Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH TATA CARA PERHITUNGAN PEMOTONGAN, PPH

PASAL 21 KARYAWAN PT. ENVIROMATE TECHNOLOGY


INTERNATIONAL (ETI)

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian


guna memperoleh nilai mata kuliah Perpajakan

Disusun Oleh :

1. Faddilla Nur Hapsyah ( 10121242 ) 4. Rifki Aditya Apriana ( 10121239 )


2. Shakila Nurul Fathia ( 10121269 ) 5. Fahmi Faiz Amrullah ( 10121257 )
3. Indriani Nur Azizah ( 10121255 )

Kelas : C7 Manajemen

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI STEMBI
BANDUNG
2021
ABSTRAK

Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 merupakan pajak penghasilan yang


dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain yang dilakukuan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri .
Pajak mempunyai peran yang sangat besar dalam menghasilkan penerimaan kas
dalam negeri guna mewujudkan kelangsungan dan peningkatan pembangunan

nasional. Penulisan laporan ini menggunakan metode deskriptif dengan membuat


deskripsi atau gambaran secara sistematis dan akurat mengenai pengolahan data
Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PT. Enviromate Technology International (ETI).
Pengumpulan data yang penulis lakukan yaitu menggunakan beberapa metoda seperti
kepustakaan dan penelitian lapangan yang bertujuan untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan dalam penulisan laporan akhir. Namun saat ini masih banyak wajib
pajak yang masih bingung bahkan tidak mengerti dalam menghitung jumlah pajak
penghasilan dari gaji yang mereka terima. Dari permasalahan tersebut maka
penelitian ini dibuat untuk membuat sebuah makalah yaitu “Penghitungan Pajak
PPh Pasal 21 Pada Sistem Penggajian Pegawai”.

Kata Kunci : Perhitungan, pemotongan PPh pasal 21

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK........................................................................................................ i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Pendahuluan................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisa………………………………………………………….. 1
Pengerjaan PPh Pasal 21…………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 13
Profil Perusahaan… .. … .. … .. … .. … .. … .. … .. … .. … .. … .. … .. … . 13
Teori Teori PPh Pasal 21…………………………………………………….. 15
Perhitungan PPh Pasal 21 dari Karyawan… .. . … .. … .. … .. .. . . … .. … .. 19
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


a. Pengertian pajak penghasilan Pph pasal 21
b. Menjelaskan dasar pengenaan dan pemotongan Pph pasal 21
c. Menjelaskan cara penghitungan pajak penghasilan pph pasal 21
d. Pemotong pph pasal 21
e. Penerima penghasailan yang di potong pph pasal 21
f. Penghasilan yang di potong pph pasal 21
g. Yang tidak termasuk penghasilan yang di potong pph pasal 21

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengrtian PPh pasal 21
2. Menambah wawasan kepada pembaca tentang pemotongan PPh pasal 21
3. Penghitungan PPh pasal 21

3
A. Pengertian pajak penghasilan Pph pasal 21

Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan cara pelunasan Pajak Penghasilan


dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan sesuai dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak nomor 31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau
Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan
Orang Pribadi.

B. Menjelaskan dasar pengenaan dan pemotongan Pph pasal 21

Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26, meliputi:

a. Pemberi kerja yang terdiri dari:


1) orang pribadi dan badan;
2) cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian atau
seluruh administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah,
honorarium,tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan,
atau unit tersebut.
b. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau
pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga
negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri,
yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan
atau jabatan, jasa, dan kegiatan.
c. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-
badan lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari
tua atau jaminan hari tua.

4
d. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta
badan yang membayar:
1) honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan
status Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya
sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya.
2) honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan
status Subjek Pajak luar negeri;
3). honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta pendidikan
dan pelatihan, serta pegawai magang.

e. penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang


bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta
lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar
honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib
Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan.

