PERPAJAKAN
“PPH 23”
Dosen Pengampu :
Chaeranti Muldayani Dewi, S.E, M.SA.
Oleh : KELOMPOK 5
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpah rahmat, inayah taufik dan
hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam benyuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi
pendidikan dalam profesi keguruan.
kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................2
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian PPh pph pasal 23.......................................................................3
2.2 Pemotongan PPh pasal 23...........................................................................3
2.3 Tarif dan Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 23.................................3
2.4 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 23....................................................5
2.5 Saat Terutang, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23............................6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Kapan saat terutang, pemungutan dan pelaporan PPh Pasal 23 ?
5. Bagaimana cara menghitung tarif PPh Pasal 23 ?
6. Apa saja yang dikecualikan dari PPh Pasal 23 ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari PPh Pasal 23
2. Untuk mengetahui Siapa pemotong PPh Pasal 23
3. Untuk mengetahui Apa saja yang termasuk objek PPh Pasal 23
4. Untuk mengetahui Apa saja yang dikecualikan dari PPh Pasal 23
5. Untuk mengetahui Kapan saat terutang, pemungutan dan pelaporan PPh Pasal 23
6. Untuk mengetahui Bagaimana cara menghitung tarif PPh Pasal 23
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
c. Royalty
d. hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh yang
dimaksut dalam Pasal 21 ayat 1 huruf e
4
jasa instalasi/pemasangan mesin, pealatan, listrik, telepon, air, gas, AC
atau televisi kabel, selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang
lingkupnya dibidang konstruksi dan mempunyai izin atau sertifikat
sebagai pengusaha kontribusi
jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon,
air, gas, AC atau televisi kabel, alat transportasi/kendaraan atau bangunan,
selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang lingkupnya dibidang
konstruksi dan mempunyai izin atau sertifikat sebagai pengusaha
kontribusi
jasa maklon
jasa penyelidikan dan keamanan
jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer
jasa pengepakan
jasa penyelidikan tempat dan waktu dalam media masa, media luar ruang
atau media lain untuk pem]nyimpanan informasi
jasa pembasmian hama
jasa kebersihan atau cleaning service
jasa catering atau tata boga
dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan
tersebut tidak memiliki nomer NPWP besarnya tariff pemotongan adalah lebih
tinggi 100% daripada tarif yang sebenarnya
2.4 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 23
Beberapa jenis penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 sesuai
dengan pasal 23 Aayat (4) uu No 17 tahun 2000, yaitu:
1. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank
2. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak
opsi
3. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai wajin pajak dalam
negeri, koperasi, BUMN, BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan betempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
a. dividen berassal dari cadangan laba yang ditahan
5
b. bagi PT, BUMN dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan saham pada
badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang
disetor
4. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak kolektif
5. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya
6. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang
berfungsi sebagai penyalur pinjaman atau pembiayaan yang diatur dengan PMK.
6
2.6 Perhitungan PPh Pasal 23
1. Contoh Kasus-1:
Pada tanggal 10 May 2010, PT. Sukses Gagalnya, membagikan dividen masing-
masing Rp 10,000,000 kepada 20 pemegang sahamnya. Atas dividen yang dibagikan,
PT. Sukses Gagalnya wajib memungut PPh Pasal 23.
Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Mei 2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 Juni 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 Juni 2010
2. Contoh Kasus-2:
Pada tanggal 20 agustus 2010, PT. Tukang Utang membayar bunga atas
pinjaman membayarkan bunga kepada PT. Lintah Darat sebesar Rp 90.000.000,-
Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Agustus
2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 September 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 September 2010
