Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21

Dosen Pengampu:

Dra. Susfa Yetti, M.Si., Ak

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Ivan Leonardo C1C021045

Dwi Juwita C1C021048

Novita Andriani C1C021059

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2022
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

BAB PENDAHULUANI ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II KAJIAN TEORI......................................................................................... 3

2.1. Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan ....................................................... 3

2.2. Perhitungan PPh Pasal 21 Pindah Tugas .................................................. 7

2.3. Perhitungan PPh Pasal 21 Upah ............................................................... 9

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 13

3.2 Saran ....................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan hidayah-Nya tugas makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat
waktu serta berjalan dengan lancar. Penulisan makalah yang berjudul
“Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21” dibuat dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah Perpajakan 2.
Dalam proses penyusunan makalah, penulis mendapat bantuan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada pihak yang telah memberikan masukan demi kelancaran
dan kelengkapan isi makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
ibu Dra. Susfa Yetti, M.Si., Ak. selaku dosen pengampu mata kuliah perpajakan
2, karena tugas yang telah diberikan ini dapat membantu para mahasiswa dalam
menambah wawasan dan pengetahuan menjadi lebih luas.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari
kekurangan. Maka dari itu, penulis akan sangat menghargai semua kritikan serta
saran dari pembaca. Hal itu bertujuan untuk membangun makalah ini agar
menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap dengan adanya makalah ini
dapat bermanfaat kepada pembacanya.

Jambi, 20 September 2022

Tim Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak adalah salah satunya sumber penerimaan Anggaran dan
Pendapatan Belanja Negara yang sangat berperan penting. Dengan adanya
penerimaan pajak, pemerintah memperbesar kemampuan membangun,
memperluas ruang gerak pendanaan bagi berbagai macam program
kegiatan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat tentu adanya bentuk kerjasama yang
baik antara pemerintah dengan masyarakat dan menghasilkan sesuatu yang
saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Bagi pemerintah dapat
melaksanakan kewajibannya sebagai fasilitator dalam melayani publik,
dan bagi masyarakat sendiri dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan
dari pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah.

Adanya kegiatan pemungutan pajak adalah salah satu bentuk


kerjasama yang dilakukan antara pemerintah dengan masyarakat. Sebagai
penunjang kegiatan pembangunan, pemerintah menggunakan pajak yang
diberikan oleh masyarakat yang nantinya juga akan dinikmati oleh
masyarakat itu sendiri. Terlihat dari berbagai prestasi yang diraih oleh
pemerintah, Pemerintah telah memperlihatkan kinerja yang sangat baik
khususnya Direktorat Jenderal Pajak dalam mengumpulkan dana yang
berasal dari masyarakat atau Wajib Pajak. Dan juga dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi-informasi
tentang perpajakan, dengan demikian tentunya dapat menjaring lebih
banyak lagi wajib pajak untuk membayarkan kewajiban pajaknya.
Sehingga dengan bertambahnya wajib pajak akan bertambah pula
penerimaan pajak yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Direktorat Jenderal Pajak memiliki unit kerja yaitu kantor


pelayanan pajak, yang melaksanakan pelayanan kepada masyarakat baik
yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak maupun tidak. Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Padang adalah salah satu unit kerja yang terletak pada

1
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Barat. Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Padang adalah salah satu lembaga yang bertugas
sebagai pemungut pajak.

Bentuk penerimaan pajak yang dipungut oleh Kantor Pelayanan


Pajak terdiri beberapa jenis, salah satu diantaranya yaitu Pajak Penghasilan
(PPh) pasal 21. Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 ini merupakan pajak atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran
lain dengan nama dan bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi
dalam negeri. Setiap tahun penerimaan pajak diharapkan mencapai target
yang telah ditentukan. Lalu penerimaan pajak digunakan untuk
kepentingan melayani kebutuhan publik yang dijalankan oleh pemerintah.
Semua pegawai tetap yang sudah berpenghasilan wajib mempunyai NPWP
dan membayar pajaknya.Pajak tersebut dipungut oleh Kantor Pelayanan
Pajak, salah satunya pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21.
Pegawai tetap Kantor Pelayanan Pajak juga wajib mempunyai NPWP dan
membayar pajak.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana perhitungan Pph Pasal 21 dalam Gaji Karyawan ?
b. Bagaimana perhitungan PPh Pasal 21 dalam Karywan Pindah
Tugas ?
c. Bagaimana perhitungan PPh Pasal 21 dalam Upah Karyawan ?

