajakan?

C. Tujuan Penulisan
a) Mengetahui penjelasan tentang Akuntansi Pajak.
b) Mengetahui penjelasan dtentang Pendapatan Perusahaan.
c) Mengetahui pengertian dari pendapatan menurut perpajakan.

D. Manfaat
a) Menambah wawasan mengenai akuntansi pajak dan pendapatan perushaan.
b) Sebagai referensi pengetahuan mengenai akuntansi pajak dan pendapatan
perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. AKUNTANSI PAJAK
1. Pengertian Akuntansi Pajak
Akuntansi adalah ilmu mencatat, menganalisis dan mengkomunikasikan
transaksi atau kejadian ekonomi suatu entitas bisnis yang bertujuan untuj
menghasilkan dan melaporkan informasi yang relevan bagi beberapa pihak
berkepentingan dalam mengambil sebuah kebutusan (IAI).
Pajak merupakan sebuah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Pajak menjadi salah
satu sumber penerimaan utama yang diperoleh negara, selain itu pajak juga
digunakan untuk membiayai pengeluaran yang dilakukan oleh negara.
Akuntansi komersial merupakan suatu proses pencatatan, penggolongan
serta pengikhtisaran transaksi keuangan yang berkaitan dengan kegiatan usaha
yang diakhiri dengan pembuatan laporan keuangan komersial dengan mengacu
pada standar akuntansi keuangan yang berlaku. Laporan keuangan ini ditujukan
bagi pihak eksternal untuk membantu dalam pengambilan keputusan sesuai
dengan kepentingannya masing-masing.
Sedangkan akuntansi pajak merupakan sebuah sistem informasi yang
meyediakan informasi akuntansi yang mengacu pada standar akuntansi dan
peraturan perpajakan yang berlaku. Informasi yang diberikan dijadikan sebagai
landasan atau acuan bagi wajib pajak memenuhi kewajiban kewajiban perpajakan.
Akuntansi perpajakan berfokus pada dasar perhitungan kewajiban pajak yang
harus dibayar dan sebagai bahan pertimbangan konsekuensi yang timbul atas
suatu transaksi atau kegiatan perusahaan.
Akuntansi pajak timbul dari unsur spesialisasi yang menuntut keahlian
dalam bidang tertentu. Akuntansi pajak tercipta karena adanya suatu prinsip dasar
yang diatur dalam UU perpajakan dan pembukuannya terpengaruh oleh fungsi
perpajakan dalam mengimplementasikan sebagai kebijakan pemerintah. Tujuan
dari akuntansi pajak adalah menetapkan besarnya pajak terutang berdasarkan
laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan.

Perbedaan antara Akuntansi Pajak dan Akuntansi Komersial

ASPEK Akuntansi Pajak Akuntansi Komersial


Menyajikan laporan keuangan &
Menyediakan laporan &
informasi lain (tax complinance)
Tujuan informasi keuangan serta
kepada administrasi pajak untuk
Akuntansi informasi lain kepada pihak
menentukan besarnya pajak
pengambil keputusan.
terutang.

3
4

Ikatan Akuntan Indonesia:


 Standar Akuntansi
Pemerintah dan DPR:
Keuangan
 Undang-undang
 Standar Akuntansi
 Peraturan pemerintah
Lembaga Keuangan Entitas Privat
 Keputusan /Peraturan Menteri
Pembuat  Standar Akuntansi
keuangan
Ketentuan Keuangan EMKM
 Keputusan/Peraturan Dirjen
 Standar Akuntansi
Pajak
Keuangan ETAP
 Surat edaran Dirjen Pajak
 Standar Akuntansi
Keuangan Syariah
Sifat
Berisfat umum Bersifat rahasia
informasi
Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan dilakukan dilakukan dengan
Dasar dengan mengutamakan hakikat mengutamakan substansi
Pencatatan formal atau hukum daripada ekonomi daripada hakikat
substansi ekonominya formal dan hukum (substance
over form)
Mata uang Wajib mata uang rupiah Bisa selain mata uang rupiah
Batas waktu Paling lambat 4 bulan setelah akhir
Waktu penyampaian laporan
penyampaian tahun pajak dan dapat diperpanjang
keuangan adalah 6 bulan
laporan paling lambat 2 bulan dengan
setelah tahun buku berakhir.
keuangan ketentuan tersendiri

