MANAJEMEN PERPAJAKAN
Disusun Oleh:
Nama : TAMRIN
Npm : 18320056
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah “Taat Pajak dengen Efisien
pada PPh Pasal 21” dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini saya susun untuk
memenuhi tugas“Manajaemen Perpajakan”.Dalam makalah ini saya banyak mendapat
bantuan dari berbagai referensi buku dan website.
saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat kelemahan dan
kekurangan, maka saran dan kritik yang membangun sangat saya butuhkan dari semua pihak
untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah banyak membantudalam proses penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai acuan pembelajaran dikemudian hari.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakanng....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. Pemotongan PPh Pasal 21 dan Subjek Pemotongan PPh Pasal 21/Pasal 26...................2
A. Kesimpulan...........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan suatu kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal
balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Menghindari pajak adalah merupakan cara yang ilegal yang hanya akan
mengundang masalah dan mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu upaya dari
WP yang tidak melanggar aturan adalah Tax Planning yang tepat agar perusahaan membayar
pajak dengan efisien. Terdapat 4 metode dalam pemotongan PPh Pasal 21 yaitu metode nett,
gross, gross up dan mixed. Perencanaan pajak, PPh Pasal 21, efisiensi pajak perusahaan A.Latar
Belakang Dalam menjalankan usaha bisnisnya, tentu perusahaan melakukan upaya untuk
memaksimalkan laba usahanya. Dengan laba yang tinggi, perusahaan akan mendapat
kepercayaan dari investor dan juga kreditur, sehingga perusahaan mendapat modal untuk
melakukan kegiatan operasional perusahaan. Hampir seluruh kehidupan dan perkembangan
dunia usaha dipengaruhi oleh ketentuan perundang-undangan perpajakan. Dalam
pelaksanaannya terdapat perbedaan kepentingan antara wajib pajak dengan pemerintah. Wajib
pajak berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin karena dengan membayar pajak berarti
mengurangi kemampuan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemotongan PPh pasal 21 secara umum
2. Bagaimana subjek pemotongan PPh pasal 21/ pasal 26
3. Bagaimana Objek PPh pasal 21
4. Bagaimana bukan Objek PPh pasal 21
5. Tata cara perhitungan PPh pasal 21
6. Tarif wajib pajak orang pribadi berdasarkan PPh pasal 17
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini iyalah agar mahasiswa atau mahasiswi dapat
mengetahui bagaimana kita melakukan taat pajak dengan efisien pada PPh pasal 21
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pemotongan PPh pasal 21 adalah pungutan atas penghasilan yang diterima dari suatu
pekerjaan, jasa dan kegiatan. Itulah pengertian pemotongan PPh pasal 21.Jadi, ketika seseorang
memperoleh gaji, honorarium, tunjangan dan pembayaran lainnya sehubungan dengan
pekerjaan, jasa dan kegiatan, yang bersangkutan berpotensi menjadi subjek pajak PPh 21.Oleh
karenanya, jika Anda seorang karyawan, sangat mungkin mengalami potongan pajak ini setiap
bulannya.Aturan detail tentang pemotongan PPh pasal 21 dapat kita temukan pada Peraturan
Direktur Jenderal Nomor PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
penyetoran dan Pelaporan PPh 21. Di dalam sebuah perusahaan, pemotongan pajak tersebut
dilakukan oleh bagian keuangan yang berwenang atas pembayaran gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lainnya.
2
Hal lain yang perlu di ketahui, besaran tarif PPh pasal 21 berbeda beda berdasarkan
besarnya jumlah penghasilan. Jika penghasilan sampai dengan Rp 50.000.000, maka tarif
PPh pasal 21 yang harus ditanggung adalah 5%. Jika penghasilan di atas Rp 50.000.000
sampai Rp 250.000.000, maka tarif PPh pasal 21 yang harus Anda bayarkan sebesar 15%.
