Dosen Pengampu:
Dra. Susfa Yetti, M.Si., Ak
Disusun Oleh:
Kelompok 1 (R10)
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya tugas makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu serta berjalan
dengan lancar. Penulisan makalah yang berjudul “Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
23 dan Pasal 26” dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan 2.
Dalam proses penyusunan makalah, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak
yang telah memberikan masukan demi kelancaran dan kelengkapan isi makalah ini. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Dra. Susfa Yetti, M.Si., Ak. selaku dosen
pengampu mata kuliah perpajakan 2, karena tugas yang telah diberikan ini dapat membantu
para mahasiswa dalam menambah wawasan dan pengetahuan menjadi lebih luas.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari kekurangan.
Maka dari itu, penulis akan sangat menghargai semua kritikan serta saran dari pembaca. Hal
itu bertujuan untuk membangun makalah ini agar menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis
berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat kepada pembacanya.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 1
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
KAJIAN TEORI
3
• Jasa custodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh
ksei
• Jasa pengisian suara/ sulih suara
• Jasa mixing film
• Jasa sehubungan dengan software computer, termasuk perawatan,
pemelihraan dan perbaikan
• Jasa instalasi/pemasangan mesin, pealatan, listrik, telepon, air, gas, ac
atau televisi kabel, selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang
lingkupnya dibidang konstruksi dan mempunyai izin atau sertifikat
sebagai pengusaha kontribusi
• Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik,
telepon, air, gas, ac atau televisi kabel, alat transportasi/kendaraan atau
bangunan, selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang
lingkupnya dibidang konstruksi dan mempunyai izin atau sertifikat
sebagai pengusaha kontribusi
• Jasa maklon
• Jasa penyelidikan dan keamanan
• Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer
• Jasa pengepakan
• Jasa penyelidikan tempat dan waktu dalam media masa, media luar
ruang atau media lain untuk pem]nyimpanan informasi
• Jasa pembasmian hama
• Jasa kebersihan atau cleaning service
• Jasa catering atau tata boga
dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan tersebut
tidak memiliki nomer NPWP besarnya tariff pemotongan adalah lebih tinggi
100% daripada tarif yang sebenarnya
D. Pengecualian pemungutan pph Pasal 23
1. PPh Pasal 23 terutang pasa akhir bulan dilakukan pembayaran atau pada
akhir bulan terutangnya pengasilan yang bersangkutan.
2. PPh Pasal 23 harus disetorkan oleh pemotong pajak selambat-lambatnya
tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan saar terutangnya pajak
ke bank presepsi atau kantor pos Indonesia
3. Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan SPT Masa selambat-
lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir
4. Pemotong PPh Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotongan
kepada orang pribadi atau badan yang dibebani PPh yang dipotong
5. Pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23
dilakukan secara desentralisasi artinya dilakukan di tempat terjadinya
pembayaran atau terutangnya penghasilan yang merupakan Objek PPh
5
Pasal 23, hal ini dimaksutkan untuk mempermudah pengawasan terhadap
pelaksanaan pemotongan PPh PAsal 23 tersebut. Transaksi-transaksi yang
merupakan objek pemotongan PPh pasal 23 yang pembayarannya
dilakukan oleh kantor pusat, PPh Pasal 23 dipotong, disetor dan
dilaporkan oleh kantor pusat, sedangkan objek PPh Pasal 23 yang
pembayarannya dilakukan oleh kantor cabang misalnya sewa kantor
cabang, PPh Pasal 23 dipotong, disetor dan dilaporkan oleh kantor cabang
yang bersangkutan.
F. Perhitungan tarif PPh Pasal 23
Contoh Kasus-1:
Pada tanggal 10 May 2010, PT. Sukses Gagalnya, membagikan dividen masing-
masing Rp 10,000,000 kepada 20 pemegang sahamnya. Atas dividen yang
dibagikan, PT. Sukses Gagalnya wajib memungut PPh Pasal 23.
PPh pasal 23 yang harus dipotong PT. Sukses Gagalnya adalah :
=>15% x Rp 10.000.000,- = Rp 150.000,-
=>20 x Rp 150.000,- = Rp 3.000.000,-
Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Mei 2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 Juni 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 Juni 2010
Contoh Kasus-2:
Pada tanggal 20 agustus 2010, PT. Tukang Utang membayar bunga atas pinjaman
membayarkan bunga kepada PT. Lintah Darat sebesar Rp 90.000.000,-
PPh pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Tukang Utang adalah :
=> 15% x Rp 90.000.000 = Rp 13.500.000,-
Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Agustus
2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 September 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 September 2010
Contoh Kasus-3:
CV. Ayam Goreng Krenyes-Krenyes buat Lemes membayar Royalti kepada
Tuan. Doan Wiro Pasaribu atas pemakaian merek Ayam Goreng “Pak Doan”
sebesar Rp 1.000.000.000,- pada tanggal 2 Maret 2010
6
PPh pasal 23 yang harus dipotong CV. Ayam Goreng Krenyes-Krenyes buat
Lemes :
=> 15% x Rp 1.000.000.000,- = Rp 150.000.000,-
Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Maret
2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 April 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 April 2010
Contoh Kasus-4 :
Doan Pasaribu mendapat hadiah sebuah mobil senilai Rp 200.000.000,- atas
undian tabungan yang diselenggarakan Bank Kecap ABC pada tanggal 20 Januari
2010
PPh pasal 23 yang harus dipotong Bank Kecap ABC adalah :
=> 15% x Rp 200.000.000,- = Rp 30.000.000,-
Contoh Kasus-5 :
PT. Selalu Susah menyewa sebuah bus pariwisata dengan nilai sewa Rp
20.000.000,- milik Budi
Apabila Budi tidak mempunyai NPWP maka PPh Pasal 23 yang dipotong PT.
