Disusun Oleh :
Kelas : C7 Manajemen
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................................ i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Pendahuluan................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisa………………………………………………………….. 1
Pengerjaan PPh Pasal 21…………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 13
Profil Perusahaan… .. … .. … .. … .. … .. … .. … .. … .. … .. … .. … .. … . 13
Teori Teori PPh Pasal 21…………………………………………………….. 15
Perhitungan PPh Pasal 21 dari Karyawan… .. . … .. … .. … .. .. . . … .. … .. 19
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Pengertian pajak penghasilan Pph pasal 21
4
d. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta
badan yang membayar:
1) honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan
status Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya
sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya.
2) honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan
status Subjek Pajak luar negeri;
3). honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta pendidikan
dan pelatihan, serta pegawai magang.
5
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang
dibayarkan secara bulanan.
e. imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi,
fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun
sebagai
imbalan sehubungan jasa yang dilakukan.
f. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun;
g. penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur
yang
diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas
yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama;
h. penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan
lai
yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai;
atau penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program
pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
6
1. pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
2. penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk
apapun
yang diberikan oleh Wajib Pajak atau pemerintah.
3. iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran
jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau
badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh
pemberi kerja.
4. zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
Lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.
5. beasiswa, yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Ketentuan Lain:
1. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 dan penerima penghasilan
yang
Dipotong PPh Pasal 21 wajib mendaftarkan diri ke kantor pelayanan pajak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pegawai, penerima pensiun berkala, serta bukan pegawai wajib membuat
surat pernyataan yang berisi jumlah tanggungan keluarga pada awal tahun
kalender atau pada saat mulai menjadi Subjek Pajak dalam negeri sebagai
dasar penentuan PTKP dan wajib menyerahkannya kepada Pemotong PPh
7
Pasal 21 dan / atau PPh pasal 26 pada saat mulai bekerja atau mulai
pensiun.
3. Dalam hal terjadi perubahan tanggungan keluarga bagi pegawai, penerima
pensiun berkala dan bukan pegawai wajib membuat surat pernyataan baru
dan menyerahkannya kepa3da pemotong PPh Pasal 21 dan / atau PPh
Pasal 26 paling lama sebelum mulai tahun kalender berikutnya.
4. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 wajib menghitung,
memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21 dan/atau PPh pasal
26 yang terutang untuk setiap bulan kalender, dan membuat Bukti
Pemotongan PPh Pasal 21.
5. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 wajib membuat catatan atau
kertas kerja perhitungan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 untuk
masing-masing penerima penghasilan, yang menjadi dasar pelaporan PPh
Pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 yang terutang untuk setiap masa pajak dan
wajib menyimpan catatan atau kertas kerja perhitungan tersebut sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
6. Ketentuan mengenai kewajiban untuk melaporkan pemotongan PPh pasal
21 dan/atau PPh Pasal 26 untuk setiap bulan kalender tetap berlaku, dalam
hal jumlah pajak yang dipotong pada bulan yang bersangkutan nihil.
7. Dalam hal dalam suatu bulan terjadi kelebihan penyetoran pajak atas PPh
pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang oleh pemotong PPh pasal 21
dan/atau PPh pasal 26, kelebihan penyetoran tersebut dapat diperhitungkan
dengan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang pada bulan
berikutnya melalui Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21 dan/atau PPh
pasal 26.
8. Bagi wajib pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif 20% lebih
tinggi.
8
a. Pegawai.
b. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan
hari
tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.
c. bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pemberian jasa, meliputi :
1. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.
2. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan
peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman
lainnya.
3. olahragawan.
4. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
5. pengarang, peneliti, dan penerjemah.
6. pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi,elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial
serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan.
7. agen iklan.
8. pengawas atau pengelola proyek.
9. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi
Perantara.
10. petugas penjaja barang dagangan.
11. petugas dinas luar asuransi.
12. distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan
kegiatan sejenis lainnya.
d. anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap
sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama.
e. mantan pegawai.
9
f. peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan
dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain:
1. peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan
olahraga,
seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya.
2. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja.
3. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara
kegiatan tertentu.
4. peserta pendidikan dan pelatihan.
5. peserta kegiatan lainnya.
10
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun;
o. penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur
yang
diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas
yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama;
p. penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan
lai
yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai;
atau penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program
pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
11
8. iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran
jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau
badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh
pemberi kerja.
9. zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
Lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.
10. beasiswa, yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Ketentuan Lain:
9. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 dan penerima penghasilan
yang
Dipotong PPh Pasal 21 wajib mendaftarkan diri ke kantor pelayanan pajak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
10. Pegawai, penerima pensiun berkala, serta bukan pegawai wajib membuat
surat pernyataan yang berisi jumlah tanggungan keluarga pada awal tahun
kalender atau pada saat mulai menjadi Subjek Pajak dalam negeri sebagai
dasar penentuan PTKP dan wajib menyerahkannya kepada Pemotong PPh
Pasal 21 dan / atau PPh pasal 26 pada saat mulai bekerja atau mulai
pensiun.
11. Dalam hal terjadi perubahan tanggungan keluarga bagi pegawai, penerima
pensiun berkala dan bukan pegawai wajib membuat surat pernyataan baru
dan menyerahkannya kepa3da pemotong PPh Pasal 21 dan / atau PPh
Pasal 26 paling lama sebelum mulai tahun kalender berikutnya.
12
12. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 wajib menghitung,
memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21 dan/atau PPh pasal
26 yang terutang untuk setiap bulan kalender, dan membuat Bukti
Pemotongan PPh Pasal 21.
13. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 wajib membuat catatan atau
kertas kerja perhitungan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 untuk
masing-masing penerima penghasilan, yang menjadi dasar pelaporan PPh
Pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 yang terutang untuk setiap masa pajak dan
wajib menyimpan catatan atau kertas kerja perhitungan tersebut sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
14. Ketentuan mengenai kewajiban untuk melaporkan pemotongan PPh pasal
21 dan/atau PPh Pasal 26 untuk setiap bulan kalender tetap berlaku, dalam
hal jumlah pajak yang dipotong pada bulan yang bersangkutan nihil.
15. Dalam hal dalam suatu bulan terjadi kelebihan penyetoran pajak atas PPh
pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang oleh pemotong PPh pasal 21
dan/atau PPh pasal 26, kelebihan penyetoran tersebut dapat diperhitungkan
dengan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang pada bulan
berikutnya melalui Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21 dan/atau PPh
pasal 26.
16. Bagi wajib pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif 20% lebih
tinggi.
13
BAB II
PEMBAHASAN
Jenis penghasilan yang dikenakan Pemotongan PPh Pasal 21 salah satunya yaitu
penghasilan yang diterima oleh pegawai tetap, baik penghasilan teratur maupun tidak
teratur. Selain penghasilan berupa upah atau gaji yang diterima secara teratur oleh
pegawai tetap dalam suatu perusahaan, bonus dapat menjadi salah satu penghasilan
tidak teratur yang diberikan oleh perusahaan sebagai bentuk apresiasi kepada pegawai
tetap dan menjadi motivasi pegawai tetap dalam menyelesaikan pekerjaan selain
mendapatkan tunjangan transportasi dan kesehatan. Bonus yang didapatkan oleh
14
pegawai tetap telah diatur secara khusus dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
252/PMK.03/2008 juncto Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER –
16/PJ/2016 Pasal 1 ayat (16) yang menyatakan bahwa Penghasilan pegawai tetap yang
bersifat tidak teratur adalah penghasilan bagi pegawai tetap selain penghasilan yang
bersifat teratur, yang diterima sekali dalam satu tahun atau periode lainnya, antara lain
berupa bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), jasa produksi, tantiem, gratifikasi, atau
imbalan sejenis lainnya dengan nama apapun.