Namun, jika penghasilan di atas Rp 250.000.000 hingga Rp 500.000.000, maka tarif yang
jadi tanggungan adalah 30%.Sementara, jika penghasilan di atas Rp 500.000.000
potongan PPh pasal 21 yang di bayar sebesar 25%.
Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26, meliputi:
4
B. Objek PPh Pasal 21 dan Bukan Objek PPh Pasal 21
1. Objek Pajak Penghasilan Pasal 21
PPh 21 pada umumnya berkaitan dengan pajak yang dipotong pada sistem penggajian
suatu perusahaan. Namun PPh 21 sebenarnya juga digunakan untuk berbagai jenis
penghasilan lainnya, contohnya:
Penghasilan bagi Pegawai Tetap, baik berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun
tidak teratur
Penghasilan bagi Penerima Pensiun secara teratur, dapat berupa uang pensiun atau
penghasilan serupa
Penghasilan bagi korban pemutusan hubungan kerja (PHK) atau pensiun yang diterima
secara sekaligus, dapat berupa uang pesangon, tunjangan/jaminan hari tua, uang manfaat
pensiun, serta pembayaran lain sejenisnya
Penghasilan bagi Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, dapat berupa upah
satuan, upah borongan upah harian, upah mingguan, atau upah bulanan
Penghasilan bagi Bukan Pegawai, dapat berupa honorarium, upah, komisi dan imbahan
serupa
Imbalan kepada peserta kegiatan, dapat berupa uang saku, uang rapat, honorarium,
hadiah, uang representasi, atau penghargaan sejenis dengan nama dan dalam bentuk
lainnya.
2. Bukan Objek PPh Pasal 21
Tidak Termasuk Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21
a. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi
bea siswa;
b. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun diberikan
oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali kecuali penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ./2009;
c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada
badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga
kerja yang dibayar oleh pemberi kerja;
d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat
yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi
yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
antara pihak yang bersangkutan;
e. Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l Undang-Undang Pajak
Penghasilan.
5
C. Formulasi Kebijakan PPh 21 dan Tata Cara Perhitungan
a. Formulasi Kebijakan PPh 21
Salah satu bentuk kebijakan stimulus yang difokuskan untuk meredam gelombang PHK
adalah insentif Pajak Penghasilan Pasal 21 yang ditanggung oleh pemerintah (selanjutnya
disebut PPh 21 DTP). Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk meningkatkan daya beli
masyarakat, khususnya take home pay pekerja informal. Sederhananya seperti ini: PPh 21
yang seharusnya disetorkan perusahaan ke kas negara, dialihkan menjadi dibayarkan secara
tunai ke pegawai.
6
Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) merupakan jenis pajak yang dikenakan terhadap
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain yang diterima
oleh pegawai, bukan pegawai, mantan pegawai, penerima pesangon dan lain sebagainya.
1. Penerima penghasilan kena pajak, antara lain:
Pegawai tetap
Penerima pensiun berkala
Pegawai tidak tetap dengan penghasilan per bulan melewati Rp 4.500.000
Bukan pegawai seperti yang dimaksud dalam PER-16/PJ/2016 Pasal 3(c) yang
menerima imbalan yang sifatnya berkesinambungan.
2. Seseorang yang menerima penghasilan melebihi Rp 450.000 per hari, yang berlaku bagi
pegawai tidak tetap atau tenaga lepas yang menerima upah harian, upah mingguan, upah
satuan atau upah borongan, sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1
bulan kalender belum melebihi Rp 4.500.000.
3. 50% dari penghasilan bruto, yang berlaku bagi bukan pegawai sebagaimana dimaksud
dalam PER-16/PJ/2016 Pasal 3(c) yang menerima imbalan yang tidak bersifat
berkesinambungan.
4. Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan selain penerima
penghasilan, sebagaimana yang dimaksud dalam tiga poin di atas.
