Anda di halaman 1dari 20

PAJAK PENGHASILAN UMUM ORANG PRIBADI

Disusun untuk memenuhi tugas :


Mata Kuliah : Perpajakan
Nama Dosen : Fisit Suharti, S.E., Sy., M.E
Disusun oleh :
1. Santi Ningsih (2017202152)
2. Virlin Dayani Nur Maulida (2017202157)
3. Nur Adi Chandrawan (2017202160)
4. Eti Setiana (2017202164)
5. Tri Widianti (2017202186)
6. Ikomatu; Lutfiah (2017202196)

KELAS 6 PSY D
PRODI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Perpajakan ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ibu Fisit Suharti, S.E., Sy., M.E pada Perpajakan. Selain itu makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Perpajakan di Indonesia bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fisit Suharti, S.E.,
Sy., M.E selaku dosen Perpajakan yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 11 Maret 2023

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Pajak Penghasilan Umum Orang Pribadi ................................................................ 3
B. Tarif dan Perhitungan Pajak Penghasilan Umum Orang Pribadi ............................ 4
C. Pembayaran Pajak Penghasilan Umum Orang Pribadi ......................................... 12
D. Pelaporan Pajak Penghasilan Umum Orang Pribadi. ............................................ 13
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 16
Kesimpulan ....................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak merupakan kontribusi wajib pajak baik orang pribadi maupun
badan kepada negara yang bersifat memaksa dengan tidak mendapat imbalan
secara langsung dan digunakan untuk kemakmuran masyarakat. Setiap
negara pasti terdapat penerimaan dan pengeluaran yang beragam besarnya
dan negara mengharapkan peneriman negara lebih besar daripada
pengeluaranya, namun seering terjadi adalah sebaliknya. Indonesia
merupakan negara yang lebih besar pengeluaranya daripada penerimaanya.
Oleh karena itu, setiap tahun pemerintah berusaha untuk memaksimalkan
penerimaan pajak guna untuk membiayai semua pengeluaran negara yang
pada akhirnya bertujuan untuk menyejahterakan kehidupan masyarakat.
Untuk mengoptimalkan penerimaan pajak pemerintah perlu melakukan
sebuah reformasi pajak.
Peneriman negara yang berasal dari dalam negeri terdiri dari Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Pertambahan Nilai
atas Barang Mewah (PPnBM), bea cukau dan pendapatan penerima lain.
Peranan penerimaan perpajakan semakin penting sebagai sumber utama
penerimaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBM) di
Indonesia karena kebutuhan anggaran belanja dibiayai dari penerimaan
pajak. Hal ini sesuai dengan kondisi dai Indonesia bahwa penerimaan pajak
memiliki kontribusi yang sangat besar dalam pembiayaan pembangunan.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dari Pajak Penghasilan Umum Orang Pribadi?
2. Perhitungan dan Tarif dan Perhitungan Perhitungan Umum Orang
Pribadi?

1
3. Pembayaran Pajak Penghasilan Umum Orang Pribadi?
4. Pelaporan Pajak Penghasilan Umum Orang Pribadi?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian Pajak Penghasilan
Umum Orang Pribadi.
2. Mahasiswa dapat memahami tentang Tarif dan Perhitungan Pajak
Penghasilan Umum Orang Pribadi.
3. Mahasiswa dapat mempelajari tentang Pembayaran Pajak Penghasilan
Umum Orang Pribadi.
4. Mahasiswa mengetahui Pelaporan Pajak Penghasilan Umum Orang
Pribadi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pajak Penghasilan Umum Orang Pribadi


Pajak penghasilan orang pribadi adalah pajak yang dikenakan terhadap
subjek pajak orang pribadi atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
dalam tahun pajak. Subjek pajak penghasilan yang akan dibahas adalah orang
pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia lebih
dari 183 hari dalam periode 12 bulan dan orang pribadi yang dalam satu
tahun pajak berada di Indonesia, serta mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia. Objek pajak penghasilan orang pribadi adalah
penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh oleh Orang Pribadi, baik yang berasal dari indonesia maupun luar
Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan wajib pajak.1
Pada dasarnya terdapat tiga mekanisme perhitungan PPh OP yang
dibedakan berdasarkan jumlah penghasilan dan penggunaan metode
pencatatan atau pembukuan yang dilakukan, yaitu:
1. Mekanisme Umum
Bagi orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan, perhitungan
pajaknya dilakukan dengan menggunakan mekanisme perhitungan biasa
sesuai ketentuan tarif pada UU PPh Pasal 17.
2. PPh Final PP 23 tahun 2018
Bagi orang pribadi yang tidak menyelenggarakan pembukuan, maka akan
dikenakan PPh yang bersifat final sesuai dengan tarif dan ketentuan yang
ditetapkan pada PP 23 tahun 2018.
3. Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN)
Bagi orang pribadi yang tidak menyelenggarakan pembukuan, namun
mengajikan pemberitahuan kepada DJP untuk menggunakan NPPN,
1
Maryadi, Modul Perpajakan Daerah, 2018.

