Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERPAJAKAN
Dosen Pengampu : Deti Susilawati, SE., M.Ak

Kelompok 5

Nurkholis (11012100167)
Karlina Rosiana (11012100011
Aries Fadliani (11012100412
Ibnu Sabililah (11012100221)
Afri Handayani (11012100033)

KELAS 4H
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN AJARAN 2022-2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pasar Dan Pemasaran ini tepat pada
waktunya. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada orangtua yang telah turut membantu dalam doa dan memotivasi
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami sebagai penyusun merasa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada
Dosen pengampu mata kuliah Perpajakan Ibu Deti Susilawati, SE., M.Ak. Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Serang, 21 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR .................................................................................................... I

DAFTAR ISI ................................................................................................................. II

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................ 1

C.Tujuan .............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian PPh Passal 26 ............................................................................... 2


B. Pemotongan PPh Pasal 26 ............................................................................. 2
C. Penerimaan Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 26 ................................ 4
D. Penghasilan Yang Dipotong PPh ................................................................... 6
E. Tarif dan Dasar Pengenaan ............................................................................ 6
F. Perhitungan PPh Pasal 26 .............................................................................. 8

BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan .................................................................................................. 10
B. Saran ............................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................


11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak. Yang
dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang berasal baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat
digunakan untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan dengan nama
dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian, maka  penghasilan itu dapat
berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan lain sebagainya.
Pajak penghasilan pasal 26 (PPh pasal 26) adalah pajak  penghasilan
yang dikenakan atas penghasilan yang diterima wajib pajak luar negeri dari
Indonesia, selain Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia. Pajak
Penghasilan pasal 26 (PPh Pasal 26) ini mengatur kebijakan mengenai pajak
yang berhubungan dengan wajib pajak luar negeri. Badan usaha apapun di
Indonesia yang melakukan transaksi pembayaran (gaji,  bunga, dividen,
royalti, dan lain sejenisnya) kepada wajib pajak luar negeri diwajibkan untuk
membayar PPh Pasal 26 atas transaksi tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Pph Pasal 26
2. Pemotong Pph Pasal 26
3. Penghasilan yang dipotong Pph Pasal 26
4. Tarif dan dasar pengenaan
5. Perhitungan Pph Pasal 26
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui pengertian Pph Pasal 26
2. Untuk Mengetahui pemotong Pph Pasal 26
3. Untuk Mengetahui penghasilan yang dipotong Pph Pasal 26
4. Untuk Mengetahui tarif dan dasar pengenaan
5. Untuk Mengetahui perhitungan Pph Pasal 26

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PPH PASAL 26

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, PPh pasal 26


merupakan pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri dari Indonesia selain bentuk
usaha tetap (BUT) yang berada di Indonesia. Kriteria seorang individu atau
perusahaan yang dikategorikan sebagai Wajib Pajak luar negeri adalah:

1. Seorang individu yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, individu


yang tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam setahun/12
bulan, dan perusahaan yang tidak didirikan atau berada di Indonesia,
yang mengoperasikan usahanya melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
2. Seorang individu yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, individu
yang tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam setahun/12
bulan, dan perusahaan yang tidak didirikan atau berada di Indonesia,
yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak
melalui menjalankan usaha melalui suatu bentuk usaha tetap di
Indonesia.

B. PEMOTONG PPH PASAL 26

1. Pasal 2, Pemotongan PPh Pasal 21 dan / atau PPh Pasal 26, meliputi ;
a. pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik
merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit yang
membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan
pegawai;

2
b. bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk bendahara atau
pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-
lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di
luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;
c. dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan
badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua
atau jaminan hari tua;
d. orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
serta badan yang membayar :
1. honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan pekerjaan
sehubungan dengan jasa dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh
orang pribadi dengan status Subjek Pajak dalam negeri, termasuk
jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak
untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama
persekutuannya ;
2. honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan
status Subjek Pajak luar negeri
3. honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan,
dan magang;
e. penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang
bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta
lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar
honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu
kegiatan