Selain dasar pengenaan dan pemotongan, perhitungan PPh 21 juga didasarkan atas
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).Artinya, pengenaan PPh tidak secara mentah
diterapkan sesuai tarif, melainkan dikurangi PTKP terlebih dahulu.
Perhitungan PPh 21 dengan PTKP Terbaru
Perhitungan PPh 21 selalu disesuaikan dengan tarif PTKP yang ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak (DJP). PTKP yang tercantum pada Pasal 17 Ayat (1) huruf a
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008. adalah sebagai berikut:
1. Rp 54.000.000 per tahun atau setara dengan Rp 4.500.000 per bulan untuk wajib pajak
orang pribadi.
2. Rp 4.500.000 per tahun atau setara Rp 375.000 per bulan tambahan untuk wajib pajak
yang kawin (tanpa tanggungan).
3. Rp 4.500.000 per tahun atau setara Rp 375.000 per bulan tambahan untuk setiap anggota
keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus atau anak angkat,
yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (orang) untuk setiap keluarga.
Adanya penyesuaian tarif PTKP membuat cara penghitungan PPh 21 juga mengalami
perubahan.Tarif PTKP yang ditetapkan oleh DJP belum mengalami perubahan sejak tahun
2016. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai PTKP terbaru, klik di sini.
7
Ragam Metode Perhitungan Gaji Karyawan
Walaupun perhitungan PPh 21 telah diatur oleh DJP, namun pada praktiknya, setiap
perusahaan memiliki metode perhitungan PPh 21 sendiri yang disesuaikan dengan tunjangan
pajak atau gaji bersih yang diterima karyawannya.
Ada 3 metode perhitungan PPh 21 yang paling umum, yaitu:
1. Metode Gross (Gaji Kotor Tanpa Tunjangan Pajak)
Metode gross diterapkan bagi pegawai atau penerima penghasilan yang
menanggung PPh 21 terutangnya sendiri. Ini berarti gaji pegawai tersebut belum
dipotong PPh 21.Misalnya, Ardi seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji
bulanan senilai Rp 10.000.000, maka perhitungannya sebagai berikut:
Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun
Tarif PPh: 15%
PPh 21 (yang ditanggung sendiri): Rp 9.900.000/tahun atau Rp 825.000/bulan
Gaji bersih (take home pay): Rp 9.175.000
2. Metode Gross-Up (Gaji Bersih dengan Tunjangan Pajak)
Metode gross-up diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan yang
diberikan tunjangan pajak (gajinya dinaikkan terlebih dahulu) sebesar pajak yang
dipotong.Misalnya, Ardi seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji bulanan
senilai Rp 10.000.000, maka perhitungannya:
Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun
Tarif PPh: 15%
Tunjangan pajak (dari perusahaan): Rp 9.900.000/tahun atau Rp
825.000/bulan
Total gaji bruto: 10.825.000
Nilai PPh 21 (yang dibayarkan perusahaan): Rp 825.000/bulan
Gaji bersih (take home pay): Rp 10.000.000/bulan
3. Metode Net (Gaji Bersih dengan Pajak Ditanggung Perusahaan)
Metode net diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan yang
mendapatkan gaji bersih dengan pajak yang ditanggung perusahaan.Misalnya jika
Ardi, seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji bulanan sejumlah Rp
10.000.000, maka: perhitungannya:
Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun
Total gaji bruto: Rp 10.000.000
Tarif PPh 21: 15%
Pajak yang ditanggung perusahaan: Rp 9.900.000/tahun atau Rp
825.000/bulan
Nilai PPh 21 (yang dibayarkan perusahaan): Rp 825.000/bulan
8
Gaji bersih (take home pay): Rp 10.000.000/bulan
Cara Perhitungan PPh 21 Karyawan Tetap
Sebelum menghitung PPh 21 untuk karyawan tetap, ada baiknya untuk memahami
pengertiannya.Dikutip dari situs DJP, karyawan tetap adalah karyawan yang menerima
penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur atau pegawai yang berstatus kontrak dalam
jangka waktu yang telah ditentukan, yang menerima penghasilan dalam jumlah tertentu secara
teratur.Berikut ini adalah contoh-contoh penghitungan PPh 21 untuk karyawan atau pegawai
tetap dengan memperhitungkan PTKP.