C. Penghasilan yang di potong pph pasal 21

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh pasal


26 adalah:
a. penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa
Penghasilan yang Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur.
b. penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur
berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.
c. penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari
tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya
melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja.
d. penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah

5
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang
dibayarkan secara bulanan.
e. imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi,
fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun
sebagai
imbalan sehubungan jasa yang dilakukan.
f. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun;
g. penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur
yang
diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas
yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama;
h. penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan
lai
yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai;
atau penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program
pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

Termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan


lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh:
a. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak penghasilan yang bersifat final, atau
b. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma
penghitungan khusus (deemed profit).

(didasarkan pada harga pasar atas barang yang diberikan


atau nilai wajar atas pemberian kenikmatan yang diberikan.)

D. Yang tidak termasuk penghasilan yang di potong pph pasal 21


Tidak Termasuk dalam Pengertian Penghasilan yang
Dipotong PPh Pasal 21 adalah:

6
1. pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
2. penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk
apapun
yang diberikan oleh Wajib Pajak atau pemerintah.
3. iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran
jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau
badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh
pemberi kerja.
4. zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
Lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.
5. beasiswa, yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Ketentuan Lain:
1. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 dan penerima penghasilan
yang
Dipotong PPh Pasal 21 wajib mendaftarkan diri ke kantor pelayanan pajak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pegawai, penerima pensiun berkala, serta bukan pegawai wajib membuat
surat pernyataan yang berisi jumlah tanggungan keluarga pada awal tahun
kalender atau pada saat mulai menjadi Subjek Pajak dalam negeri sebagai
dasar penentuan PTKP dan wajib menyerahkannya kepada Pemotong PPh

7
Pasal 21 dan / atau PPh pasal 26 pada saat mulai bekerja atau mulai
pensiun.
3. Dalam hal terjadi perubahan tanggungan keluarga bagi pegawai, penerima
pensiun berkala dan bukan pegawai wajib membuat surat pernyataan baru
dan menyerahkannya kepa3da pemotong PPh Pasal 21 dan / atau PPh
Pasal 26 paling lama sebelum mulai tahun kalender berikutnya.
4. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 wajib menghitung,
memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21 dan/atau PPh pasal
26 yang terutang untuk setiap bulan kalender, dan membuat Bukti
Pemotongan PPh Pasal 21.
5. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 wajib membuat catatan atau
kertas kerja perhitungan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 untuk
masing-masing penerima penghasilan, yang menjadi dasar pelaporan PPh
Pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 yang terutang untuk setiap masa pajak dan
wajib menyimpan catatan atau kertas kerja perhitungan tersebut sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
6. Ketentuan mengenai kewajiban untuk melaporkan pemotongan PPh pasal
21 dan/atau PPh Pasal 26 untuk setiap bulan kalender tetap berlaku, dalam
hal jumlah pajak yang dipotong pada bulan yang bersangkutan nihil.
7. Dalam hal dalam suatu bulan terjadi kelebihan penyetoran pajak atas PPh
pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang oleh pemotong PPh pasal 21
dan/atau PPh pasal 26, kelebihan penyetoran tersebut dapat diperhitungkan
dengan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang pada bulan
berikutnya melalui Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21 dan/atau PPh
pasal 26.
8. Bagi wajib pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif 20% lebih
tinggi.

E. Penerima penghasilan yang di potong pph pasal 21:

Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau


PPh Pasal 26 adalah orang pribadi yang merupakan:

8
a. Pegawai.
b. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan
hari
tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.
c. bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pemberian jasa, meliputi :
1. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.
2. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan
peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman
lainnya.
3. olahragawan.
4. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
5. pengarang, peneliti, dan penerjemah.
6. pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi,elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial
serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan.
7. agen iklan.
8. pengawas atau pengelola proyek.
9. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi
Perantara.
10. petugas penjaja barang dagangan.
11. petugas dinas luar asuransi.
12. distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan
kegiatan sejenis lainnya.
d. anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap
sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama.
e. mantan pegawai.

9
f. peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan
dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain:
1. peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan
olahraga,
seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya.
2. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja.
3. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara
kegiatan tertentu.
4. peserta pendidikan dan pelatihan.
5. peserta kegiatan lainnya.

