Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PERPAJAKAN

MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

PERPAJAKAN

Disusun Oleh:

1. Marlina Dewi Lestari (19415004)


2. Sekar Arum Ramadhani (19415015)
3. Egin Tohana (19415008)
4. Restu Bagus (19415004)

PRODI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Wr.Wb. Alhamdulillah segala puji syukur kepada ALLAH


SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya, sehingga kami
selaku penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Sholawat dan
salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Rasulallah Nabi Muhammad
SAW, serta kepada keluarga dan para sahabatnya. Dan kita diakui sebagai
umatnya serta mendapatkan syafaatnya kelak di hari akhir.

Dengan selesainya makalah ini diharapkan para mahasiswa dapat


memahami secara ringkas dan mendalam tentang isi makalah ini. Mudah-
mudahan makalah ini dapat dijadikan referensi dan dapat bermanfaat untuk para
pembacanya.

Kemudian kami menyadari bahwa selama penulisan makalah ini tidak


lepas dari bantuan dan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung
memberikan arahan, ide, dan saran. Semoga segala kebaikan yang diterima
menjadi berkat tersendiri bagi penulis, sehingga menjadi bekal yang sangat
bermanfaat dikehidupan penulis nantinya. Akhir kata apa yang telah penulis
lakukan dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan pihak-pihak yang
membutuhkan, kritik dan saran yang membangun sangat bermakna untuk kami
sebagai penulis agar kelak di masa mendatang karya kami dapat lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Ponorogo, 6 Juni 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Pengertian PPh pasal 23...............................................................................3


B. Objek PPh pasal 23......................................................................................3
C. Cara perhitungan PPh pasal 23....................................................................4
D. Pengertian PPh pasal 25...............................................................................6
E. Cara perhitungan PPh pasal 25 ....................................................................6
F. Contoh Soal penghitungan PPh pasal 25......................................................7

BAB III PENUTUP.........................................................................................8

A. Kesimpulan .................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................9

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan


bernegara, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia.
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat potensial.
Penerimaan hasil pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran yang
berkaitan dengan pembangunan yang dilakukan pemerintah untuk
kebutuhan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu pajak merupakan iuran
wajib yang dipungut dari warga Negara Indonesia yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang. Untuk mendukung berjalannya pembangun
di Indinesia dibutuhkan peran serta kesadaran masyarakat tentang
kewajiban membayar pajak, karena pada akhirnya hasil penerimaan pajak
dari masyarakat juga akan digunakan untuk kepentingan masyarakat.
Sehingga fungsi dari diberlakukannya pajak adalah pencapaian
peningkatan ekonomi suatu negara. Sehingga pajak merupakan alternatif
yang sangat potensial sebagai sumber penerimaan negara.
Ketentuan dalam pasal 23 UU PPh mengatur pemotongan pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri
dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah di potong Pajak Penghasilan
Pasal 21, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh
tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam
negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Pajak Penghasilan pasal 23


2. Apa saja Objek Pajak Penghasilan pasal 23 ?
3. Bagaimana cara menghitung PPh pasal 23?
4. Apa pengertian PPh pasal 25?
5. Bagaimana menghitung Pajak Penghasilan pasal 25?
6. Bagaimana contoh perhitungan PPh pasal 25?

C. Tujuan

1
1. Untuk mengetahui pengertian dari PPh pasal 23
2. Untuk mengetahui objek pajak penghasilan pasal 23
3. Untuk mengetahui cara menghitung PPh pasal 23
4. Untuk mengetahui tentang pengertian dari pajak penghasilan pasal 25
5. Untuk mengetahui cara penghitungan PPh tahun 25

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian PPh pasal 23


PPh pasal 23 adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan yang
diterima ataupun diperoleh wajib pajak dalam negri dan bentuk usaha tetap
yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan,
selain yang telah dipotong PPh Pasal 21, yang dibayarkan, disediakan
untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan
pemerintah, subyek pajak badan dalam negri, penyelenggara kegiatan,
bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negri lainnya.
Pemotongan pph pasal 23 adalah pihak yang membayarkan
penghasilan yang terdiri atas :
 Badan pemerintah
 Subjek pajak badan dalam negri
 Penyelenggaraan kegiatan
 Bentuk usaha tetaap
 Perwakilan perusahaan luar negri laiinya

B. Objek Pajak Penghasilan Pasal 23


1. Objek pemotongan PPh pasal 23
a. Deviden, dengan nama dan bentuk apapun, termasuk deviden dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa
hasil usaha koperasi
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
c. Royalty
d. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah
dipotong oleh pajak penghasilan pasal 21
e. Sewa dan penghasilan lain yang sehubungan dengan penggunaan
harta, kecuali sewa tanah dan atau bangunan.