9
PPh Pasal 21 Bulan Juli: 1.770.450/12 147.538
Ilustrasi di atas berlaku bagi wajib pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Sementara, bagi wajib pajak yang tidak memiliki NPWP, akan dikalikan 120%, sehingga PPh
Pasal 21 Bulan Juli menjadi Rp 147.538 x 120% = Rp 177.046.
D. Tarif Wajib Pajak Orang Pribadi Berdasarkan PPh pasal 17
10
e. Untuk keperluan penghitungan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 5, tiap bulan yang
penuh dihitung 30 hari.
f. Dengan PP, dapat ditetapkan tarif pajak tersendiri atas penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat 2, sepanjang tidak melebihi tarif pajak tertinggi sebagaimana tersebut pada
ayat 1.
BAB III
PENUTUP
11
A. Kesimpulan
Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar bagi negara, tetapi di sisi lain pajak
merupakan biaya bagi perusahaan karena beban pajak akan mengurangi laba perusahaan, oleh
sebab itu banyak perusahaan yang melakukan perencanaan pajak. Self-Assesment yang berlaku
di Indonesia juga menjadi pemicu untuk perusahaan melakukan perencanaan pajak. Penelitian
ini dilakukan di PT.X yang berlokasi di Kabupaten Karangasem. Objek penelitian dalam
penelitian ini adalah perencanaan Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan menggunakan 4 (empat)
alternatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi. Teknik analisis yang
digunakan adalah analisis kuantitatif deskriptif.Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan
bahwa menerapkan metode Gross Up akan memberikan penghematan jika dibanding dengan
penerapan alternatif yang lain. Perhitungan PPh Pasal 21 dengan metode Gross Up juga dapat
mengakibatkan gaji bruto karyawan akan naik yang mengakibatkan laba perusahaan menjadi
turun, sehingga pajak yang ditanggung oleh perusahaan akan turun, serta tidak terdapat selisih
antara biaya fiskal dan komersial yang ditanggung perusahaan. Menerapkan metode Gross up
pada perhitungan PPh Pasal 21 karyawan, penambahan beban gaji pada perusahaan tidak
menjadi beban bagi perusahaan karena kenaikan ini akan menurunkan laba sebelum pajak,
sehingga Pajak Penghasilan Badan perusahaan akan turun.
DAFTAR PUSTAKA
12
Arham, M.I. (2016). Analisis Perencanaan Pajak Untuk PPh Pasal 21 Pada PT. Pegadaian
(Persero) Cabang Tuminiting. Jurnal EMBA. 4. (1) Maret 2016: 077-086
Kementrian Keuangan Republik Indonesia. (2017). Perekonomian Indonesia dan APBN
2017, https://www.kemenkeu.go.id/apbn 2017
Mardiasmo. (2016). Perpajakan Edisi Terbaru. Yogyakarta: CV. Andi Offset
Ortax Training Center. (2016). Modul Training Updating PPh 21 : Pahami Teknis
Penanganan Lebih Bayar Akibat Perubahan PTKP. Jakarta: Ortax
Pohan, C.A. (2016). Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Sahilatua, P.F & Noviari, N. (2013). Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pasal
21 Sebagai Strategi Penghematan Pembayaran Pajak. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 5 (1). 2013: 231-250
Saptono, P.B. (2016). Manajemen Pajak Teori & Aplikasi – Edisi 2. Jakarta: Penerbit
PT Pratama Indomitra Konsultan
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung :
Alfabeta Sukardji, U. (2014). Pajak Pertambahan Nilai, Edisi Revisi 2014. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada
13