Anda di halaman 1dari 10

PPH 23

Metode penelitian kualitatif

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah perpajakan

Pengampu :

MAKALAH

Oleh :

Aulia Rani Pranita : 18622103

Tasya auliyya : 18622133

Rosaniah : 186221

Putri :

S1 PROGRAM AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN

TANJUNG PINANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat tuhan yang maha Esa, karna telah melimpahkan
rahmatnya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik dan tepat pada waktunya.
Terimakasih juga kami ucapkan untuk beberapa panduan buku dan blok serta sumber
online lainnya yang menjadi referensi dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini mengenai PPH
23 , makalah ini juga bertujuan menginformasikan beberapa makna atau pengetahuan lengkap
mengenai PPH 23 secara umum.
Selayaknya kalimat yang menyatakan tidak ada sesuatu yang sempurna kami juga
menyadari bahwa dimakalah ini banyak terdapat kekurangan, mohon dimaklumkan bila ada
salah pengetikan .

Tanjung pinang, 1 desember 2019

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya
dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Pajak merupakan sumber penerimaan negara
yang sangat potensial. Penerimaan hasil pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran yang
berkaitan dengan pembangunan yang dilakukan pemerintah untuk kebutuhan masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu pajak merupakan iuran wajib yang dipungut dari warga Negara
Indonesia yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang. Untuk mendukung berjalannya
pembangun di Indonesia dibutuhkan peran serta kesadaran masyarakat tentang kewajiban
membayar pajak, karena pada akhirnya hasil penerimaan pajak dari masyarakat juga akan
digunakan untuk kepentingan masyarakat. Sehingga fungsi dari diberlakukannya pajak adalah
pencapaian peningkatan ekonomi suatu negara. Sehingga pajak merupakan alternatif yang sangat
potensial sebagai sumber penerimaan negara.
Ketentuan dalam pasal 23 UU PPh mengatur pemotongan pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari
modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah di potong Pajak
Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

1.2. Identifikasi masalah


Berdasarkan uraian yang sudah disampaikan diatas maka dapat dilakukan identifikasi
masalah sebagai berikut :

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan pph 23 ?

1.2.2 tarif pajak

1.2.3 objek pajak pph 23

1.2.4 Apa posittif dan negatif pph 23 ?

1.2.5 cara menghitung pph 23

1.2.6 Apa konsep pph 23 ?

1.2.7 penyetoran dan pelaporan pph 23

1.3 Pembatasan Masalah

Karena luasnya permasalahan yang dihadapi sangat lah luas dihadapi, maka kami
memberikan batasan terhadap masalah ini. Yang akan kami bahas dalam masalah ini mengenai
pph 23 secara umum / subjek tertentu .
1.4 Rumusan Masalah

1.4.1 pengertian pph 23

1.4.2 pemotongan pajak pph 23

1.4.3tarif pajak pph 23

1.4.4 objek pajak pph 23

1.4.5 cara menghitung pph 23

1.4.6 penyetoran dan pelaporan pph 23

. 1.5 Tujuan

1.5.1 mengetahui pengertian dari pph 23

1.5.2 mengetahui pemotongan pajak pph 23

1.5.3 mengetahui tarif pajak pph 23

1.5.4 mengetahui objek pajak pph 23

1.5.5 mengetahui cara menghitung pph 23

1.5.6 mengetahui penyetoran dan pelaporan pph 23

1.6 Manfaat

Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah pepajakan juga untuk
memberikan informasi mengenai PPH 23 . Agar kedepannya bisa dijadikan referensi untuk
membuat makalah atau tugas yang berhubungan dengan makalah ini.

.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian PPH 23


Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang
berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong
PPh Pasal 21. Biasanya PPh Pasal 23 dikenakan saat adanya transaksi di antara dua pihak. Pihak
yang berlaku sebagai penjual atau penerima penghasilan atau pihak yang memberi jasa akan
dikenakan PPh Pasal 23. Sementara pihak pemberi penghasilan atau pembeli atau pihak
penerima jasa akan memotong dan melaporkannya kepada kantor pajak.
2.2. pemotongan pajak PPH 23
Pemotongan PPh Pasal 23 adalah pihak-pihak yang membayarkan penghasilan, yang
terdiri atas badan pemerintah, Subjek Pajak badan dalam negeri, Penyelenggaraan kegiatan,
Bentuk usaha tetap (BUT), Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, Orang pribadi sebagai
Wajib Pajak dalam negeri yang telah mendapat penunjukkan dari Direktur Jenderal Pajak untuk
memotong pajak PPh Pasal 23, yang meliputi :
1)      Akuntan, arsitek, dokter, Notaries, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) kecuali PPAT
tersebut adalah camat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas.
2)      Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan.