2. Siklus Laporan Keuangan Menurut Akuntansi dan Perpajakan

Untuk siklus penyusunannya, laporan keuangan komersial dan laporan


keuangan fiskal memiliki siklus yang sama yaitu dimulai dari proses input
transaksi berdasarkan bukti transaksi kedalam jurnal, memposting kedalam buku
besar, pembuatan neraca lajur, pembuatan penyesuaian hingga pembuatan
laporan keuangan. Hanya saja untuk laporan keuangan fiskal dilakukan
penyesuaian fiskal terhadap laporan keuangan yang mengacu pada peraturan
perpajakan. Sehingga akuntansi pajak dengan akuntansi komersial tidak dapat
dipisahkan karena untuk pembuatan laporan keuangan fiskal diperlukan
akuntansi komersial. Berikut proses akuntansi perpajakan adalah sebagai berikut:
a) Melakukan analisis terkait transaksi-transaksi untuk persiapan dijurnal
b) Melakukan pencatatan akun-akun kedalam jurnal termasuk debit-kredit
c) Melakukan pemostingan kedalam buku besar
d) Pembuatan buku besar pembantu seperti buku besar pembantu piutang
dagang, buku besar pembantu utang dagang, dan buku pembantu
persediaan untuk memudahkan bagian akuntansi dalam memonitoring
besarnya mutase piutang, utang, dan persediaan untuk masing-masing
pelanggan, supplier, dan barang.
5

e) Pembuatan neraca lajur untuk mempermudah pembuatan leporan


keuangan
f) Dari neraca lajur tersebut dapat dibuat laporan keuangan yang terdiri atas
laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba atau rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas serta catatan atas laporan keuangan.
g) Sesuai dengan peraturan dan ketentuan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku di Indonesia menyebabkan adanya perbedaan perlakuan
antara akuntansi komersial dengan peraturan perpajakan, sehingga
perusahaan harus membuat laporan rekonsiliasi fiskal
h) Dari laporan rekonsiliasi fiskal tersebut dapat dibuat leporan keuangan
fiskal yang terdiri atas laporan posisi keuangan (neraca) fiskal dan
laporan laba/rugi fiskal.

3. Pembukuan dan Pencatatan Menurut Perpajakan

Menurut Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP)


No. 7 tahun 2021 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)
pasal 1 ayat (29), pembukuan adalah “suatu proses pencatatan yang dilakukan
secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi
harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang/jasa yang ditutup dengan menyusun leporan keuangan berupa
neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut.”
WP orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas dan WP
badan di Indonesia dikenakan kewajiban menyelenggarakan pembukuan dengan
tujuan agar wajib pajak dapat menghitung besarnya pajak terutang serta pajak
lainnya.
Berdasarkan definisi tersebut yang wajib menyelenggarakan pembukuan
adalah WP Badan dan WP Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas, kecuali WP Orang Pribadi yang peredaran brutonya dalam satu
tahun kurang dari Rp. 4.800.000.000.
Menurut pasal 28 ayat (9) Undang-Undang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan (UU HPP) No. 7 tahun 2021 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP), pencatatan merupakan “Pengumpulan data secara teratur
tentang peredaran bruto atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung
jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan
yang dikenakan pajak bersifat final.”
Bagi WP Orang Pribadi yang peredaran bruto atau penjualan bruto selama
satu tahun kurang dari Rp. 4.800.000.000 dapat menggunakan pencatatan.
Dengan perhitungan penghasilan didasarkan pada estimasi atau perkiraan dari
wajib pajak sendiri. Hal ini diperbolehkan karena alasan kurangnya pengetahuan
mengenai akuntansi sehingga dalam pencatatan tidak didukung oleh bukti-bukti
yang jelas dan akurat.
6