3
2. Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk
melakukan pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
A adalah;

a. kantor perwakilan negara asing;

b. organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal


3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah
ditetapkan oleh Menteri Kuangan

c. pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

3. Dalam hal organisasi internasional tidak memenuhi ketentuan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, organisasi internasional
dimaksud merupakan pemberi kerja yang berkewajiban melakukan
pemotongan pajak

C. PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh PASAL 26


Pasal 3;
Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 dan atau PPh Pasal 26
adalah orang pribadi yang merupakan :
a. Pegawai
b. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan
hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;
c. bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi :
1. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan
aktuaris;

4
2. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis,
dan seniman lainnya;
3. olahragawan;
4. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan
moderator;
5. pengarang, peneliti, dan penerjemah;
6. pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan
sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi,
ekonomi dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
7. agen iklan;
8. pengawas atau pengelola proyek;
9. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang
menjadi perantara;
10. petugas penjaja barang dagangan;
11. petugas dinas luar asuransi;
12. distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling
dan kegiatan sejenis lainnya;
d. peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain
meliputi :
1. peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan
olah raga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan
perlombaan lainnya;
2. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan
kerja;
3. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu;
4. peserta pendidikan, pelatihan, dan magang;
5. peserta kegiatan lainnya.

5
Subjek pajak pemotong PPh pasal 26 wajib dilakukan oleh :

a. Badan Pemerintah
b. Subjek pajak dalam negeri
c. Penyelenggara kegiatan
d. Bentuk usaha tetap
e. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang melakukan pembayaran
kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap

D. PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPH PASAL 26

Jenis-jenis penghasilan atau objek pajak yang wajib dipotong Pajak


Penghasilan pasal 26 adalah:

1. Deviden;
2. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian utang;
3. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta;
4. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan ;
5. Hadiah dan penghargaan;
6. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
7. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya;
8. Keuntungan karena pembebasan utang.

E. TARIF DAN DASAR PENGENAAN

Tarif yang dikenakan sesuai dengan persetujuan penghindaran pajak


berganda (P3B) antar negara atau tax treaty, yaitu sebesar 20% untuk setiap
pengenaan jenis Pajak Penghasilan pasal 26. Ketentuan dasar pengenaan
pajak adalah sebagai berikut:

1. Tarif 20% dari penghasilan bruto;

6
2. Tarif 20% dari penghasilan neto;
3. Tarif 20% dari peghasilan setelah pajak (penghasilan kena pajak
dikurangi dengan pajak penghasilan).

1. Dua puluh persen dari jumlah penghasilan bruto yang diterima atau yang
diperoleh Wajib Pajak luar negeri berupa:

a) Deviden;
b) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan
dengan jaminan pengembalian utang;
c) Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta;
d) Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan ;
e) Hadiah dan penghargaan;
f) Pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
g) Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya;
h) Keuntungan karena pembebasan utang.

20% x Penghasilan Bruto atau Tax Treaty (P3B)

2. Dua puluh persen dari perkiraan penghasilan neto adalah:

a) Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia yang


diperoleh WP luar negeri;
b) Penjualan saham. Saham yang diperjualbelikan adalah saham dari
PT di dalam negeri dan tidak berstatus sebagai emiten atau
perusahaan publik;

20% x Penghasilan Neto

7
- Perkiraan Neto = 25%
- Tarif Efektif      = 20% x 25% Harga Jual = 5% Harga Jual

c) Premi asuransi dan premi reasuransi yang dibayarkan langsung


maupun melalui pialang kepada perusahaan asuransi di luar negeri.

20% x Penghasilan Neto


Perkiraan Neto :
d) 50% dari Premi yang dibayarkan oleh pihak yang tertanggung
kepada perusahaan asuransi LN.
Sehingga tarif efektif: 20% x 50% = 10%
e) 10% dari Premi yang dibayar oleh perusahaan asuransi di Indonesia
kepada perusahaan asuransi LN.
Sehingga tarif efektif: 20% x 10% = 2%
f) 5% dari Premi yang dibayar oleh perusahaan reasuransi di Indonesia
kepada perusahaan asuransi di LN.
Sehingga tarif efektif: 20% x 5% = 1%

4. 20% persen dari penghasilan setelah pajak (penghasilan kena pajak


dikurangi dengan pajak penghasilan) diterapkan pada BUT di Indonesia
yang penghasilan atau bagian labanya tidak ditanamkan kembali di
Indonesia.