Selalu susah adalah Rp 800.000,-
Contoh Kasus-6 :
PT Kalkulus meminta jasa dari Pak Dodi untuk membuat sistem akuntansi
Perusahaan dengan imbalan sebesar Rp. 22.000.000,- (sudah termasuk PPN)
PPh pasal 23 yang dipotong PT kalkulus adalah
2% x Rp 20.000.0000,- = Rp 400.000,-
PT. Celalu cayang dy membayarkan jasa konsultan PT Jaya sebesar Rp 2.200.000
( termasuk PPN). PT jaya tidak mempunyai NPWP
7
maka PPh pasal 23 yang dipotong PT. Celalu cayang dy adalah:
200% x 2% x Rp 2.000.000 = Rp 80.000,-
Jadi, WP luar negeri seperti ini mendapat penghasilan dari Indonesia tanpa
perlu melakukan kegiatan usaha di Indonesia melalui BUT. Misalnya warga negara
Singapura yang memiliki saham PT Indosat yang menerima penghasilan berupa
deviden dari PT Indosat.
1. BUT dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 26 apabila Penghasilan Kena Pajak
sesudah dikurangi Pajak Penghasilan dari BUT ditanamkan kembali di Indonesia
dengan syarat :
a. Dilakukan dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang didirikan
dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri, dan;
8
b. Dilakukan dalam tahun berjalan atau selambat-lambatnya tahun pajak
berikutnya dari tahun pajak diterima atau diperoleh penghasilan tersebut;
c. Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut sekurang-
kurangnya dalam waktu 2 (dua) tahun sesudah perusahaan tempat
penanaman dilakukan, mulai berproduksi komersil.
2. Badan-badan Internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
D. Tarif dan Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26
Berdasarkan Undang-undang PPh Pasal 26 disebutkan bahwa Tarif dan
Objek PPh Pasal 26 adalah sebagai berikut :
1. 20% (final) dari jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak Luar Negeri berupa :
a. Deviden
b. Bunga, premium, diskonto, premi swap, dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian utang;
c. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
d. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
e. Hadiah dan penghargaan
f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
2. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto berupa:
a. Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia;
b. Premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun melalui
pialang kepada perusahaan asuransi di luar negeri.
3. 20% (final) dari Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu BUT
di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia.
4. Tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara
Indonesia dengan negara pihak pada persetujuan.
E. Saat Terutang, Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 26
PPh Pasal 26 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau akhir
bulan terutangnya penghasilan, tergantung yang mana terjadi lebih dahulu.
Pemotong PPh Pasal 26 wajib membuat bukti pemotongan PPh pasal 26 rangkap 3 :
- Lembar pertama untuk Wajib Pajak luar negeri;
9
- Lembar ke dua untuk Kantor Pelayanan Pajak;
- Lembar ke tiga untuk arsip Pemotong.
PPh Pasal 26 wajib disetorkan ke bank Persepsi atau Kantor Pos dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP), paling lambat tanggal 10 bulan takwim
berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak. SPT Masa PPh Pasal 26, dengan
dilampiri SSP lembar ke dua, bukti pemotongan lembar ke dua dan daftar bukti
pemotongan disampaikan ke KPP setempat paling lambat 20 hari setelah Masa
Pajak berakhir.
Contoh :
- Badan Pemerintah
Tidak ada penjelasan dalam Undang-undang Pajak Penghasilan tentang arti Badan
Pemerintah ini. Namun demikian, tidak sulit untuk mengartikan bahwa yang
dimaksud dengan Badan Pemerintah adalah Pemerintah negara Republik
Indonesia dan Pemerintah Daerah di Indonesia beserta instansi-instansi di
bawahnya.
10
tentang badan tersebut dilakukan di Indonesia. Pengertian badan sendiri
berdasarkan Pasal 2 ayat (1) huruf b Undang-undang Pajak Penghasilan 1984
adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulam, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan
lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
- Penyelenggara kegiatan
Penyelenggara kegiatan bisa berbentuk badan, orang pribadi atau kepanitiaan yang
melakukan suatu event atau kegiatan. Contoh penyelenggara kegiatan adalah
orang pribadi atau badan yang mengorganisir suatu acara seperti pertunjukan,
perlombaan, seminar dan lain-lain.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak penghasilan pasal 23 (PPh Pasal 23) yaitu pajak penghasilan yang
dikenakan atas penghasilan Wajib Pajak Dalam Negeri atau Bentuk Usaha Tetap yang
menerima atau memperoleh penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa,
atau penyelenggara kegiatan selain yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud
dalam PPh Pasal 21, yang telah diatur dalam Undang- Undang Pajak Penghasilan No.
36 tahun 2008.
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan/dipotong atas
penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
(WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa/i dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan/materi atau
referensi pembelajaran dan menembah pengetahuan mahasiswa/i khususnya mengenai
Pajak Penghasilan Pasal 22 untuk Ipor, Bendaharawan dan Industri Tertentu.
12
DAFTAR PUSTAKA
Resmi, S. (2019). PERPAJAKAN TEORI & KASUS BUKU 1 (11th ed.). Salemba Empat.
13