3
f. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah
dipotong Pajak penghasila dalam pasal 21
2. Pengecualian Objek pemotongan PPh pasal 23
a. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank
b. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa
guna usaha dengan hak opsi
c. Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai wajib pajak dalam negri, koperasi, BUMN,
BUMD dan sebagainya. Dengan syarat sebagai berikut:
 Deviden berasal dari cadangan labayang ditahan.
 Bagi perseroan terbatas, BUMN, dan BUMD yang menerima
deviden, kepemilikan saham pada badan yang memberikan
deviden paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor
d. Deviden yang diterima orang pribadi
e. Bagi laba yang diterima oleh anggota perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dsb, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolekif
f. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggotannya
g. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas
jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman atau
pembiayaan yang diatur dalam peraturan mentri keuangan.

C. Cara menghitung PPh pasal 23


1. Potongan sebesar 15% dari jumlah bruto atas
 Deviden
Contoh:
PT solusindo membayarkan deviden kepada CV peerkasa sebesar
Rp. 200.000.000,00 PPh pasal 23 yang dipotong PT solusindo
adalah?

4
Jawab : 15% × Rp. 200.000.000,00 = Rp. 30.000.000,00
 Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang
Contoh :
PT karya utama membayar bunga atas pinjaman kepada PT indo
jaya sebesar Rp. 80.000.000,00 .PPH pasal 23 yang dipotong PT
karya utama adalah?
Jawab : 15% × Rp. 80.000.000,00 = Rp. 12.000.000,00
 Royalty
Contoh :
CV Selera makan membayar royalty kepada Ny, sulastri atas
pemakaian merk ayam goring “Bu Lastri” sebesar Rp.
30.000.000,00 PPh pasal 23 yang dipotong CV selera makan
adalah?
Jawab : 15% × Rp. 30.000.000,00 = Rp. 4.500.000,00
Apabila Ny. Sulastri belum memiliki NPWP maka PPh pasal 23
yang dipotong CV selera makan yaitu :
30% × Rp. 30.000.000 = Rp. 9.000.000,00
 Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah
dipotong pada PPh pasal 21
Contoh :
CV perdana mendapat hadiah sebuah mobil senilai Rp.
200.000.000,00 sebagai distributor terbaik dari Pt Artha Raya PPh
pasal 23 yang dipotong PT artha raya adalah?
Jawab : 15% × Rp. 200.000.000,00 = Rp. 30.000.000,00
2. Potongan sebesar 2% atas bruto
 Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
Contoh :
PT sejahtera raya menyewa sebuah traktor milik susanto dengan
nilai sewa sebesar Rp. 10.000.000,00 PPh pasal 23 yang dipotong
PT sejahtera raya adalah?
Jawab : 2% × Rp. 10.000.000,00 = Rp. 200.000,00

5
Apabila Santoso belum memiliki NPWP maka PPh pasal 23 yang
dipotong PT sejahtera raya yaitu :
4% × Rp. 10.000.000,00 = Rp. 400.000,00
 Atas imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain
Contoh :
CV duta bangsa membayarkan jasa cleaning servis kepada PT
Mitra makmur sebesar Rp. 15.000.000,00 PPh pasal 23 yang
dipotong oleh CV Duta Bangsa adalah sebesar?
Jawab : 2% × Rp. 15.000.000,00 = Rp. 300.000,00
Apabila PT mitra makmur belum memiliki NPWP maka PPh pasal
23 yang dipotong CV duta bangsa yaitu :
4% × Rp. 15.000.000,00 = Rp. 600.000,00

D. Pengertian PPh Pasal 25


Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) adalah pajak yang dibayar
secara angsuran. Tujuannya adalah untuk meringankan beban wajib pajak,
mengingat pajak yang terutang harus dilunasi dalam waktu satu tahun.
Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan tidak bisa diwakilkan.
Pembayaran pajak dalam tahun berjalan dapat dilakukan dengan:
 Wajib pajak membayar sendiri (PPh pasal 25)
 Melalui pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga (PPh pasal
21, 22, 23, dan 24)
E. Cara menghitung besarnya PPh pasal 25
a. Besarnya angsuran pajak penghasilan pasal 25 dalam tahun berjalan
dihitung berdasarkan pajak penghasilan terutang sesuai dengan SPT
tahunan sebelumnya dikurangi dengan kredit pajak (PPh pasal 21, pasal
22, pasal 23, dan pasal 24) dibagi dengan 12 (atau banyaknya bulan
dalam bagian tahun pajak).
b. Adapun yang dimaksud kredit pajak (pajak penghasilan yang dipotong)
dalam pasal-pasal di atas. Berikut cara menghitung PPh pasal 25 :