F. Penghasilan yang di potong pph pasal 21

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh pasal


26 adalah:
i. penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa
Penghasilan yang Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur.
j. penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur
berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.
k. penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari
tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya
melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja.
l. penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang
dibayarkan secara bulanan.
m. imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi,
fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun
sebagai
imbalan sehubungan jasa yang dilakukan.
n. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang

10
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun;
o. penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur
yang
diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas
yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama;
p. penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan
lai
yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai;
atau penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program
pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

Termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan


lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh:
a. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak penghasilan yang bersifat final, atau
b. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma
penghitungan khusus (deemed profit).

(didasarkan pada harga pasar atas barang yang diberikan


atau nilai wajar atas pemberian kenikmatan yang diberikan.)

G. Yang tidak termasuk penghasilan yang di potong pph pasal 21


Tidak Termasuk dalam Pengertian Penghasilan yang
Dipotong PPh Pasal 21 adalah:

6. pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi


sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
7. penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk
apapun
yang diberikan oleh Wajib Pajak atau pemerintah.

11
8. iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran
jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau
badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh
pemberi kerja.
9. zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
Lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.
10. beasiswa, yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Ketentuan Lain:
9. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 dan penerima penghasilan
yang
Dipotong PPh Pasal 21 wajib mendaftarkan diri ke kantor pelayanan pajak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
10. Pegawai, penerima pensiun berkala, serta bukan pegawai wajib membuat
surat pernyataan yang berisi jumlah tanggungan keluarga pada awal tahun
kalender atau pada saat mulai menjadi Subjek Pajak dalam negeri sebagai
dasar penentuan PTKP dan wajib menyerahkannya kepada Pemotong PPh
Pasal 21 dan / atau PPh pasal 26 pada saat mulai bekerja atau mulai
pensiun.
11. Dalam hal terjadi perubahan tanggungan keluarga bagi pegawai, penerima
pensiun berkala dan bukan pegawai wajib membuat surat pernyataan baru
dan menyerahkannya kepa3da pemotong PPh Pasal 21 dan / atau PPh
Pasal 26 paling lama sebelum mulai tahun kalender berikutnya.

12
12. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 wajib menghitung,
memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21 dan/atau PPh pasal
26 yang terutang untuk setiap bulan kalender, dan membuat Bukti
Pemotongan PPh Pasal 21.
13. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 wajib membuat catatan atau
kertas kerja perhitungan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 untuk
masing-masing penerima penghasilan, yang menjadi dasar pelaporan PPh
Pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 yang terutang untuk setiap masa pajak dan
wajib menyimpan catatan atau kertas kerja perhitungan tersebut sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
14. Ketentuan mengenai kewajiban untuk melaporkan pemotongan PPh pasal
21 dan/atau PPh Pasal 26 untuk setiap bulan kalender tetap berlaku, dalam
hal jumlah pajak yang dipotong pada bulan yang bersangkutan nihil.
15. Dalam hal dalam suatu bulan terjadi kelebihan penyetoran pajak atas PPh
pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang oleh pemotong PPh pasal 21
dan/atau PPh pasal 26, kelebihan penyetoran tersebut dapat diperhitungkan
dengan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang pada bulan
berikutnya melalui Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21 dan/atau PPh
pasal 26.
16. Bagi wajib pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif 20% lebih
tinggi.

13
BAB II
PEMBAHASAN

Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pungutan atas Penghasilan yang


diterima oleh wajib pajak dalam tahun berjalan dari suatu pekerjaan, jasa, dan
kegiatan., yaitu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak
ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang


Perubahan Keempat atas Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan (Undang – Undang PPh) Pasal 21 ayat (1) huruf a bahwa Pemotongan
pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan
nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh pemberi kerja yang membayar gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.