1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memberi wawasan dan
pengetahuan kepada pembaca untuk mengetahui tentang dasar dasar yang
meliputi filosofi perpajakan dan peraturan perundangan di dalam pajak
penghasilan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan


Untuk menghitung PPh 21 seorang karyawan, hal yang
pertama yang harus dilakukan adalah menghitung Penghasilan Bruto
karyawan, lalu dilanjutkan dengan Penghasilan Neto, menghitung
penghasilan tidak kena pajak (PTKP), menghitung penghasilan kena
pajak (PKP), baru kemudian Anda baru dapat menghitung persentase
PPh 21 yang harus di potong (Rommalla, 2022).
a. Penghasilan Bruto
Penghasilan Bruto adalah hal pertama yang harus Anda hitung
sebelum melakukan perhitungan PPh 21. Penghasilan bruto
adalah jumlah keseluruhan komponen gaji seorang yang diterima
oleh seorang karyawan.
Komponen yang masuk ke dalam perhitungan Penghasilan
Bruto karyawan, diantaranya adalah gaji pokok, berbagai
tunjangan seperti tunjangan BPJS, asuransi, THR, tunjangan
pajak, dan bonus.
Untuk BPJS, tunjangan yang harus dibayarkan berupa
tunjangan BPJS Kesehatan sebesar 4% dari upah, tunjangan
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sebesar 0,24% sampai 1,74%
dari upah, dan tunjangan Jaminan Kematian (JKM) sebesar
0,30% dari upah.
Contoh : seorang karyawan bernama Dudu. Dalam satu bulan ia
menerima penghasilan berupa gaji pokok yang sudah termasuk
tunjangan transportasi sebesar Rp 6.000.000, kemudian
tunjangan BPJS sebesar 4% untuk BPJS Kesehatan, 0,24% untuk
JKK, dan 0,30% untuk JKM, lalu memperoleh THR sebesar 1
bulan upah per tahun dan bonus karena berperforma baik Rp
5.000.000 di akhir tahun. Maka Jumlah Penghasilan Bruto
karyawan tersebut menjadi seperti ini:

3
b. Penghasilan Neto
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menghitung
Penghasilan Neto karyawan. Penghasilan neto didapat dari
Penghasilan Bruto yang dikurangi komponen pengurangan.
Komponen pengurangan tersebut diantaranya adalah biaya
jabatan, iuran pensiun karyawan, dan jaminan hari tua (JHT).
Dalam Peraturan Dirjen Pajak No Per-16/PJ 2016, biaya
jabatan didefinisikan sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih
dan memelihara penghasilan. Besaran komponen ini adalah 5%
dari gaji pokok, dengan potongan maksimal sebesar Rp 500.000
per bulan. Itu berarti biaya jabatan hanya akan memiliki nilai
lebih kecil atau sama dengan Rp 500.000, berapapun nilai
persentase 5% yang dihasilkan dari total gaji pokok.
Untuk biaya pensiun, perhitungannya sebesar 5% dari
Penghasilan Bruto seorang karyawan dengan nilai potongan
maksimal Rp 200.000 per bulan atau Rp 2.400.000 per
tahun. Sementara untuk JHT hanya dihitung untuk yang
ditanggung oleh pekerja, sebesar 2% dari upah tetap sebulan
(gaji pokok + tunjangan tetap).
Melanjutkan contoh karyawan di atas, perhitungan
Penghasilan Neto Dudu akan menjadi seperti ini:

4
c. Pengurangan Penghasilan Tidak Kena Pajak
Setelah didapatkan jumlah Penghasilan Neto, yang harus
dilakukan adalah mengurangi Penghasilan Neto ini dengan
jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), yaitu batas
penghasilan wajib yang dibebaskan dari pajak dalam satu tahun.
Jumlah PTKP ditentukan dari besarnya tanggungan keluarga
yang dimiliki oleh seorang pegawai.
PTKP merupakan komponen pengurangan terbesar dalam
perhitungan PPh 21. Setelah Penghasilan Neto dikurangi Jumlah
PTKP, maka akan didapatkanlah Penghasilan Kena Pajak (PKP)
yang akan menjadi basis perhitungan persentase PPh 21.
Melanjutkan contoh karyawan sebelumnya, Dudu yang
belum memiliki keluarga dan anak akan memiliki perhitungan

pengurangan PTKP seperti ini:

Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut:

 Bagi karyawati menikah, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri;


 Bagi karyawati tidak menikah, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri
ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan
sepenuhnya

Jika seorang karyawati yang berstatus menikah dapat


menunjukkan keterangan tertulis dari Pemerintah Daerah setempat,
serendah-rendahnya kecamatan, yang menyatakan bahwa suaminya
tidak menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP adalah
PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk status menikah dan
PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

5
Contoh :

Tahnia (menikah dan mempunyai 3 anak kandung) adalah karyawati tetap


pada perusahaan PT Ambition Company dengan gaji sebulan
Rp18.000.000. Pada Agustus 2018, ia membayar iuran pensiun sebesar
Rp200.000 setiap bulan.

Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan Tahnia dari PT Ambition


Company pada Agustus 2018 adalah:

d. Perhitungan Persentase PPh 21


Langkah terakhir adalah menghitung persentase PPh 21
dari jumlah PKP yang sudah didapat. Tarif PPh 21 merupakan
tarif progresif berlapis, yang berarti persentase pemotongannya
semakin naik seiring dengan bertambahnya jumlah penghasilan
seseorang.
Ketentuan persentase PPh 21 menurut UU Pajak
Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
 PKP hingga Rp 50.000.000 memiliki tarif pajak 5%
 PKP di antara Rp 50.000.000 hingga Rp 250.000.000
memiliki tarif pajak 15%

6
 PKP di antara Rp 250.000.000 hingga Rp 500.000.000
memiliki tarif pajak 25%
 PKP di atas Rp 500.000.000 memiliki tarif pajak 30%
Jika kembali menggunakan contoh Dudu yang memiliki
PKP di bawah Rp 50.000.000, maka perhitungannya menjadi
seperti ini:

Rp 22.915.360 x 5% = Rp 1.145.768 (Jumlah PPh 21


Terutang selama 1 tahun)

Kemudian total jumlah PPh 21 terutang 1 tahun tersebut


tinggal dibagi 12 bulan sehingga menghasilkan angka seperti ini:

Rp 1.145.768 : 12 = Rp 95.480 (Tarif potongan PPh 21 dalam


sebulan)

Hasil akhir Rp 95.480 ini merupakan tarif PPh 21 yang


akan dibebankan kepada penghasilan Dudu setiap bulannya
dalam setahun hingga ada lagi perubahan pada komponen gaji
Dudu.

2.2.Perhitungan PPh Pasal 21 Pindah Tugas


Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) berdasarkan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 merupakan pajak atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan
atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek
pajak dalam negeri.

Perhitungan PPh 21 bagi karyawan yang pindah kerja atau pindah


tugas terkadang memerlukan ketelitian. Sebenarnya cara menghitung PPh
Pasal 21 karyawan perusahaan yang pindah kerja atau pindah tugas sama
saja dengan perhitungan pajak pada umumnya. Ketentuan perhitungan ini
tetap mengacu pada penghasilan tahunan.

7
Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Karyawan Pindah Tugas

Budi seorang jurnalis lajang bekerja di sebuah media cetak nasional


dengan gaji Rp 6.000.000 perbulan dan iuran pensiun Rp 200.000. Pada
bulan Agustus, ia dipindahkan dari kantor Jakarta ke biro Yogyakarta.
Berapa PPh 21 yang harus dipotong dari penghasilan Budi bekerja di
Yogyakarta?

8
Dari hasil perhitungan di atas, PPh 21 yang dipotong dari penghasilan
Budi selama 5 bulan bekerja di biro Yogyakarta adalah Rp 250.000 atau
Rp 50.000 per bulan (Prabandaru, 2019).

2.3.Perhitungan PPh Pasal 21 Upah


Perhitungan PPh 21 upah karyawan harian tidak sama dengan
karyawan yang digaji bulanan, misalnya dalam menerapkan Pendapatan
Tidak Kena Pajak (PTKP). Dalam peraturan perpajakan, karyawan harian
atau pekerja lepas harian merupakan subjek pajak PPh Pasal 21 yang
dikategorikan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas.

Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas merupakan pegawai


yang hanya menerima penghasilan atau upah apabila yang bersangkutan
bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit pekerjaan yang
dihasilkan, atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh
pemberi kerja. Setelah seorang pegawai memperoleh gaji atau upah
berdasarkan pekerjaan yang telah dikerjakan, pegawai tersebut wajib
dikenakan pajak PPh Pasal 21 karyawan harian.

Mengacu pada Peraturan Dirjen Pajak No PER-16/PJ/2016 tentang


Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan
dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi (Rommalla, 2022).
a. Ketentuan Menghitung PPh 21 Upah Harian
1) Apabila penghasilan kumulatif Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga
Kerja Lepas dalam 1 bulan kalender belum melebihi Rp
4.500.000, berlaku ketentuan berikut:
a) Tidak dilakukan pemotongan PPh 21, jika penghasilan sehari
atau rata-rata sehari belum melebihi Rp 450.000
b) Dilakukan pemotongan PPh 21, jika penghasilan sehari atau
rata-rata sehari melebihi Rp 450.000, dan jumlah Rp 450.000
tersebut merupakan jumlah yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto.