4. Rekonsiliasi Fiskal
Rekonsiliasi Fiskal adalah suatu proses penyesuaian-penyesuaian laporan
laba/rugi fiskal berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan di
indonesia sehingga diperoleh laba/ rugi fiskal sebagai dasar untuk perhitungan
pajak penghasilan untuk satu tahun tertentu. Berdasarkan pengertian di atas dapt
disimpulkan bahwa ada tiga unsur penting dari proses rekonsialisi fiskal
diantaranya adalah:
1. Laporan Laba Rugi Komersial
Dasar untuk membuat laporan rekonsiliasi fiskal adalah laporan
laba/rugi. Hal ini disebabkan karena pajak penghasilan adalah penghasilan,
sedangkan penghasilan biasanya dicatat di dalam laporan laba/rugi. Hasil
dari Laporan ini adalah laba/rugi yang menjadi dasar dalam perhitungan
besarnya pajak yang harus dibayar oleh perusahaan.perbedaan pengakuan
pendapatan/biaya antara laporan keuangan komersial dengan laporan
keuangan fiskal.
2. Laba/Rugi Fiskal
Hasil dari proses koreksi/penyesuaian terhadap penghasilan atau biaya
di dalam laporan laba/rugi fiskal berdasarkan ketentuan perundang-undangan
adalah laba/rugi fiskal. Laba/ rugi fiskal ini yang menjadi dasar di dalam
perhitungan besar/ kecilnya pajak terutang bagi perusahaan.

B. PENDAPATAN PERUSAHAAN
1. Pengertian Pendapatan Perusahaan
Istilah pendapatan dan penghasilan sering ditafsirkan dengan arti yang sama,
sebab dalam bahasa Indonesia belum terdapat keseragaman dalam pemakaian
kedua istilah tersebut. Tetapi jika dilihat dari sudut pandang akuntansi, istilah
pendapatan yang diterjemahkan dari kata revenue memiliki arti yang berbeda
dengan istilah penghasilan yang diterjemahkan dari kata income. Untuk lebih
jelasnya tentang pengertian pendapatan, maka ada beberapa definisi mengenai
pendapatan yang dikemukakan oleh para ahli di bidang akuntansi maupun
lembaga profesi akuntan, diantaranya:
1. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2010) dalam PSAK Nomor 23 tentang
pendapatan, menyatakan bahwa “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari
manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu
periode jika arus masuk tersebut megakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak
berasal dari kontribusi penanaman modal”.
2. Menurut Harnanto (2019: 102) menyatakan bahwa “Pendapatan adalah
kenaikan atau bertambahnya set dan penurunan atau berkurangnya liabilitas
perusahaan yang merupakan akibat dari aktivitas operasi atau pengadaan
barang dan jasa kepada masyarakat atau konsumen khusunya”.
3. Menurut Diana dan Setiawati (2017: 361) menyatakan bahwa “Pendapatan
adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas
7

normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”.
4. Menurut Kieso, Warfield dan Weygant (2011: 955) menyatakan bahwa
“Pendapatan adalah arus kas masuk aktiva dan/ atau penyelesaian kewajiban
dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, dan aktivitas
pencarian laba lainnya merupakan operasi yang utama atau besar yang
berkesinambungan selama suatu periode”.
Dilihat dari beberpa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pendapatan merupakan hasil atau jumlah masukan yang didapat atas jasa yang
diberikan oleh perusahaan baik itu melalui penjualan produk atau jasa kepada
para konsumen dalam suatu aktivitas operasi perusahaan tersebut untuk
meningkatkan nilai asset serta menurunkan liabilitas yang timbul dalam
penyerahan barang atau jasa. Pengakuan pendapatan dibagi menjadi 4 bagian,
yaitu:
1. Penjualan Barang
Penjualan barang yang diproduksi sendiri untuk dijual atau barang yang
dibeli untuk dijual. Penghasilan dari penjualan barang diakui jika semua
kondisi penjualan barang memenuhi syarat atau ketentua berikut:
a. Resiko dan manfaat kepemilikan telah dipindahkan secara signifikan dari
entitas kepada pembeli.
b. Pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan atas barang yang
dijual tidak dilanjutkan oleh entitas.
c. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan handal.
d. Manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut kemungkinan
besar akan mengalir ke entitas.
e. Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan
tersebut dapat diukur secara handal.