Jenis penghasilan yang dikenakan Pemotongan PPh Pasal 21 salah satunya yaitu
penghasilan yang diterima oleh pegawai tetap, baik penghasilan teratur maupun tidak
teratur. Selain penghasilan berupa upah atau gaji yang diterima secara teratur oleh
pegawai tetap dalam suatu perusahaan, bonus dapat menjadi salah satu penghasilan
tidak teratur yang diberikan oleh perusahaan sebagai bentuk apresiasi kepada pegawai
tetap dan menjadi motivasi pegawai tetap dalam menyelesaikan pekerjaan selain
mendapatkan tunjangan transportasi dan kesehatan. Bonus yang didapatkan oleh

14
pegawai tetap telah diatur secara khusus dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
252/PMK.03/2008 juncto Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER –
16/PJ/2016 Pasal 1 ayat (16) yang menyatakan bahwa Penghasilan pegawai tetap yang
bersifat tidak teratur adalah penghasilan bagi pegawai tetap selain penghasilan yang
bersifat teratur, yang diterima sekali dalam satu tahun atau periode lainnya, antara lain
berupa bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), jasa produksi, tantiem, gratifikasi, atau
imbalan sejenis lainnya dengan nama apapun.

Kewajiban pemotongan yang dilakukan perusahaan terhadap gaji dan bonus Pegawai
tetap berkaitan erat dengan cara perhitungan PPh Pasal 21 yang akan dipotong,
disetorkan, dan dilaporkan kepada Direktorat Jendral Pajak. Dalam praktiknya hal
tersebut belum sepenuhnya diterapkan dengan benar dan masih ditemukan
ketidakbenaran yang dilakukan oleh sebagian pemberi kerja di Indonesia. Cara
perhitungan PPh Pasal 21 dapat dipengaruhi oleh beberapa factor subjektif dan
objektif masing-masing pegawai tetap di perusahaan. Faktor-faktor tersebut meliputi
kepemilikan NPWP yang telah diatur jelas dalam Pasal 2 UU KUP, status PTKP
sesuai peraturan terakhir yaitu PMK Nomor 101/PMK.010/2016, masa kerja,
tunjangan, bonus, dan sebagainya. Masalah yang diakibatkan oleh kesalahan internal
(human error) perusahaan dalam perhitungan PPh Pasal 21 yang dipotong terhadap
penghasilan pegawai tetap tentu akan memiliki dampak untuk perusahaan dikemudian
hari.

Untuk itu kami memberi judul “TATA CARA PERHITUNGAN PEMOTONGAN,


PPH PASAL 21 KARYAWAN PT. ENVIROMATE TECHNOLOGY
INTERNATIONAL (ETI)”.

A. Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21


Berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER 16/PJ/2016 Pasal 9 tentang
Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan, orang
pribadi. Dasar pengenaan dan pemtongan PPh Paal 21 adalah sebagai berikut:

a. Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku dibagi:

15
1) Pegawai Tetap

2) penerima pensiun berkala;

3) Pegawai Tidak Tetap

B. Tarif Pemotongan PPh Pasal 21


Tarif PPh Pasal 21 bersifat progresif, yaitu besaran tarif yang ditentukan
berdasarkan jumlah Penghasilan Kena Pajak yang diterima Wajib Pajak setiap
tahunnya. Besaran tariff progresif PPh Pasal 21 diatur dalam Pasal 17 Undang
– Undang Nomor 36 Tahun 2008 (PPh Pasal 21) adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1
Tarif Progresif Pajak Penghasilan Pasal 21

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif


(Persentase)
Penghasilan Rp 0 sampai dengan Rp 5%
50.000.000 15%
Di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 25%
250.000.000 30%
Di atas Rp 250.000.000 sampai dengan Rp
500.000.000
Di atas Rp 500.000.000
Sumber: Pasal 17 ayat (1) huruf a UU Pajak Penghasilan

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah pengurang terhadap
penghasilan neto Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri dalam
Penghitungan penghasilan kena pajak. Besarnya PTKP per tahun diatur dalam
PMK Nomor 101/PMK.010/2016, yaitu sebagai berikut:

a. Rp54.000.000 untuk WP dan Rp 54.000.000 jika penghasilan istri digabung.


b. Rp 4.500.000 sebagai tambahan untuk WP yang berstatus kawin.