3
maka perhitungan pajak dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan
jumlah penghasilan neto berdasarkan ketentuan norma yang ditetapkan
pada PER-17/PJ/2015, kemudian pajak dihitung berdasarkan tarif pada
UU PPh Pasal 17.
Ketentuan hukum yang berlaku untuk PPh OP dengan mengacu pada
aturan-aturan sebagai berikut:
1. UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 tentang tarif yang diberlakukan oleh
pemerintah terhadap subjek pajak.
2. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-536/PJ/2000 tentang norma
penghitung penghasilan neto bagi wajib pajak yang dapat menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitung.
3. Peraturan Dirjen Pajak No. PER-17/PJ/2015 tentang norma penghitung
pengahsilan neto.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 23 Tahun 2018 tentang
pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau
diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu
(menggantikan PP 46 tahun 2013).
5. UU No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan
(perubahan UU No. 6 tahun 1983).

B. Tarif dan Perhitungan Pajak Penghasilan Umum Orang Pribadi


1) Tarif Penghasilan Orang Pribadi
Tarif PPh 21 terbaru 2022 kini telah berlaku. Pemerintah melakukan
perubahan yang cukup signifikan terkait ketentuan perpajakan melalui
Undang-Undang Harmonisasi Perpajakan atau biasa dikenal pula UU HPP.
Adapun perubahan ketentuan perpajakan yang cukup menonjol adalah tarif
pajak orang pribadi yang sebelumnya diatur dalam Pasal 17 UU Pajak
Penghasilan (UU PPH). Berikut ini adalah dafar tarif PPh 21 terbaru 2022
yang berlaku:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

4
0 – Rp60.000.000/tahun 5%
>Rp60.000.000 – Rp250.000.000/tahun 15%
>Rp250.000.000 – Rp500.000.000/tahun 25%
>Rp500.000.000 – Rp5.000.000.000/tahun 30%
> Rp5.000.000.000/tahun 35%

2) Perhitungan Pajak Penghasilan Umum Orang Pribadi


Penghasilan yang diterima Wajib Pajak dapat berupa penghasilan yang
diperoleh dari hubungan kerja atau penghasilan yang diperoleh dari usaha
bebas. Pajak Penghasilan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan
tarif Pajak Penghasilan dengan Penghasilan Kena Pajak. Penghasilan Kena
Pajak merupakan dasar perhitungan untuk menentukan besarnya Pajak
Penghasilan yang terutang. Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang
Pribadi, di samping kompensasi kerugian, Penghasilan Netto-nya dikurangi
terlebih dahulu dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). 2
Sekema Pembagian Mekanisme Perhitungan PPh Orang Pribadi:
1. Jika Peredaran Bruto lebih dari Rp. 4,8 Miliar.
Jika wajib pajak orang pribadi menjalankan kegiatan bisnis atau
pekerjaan denga peredaran bruto yang lebih dari 4,8 Miliar dalam
setahun, maka harus melakukan pembukuan dengan PPh akan dihitung
dengan berdasarkan mekanisme umum.
2. Jika Peredaran Bruto kurang dari Rp.4,8 Miliar
Saat wajib pajak orang pribadi atau objek penghasiln orang pribadi
melakukan kegiatan bisnis atau melakukan pekerjaan dengan
mempunyaiperedaran bruto yang kurang dari 4,8 Miliar selam setahun,
maka bisa menggunakan metode perhitungan pajak penghasilan, yaitu:
a Melakukan pencatatan
PPh akan dihitung dengan berdasarkan norma perhitungan
penghasilan neto sesuai dengan pasal 17 UU PPh No. 38 tahun 2008,