Kewajiban pemotongan yang dilakukan perusahaan terhadap gaji dan bonus Pegawai
tetap berkaitan erat dengan cara perhitungan PPh Pasal 21 yang akan dipotong,
disetorkan, dan dilaporkan kepada Direktorat Jendral Pajak. Dalam praktiknya hal
tersebut belum sepenuhnya diterapkan dengan benar dan masih ditemukan
ketidakbenaran yang dilakukan oleh sebagian pemberi kerja di Indonesia. Cara
perhitungan PPh Pasal 21 dapat dipengaruhi oleh beberapa factor subjektif dan
objektif masing-masing pegawai tetap di perusahaan. Faktor-faktor tersebut meliputi
kepemilikan NPWP yang telah diatur jelas dalam Pasal 2 UU KUP, status PTKP
sesuai peraturan terakhir yaitu PMK Nomor 101/PMK.010/2016, masa kerja,
tunjangan, bonus, dan sebagainya. Masalah yang diakibatkan oleh kesalahan internal
(human error) perusahaan dalam perhitungan PPh Pasal 21 yang dipotong terhadap
penghasilan pegawai tetap tentu akan memiliki dampak untuk perusahaan dikemudian
hari.
15
1) Pegawai Tetap
Tabel 1.1
Tarif Progresif Pajak Penghasilan Pasal 21
16
c. Rp 4.500.000 sebagai tambahan untuk anggota keluarga yang menjadi
tanggungan, maksimal 3 orang untuk setiap keluarga.
Tabel 1.2
Penghasilan Tidak Kena Pajak Orang Pribadi PPh Pasal 21
Bagi penerima penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21yang tidak
meiliki NPWP, dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan tarif lebih
tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki
NPWP. Maka dari itu jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebebsar
120% dari jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 yang seharusnya dipotong dalam hal
17
wajib pajak tidak memiliki NPWP. Teori ini berlaku untuk pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 21 yang bersifat tidak final. Selain itu Dalam pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 21 harus memperhatikan saat terutang PPh Pasal 21, sebagai
berikut:
a. PPh Pasal 21 terutang bagi penerima penghasilan pada saat pembayaran atau
pada saat terutangnya penghasilan yang bersangkutan.
b. PPh Pasal 21 terutang bagi Pemotong PPh Pasal 21 untuk setiap masa pajak
yang bersangkutan.
c. Saat terutang untuk setiap Masa Pajak adalah akhir bulan dilakukannya
pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang
bersangkutan.
Berdasarkan tarif pasal 17 UU PPh dan lampiran Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER
– 16/PJ/2016, tercantum tata cara penghitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap
yang menerima penghasilan, meliputi:
selama sebulan bekerja, meliputi gaji dan segala jenis tunjangan maupun
3) Selanjutnya dihitung jumlah dari penghasilan neto sebulan yang diterima, dengan
cara mengurangi penghasilan bruto sebulan dengan biaya jabatan dan iuran-iuran
yang dibayar sendiri oleh pegawai tetap. Hal lain yang tidak tercantum dalam
poin 3, dijelaskan lebih lanjut didalam Peraturan Menteri Keuangan.
18
4) Setelah itu penghasilan neto per bulan dikalikan 12 untuk mencari penghasilan
neto per tahun.
5) Dihitung Penghasilan Kena Pajak dari penghasilan neto per tahun dikurangi PTKP
b. Penghitungan PPh Pasal 21 pegawai tetap atas penghasilan tidak teratur; Apabila
kepada pegawai tetap diberikan Tunjangan Hari Raya (THR), Bonus, dan
sebagainya, yang sifatnya tidak teratur dan biasanya dibayarkan satu kali dalam
setahun, maka PPh Pasal 21 yang dihitung dan dipotong, dengan cara, sebagai
berikut:
2) Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur dalam setahun tanpa tambahan
penghasilan, seperti THR dan Bonus.
3) Selisih antara PPh Pasal 21 menurut perhitungan i dan ii adalah PPh Pasal 21 atas
penghasilan tidak teratur, seperti THR dan Bonus
PROFIL PERUSAHAAN
19
Jasa transportasi B3
Jasa pengelolaan Limbah Drilling Cutting
Jasa manufaktur dan konstruksi Water Treat Plan (WTP) dan Waste Water
Treatment Plan (WWTP)
Setiap pekerja bertanggung jawab untuk menjaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dilingkungan kegiatannya.
