Anda di halaman 1dari 18

PAJAK PENGHASILAN PPH

TUGAS MANDIRI

PERPAJAKAN

Nama : Tri Wahyuni Simanjuntak


NPM : 200910217
Dosen : Haposan Banjarnahor, S.E., M.SI
Kode kelas : 221-MN016-M3

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PUTERA BATAM
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan dan puji syukur karna Tuhan Yang Maha Esa masih memberkati
dan melindungi hingga saat ini, sebagaimana makalah ini ada, serta kesanggupan
dalam menyelesaikan tugas mandiri yang berbentuk makalah ini dengan judul
pajak penghasilan pph, dari mata kuliah perpajakan yang telah di ajarkan oleh
bapak Haposan Banjarnahor, S.E., M.SI di pertemuan-pertemuan sebelumnya
disetiap hari jumat yang lalu melalui luring yang berada di kelas Y-311 di
Universitas Putera Batam, Tembesi. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas mandiri yang telah diberikan kepada saya di Universitas Putera Batam.
Saya juga berterima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah perpajakan
bapak Haposan Banjarnahor, S.E., M.SI yang sudah memberikan ilmu nya kepada
saya tentang materi pajak penghasilan pph sebagaimana sangat membantu dalam
pemahaman mengenai perpajakan yang ada di Indonesia ini. Saya juga
berterimakasih kepada semua pihak dan sumber-sumber yang telah membantu
saya untuk menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan terkait dengan investasi reksa dana sebagai alternatif investasi bagi
investor pemula sebagaimana telah di jelaskan dalam makalah ini.
Kesadaran saya bahwa makalah ini tidak lepas dari adanya
ketidaksempurnaan. Jika ada salah kata, kalimat dan maksud tujuan serta
penjelasan yang kurang jelas dan kurang dimengerti dalam makalah ini, mohon
dimaklumi. Maka dari itu perlunya kritik serta saran yang baik, berguna serta
mambangun untuk membantu saya memperbaiki dan menyempurnakan makalah
ini dengan baik.

Batam, 12 Januari 2023


Penulis,

i
Tri Wahyuni Simanjuntak

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
2.1 Pengertian Pajak Penghasilan.............................................................................3
2.2 Kategori Pajak Penghasilan.................................................................................3
2.3 Dasar Hukum Pengaturan Pajak Penghasilan.....................................................3
2.4 Subjek Pajak Penghasilan...................................................................................4
2.5 Objek Pajak Penghasilan.....................................................................................8
2.6 PTKP dan PKP...................................................................................................11
BAB III...............................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pajak adalah Kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedang pajak Penghasilan
adalah pajak yang dibebankan kepada penghasilan perorangan, perusahaan atau
badan hukum lainnya. Pajak penghasilan bisa diberlakukan secara progresif,
proposional, atau regresif.

Pajak Penghasilan merupakan pajak yang dipungut kepada objek pajak


atas penghasilan yang diperolehnya. PPh akan selalu dikenakan terhadap orang
atau badan usaha selaku wajib pajak yang memperoleh penghasilan. Setiap
perusahaan jasa maupun non jasa sebagai wajib pajak diwajibkan untuk
membayar pajak. Bagi perusahaan, pajak merupakan sumber pengeluaran tanpa
adanya imbalan langsung untuk perusahaan tersebut. Sehingga biasanya banyak
perusahaan melakukan upaya untuk membayar pajak terutangnya sekecil mungkin
selama hal tersebut memungkinkan. Untuk itu penulis akan membahas segala
sesuatu yang berkaitan dengan pajak penghasilan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang di atas, dapat diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:

1. Apakah pengertian dari Pajak Penghasilan?

2. Bagaimana dasar hukum pengaturan dari Pajak Penghasilan?

3. Apa sajakah subjek dari Pajak Penghasilan?

4. Apa sajakah objek dari Pajak Penghasilan?

1
5. Apakah PTKP dan PKP itu?

1.3 Tujuan Penulisan


Dalam makalah ini, memiliki tujuan yang hendak dicapai. Adapun yang
menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dari Pajak Penghasilan.

2. Untuk mengetahui bagaimana dasar hukum pengaturan dari Pajak


Penghasilan.

3. Untuk mengetahui apa sajakah subjek dari Pajak Penghasilan.

4. Untuk mengetahui apa sajakah objek dari Pajak Penghasilan.

5. Untuk mengetahui apakah PTKP dan PKP itu.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pajak Penghasilan


Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek
Pajak Penghasilan atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun
pajak.

Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh


penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam
Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh) disebut
Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk
penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya
dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.