3. Contoh Kasus-3:
CV. Ayam Goreng Krenyes-Krenyes buat Lemes membayar Royalti kepada Tuan.
Doan Wiro Pasaribu atas pemakaian merek Ayam Goreng “Pak Doan” sebesar Rp
1.000.000.000,- pada tanggal 2 Maret 2010
PPh pasal 23 yang harus dipotong CV. Ayam Goreng Krenyes-Krenyes buat Lemes :
=> 15% x Rp 1.000.000.000,- = Rp 150.000.000,-
7
Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Maret 2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 April 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 April 2010
4. Contoh Kasus-4 :
Doan Pasaribu mendapat hadiah sebuah mobil senilai Rp 200.000.000,- atas undian
tabungan yang diselenggarakan Bank Kecap ABC pada tanggal 20 Januari 2010
PPh pasal 23 yang harus dipotong Bank Kecap ABC adalah :
=> 15% x Rp 200.000.000,- = Rp 30.000.000,-
Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31
Januari2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 Februari 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 Februari 2010
5. Contoh Kasus-5 :
PT. Selalu Susah menyewa sebuah bus pariwisata dengan nilai sewa Rp
20.000.000,- milik Budi
PPh pasal 23 yang harus dipungut PT. Selalu Susah
=> 2% x Rp. 20.000.000,- = Rp 400.000,-
Apabila Budi tidak mempunyai NPWP maka PPh Pasal 23 yang dipotong PT.
Selalu susah adalah Rp 800.000,-
6. Contoh Kasus-6 :
PT Kalkulus meminta jasa dari Pak Dodi untuk membuat sistem akuntansi
Perusahaan dengan imbalan sebesar Rp. 22.000.000,- (sudah termasuk PPN)
PPh pasal 23 yang dipotong PT kalkulus adalah
2% x Rp 20.000.0000,- = Rp 400.000,-
PT. Celalu cayang dy membayarkan jasa konsultan PT Jaya sebesar Rp
2.200.000 ( termasuk PPN). PT jaya tidak mempunyai NPWP
maka PPh pasal 23 yang dipotong PT. Celalu cayang dy adalah:
200% x 2% x Rp 2.000.000 = Rp 80.000,-
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan
yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang
telah dipotong PPh Pasal 21. Dalam melakukan pemotongan PPh Pasal 23 terdapat
pemotong pajak yang telah ditentukan oleh peraturan uu PPh pasal 23 begitu pula
dengan tarif dan penghasilan apasaja yang tergolong dapat dipotong PPh Pasal 23
ataupun yang dikecualikan. Makalah diatas juga menunjukan kapan saat terutang,
pelaporan dan penyetoran PPh pasal 23 yang telah ditentukan oleh UU.
3.2 Saran
Berdasarkan pada pembahasan bab – bab sebelumnya, saran yang dapat penulis
berikan adalah sebagai berikut : 1. Dalam hal pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 23
telah dilakukan dengan baik, yaitu dengan cara bekerja sama dengan pihak rekanan
sehingga tidak terjadi kesulitan, oleh karena itu untuk masa yang akan datang lebih
ditingkatkan jalinan kerja samanya dengan pihak rekanan, dan mempertahankan
kepatuhan dalam membayar pajak sesuai dengan peraturan ddan perundang – undandan
perpajakan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Hendra, H., Pangemanan, S. S., & Tangkuman, S. (2014). Penerapan akuntansi pajak
penghasilan pasal 23 pada PT. Golden Mitra Inti Perkasa. Jurnal EMBA: Jurnal
Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 2(1).
Hasibuan, R., Purba, R. C., & Sitorus, A. P. (2022). Analisis Atas Pelaksanaan
Perhitungan, Pemotongan, Penyetoran Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pph 21
Terhadap Undang-Undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008 Di Koperasi Simpan
Pinjam Pengembangan Pedesaan (Ksp3) Nias Cabang Hiliduho. Jurnal
Teknologi Kesehatan Dan Ilmu Sosial (Tekesnos), 4(1), 59-69.
Luas, C., Runtu, T., & Tirayoh, V. Z. (2018). Penerapan Akuntansi PPh Pasal 23 Atas
Jasa Agen Pada PT. AJB Bumiputera 1912 Cabang Manado. GOING
CONCERN: JURNAL RISET AKUNTANSI, 13(02).
10