2. Penyediaan Jasa
Pelaksanaan tugas yang telah disepakati ruang lingkup dan bentuk
penyerahannya oleh kedua belah pihak selama suatu periode waktu kerja.
Penjualan jasa dapat di estimasi secara handal jika memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Jumlah pendapatan dapat diukur secara handal.
b. Manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi penjualan jasa
kemungkinan besar akan mengalir ke entitas. Tetapi jika ketidakpastian
timbul atas kolektibilitas piutang maka jumlah tidak tertagih atau jumlah
pemulihan yang kemungkinannya tidak lagi besar diakui sebagai beban
piutang tak tertagih sebagai penyesuaian terhadap pendapatan dari
penjualan.
c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir pelaporan dapat
diukur secara handal.
8

d. Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan


transaksi tersebut dapat diukur secara handal.

3. Kontrak Kontruksi
Pendapatan kontrak dan biaya kontrak sehubungan dengan kontrak
konstruksi harus diakui oleh perusahaan sebagai pendapatan dan beban
sesuai dengan tingkat penyelesaian aktivitas kontrak tersebut pada akhir
pelaporan dengan menggunakan metode persentase penyelesaian.

4. Bunga, Royalti, dan Deviden


Pendapatan bunga, royalty, deviden diakui:
a. Jika manfaat ekonomi transaksi tersebut kemungkinan besar akan
mengalir pada entitas. Tetapi jika ketidakpastian timbul atas kolektibilitas
piutang maka jumlah tidak tertagih atau jumlah pemulihan yang
kemungkinannya tidak lagi besar diakui sebagai beban 11 piutang tak
tertagih sebagai penyesuaian terhadap pendapatan dari bunga, royalti dan
dividen.
b. Jika pendapatan dapat diukur dengan handal. Tetapi tidak mengatur
pendapatan tentang:
o Perjanjian sewa (PSAK 30 (revisi 2007)
o Deviden dari investasi dengan metode ekuitas (PSAK 15 (Revisi 2009)
o Kontrak asuransi (PSAK 28, 36)
o Perubahan nilai wajar dari asset dan liabilitas keuangan atau
pelepasannya (PSAK 55 (Revisi 2006)
o Perubahan nilai asset lancer lain
o Ekstraksi hasil tambang (PSAK 33)
Secara akuntansi berdasarkan PSAK 23, pendapatan diukur dengan
ketentuan sebagai berikut:
2. Nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima dijadikan dasar untuk
mengukur pendapatan.
3. Mengukur pendapatan dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat
diterima dan dikurangi diskon atau rabat. Jumlah pendapatan yang timbul
dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan
dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut.
4. Nilai wajar ditentukan dengan mendiskontokan arus kas yang akan diterima
dengan tingkat bunga tersirat, jika pendapatan ditangguhkan.
5. Pertukaran barang serupa tidak dianggap transaksi yang menghasilkan
pendapatan. Bila barang atau jasa dipertukarkan (barter) untuk barang atau
jasa dengan sifat dan nilai yang sama, maka pertukaran tersebut tidak
dianggap sebagai suatu transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Hal ini
sering terjadi dengan komoditi seperti minyak atau susu di mana penyalur
menukarkan (swap) persediaan di berbagai lokasi untuk memenuhi
permintaan dengan suatu dasar tepat waktu dalam suatu lokasi tertentu.
9

6. Pertukaran tidak serupa dianggap transaksi yang menghasilkan pendapatan.


Bila barang dijual atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang dan
jasa yang tidak serupa, pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang
mengakibatkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari
barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara
kas yang ditransfer.

2. Pendapatan Menurut Perpajakan


Sesuai Pasal 4 (1) UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
mengemukakan bahwa “Objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apapun”.