Pajak Penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban


pajaknya melekat pada Subjek Pajak yang bersangkutan, artinya kewajiban pajak
tersebut dimaksudkan untuk tidak dilimpahkan kepada Subjek Pajak lainnya. Oleh
karena itu dalam rangka memberikan kepastian hukum, penentuan saat mulai dan
berakhirnya kewajiban pajak subjektif menjadi penting.

2.2 Kategori Pajak Penghasilan


Pajak penghasilan dibedakan menjadi beberapa kategori yakni PPh

yang dikenakan pada wajib pajak orang pribadi, yang terbagi atas pegawai

serta bukan pegawai maupun pengusaha dan PPh yang dibebankan atas

penghasilan wajib pajak badan atau perusahaan, hingga objek yang

dikenakan PPh itu sendiri.

3
2.3 Dasar Hukum Pengaturan Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia diatur pertama kali dengan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 dengan penjelasan pada Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50. Selanjutnya berturut-turut peraturan
ini diamandemen oleh:

 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991

 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994

 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000

 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

Mulai juli 2003 sampai desember 2004, pemerintah menerapkan sistem


pajak yang ditanggung pemerintah yang diataur dalam: Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2003 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
486/KMK.03/2003

Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) telah disesuaikan juga


beberapa kali dalam:

 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004, berlaku untuk


tahun pajak 2005 (sekaligus meniadakan pajak yang ditanggung
pemerintah).

 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005, berlaku untuk


tahun pajak 2006

2.4 Subjek Pajak Penghasilan


Subjek PPh adalah orang atau pihak yang bertanggungjawab atas pajak
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak maupun bagian tahun
pajak. Subjek pajak penghasilan artinya orang yang harus membayar pajak
penghasilan dan disebut sebagai Wajib Pajak (WP). Status sebagai WP ini
ditetapkan dengan cara yang bersangkutan mendaftarkan diri terlebih dahulu ke
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak

4
(NPWP). Pendaftaran diri sebagai WP dilakukan di KPP tersebut harus sesuai
dengan wilayah domisili yang bersangkutan. Merujuk pada UU PPh, subjek pajak
penghasilan terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya:

a. Orang Pribadi
Orang pribadi adalah subjek pajak penghasilan bagi yang mencakup orang
pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia maupun di luar
Indonesia. Subjek PPh Orang Pribadi (OP) ini terdiri terdiri dari:
 Subjek PPh OP Dalam Negeri.
Subjek PPh OP Dalam Negeri ini berlaku bagi yang telah menerima
atau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP). Besar PTKP yang ditetapkan sebesar:
- Rp15.84.000 untuk diri wajib pajak orang pribadi
- Rp1.320.000 tambahan untuk wajib pajak yang kawin
- Rp15.840.000 tambahan untuk seorang istri yang
- penghasilannya digabung dengan penghasilan suami
sebagaimana dimaksud dalam 8 ayat (1)
- Rp1.320.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga
- sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus
- serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
- paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga
 Subjek PPh OP Luar Negeri
Subjek PPh OP Luar Negeri ini berlaku bagi yang menerima atau
memperoleh penghasilan yang bersumber dari Indonesia maupun
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
b) Warisan yang belum terbagi
Masih merujuk pada UU PPh No. 36/2008, yang dimaksud warisan belum
terbagi sebagai subjek pajak PPh di sini agar pengenaan pajak atas
penghasilan yang berasal warisan tersebut tetap dilaksanakan. Artinya,
warisan yang di tinggalkan oleh subjek pajak dalam negeri ini mengikuti
status pewaris. Katika warisan yang di tinggalkan oleh pewaris tersebut

5
belum dibagikan kepada ahli waris, bisa saja memberikan penghasilan
meski pewaris tersebut telah meninggal. Adapun untuk pelaksanaan
pemenuhan kewajiban perpajakannya, warisan tersebut menggantikan
kewajiban ahli waris yang berhak. Jika warisan itu telah dibagi, maka
kewajiban perpajakannya beralih kepada ahli waris. Sedangkan warisan
yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh orang pribadi sebagai subjek
pajak luar negeri yang tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, maka tidak dianggap
sebagai subjek pajak pengganti. Karena pengenaan pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh orang pribadi dimaksud melekat pada
objeknya.

Sementara menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, subyek pajak


penghasilan adalah sebagai berikut:

1. Orang Pribadi

yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi


yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam
suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia.

2. Harta Warisan Belum Dibagi 

yaitu warisan dari seseorang yang sudah meninggal dan belum dibagi
tetapi menghasilkan pendapatan, maka pendapatan itu dikenakan pajak.