Enviromental Care
1. Yulistiani bekerja di PT ETI dengan jabatan sebagai admin, selama bulan mei ia
mendapatkan gaji sebesar Rp 5.242.000 dengan biaya uang tunjangan Rp 585.000
Yulistiani ini belum menikah, maka hitunglah pph pasal 21 terutang
Jawab :
20
Penghasilan Bruto sebulan Rp 5.242.000
Tunjangan Rp 585.000 +
Rp 5.827.000
(-) Biaya jabatan 5% x Rp 5.827.000 Rp 233.000 -
Penghasilan neto sebulan Rp 5. 594.000
Penghasilan neto setahun x12 Rp 67.128.000
PTKP Setahun
Wajib Pajak (Rp 54.000.000)
Penghasilan kena pajak setahun Rp 13.128.000
pph pasal 21 Rp 13.128.000 x 5% Rp 525.120
pph pasal 21 sebulan Rp 525.120/12 Rp 43.760
2. Suryanto bekerja di PT ETI dengan jabatan sebagai driver, selama bulan mei ia
mendapatkan gaji sebesar Rp 6.128.660 dengan status sudah menikah, maka
hitunglah pph pasal 21!
jawab
PTKP Setahun
Wajib Pajak Rp 54.000.000
Tanggungan Rp 4.500.000
Penghasilan kena pajak setahun Rp 11.982.324
pph pasal 21 Rp 11.982.324 x 5% Rp 479.292
pph pasal 21 sebulan Rp 479.292/12 Rp 39.941
21
3. Irham bekerja di PT ETI dengan jabatan SVP, ia memperleh gaji sebesar Rp
5.500.000 PT ETI ini memngikuti program BPJS, premi kecelakaan, dan
jaminan hari tua dengan masing-masing sebesar 0,5%, 0,30%, dan 2% dari
gaji. Hitung pph pasal 21!
Jawab
Penghasilan Bruto
Gaji Sebulan Rp 5.500.000
Tunjangan
Premi asuransi BPJS 0,50 % RP 27.000
Premi jaminan Kesehatan kerja 0,30% Rp 16.000
Jaminan hari tua 2% Rp 110.000
Penghasilan bruto Rp 5.659.000
Pengurangan
Biaya jabatan 5% Rp 226.120 -
Penghasilan neto sebulan Rp 5.426 880
Penghasilan neto setahun x12 Rp 65.122.560
PTKP Rp 54.000.000 -
Penghasilan kena pajak Rp 11.122.560
pph 21 setahun Rp 11.122.560 x 5% = Rp 444.920
pph 21 sebulan Rp 444.902 / 12 = Rp 37.075
4. Andri ini hamper sama dengan irham, namun bedanya ia memegang jabatan
sebagai operator monitor, ia memperoleh gaji sebesar Rp 4.900.000 . Ia
memiliki tunjangan Rp.900.000, dengan jaminan-jaminan program BPJS,
premi kecelakaan kerja, dan jaminan hari tua. Dengan masing-masing sebesar
0,5% , 0,30% , 2% dari gaji. Hitung pph pasal 21
Jawab
22
Penghasilan bruto
Gaji sebulan Rp 4.900.000
Tunjangan Rp 900.000
Premi asuransi BPJS 0,50% Rp 24.000
Premi jaminan Kesehatan kerja 0,30% Rp 14.000
Jaminan hari tua 2% Rp 98.000 +
Penghasilan bruto Rp 5.936.000
5. Nurani dengan status belum menikah pada bulan ini bekerja sebagai buruh
harian lepas di PT ETI. Ia bekerja selama 11 hari dengan upah harian Rp
400.000 . Hitung pph 21
Jawab
23
Upah harian Rp 400.000
PTKP sehari (54.000.000 : 360) Rp 150.000 -
Rp 250.000
Rp 12.500
DAFTAR PUSTAKA
Eniza, Saleh. 2004. Dasar Pengolahan Susu Dan Hasil Ikutan Ternak. Sumatera
Utara: Universitas Sumatra Utara Press. Hal: 2-7.
https://www.pajak.go.id/id/pph-pasal-2126
24