Adapun yang termasuk ke dalam objek pajak menurut UU Nomor 36 Tahun


2008 sebagaimana yang telah dijabarkan di atas, diantaranya:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
c. laba usaha;
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
1) keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
2) keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,
atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
3) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan
dalam bentuk apa pun;
4) keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan
5) keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan
dalam perusahaan pertambangan;
10

e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya


dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;
f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l. keuntungan selisih kurs mata uang asing;
m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. premi asuransi;
o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak;
q. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
s. surplus Bank Indonesia.
Sedangkan penghasilan yang bukan merupakan objek pajak antara lain:
a. 1) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang
berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah; dan; 2) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-
pihak yang bersangkutan;
b. warisan;
c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
11

d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang


diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib
Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak,
Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang
menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15;
e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa;
f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau
badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2) bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik
daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari
jumlah modal yang disetor;
g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun
pegawai;
h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana
dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan;
i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi
kolektif;
j. dihapus;
k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan
usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha
tersebut:
1) merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan; dan
2) sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
l. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya,
yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu
12

paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan; dan
n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

3. Biaya Menurut Perpajakan


Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang menyamakan pengertian
biaya dengan beban. Namun dalam akuntansi dibedakan antara pengertian biaya
dan beban. Setiap beban adalah biaya, tapi tidak setiap biaya adalah beban.
Terdapat perbedaan antara biaya dan beban, diantaranya adalah:
1. Dari Segi Menghasilkan Pendapatan
Biaya adalah pengeluaran yang digunakan untuk mendapatkan
harta/barang/jasa untuk mendapatkan pendapatan/penghasilan. Contoh:
mesin-mesin digunakan untuk pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi
yang nantinya akan dijual dalam rangka memperoleh keuntungan.
Sedangkan beban (expense) adalah biaya yang kita keluarkan karena suatu
hal yang sudah kita nikmati seperti beban listrik, beban air, dan lain-lain.
2. Dilihat dari Manfaatnya
Biaya adalah nilai tukar yang digunakan sebagai prasyarat atau pengorbanan
yang dibuat untuk mendapatkan manfaat dalam hal ini adalah untung, dimana
jangka waktunya lebih dari satu tahun. Sedangkan beban adalah penurunan
manfaat ekonomi dalam suatu periode akuntansi.
3. Dilihat dari Letaknya di Laporan Keuangan
Biaya terletak di Laporan Posisi Keuangan (biaya tersebut belum terpakai
atau biaya-biaya yang diharapkan akan memberi manfaat dimasa yang akan
datang) misalnya sewa dibayar dimuka. Sedangkan beban terletak di Laporan
Laba Rugi (pengeluaran yang tidak dapat memberikan manfaat lagi dimasa
yang akan datang dan pengeluaran yang telah terpakai), misalnya beban
iklan.
Terdapat berbagai dasar dalam melakukan pengukuran biaya namun biaya
historis merupakan pengukuran biaya yang paling sering digunakan. Biaya pada
umumnya diakui bila memenuhi salah satu dari dua kriteria berikut:
1. Konsumsi Manfaat, biaya diakui ketika manfaat ekonomi yang dihasilkan
dari penggunaan biaya tersebut telah digunakan.
2. Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang atau tidak lagi
mempunyai manfaat ekonomi.
Dalam Pasal 6 UU Nomor 36 Tahun 2008 dikemukakan bahwa “Besarnya
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap,
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan”. Adapun biaya-biaya tersebut
diantaranya:
13

a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha, antara lain:
1. biaya pembelian bahan;
2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam
bentuk uang;
3. bunga, sewa, dan royalti;
4. biaya perjalanan;
5. biaya pengolahan limbah;
6. premi asuransi;
7. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
8. biaya administrasi; dan
9. pajak kecuali Pajak Penghasilan;
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan;
d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan;
e. kerugian selisih kurs mata uang asing;
f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
1. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih
kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau
instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya
perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang
antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan
dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari
debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk
penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k; yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
i. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
j. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di
Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
14

k. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan


Peraturan Pemerintah;
l. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah; dan
m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Kepada orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri diberikan
pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak. Berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016, berikut tarif PTKP yang
ditetapkan hingga saat ini adalah:
1. Untuk Wajib Pajak orang pribadi akan menjadi Rp54.000.000,00 (lima puluh
empat juta rupiah);
2. Untuk Wajib Pajak yang kawin mendapat tambahan sebesar Rp4.500.000,00
(empat juta lima ratus ribu rupiah);
3. Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami sebesar Rp54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah);
4. Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat sebesar Rp4.500.000,00
(empat juta lima ratus ribu rupiah), maksimal 3 (tiga) orang setiap keluarga.
Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan:
a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, sekutu, atau anggota;
c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
1) cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain
yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
2) cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3) cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4) cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5) cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
6) cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan
limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri,
yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang
pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung
sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;
15