2.3. tarif pajak PPH 23


Tarif dari pajak penghasilan (PPh Pasal 23) dikenakan atas Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
atau jumlah bruto dari penghasilan. Di dalam PPh Pasal 23, terdapat dua jenis tarif yang
diberlakukan, yaitu 15% dan 2% tergantung dari objek pajaknya.
Di bawah ini adalah tarif dan objek pajak yang terkena PPh Pasal 23 yang berlaku di
Indonesia :
1.      Dikenakan 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas:
·         dividen kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan final, bunga, dan royalti;
·         Hadiah, Penghargaan, Bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh pasal 21.
2.      Dikenakan 2% (dua persen) dari jum;ah bruto tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai, atas :
1)      Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa tanah dan / atau
bangunan; dan
2)      Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa kontruksi, jasa konsultan, dan
jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak penghasilan pasal 21. Jasa lain terdiri dari:
·      Jasa penilai (appraisal)
·      Jasa aktuaris;
·      Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
·      Jasa perancang (design) ;
·      Jasa pengeboran (drilling) dibidang penambangan minyak dan gas bumi (migas) kecuali yang
dilakukan oleh bentuk usaha tetap BUT;
·      Jasa penunjang di bidang penambangan migas;
·      Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas;
·      Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
·      Jasa penebangan hutan;
·      Jasa pengplahan limbah;
·      Jasa penyediaan tenaga kerja (outsourcing services);
·      Jasa perantara dan/atau keadenan;
·      Jasa dibidang perdagangan surat-sura berharga, kecuali yang dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI,
da KPEI;
·      Jasa custodian/penyimpanan/penitipan kecuali yang dilakukan oleh KPEI;
·      Jasa apengisian suara(dubbing) dan/atau sulih suara;
·      Jasa mix film;
·      Jasa sehubungan software computer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan;
·      Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV kabel,
selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya dibidang kontruksi dan
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha kontruksi;
·      Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel,
alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan lain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang
lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha
kontruksi;
·      Jasa maklon;
·      Jasa penyelidikan dan keamanan;
·      Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer
·      Jasa pengepakan
·      Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media luar ruang atau media lain
untuk penyampaian informasi;
·      Jasa pembasmian hama;
·      Jasa kebersihan atau cleaning service
·      Jasa catering atau tata boga[5]
Dalam hal Wajib Pajak yang menerima tau memperoleh penghasilan tidak memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100%
(seratus persen). Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak dapati dibuktikan oleh Wajib Pajak,
antara lain dengan cara menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Yang dimaksud dengan jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan,
disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah,
subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap. Tidak
termasuk:
a)    Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan WP penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja
yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;
b)   Pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau material (dibuktikan dengan faktur
pembelian);
c)    Pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk selanjutnya dibayarkan kepada pihak
ketiga (dibuktikan dengan faktur tagihan pihak ketiga disertai dengan perjanjian tertulis);
d)   Pembayaran penggantian biaya (reimbursement), yaitu penggantian pembayaran sebesar jumlah
yang nyata-nyata telah dibayarkan pihak kedua kepada pihak ketiga (dibuktikan dengan faktur
tagihan atau bukti pembayaran yang telah dibayarkan kepada pihak ketiga).
2.4. Objek pajak PPH 23
penghasilan yang dipotong PPh pasal 23:
1.      Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi
kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
2.      Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
3.      Royalti;
4.      Hadiah, Penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh dalam pasal 21;
5.      Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa tanah dan/atau
bangunan; dan
6.      Imbalan sehubngan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa kontruksi, jasa konsultan, dan jasa
lain selain jasa yang telah di potong PPh sebagaiman dimaksud dalam pasal 21.