F. PERHITUNGAN PPH PASAL 26

1. Tarif 20% dari penghasilan Bruto

Contoh  1.1
Pada Mei 2021 PT ABC membayar royalti kepada alexando yang
berkewarganegaraan Amerika sebagai penulis buku sebesar Rp
85.000.000

8
PPh pasar 26 yang dipotong adalah?
20% x Rp 85.000.000 = Rp 17.000.000

Contoh 1.2
PT Djarum memberikan hadiah perlombaan kepada Lee Tay Wei warga
China sebagai juara tunggal putra bulu tangkis sebesar Rp 150.000.000
PPh pasal 26 yang dipotong adalah?
20% x Rp 150.000.000 = Rp 30.000.00

2. Tarif 20% dari Penghasilan Neto

Contoh 2.1
PT Abadi Jaya mengasuransikan gedungnya kepada perusahaan asuransi
luar negeri dengan membayar premi asuransi selama tahun 2021 sebesar Rp
130.000.000
20% x 50% x Rp 130.000.000 = Rp 13.000.000

Contoh 2.2
PT Rembulan mengasuransikan gedungnya kepada perusahaan asuransi
dalam negeri, yaitu perusahaan asuransi Cempaka Baru dengan membayar
premi asuransi sebesar Rp 250.000.000. Untuk mengurangi risiko Cempaka
Baru mengasuransi sebagian polis asuransinya kepada perusahaan luar
negeri dengan premi sebesar Rp 125.000.000
20% x 10% x Rp 125.000.000

3. Tarif 20% dari Penghasilan Setelah Pajak

Contoh 3

Penghasilan Kena Pajak BUT di Indonesia  Rp 15.500.000.000

Pajak Penghasilan :

9
22% x Rp 15.500.000.000 (tarif pajak badan 2021)        Rp  
3.410.000.000

Penghasilan Kena Pajak setelah pajak  Rp 12.090.000.000

Rp Rp
20% x =
12.090.000.000 2.418.000.000

Pajak Penghasilan pasal 26 yang terutang

BAB III

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 PPh Pasal 26 merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri dari Indonesia selain
bentuk usaha tetap (BUT) yang berada di Indonesia.
 Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah Wajib Pajak
orang pribadi atau Wajib Pajak badan, termasuk bentuk usaha tetap,
yang mempunyai kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak
atas. Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan
Orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 26.
 penghasilan atau objek pajak yang wajib dipotong PPh Pasal 26
adalah Deviden, Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan
sehubungan dengan jaminan pengembalian utang.
 Dasar pengenaan pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai
Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk
menghitung pajak yang terutangPPh Pasal 26 = 20% x 25% x
Rp5.000.000.000 = Rp250.000.000 (dan bersifat final). Menurut
ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 258/PMK.

B. Saran

10
Adapun saran yang ingin disampaikan adalah keinginan penulis
atas partisipasi para pembaca, agar sekiranya mau memberikankritik
dan saran yang sehat dan bersifat membangun demi
kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah man
usia biasa yang pastinya memiliki kesalahan. Oleh karena itu, denganada
nya kritik dan saran dari pembaca, penulis bisa mengkoreksi diridan
menjadikan makalah ke depan menjadi makalah yang lebih baiklagi dan
dapat memberikan manfaat yang lebih bagi kita semua

DAFTAR PUSTAKA
https://taxcenterfeunesa.com/read/22/pph-pasal-26-pengertian-subjek-tarif-cara-
perhitungan-dan-pengecualian-pph-pasal-26
https://www.pajak.com/pajak/definisi-tarif-dan-ketentuan-perhitungan-pph-pasal-26/
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2008/252~PMK.03~2008Per.htm
https://www.academia.edu/39906059/
MAKALAH_PPh_Pasal_26_SEMINAR_PERPAJAKAN

11

Anda mungkin juga menyukai