9
2) Rata-rata penghasilan sehari adalah rata-rata upah mingguan,
upah satuan, atau upah borongan untuk setiap hari kerja yang
digunakan.
3) Dalam hal Pegawai Tidak Tetap telah memperoleh penghasilan
kumulatif dalam 1 bulan kalender melebihi Rp 4.500.000 maka
jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah
sebesar PTKP yang sebenarnya.
4) PTKP yang sebenarnya adalah PTKP untuk jumlah hari kerja
yang sebenarnya.
5) PTKP sehari sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang
sebenarnya adalah sebesar PTKP setahun dibagi 360 hari.
6) Iuran jaminan hari tua atau tunjangan hari tua yang dibayar
sendiri oleh Pegawai Tidak Tetap kepada badan penyelenggaran
jaminan sosial tenaga kerja atau badan penyelenggara tunjangan
hari tua, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
b. Tarif PPh 21 Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas

c. Contoh perhitungan PPh 21 Upah Harian Sampai dengan Rp


450.000
Iwan merupakan karyawan lepas dengan upah harian Rp 450.000, dan
ia bekerja 10 hari selama bulan Januari. Berapa potongan pajaknya?

10
*) Karena upah harian belum melebihi Rp 450.000 dan upah
kumulatif sebulan belum melampaui Rp 4.500.000, maka penghasilan
Iwan tidak dipotong PPh 21.

Upah bersih diterima sebulan (Januari) adalah Rp 4.500.000.


Pada bulan Februari, Iwan bekerja selama 14 hari. Hingga hari ke-10,
penghasilan Iwan belum melampaui Rp 4.500.000, sehingga potongan
PPh 21 tetap Rp 0. Artinya, dari hari pertama hingga hari ke-10, ia
menerima upah bersih Rp 450.000 per hari.
Namun, pada hari ke-11 penghasilan kumulatifnya sudah melebihi Rp
4.500.000, maka berlaku tarif 5% x (upah – PTKP sebenarnya).
PTKP sehari adalah PTKP setahun (Rp 54.000.000) dibagi 360 hari,
yakni Rp 150.000. Sedangkan PTKP sebenarnya adalah PTKP sehari
dikalikan jumlah hari menerima penghasilan.
Pada hari ke-11, Iwan menerima upah bersihsebesar:

Pada hari selanjutnya, berlaku PTKP sehari yaitu Rp 150.000.

11
Hari ke-12, 13, dan 14, Iwan menerima upah bersih setiap hari masing-masing:

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menghitung PPh 21 seorang karyawan, hal yang pertama yang
harus dilakukan adalah menghitung Penghasilan Bruto karyawan,
lalu dilanjutkan dengan Penghasilan Neto, menghitung penghasilan
tidak kena pajak (PTKP), menghitung penghasilan kena pajak (PKP),
baru kemudian anda baru dapat menghitung persentase PPh 21 yang
harus di potong.
Perhitungan PPh 21 bagi karyawan yang pindah kerja atau pindah tugas
terkadang memerlukan ketelitian. Sebenarnya cara menghitung PPh Pasal
21 karyawan perusahaan yang pindah kerja atau pindah tugas sama saja
dengan perhitungan pajak pada umumnya. Ketentuan perhitungan ini tetap
mengacu pada penghasilan tahunan.
Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas merupakan pegawai
yang hanya menerima penghasilan atau upah apabila yang bersangkutan
bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit pekerjaan yang
dihasilkan, atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh
pemberi kerja. Setelah seorang pegawai memperoleh gaji atau upah
berdasarkan pekerjaan yang telah dikerjakan, pegawai tersebut wajib
dikenakan pajak PPh Pasal 21 karyawan harian.
Mengacu pada Peraturan Dirjen Pajak No PER-16/PJ/2016 tentang
Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan
dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa/i dapat menjadikan makalah ini sebagai
bahan/materi atau referensi pembelajaran dan menembah pengetahuan
mahasiswa/i khususnya mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21.

13
DAFTAR PUSTAKA

Prabandaru, A. (2019). Menghitung PPh Pasal 21 Karyawan yang Pindah Kerja


dan Pindah Tugas.

Rommalla, S. (2022). Cara Hitung PPh 21 Upah Harian Karyawan.

14

Anda mungkin juga menyukai