16
c. Rp 4.500.000 sebagai tambahan untuk anggota keluarga yang menjadi
tanggungan, maksimal 3 orang untuk setiap keluarga.

Tabel 1.2
Penghasilan Tidak Kena Pajak Orang Pribadi PPh Pasal 21

Status Penghasilan Tidak Kena Pajak


Wajib Pajak
PTKP Laki-Laki/ Prempuan Lajang
TK/0 Rp 54.000.000 (Status Tidak Kawin dan Tanggungan 0)
TK/1 Rp 58.500.000 (Status Tidak Kawin dan Tanggungan 1)
TK/2 Rp 63.000.000 (Status Tidak Kawin dan Tanggungan 2)
TK/3 Rp 67.500.000 (Status Tidak Kawin dan Tanggungan 3)
PTKP Laki-Laki Kawin
K/0 Rp 58.500.000 (Status Kawin dan Tanggungan 0)
K/1 Rp 63.000.000 (Status Kawin dan Tanggungan 1)
K/2 Rp 67.500.000 (Status Kawin dan Tanggungan 2)
K/3 Rp 72.000.000 (Status Kawin dan Tanggungan 3)

PTKP Suami dan Istri Digabung


K/I/O Rp 112.500.000 (Status Suami dan Istri Tanggungan 0)
K/I/1 Rp 117.000.000 (Status Suami dan Istri Tanggungan 1)
K/I/2 Rp 121.500.000 (Status Suami dan Istri Tanggungan 2)
K/I/3 Rp 126.000.000 (Status Suami dan Istri Tanggungan 3
Sumber: Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016

Bagi penerima penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21yang tidak
meiliki NPWP, dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan tarif lebih
tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki
NPWP. Maka dari itu jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebebsar
120% dari jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 yang seharusnya dipotong dalam hal

17
wajib pajak tidak memiliki NPWP. Teori ini berlaku untuk pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 21 yang bersifat tidak final. Selain itu Dalam pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 21 harus memperhatikan saat terutang PPh Pasal 21, sebagai
berikut:

a. PPh Pasal 21 terutang bagi penerima penghasilan pada saat pembayaran atau
pada saat terutangnya penghasilan yang bersangkutan.
b. PPh Pasal 21 terutang bagi Pemotong PPh Pasal 21 untuk setiap masa pajak
yang bersangkutan.
c. Saat terutang untuk setiap Masa Pajak adalah akhir bulan dilakukannya
pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang
bersangkutan.

Skema perhitungan PPh Pasal 21 pegawai tetap

Berdasarkan tarif pasal 17 UU PPh dan lampiran Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER
– 16/PJ/2016, tercantum tata cara penghitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap
yang menerima penghasilan, meliputi:

a. Penghitungan PPh Pasal 21 pegawai tetap atas penghasilan teratur;

1) Menghitung seluruh penghasilan burto yang diterima atau diperoleh pegawai


tetap

selama sebulan bekerja, meliputi gaji dan segala jenis tunjangan maupun

pembayaran yang bersifat teratur.

2) Dalam menghitung PPh Pasal 21 perusahaan sebagai pemberi penghasilan seperti


BPJS Ketenagakerjaan, Jaminana Kecelakaan Kerja (JKK), Premi Jaminan
Kematian (JK), dan lain sebagainya, digabungkan kedalam penghasilan bruto
setiap pegawai tetap.

3) Selanjutnya dihitung jumlah dari penghasilan neto sebulan yang diterima, dengan
cara mengurangi penghasilan bruto sebulan dengan biaya jabatan dan iuran-iuran
yang dibayar sendiri oleh pegawai tetap. Hal lain yang tidak tercantum dalam
poin 3, dijelaskan lebih lanjut didalam Peraturan Menteri Keuangan.