6
 PPh Pasal 21: Bagi yang memiliki NPWP, pembayaran kredit pajak
sesuai dengan tarif (Pasal 17 Ayat 1) dan tambahan 20% bagi yang
tidak memiliki NPWP.
 PPh Pasal 22: Pungutan sebesar 100% bagi yang tidak memiliki
NPWP.
 PPh Pasal 23: Potongan sebesar 15% berdasarkan dividen, bunga,
royalti, dan hadiah. Potongan 2% berdasarkan sewa, imbalan jasa,
serta penghasilan lain.
 PPh Pasal 24: Pajak penghasilan yang dibayarkan di luar negeri dan
boleh dikreditkan sesuai ketentuan dalam pasal 24.

F. Contoh soal perhitungan PPh pasal 25


a. Cara penghitungan
 Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2016 Rp50.000.000,00
dikurangi :
 Pajak Penghasilan yang dipotong pemberi Kerja (Pasal 21) Rp
15.000.000,00
 Pajak Penghasilan yang dipungut oleh pihak lain (Pasal 22) Rp
10.000.000,00
 Pajak Penghasilan yang dipotong oleh pihak lain (Pasal 23) Rp
2.500.000,00
 Kredit Pajak Penghasilan luar negeri (Pasal 24) Rp 7.500.000,00
 Jumlah kredit pajak Rp35.000.000,00 sehingga Selisih dengan Pajak
Penghasilan terutang sebesar Rp15.000.000,00. Besarnya angsuran
pajak yang harus dibayar sendiri setiap bulan untuk tahun 2017
adalah sebesar Rp1.250.000,00 (Rp15.000.000,00 dibagi 12).
b. Hal tertentu untuk penghitungan besarnya perhitungan PPh pasal 25
Direktur jendral pajak diberi wewenang untuk menyesuaikan besarnya
angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak dalam tahun
berjalan ,apabila
 Wajib pajak berhak atas kompensasi kerugian
7
 Wajib pajak memperoleh penghasilan tidak teratur
 Spt tahunan pph tahun yg lalu di sampaikan setelah lewat batas
waktu yg ditentukan
 Wajib pajak diberikan perpanjangan jangka aktu penyampaian SPT
tahunan pph
 Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan wajib pajak
c. Contoh soal
Penghasilan PT Dira tahun 2018 Rp. 250.000.000,00. Sisa kerugian
tahun lalu yang masih dapat dikompensasikan adalah Rp.
50.000.000,00. Pada tahun 2018 PPh yang dipotong atau dipungut
pihak lain adalah sebesar rp. 8.000.000,00dan tidak ada pajak yang
dibayar atau terutang di luar negeri. Perhitungan PPh 25 tahun 2019
adalah?
 Penghasilan yang dipakai sebagai dasar penghitungan angsuran
PPh Ps 25 adalah Rp 250.000.000,00  – Rp 50.000.000,00  = Rp
200.000.000,00
 PPh Terutang
25%  x Rp. 200.000.000,00 =  Rp. 50.000.000,00
PPh dipotong / dipungut =  Rp. 8.000.000,00
= Rp. 42.000.000,00
Besarnya angsuran pajak bulanan PT Dira tahun 2019
= 1/12 × Rp. 42.000.000,00 = Rp. 3.500.000,00

8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran
rakyat. PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak.
Pajak penghasilan pasal 25 mengatur tentang besarnya angsuran
pajak dalam tahun pajak berjalan yang  harus  dibayar sendiri oleh Wajib
Pajak untuk setiap bulan.
Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan
penghitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan dalam
hal-hal tertentu, sebagai berikut : Wajib Pajak berhak atas kompensasi
kerugian, Wajib   Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur, Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu disampaikan
setelah lewat batas waktu yang ditentukan, Wajib Pajak diberikan
perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan, Wajib   Pajak membetulkan sendiri Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang mengakibatkan angsuran
bulanan lebih  besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan, Terjadi
perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.coursehero.com/file/17959951/Makalah-pajak-pph-25/

https://verdynovrizal.blogspot.com/2014/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-
x.html

Mardiasmo 2019 perpajakan edisi 2019

10

Anda mungkin juga menyukai