Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PERPAJAKAN I

Perhitungan PPh Pasal 21 (untuk pegawai tetap gaji bulanan pegawai tetap yang
menerima THR dan Bonus pegawai tetap yang dipindah tugaskan, meninggal dalam
tahun berjalan)

Oleh kelompok 5:

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS ADHIREJASA RESWARA SANJAYA


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat mengerjakan makalah kami dengan lancar serta dapat
menyelesaikan makalah kami dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perpajakan I. Dengan tugas ini
memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai PPh 21 dalam Berbangsa dan Bernegara
bagi mahasiswa.
Kami sebagai penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih kepada Ibu Renita selaku
dosen pengampu mata kuliah Perpajakan I yang telah memberikan tugas kepada kami.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam
menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari makalah yang kami susun ini terdapat kekurangan dan masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang membangun yang diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 19 Oktober 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pungutan atas penghasilan yang
diterima oleh wajib pajak dalam tahun berjalan dari suatu pekerjaan, jasa, dan kegiatan.
Pemotongan Pajak Penghasilan dapat disebut sebagai with holding taxes system, yaitu
sistem pemnugutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga yang
ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang olej Wajib Pajak sesuai dengan
perturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku (Siti Resmi, 2014:11). Berdasrkan
Undang-Undang Repbulik IndonesiaNomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat
atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Undang-Undang
PPh)Pasal 21 ayat (1) huruf a bahwa Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak , orang pribadi dalam negri wajib dilakukan oleh
pemberi kerja yang membayar gaji , upah,honorium,,tunjangn dan pembayran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan
pegawai.
Jenis penghasilan yang dikenakan Pemotongan PPh 21 salah satunya yaitu
penghasilan yang diterima oleh pegawai tetap, baik penghasilan teratur maupun tidak
teratur. Selain penghasilan berupa upah atau gaji yang diterima secara teratur oleh
pegawai tetap dalam suatu perusahaan , bonus dapt menjadi salah satu penghasilan tidak
teratur yang diberikan oleh perusahaan sebagai bentuk apresiasi kepada pegawai tetap dan
menjadi motivasi pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan selain mendpaatkan
tunjangan transportasi dan kesehatan. Bonus yang didapatkan oleh pegawai tetap telah
diatur secara khusus dalam Perasturan Mentri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 juncto
Pertutan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 Pasl 1 ayat (16) yang
menyatakan bahwa penghsilan pegawi tetap yang bersifat tidak teratur adalah penghasilan
bagi pegawai tetap yang besifat teratur, yang diterima dalam satu tahun atau periode
lainya, antara lain berupa bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), jasa produksi, tantiem,
gratifikasi, atau imbalan sejenis lainya.
Kewajiban pemotongan yang dilakukan perusahaan terhadap gaji dan bonus pegawai
tetap berkaitan erat dengan cara pehitungan PPh 21 yang akan di potong, disetorkan, dan
dilaporkan kepada Direktorat Jendral Pajak. Dalam paktiknya hal tersebut belum
sepenuhnya di terapkan dengan benar dan amsih ditemukan ketidak benaran yang
dilakukan oleh sebagian pemberi kerja di Indonesia. Cara pehitungan PPh Pasal 21 dapat
dipengaruhi oleh beberpa faktor subjektif dan objektif masing-masing pegawai tetap di
perusahaan. Faktor-faktor tersebut meliputi kepemilikan NPWP yang telah diatur jelas
dalam Pasal 2 UU KUP, status PTKP sesuai perturan terakhir yaitu PMK Nomor
101/PMK.010/2016, masa kerja, tunjangan, bonus dan sebagainya. Masalah yang
diakibatkan oleh kesalahan internal (human error) perusahaan dalam perhitungan PPh
Pasal 21 yang dipotong terhadap penghasilan pegawai tetap tentu akan memiliki dampak
untuk perusahaan dikemudian hari. Kasus yang terjadi berikut ini dialami oleh perusahaan
yang berdomisili di Surabaya yaitu PT X.
Perusahaan tersebut selaku pemberi kerja memiliki kendala dalam melakukan
pemotongan PPh Pasal 21. Kendala tersebut terletak pada saat perusahaan memberikan
bonus kepada karyawan tetap dengan besaran lima kali lipat melebihi gaji pokok dalam
bulan tertentu, selain itu didalam perhitungannya juga terdapat kesalahan persepsi
mengenai BPJS Kesehatan. Perhitungan pajak yang dipotong atas gaji dan bonus
beberapa karyawan tersebut dapat dikatakan belum sesuai. Kesalahan perusahaan
diakibatkan karena pedoman perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus
beberapa karyawan yang digunakan PT X tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Tata Cara Pemotongan Pajak atas Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan,
jasa, dan kegiatan orang pribadi. Kesalahan perhitungan pemotongan PPh Pasal 21
pegawai tetap PT X dapat mengakibatkan nominal pajak didalam Bukti Potong 1721 PPh
Pasal 21 tidak benar. Perlakuan perpajakan atas kesalahan perhitungan yang dilakukan PT
X tersebut dapat menimbulkan sanksi administrasi akibat menyampaikan SPT tetapi
isinya tidak benar yang telah diatur didalam UU KUP.