18
4) Setelah itu penghasilan neto per bulan dikalikan 12 untuk mencari penghasilan
neto per tahun.

5) Dihitung Penghasilan Kena Pajak dari penghasilan neto per tahun dikurangi PTKP

6) Memperhitungkan PPh Pasal 21 menggunakan tarif pasal 17 UU PPh per tahun


dan

dapat dibagi menjadi per bulan dengan membagi 12.

b. Penghitungan PPh Pasal 21 pegawai tetap atas penghasilan tidak teratur; Apabila
kepada pegawai tetap diberikan Tunjangan Hari Raya (THR), Bonus, dan
sebagainya, yang sifatnya tidak teratur dan biasanya dibayarkan satu kali dalam
setahun, maka PPh Pasal 21 yang dihitung dan dipotong, dengan cara, sebagai
berikut:

1) Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan ditambah


dengan penghasilan tidak teratur, seperti THR dan Bonus.

2) Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur dalam setahun tanpa tambahan
penghasilan, seperti THR dan Bonus.

3) Selisih antara PPh Pasal 21 menurut perhitungan i dan ii adalah PPh Pasal 21 atas
penghasilan tidak teratur, seperti THR dan Bonus

PROFIL PERUSAHAAN

PT. Enviromate Technology International (ETI) merupakan perusahaan yang bergerak


dibidang:

 Engineering Procurement Construction (EPC)


 Compressed Natural Gas (CNG) Plan
 Waste Management Services (WMS)

Dalam jasa pengolahan limbah / WMS mencakup jasa kegiatan seperti:

 Jasa pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

19
 Jasa transportasi B3
 Jasa pengelolaan Limbah Drilling Cutting
 Jasa manufaktur dan konstruksi Water Treat Plan (WTP) dan Waste Water
Treatment Plan (WWTP)

PT. Enviromate Technology International mempunyai komitmen yang tinggi untuk


Keselamatan Kesehatan Kerja dan Perlindungan Lingkungan (K3LL) karena
produktifitas effusiensi kerja hanya dapat dicapai melalui keberhasilan kinerja
karyawan dalam memelihara dan menjaga Kesehatan Keselamatan Kerja melalui
program-program K3, kebijakan perusahaan untuk mendukung tercapainya tujuan K3
yaitu Angka Kecelakaan Nihil / ZERO ACCIDENT serta perlindungan lingkungan /
ENVIROMENTAL PROTECTION FROM POLLUTION.

Health & Safety

Setiap pekerja bertanggung jawab untuk menjaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dilingkungan kegiatannya.

Enviromental Care

Setiap pekerja diwajibkan

 Peduli terhadap pemeliharaan lingkungan


 Tetap mentaati peraturan & persyaratan lingkungan dalam setiap aktivitas
 Inovasi dalam pelayanan & teknologi pengelolaan limbah B3

1. Yulistiani bekerja di PT ETI dengan jabatan sebagai admin, selama bulan mei ia
mendapatkan gaji sebesar Rp 5.242.000 dengan biaya uang tunjangan Rp 585.000
Yulistiani ini belum menikah, maka hitunglah pph pasal 21 terutang

Jawab :

20
Penghasilan Bruto sebulan Rp 5.242.000
Tunjangan Rp 585.000 +
Rp 5.827.000
(-) Biaya jabatan 5% x Rp 5.827.000 Rp 233.000 -
Penghasilan neto sebulan Rp 5. 594.000
Penghasilan neto setahun x12 Rp 67.128.000

PTKP Setahun
Wajib Pajak (Rp 54.000.000)
Penghasilan kena pajak setahun Rp 13.128.000
pph pasal 21 Rp 13.128.000 x 5% Rp 525.120
pph pasal 21 sebulan Rp 525.120/12 Rp 43.760

2. Suryanto bekerja di PT ETI dengan jabatan sebagai driver, selama bulan mei ia
mendapatkan gaji sebesar Rp 6.128.660 dengan status sudah menikah, maka
hitunglah pph pasal 21!