2
M.Si Amanita Novi Yushita, “Pajak Penghasilan Umum” (2018): 33.

5
atau PPh akan dihitung dengan PP no. 23 tahun 2018.
b Memilih pembukuan
PPh akan dihitung dengan berdasarkan mekanisme umum.
Dalam Undang-undang Pajak Penghasilan Indonesia dikenal dua
golongan Wajib Pajak, yaitu Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak luar
negeri. Berdasarkan ketentuan Pasal 16 Undang-undang Pajak Penghasilan,
cara menghitung Penghasilan Kena Pajak dibedakan antara Wajib Pajak
dalam negeri dan Wajib Pajak luar negeri. Bagi Wajib Pajak dalam negeri
pada dasarnya terdapat dua macam cara untuk menentukan besarnya
Penghasilan Kena Pajak, yaitu:
1. Perhitungan dengan cara biasa;
2. Perhitungan dengan menggunakan norma perhitungan, termasuk cara
perhitungan dengan mempergunakan Norma Perhitungan Khusus yang
diperuntukan bagi Wajib Pajak tertentu berdasarkan keputusan Menteri
Keuangan. Sedangkan, Bagi Wajib Pajak luar negeri penentuan besarnya
Penghasilan Kena Pajak dibedakan antara :
 Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia.
 Wajib Pajak luar negeri lainnya (yang tidak menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia).
 Dasar Pengenaan Dan Pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal
26.
a Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 adalah sebagai
berikut:
1) Penghasilan Kena Pajak yang berlaku bagi:
 Pegawai tetap.
 Penerima pensiun berkala.
 Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara
bulanan atau jumlah kumulatif penghasilan yang diterima
dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi Rp. 2.025.000,00

6
(dua juta dua puluh lima ribu rupiah).
 Bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c
yang menerima imbalan yang bersifat kesinambungan.
2) Jumlah penghasilan yang melebihi Rp450.000,00 (empat ratus
lima puluh ribu rupiah) sehari, yang berlaku bagi Pegawai Tidak
Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang menerima upah harian, upah
mingguan, upah satuan atau upah borongan, sepanjang
penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan
kalender belum melebihi Rp8.200.000,00 (delapan juta dua ratus
ribu rupiah).
3) 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang
berlaku bagi Bukan Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 huruf c yang menerima imbalan yang tidak bersifat
berkesinambungan.
4) Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima
penghasilan selain penerima penghasilan sebagaimana dimaksud
pada huruf a,b, dan huruf c.
b Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 26 adalah jumlah
penghasilan bruto.
 Pengurangan Penghasilan Bruto
Penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak, sebelum dikalikan tarif pajak
dikurangi lebih dulu penghasilan brutonya dengan pengurang yang
dibolehkan, kompensasi kerugian, biaya jabatan, dan penghasilan tidak kena
pajak (PTKP).
 Pengurangan Yang diperbolehkan
Berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (1) Undang-undang Pajak
Penghasilan, untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi
Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan
penghasilan bruto dikurangi :
a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,
termasuk biaya pembelian bahan, biaya yang berkenaan dengan

7
pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus,
gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga,
sewa, royalty, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, piutang
yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, premi asuransi, biaya
administrasi, dan pajak kecuali Pajak Penghasilan.
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta terwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya
lain yang mempunyai masa manfaat labih dari 1 (satu) tahun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan 11 A Undang-undang
Pajak Penghasilan.
c. Iuran kepada dan pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan.
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan.
e. Kerugian karena selisih kurs mata uang asing.
f. Biaya penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia.
g. Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan.
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat :
 Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi
komersial.
 Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan
Negeri atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN)
atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan.
 Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus.
 Wajib Pajak harus menyerahkan Daftar Piutang Tidak Dapat
Ditagih Kepada Direktorat Jenderal Pajak,
i. Sumbangan dalam rangka penanggulanagan bencana nasional yang

8
ketentuannya diatur Peraturan Pemerintah.
j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang
dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
k. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
l. Sumbangan fasilitas pendirikan yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
m. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
 Kompensasi Kerugian
Berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (2) Undang-undang Pajak
Penghasilan, apabila penghasilan bruto dari Wajib Pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap setelah dilakukan pengurangan dengan pengeluaran-
pengeluaran yang diperkenankan, didapat kerugian, maka kerugian tersebut
dapat dikompensasikan dengan penghasilan neto atau laba fiskal selama 5
(lima) tahun berturut-turut, dimulai sejak tahun pajak berikutnya sesudah
tahun didapatnya kerugian tersebut (Kompensasi Vertikal).
 Penghasilan Tdak Kena Pajak
Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan No.: 101/PMK.010/2016 yang mulai berlaku tanggal 1 Januari
2013, sebagai berikut:
a. Rp.54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) untuk diri Wajib Pajak
pribadi;
b. Rp. 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk
Wajib Pajak yang kawin;
c. Rp.54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) tambahan untuk
seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami;
d. Rp. 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk
setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis

9
keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap anggota keluarga.
 Biaya Jabatan
Khusus untuk pegawai tetap, di samping biaya-biaya yang disebutkan di
atas, dalam menghitung besarnya penghasilan neto, penghasilan brutonya
dikurangi juga dengan biaya jabatan. Biaya Jabatan yaitu biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Besarnya biaya jabatan
tersebut ditentukan sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, dengan
jumlah maksimum yang diperkenankan sejumlah Rp.6.000.000,00 (enam juta
rupiah) setahun atau Rp.500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) sebulan.
 Pengeluaran Yang Tidak Boleh Dikurangkan Dari Penghasilan
Bruto.
Berdasarkan ketentuan Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Pajak
Penghasilan, untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi
Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan :
1 Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi.
Tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan adalah biaya
yang dikeluarkan atau dibebankan oleh perusahaan untuk kepentingan
pribadi, seperti perbaikan rumah pribadi, biaya perjalanan, biaya premi
asuransi yang dibayar oleh perusahaan untuk kepentingan pribadi atau
keluarganya.
2 Pembentukan atau pemupukan dana cadangan
3 Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh wajib pajak orang
pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut
dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;
4 Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan
pemberian dalam bentuk natura dan kenikmatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri

10
Keuangan;
5 Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan;
6 Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, harta hibahan yang
diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,
dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan, dan
warisan, kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh
Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama islam dan atau Wajib Pajak
badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan
oleh Pemerintah.
7 Pajak Penghasilan.
Yang dimaksud dengan Pajak Penghasilan dalam ketentuan ini adalah
Pajak Penghasilan yang terutang oleh Wajib Pajak yang bersangkutan.
8 Biaya dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib
Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya.
9 Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pribadi Wajib Pajak atau yang
menjadi tanggungannya, pada hakekatnya merupakan penggunaan
penghasilan oleh Wajib Pajak yang bersangkutan. Oleh karena itu biaya
tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan.
10 Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi
pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
 Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Fata adalah seorang pegawai negeri sipil dengan status menikah dan
mempunyai tiga anak. Fata menerima gaji Rp8.000.000 per bulan.
Membayar iuran pensiun sebesar Rp200.000 dan biaya jabatan 5% dari

11
gaji pokok. Perhitungan PPh 21-nya adalah sebagai berikut:

C. Pembayaran Pajak Penghasilan Umum Orang Pribadi


Membayar PPH orang pribadi memiliki waktu yang berbeda dengan
menggunakan mekanisme umum dan NPPN dengan menggunakan
mekanisme seperti yang terdapat pada PP 23 tahun 2018.
1 Mekanisme Umum dan NPPN
Pembayaran pajak terutang untuk wajib pajak orang pribadi yang
menggunakan mekanisme umum atau NPPN akan dilakukan setelah
mengetahui nominal pajak kurang bayar pada akhir sesi periode. Batas
waktu pembayaran ataupun penyetoran PPh orang pribadi adalah
sebelum masuk SPT Tahunan PPh Orang pribadi disampaikan, yakni
sebelum tanggal 31 Maret pada periode selanjutnya.
2 PP 23 tahun 2018
Pembayaran pajak terutang untuk wajib pajak orang pribadi yang
menggunakan PP 23 tahun 2018 bisa dilakukan perbulan dengan
mengacu pada nilai omset usaha atau peredaran bruto setiap bulannya.
Pembayaran nominal pajak final ini bisa dilakukan maksimal pada
tanggal 10 dalam bulan selanjutnya.

12
D. Pelaporan Pajak Penghasilan Umum Orang Pribadi.
Setiap wajib pajak orang pribadi memiliki kewajiban dalam melaporkan
penghasilan, harta, dan juga kewajiban mereka selama setahun sekali dalam
bentuk formulir SPT Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak. Periode pelaporan
SPT PPH orang pribadi terhitung sejak tanggal 1 Januari sampai tanggal 31
Desember dan wajib dilaporkan ke kantor pelayanan pajak sebelum tanggal
31 Maret di tahun selanjutnya. Formulir Penyampaian SPT Tahunan pribadi
untuk karyawan dan untuk pebisnis pun berbeda. Wajib pajak orang pribadi
yang berstatus karyawan harus menggunakan formulir SPT 1770SS atau
1770S. Sedangkan wajib pajak orang pribadi yang berstatus sebagai pebisnis
harus menggunakan formulir SPT 1770.
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP)
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak,
objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Terdapat dua
macam SPT yaitu:
1) SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.
2) SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak
atau Bagian Tahun Pajak.
 Ketentuan Tentang Penyampaian SPT
1. Penyampaian SPT oleh WP dapat dilakukan:
a. Secara langsung ke KPP/KP2KP atau tempat lain yang ditentukan
(Drop Box, Pojok Pajak, Mobil Pajak Keliling).
b. Melalui pos dengan pengiriman surat.
c. Dengan cara lain yaitu melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa
kurir dengan bukti pengiriman surat atau e-Filing melalui penyedia
jasa aplikasi atau ASP (Application Service Provider);
d. Untuk SPT PPh Wajib Pajak Orang Pribadi dengan menggunakan
formulir 1770S atau 1770SS, dapat menggunakan aplikasi pada
situs DJP (www.pajak.go.id) berupa aplikasi e-Filing
(efiling.pajak.go.id)