e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang


diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan
dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam
bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan;
f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham
atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;
g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf
m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat
yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang
diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah;
h. Pajak Penghasilan;
i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib
Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
j. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
k. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di
bidang perpajakan.
Berdasarkan Pasal 14 ayat 2 UU Nomor 36 Tahun 2008 Wajib Pajak orang
pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran
brutonya dalam 1 (satu) tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah) boleh menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dengan syarat memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak
dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.

Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


54/Pmk.03/2021 tentang Tata Cara Melakukan Pencatatan Dan Kriteria Teiitentu
Serta Tata Cara Menyelenggarakan Pembukuan Menimbang Untuk Tujuan
Perpajakan menuliskan bahwa Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan Pembukuan. Ada pengecualian untuk Wajib Pajak yang
memenuhi ketetentuan, tetapi wajib melakukan pencatatan. Ketentuan tersebut,
yaitu:
16

a. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto;
b. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas; dan
c. Wajib Pajak orang pribadi yang memenuhi kriteria tertent
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Akuntansi pajak adalah sistem informasi berupa sebuah proses pencatatan,
penggolongan, serta pengikhtisaran transaksi keuangan yang nantinya akan
dijadikan sebagai landasan atau acuan bagi wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakan. Perbedaan antara akuntansi pajak dan akuntansi
komersil terletak pada tujuannya, dimana akuntansi komersil menyediakan
laporan dan informasi keuangan kepada pihak pengambil keputusan yang
bersifat rahasia, sedangkan akuntansi pajak memberikan laporan keuangan dan
tax complinance untuk menentukan besarnya pajak terutang dan bersifat umum.
Pendapatan adalah hasil yang didapat atas penjualan oleh perusahaan baik
berupa produk ataupun jasa, pengakuan pendapatan dibagi menjadi 4 :
a. Penjualan barang
b. Penyediaan jasa
c. Kontrak kontruksi
d. Bunga, royalti, dan dividen
Pasal 4 (1) UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
mengemukakan bahwa “Objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apapun”.

17
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pajak. (2008). Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang


Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan.
Donny Indradi. (2018). Pendapatan Menurut Perpajakan
https://www.academia.edu/28154213/PERTEMUAN_14_Pendapatan_menuru
t_Perpajakan. (Diakses pada 2 Februari 2023).
Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). Modul Level Dasar (CAFB) Akuntansi Keuangan.
Jakarta Pusat : Ikatan Akuntansi Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2018). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Kementerian Keuangan (2011). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 54/Pmk.03/202 Tentang Tata Cara Melakukan pendapatan Dan Kriteria
Tertentu serta Tata Cara Menyelenggarakan Pembukuan Menimbang Untuk
Tujuan Perpajakan.
Ningrum, F. A. (2019). Analisis Koreksi Fiskal Atas Laporan Keuangan Komersial
Pada PT. Cakra Buana Alkesindo (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara). Diakses dari
http://repository.umsu.ac.id/handle/123456789/5991.
Pratiwisari, L. (2020). Sudah Tahu Tentang PTKP?Beigini Penjelsannya. [Online].
Tersedia: https://www.pajak.go.id/id/artikel/sudah-tahu-tentang-ptkp-begini-
penjelasannya. (Diakses pada 2 Februari 2023).
Supriyanto, Eddy. (2011). “Akuntansi Perpajakan”. Edisi Pertama. Yogyakarta. Graha
Ilmu..
Sitorus, M. (2019). Analisis Pengakuan Pendapatan dan Beban pada PT Socfindo
Medan. Papers, Universitas HKBP Nommensen. Diakses dari
http://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/3219.
Tomasowa, T. (2022). Akuntansi Perpajakan. Nas Media Pustaka.

18

Anda mungkin juga menyukai