3. Badan

badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit


tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

 pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

6
 pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

 penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau


Pemerintah Daerah; dan

 pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara; dan

4. Bentuk usaha tetap 

yaitu bentuk usaha yang digunakan oleh orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia atau berada di indonesia tidak lebih dari
183 hari dalam jangka waktu dua belas bulan, atau badan yang tidak
didirikan dan berkedudukan di Indonesia, yang melakukan kegiatan di
Indonesia.

Dan yang tidak termasuk Subjek Pajak adalah sebagai berikut :

1. Badan perwakilan negara asing;

2. Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari


negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang
bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat:

- bukan warga Negara Indonesia; dan


- di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar
jabatan atau pekerjaannya tersebut;
- negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

3. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan


Menteri Keuangan dengan syarat :

- Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;

7
- tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;

4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan


dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat :

- bukan warga negara Indonesia; dan


- tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia.

2.5 Objek Pajak Penghasilan


Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan
nama dan dalam bentuk apapun.

Undang-undang Pajak Penghasilan Indonesia menganut prinsip pemajakan


atas penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak dikenakan atas
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib
pajak darimanapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau
menambah kekayaan wajib pajak tersebut.

Pengertian penghasilan dalam Undang-undang PPh tidak memperhatikan


adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan
kemampuan ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak merupakan ukuran terbaik mengenai kemampuan Wajib
Pajak tersebut untuk ikut bersama-sama memikul biaya yang diperlukan
pemerintah untuk kegiatan rutin dan pembangunan.

Objek Pajak Penghasilan yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam
bentuk apapun termasuk:

8
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali
ditentukan lain dalam Undang-undang Pajak Penghasilan;
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;
c. Laba usaha;
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
- keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
- keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
karena
- pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota;
- keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran,pemecahan atau pengambilalihan usaha;
- keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak
pihak yang bersangkutan;
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya;
f. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
g. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
h. Royalti;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

9
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. Premi asuransi;
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak:
- Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak.
- Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, epanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-
pihak ybs;
- Warisan;
- Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
- Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau Pemerintah;
- Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna dan asuransi beasiswa;
- Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai WP Dalam Negeri, koperasi, BUMN atau BUMD dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat:

10
 dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
 bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima
dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang
disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan
saham tersebut;
- Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan , baik yang dibayar oleh pemberi
kerja maupun pegawai;
- Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam
bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan;
- Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi;
- Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana
selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau
pemberian izin usaha;
- Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura.

2.6 PTKP dan PKP


1. Pengertian PTKP
https://www.pajakku.com/read/633e8168b577d80e80bb2f17/PTKP-
2022-Bagi-Wajib-Pajak:-Simak-Aturan-Terbarunya- Penghasilan
Tidak Kena Pajak atau yang sering disingkat PTKP adalah batasan
nominal tertentu dari pendapatan Wajib Pajak yang tidak dikenakan
pajak. PTKP dapat dikatakan sebagai dasar untuk perhitungan PPh 21.
Tidak dikenakan PPh Pasal 21 jika penghasilan Wajib Pajak tidak
lebih dari PTKP. Begitu pun sebaliknya jika wajib pajak memiliki
penghasilan lebih dari PTKP maka penghasilan neto yang sudah

11
dikurangi dengan PTKP yang akan menjadi dasar perhitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21.
2. Fungsi PTKP

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) memiliki fungsi yaitu sebagai


pengurang penghasilan neto Wajib Pajak (WP) dalam perhitungan PPh
pasal 21. Pasal 21 PPh merupakan pengurang penghasilan yang
dibayarkan. Dalam hal ini PTKP bisa diartikan sebagai dasar untuk
perhitungan PPh 21.  Pemerintah menetapkan Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) wajib pajak orang pribadi sebesar Rp54 juta per tahun
atau Rp4,5 juta per bulan. Namun, angka ini tidak menjadi batas, dan
masih dapat bertambah. Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2021 tentang Peraturan Perpajakan Seragam (UU HPP), PTKP pribadi
masih sebesar Rp 54 juta per tahun, yang merupakan besaran PTKP
yang sama dengan yang diatur dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan (UU PPh). Orang pribadi dengan penghasilan bersih
bulanan di bawah Rp 4,5 juta termasuk dalam kategori Wajib Pajak
Tidak Efektif (WP NE) yang tidak perlu menyampaikan SPT. Namun,
bagi mereka yang penghasilan bruto tahunannya melebihi Rp 54 juta,
PTKP dipotong dari penghasilan bruto, yang akan menghasilkan
jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP). PKP inilah yang kemudian
dikenal dan menjadi basis perhitungan pajak penghasilan (PPh),
dengan perhitungan progresif berdasarkan lapisan tarif yang
ditetapkan pemerintah. Untuk pembayaran pajak penghasilan sampai
dengan tahun pajak 2021, dikenakan bea masuk dan tingkat tarif
dengan mengacu pada Undang-Undang Pajak Penghasilan
3. PKP
https://www.cnbcindonesia.com/news/20221230063312-4-401352/fixed-
kelompok-ini-bebas-pajak-penghasilan-di-2023-lho Peraturan Pemerintah
Nomor 55 Tahun 2022 tentang Penyesuaian Pengaturan di Bidang Pajak
Penghasilan baru saja diteken Presiden Joko Widodo atau Jokowi Artinya,
pelonggaran dan pembebasan kewajiban pajak penghasilan (PPh) orang