jawab

Penghasilan Bruto sebulan Rp 6.182.660


(-) Biaya jabatan 5% x Rp 6.182.660 Rp 309.133 -
Penghasilan neto sebulan Rp 5.873.527
Penghasilan neto setahun x12 Rp 70.482.324

PTKP Setahun
Wajib Pajak Rp 54.000.000
Tanggungan Rp 4.500.000
Penghasilan kena pajak setahun Rp 11.982.324
pph pasal 21 Rp 11.982.324 x 5% Rp 479.292
pph pasal 21 sebulan Rp 479.292/12 Rp 39.941

21
3. Irham bekerja di PT ETI dengan jabatan SVP, ia memperleh gaji sebesar Rp
5.500.000 PT ETI ini memngikuti program BPJS, premi kecelakaan, dan
jaminan hari tua dengan masing-masing sebesar 0,5%, 0,30%, dan 2% dari
gaji. Hitung pph pasal 21!

Jawab

Penghasilan Bruto
Gaji Sebulan Rp 5.500.000
Tunjangan
Premi asuransi BPJS 0,50 % RP 27.000
Premi jaminan Kesehatan kerja 0,30% Rp 16.000
Jaminan hari tua 2% Rp 110.000
Penghasilan bruto Rp 5.659.000

Pengurangan
Biaya jabatan 5% Rp 226.120 -
Penghasilan neto sebulan Rp 5.426 880
Penghasilan neto setahun x12 Rp 65.122.560
PTKP Rp 54.000.000 -
Penghasilan kena pajak Rp 11.122.560
pph 21 setahun Rp 11.122.560 x 5% = Rp 444.920
pph 21 sebulan Rp 444.902 / 12 = Rp 37.075

4. Andri ini hamper sama dengan irham, namun bedanya ia memegang jabatan
sebagai operator monitor, ia memperoleh gaji sebesar Rp 4.900.000 . Ia
memiliki tunjangan Rp.900.000, dengan jaminan-jaminan program BPJS,
premi kecelakaan kerja, dan jaminan hari tua. Dengan masing-masing sebesar
0,5% , 0,30% , 2% dari gaji. Hitung pph pasal 21

Jawab

22
Penghasilan bruto
Gaji sebulan Rp 4.900.000
Tunjangan Rp 900.000
Premi asuransi BPJS 0,50% Rp 24.000
Premi jaminan Kesehatan kerja 0,30% Rp 14.000
Jaminan hari tua 2% Rp 98.000 +
Penghasilan bruto Rp 5.936.000

Biaya jabatan 5% Rp 296.000 -


Penghasilan neto sebulan Rp 5.640.000
Penghasilan neto setahun x12 Rp 67.680.000
PTKP Rp 54.000.00 -
Penghasilan kena pajak Rp 13.680.000
pph 21 setahun Rp 13.680.000 x 5% = Rp 684.000
pph 21 sebulan Rp 684.000 / 12 = 57.000

5. Nurani dengan status belum menikah pada bulan ini bekerja sebagai buruh
harian lepas di PT ETI. Ia bekerja selama 11 hari dengan upah harian Rp
400.000 . Hitung pph 21

Jawab

Upah sehari Rp 400.000


Dikarenakan upah harian Rp 400.000 maka tidak
dipotong pph.
Nurani akhirnya harus dikenakan potongan pph 21
dihari ke 11 karyawan bekerja. Rp 4.400.000
Jadi, 11 x (Rp 54.000.000 : 360) Rp 1.650.000 -
Rp 2.750.000
Biaya jabatan 5% x Rp 2.750.000 Rp 137.000

Jadi upah yang dipotong

23
Upah harian Rp 400.000
PTKP sehari (54.000.000 : 360) Rp 150.000 -
Rp 250.000
Rp 12.500

DAFTAR PUSTAKA

Eniza, Saleh. 2004. Dasar Pengolahan Susu Dan Hasil Ikutan Ternak. Sumatera
Utara: Universitas Sumatra Utara Press. Hal: 2-7.

https://www.pajak.go.id/id/pph-pasal-2126

24

Anda mungkin juga menyukai