13
2 Bukti penerimaan SPT untuk yang disampaikan:
a. secara langsung adalah tanda penerimaan surat;
b. e-Filing melalui ASP atau situs DJP adalah bukti penerimaan
elektronik;
c. Pos dengan bukti pengiriman surat adalah bukti pengiriman surat;
dan
d. Perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan adalah tanda
penerimaan surat.
3 Batas waktu penyampaian:
a. SPT Masa, paling lama dua puluh hari setelah akhir Masa Pajak,
kecuali untuk SPT Masa PPh Pasal 22, PPN dan PPnBM yang
dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yaitu secara
mingguan paling lama pada hari kerja terakhir minggu berikutnya,
dan SPT Masa PPh Pasal 22 PPN dan PPnBM yang dipungut oleh
Bendahara paling lama 14 hari setelah Masa Pajak berakhir. Untuk
WP dengan kriteria tertentu yang melaporkan beberapa Masa
Pajak dalam satu SPT Masa, paling lama 20 hari setelah
berakhirnya Masa Pajak terakhir.
b. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi,
paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak, sedangkan
untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling
lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
 Penyampaian SPT melalui Elektronik (e-Filing)
Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan secara
elektronik (e-Filling) melalui perusahaan ASP yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Pajak. Wajib Pajak yang telah menyampaikan Surat
Pemberitahuan secara elektronik (e-Filling), wajib menyampaikan induk
Surat Pemberitahuan yang memuat tanda tangan basah dan Surat Setoran
Pajak (bila ada) serta bukti penerimaan secara elektronik ke Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar melalui Kantor Pos secara

14
tercatat atau disampaikan langsung, paling lama 14 (empat belas) hari
sejak tanggal penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik.
Penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik dapat dilakukan
selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu. Surat
Pemberitahuan yang disampaikan secara elektronik pada akhir batas waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan yang jatuh pada hari libur, dianggap
disampaikan tepat waktu.3

3
Mulyani Dianing Ratna Wijayani, Nita Andriyani Budiman Sri, Perpajakan, vol. 21, 2019,
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203.

15
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pajak penghasilan orang pribadi adalah pajak yang dikenakan terhadap
subjek pajak orang pribadi atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam
tahun pajak. Tarif PPh 21 terbaru 2022 kini telah berlaku. Pemerintah melakukan
perubahan yang cukup signifikan terkait ketentuan perpajakan melalui Undang-
Undang Harmonisasi Perpajakan atau biasa dikenal pula UU HPP. Sekema
Pembagian Mekanisme Perhitungan PPh Orang Pribadi jika Peredaran Bruto
lebih dari Rp. 4,8 Miliar dan jika Peredaran Bruto kurang dari Rp.4,8 Miliar.
Setiap wajib pajak orang pribadi memiliki kewajiban dalam melaporkan
penghasilan, harta, dan juga kewajiban mereka selama setahun sekali dalam
bentuk formulir SPT Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak. Periode pelaporan
SPT PPH orang pribadi terhitung sejak tanggal 1 Januari sampai tanggal 31
Desember dan wajib dilaporkan ke kantor pelayanan pajak sebelum tanggal 31
Maret di tahun selanjutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Amanita Novi Yushita, M.Si. “Pajak Penghasilan Umum” (2018): 33.


Maryadi. Modul Perpajakan Daerah, 2018.
Wijayani, Nita Andriyani Budiman Sri, Mulyani Dianing Ratna. Perpajakan. Vol.
21, 2019. http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203.
Klik Pajak. 2018. Pajak Penghasilan Orang Pribadi. KlikPajak.id
Diakses pada tanggal 11 Maret 2023:
https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/kotabumi/id/informasi/perpajakan/pph-pasal-
21.html
https://www.finansialku.com/studi-kasus-cara-menghitung-pajak-penghasilan/
https://www.pajak.go.id/index.php/id/pelaporan-spt-tahunan-pajak-penghasilan-
untuk-wajib-pajak-orang-pribadi

17

Anda mungkin juga menyukai