12
pribadi dan pengusaha kecil, sebagaimana yang diundangkan dalam UU
Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) akan segera berlaku. Masyarakat
yang gajinya di bawah Rp 4,5 juta per bulan tidak dikenakan pajak
dikarenakan berada di bawah batas Penghasilan Tidak kena Pajak (PTKP).
Adapun, PTKP yang berlaku saat ini masih tetap Rp 4,5 juta per bulan
atau Rp 54 juta per tahun. Dengan demikian, pekerja dengan gaji Rp 4,6
juta ke atas akan dikenakan pajak setiap tahunnya dengan bracket tarifnya
yang paling rendah, yakni 5%.

Adapun, aturan ini juga mengatur pajak bagi para pedagang yang usahanya
dijalankan sendiri atau UMKM orang pribadi. Para pedagang warteg,
warung kopi dan warmindo dengan omzet maksimal Rp 500 juta per tahun
baru dikenakan pajak. Sebelumnya, pelaku UMKM individu semua
dikenakan pajak karena tidak ada pengaturan batasan omset yang
dikenakan pajak. Misalnya, penghasilan per tahun hanya Rp 50 juta atau
bahkan Rp 100 juta per tahun tetap dikenakan PPh final 0,5%.

4. Berikut ini perhitungan tarif pajak bagi individu:

- Penghasilan Rp 60 juta dikenakan tarif 5%


- Penghasilan Rp 60 juta hingga Rp 250 juta dikenakan tarif 15%
- Penghasilan Rp 250 juta hingga Rp 500 juta dikenakan tarif 25%
- Penghasilan Rp 500 juta hingga Rp 5 miliar dikenakan tarif 30%
- Penghasilan Rp 5 miliar ke atas dikenakan tarif 35%.

Adapun, berikut ini rumus perhitungan bagi PPh bagi UMKM:

- Pendapatan Kena Pajak (PKP) = Omzet - PTKP (Rp 500 juta)


- - PPh = PKP x 0,5%

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pajak Penghasilan (umum) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak.
Subjek pajak disini adalah segala seusatu yang mempunyai potensi untuk
memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan pajak pnghasilan.
Undang-undang pajak penghasilan di Indonesia mengatur pengenaan pajak
penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima
atau diperolehnya dalam tahun pajak. Jika subjek pajak telah memenuhi
kewajiban pajak secara objektif maupun subjektif maka disebut wajib pajak.

3.2 Saran
Diharapkan pada para pembaca agar mudah memahami penjelasan yang
telah penulis sajikan dalam makalah ini. Dan diharapkan pula kepada penulis agar
lebih terperinci lagi dalam menjelaskan serta menambah sumber bacaan sebagai
bahan pembuatan makalah selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

klikpajak.id. (24 Juli 2020). Ulasan Lengkap Pajak Penghasilan: Jenis-Jenis PPh,
Objek, Subjek, Tarif dan Contoh. Diakses pada 11 Maret 2021, dari
https://klikpajak.id/blog/perhitungan/pajak-penghasilan-jenis-pph-objek-
subjektarif-perhitungan/
www..slideshare.net. (26 Juni 2015). Makalah Pajak Penghasilan PPh. Diakses
pada 11 Maret 2021, dari https://www.slideshare.net/imronfb1/makalah
perpajakan-1 xii
Suandy, erly. Hukum Pajak. 2005. Salemba Empat: Jakarta

https://www.cnbcindonesia.com/news/20221230063312-4-401352/fixed-
kelompok-ini-bebas-pajak-penghasilan-di-2023-lho

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021

https://www.pajakku.com/read/633e8168b577d80e80bb2f17/PTKP-2022-
Bagi-Wajib-Pajak:-Simak-Aturan-Terbarunya-

15

Anda mungkin juga menyukai