2.5. Cara menghitung pajak PPH 23


1.    Perhitungan PPh Pasal 23 atas Jasa
      PT. ABC membayar jasa service kepada CV. Service sebesar Rp. 3.000.000,-
Jawab :
                                       i.          Jika CV. Service mempunyai NPWP maka besarnya PPh pasal 23 :
PPh Pasal 23 = 2% x Rp. 3.000.000
 = Rp. 60.000
                                     ii.          Jika CV. Service mempunyai NPWP maka besarnya PPh pasal 23 :
PPh Pasal 23 = 100% x 2% x Rp. 3.000.000
 = Rp. 120.000
           PT Indoraya membayarkan jasa konsultan dari PT Nuansaraya sebesar Rp120.000.000 (sudah
termasuk PPN). PT Nuansaraya tidak mempunyai NPWP. yang harus dipotong oleh PT Indoraya
adalah :
PPh Pasal 23  = 200% x 2% x Rp120.000.000
  = Rp4.800.000
2.    Perhitungan PPh Pasal 23 atas Dividen
Pada 10 Mei 2015, PT Dahlia mengumumkan akan membagikan dividen melalui Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS), dan melakukan pembayaran dividen tunai kepada PT Melati sebesar
Rp30.000.000 yang melakukan penyertaan modal sebesal 15%.
Jawab:
PPh Pasal 23 = 15% x Rp30.000.000 = Rp4.500.000
3.    Perhitungan PPh Pasal 23 atas Sewa
PT Karya Makmur membayar sewa kendaraaan bus pariwisata dengan nilai sewa sebesar
Rp35.000.000 kepada Sugianto Haris. PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Karya Makmur
adalah:
Jawab:
PPh Pasal 23 = 2% x Rp35.000.000
= Rp700.000
4.      Perhitungan PPh Pasal 23 atas Hadiah dan Penghargaan
Pada 20 Maret 2012, PT Abadi memberikan hadiah perlombaan kepada PT Makmur sebagai
juara umum lomba senam sehat sebesar Rp150.000.000. PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh
PT Abadi adalah:
Jawab:
PPh Pasal 23 = 15% x Rp150.000.000
 = Rp22.500.000

2.6. penyetoran dan pelaporan pajak PPH 23


PPh Pasal 23 mengatur mengenai jadwal penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 23.
1.      PPh Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran, disediakan untuk dibayar,
atau telah jatuh tempo pembayarannya, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.
2.      PPh Pasal 23 disetor Pemotong Pajak paling lambat tanggal sepuluh bulan takwim berikutnya
setelah bulan saat terutang pajak.
3.      SPT Masa disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat, paling lambat 20 hari setelah Masa
Pajak berakhir.
Apabila jatuh tempo batas akhir pelaporan atau penyetoran PPh Pasal 23 bertepatan dengan
hari libur, termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan & Saran

3.1.1 Kesimpulan

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang
berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong
PPh Pasal 21. pajak merupakan iuran wajib yang dipungut dari warga Negara Indonesia yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang. Untuk mendukung berjalannya pembangun di
Indinesia dibutuhkan peran serta kesadaran masyarakat tentang kewajiban membayar pajak,
karena pada akhirnya hasil penerimaan pajak dari masyarakat juga akan digunakan untuk
kepentingan masyarakat. Sehingga fungsi dari diberlakukannya pajak adalah pencapaian
peningkatan ekonomi suatu negara.

3.1.2 Saran

Agar dalam penyetoran dan pelaporan pajaknya tidak terjadi keterlambatansebaiknya


perusahaan Jasa melakukan pemantauan kepada perusahaan klien sehingga terhindar dari
keterlambatan dalam membayar pajaknya. Harus diadakan adanya Proses Penegasan kewajiban
Perpajakan mengenai sanksi denda kewajiban Perpajakan pada perusahaan dengan tegas
DAFTAR PUSTAKA

Suprianto, Edy . Perpajakan Di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011)


Mardiasmo. PERPAJAKAN. ( Yogyakarta : ANDI, 2016)
Peraturan Direktur Jendral Pajak, 2012, (www.pajak.co.id/content/seri-pph-pajak-penghasilan-
pasal-23, diakses 27 Juni 2012.

Anda mungkin juga menyukai