1.2 Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21)

Menurut Waluyo (2011: 201) PPh Pasal 21 adalah pajak penghasilan yang dikenakan
atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya
dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan
oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri.
Menurut Hidayat (2018 : 205) PPh Pasal 21 adalah pajak yang dilewatkan terhadap
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri atas penghasilan yang terkait dengan pekerjaan,
jasa, atau kegiatan, meliputi upah, gaji, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa PPh Pasal 21 adalah pajak
atas penghasilan orang pribadi dalam negeri berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan,
maupun pembayaran lainnya sehubungan dengan pekerjaan dan kegiatan orang pribadi
tersebut.

1.2.1. Pihak Pemotong PPh Pasal 21

Pemotong PPh Pasal 21 adalah Wajib Pajak orang pribadi atau badan termasuk
Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang mempunyai kewajiban melakukan pemotongan pajak atas
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan. Pemotongan PPh Pasal 21
sesuai dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER – 16/PJ/2016 Pasal 2 adalah:

a. pemberi kerja yang terdiri dari:


1) orang pribadi
2) badan atau
3) cabang, perwakilan, atau unitdalam hal yang melakukan sebagian atau seluruh
administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain adalah cabang, perwakilan, atau unit tersebut.

b. bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang kas pada
Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi atau
lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik
Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;

c. dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badanbadan lain
yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari tua atau jaminan hari
tua.

d. orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang
membayar:

1) honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak dalam negeri,
termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan
atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya;
2) honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak luar negeri
3) honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta pendidikan dan pelatihan,
serta pegawai magang;

e. penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan
internasional, orang pribadi, serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang
membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak
orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan.

Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 selaku pemberi kerja dan membayar


penghasilan kepada pegawai tetap, memiliki hak dan kewajiban, sebagai berikut:

a. Hak-hak pemotong PPh Pasal 21

1) Pemotong pajak berhak mengajukan permohonan untuk memperpanjang jangka


waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) PPh Pasal 21. Permohonan diajukan
secara tertulis selambat lambatnya tanggal 31 Maret tahun takwim berikutnya dengan
menggunakan formulir yang telah ditentukan oleh Dirjen Pajak disertai surat
pernyataan penghitungan sementara PPh Pasal 21 yang terutang dan bukti pelunasan
kekurangan pembayaran PPh Pasal 21 yang terutang untuk tahun takwim yang
bersangkutan.
2) Pemotong Pajak dapat mengajukan keberatan kepada Dirjen Pajak dan permohonan
banding kepada Badan Peradilan Pajak.
3) Pemotong Pajak berhak atas kelebihan jumlah penyetoran PPh Pasal 21 untuk
diperhitungkan pada waktu perhitungan tahunan, dan sisa kelebihan dapat
diperhitungkan untuk bulan-bulan berikutnya.

b. Kewajiban pemotong PPh Pasal 21,

1) Setiap pemotong pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak atau
Kantor Penyuluhan Pajak setempat.
2) Pemotong pajak dapat mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlukan dalam
rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya.
3) Pemotong pajak wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh Pasal 21 yang
terutang untuk setiap akhir bulan takwim selambatlambatnya tanggal 10 (sepuluh)
bulan takwim berikutnya.
4) Pemotong pajak wajib melaporkan penyetoran PPh Pasal 21 meskipun nihil dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa ke Kantor Pelayanan Pajak setempat,
selambat-lambatnya pada tanggal 20 (dua puluh) bulan takwim berikutnya.
5) Pemotong pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 kepada pegawai
tetap maupun kepada orang pribadi bukan pegawai tetap, penerima uang pensiun,
penerima Jaminan Hari Tua, penerima uang pesangon, dan penerima dana pensiun.

1.2.2 Pihak yang dipotong PPh Pasal 21

Berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER – 16/PJ/2016 Pasal 3 yang menjelaskan
tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan Orang Pribadi yang
termasuk sebagai Wajib Pajak PPh Pasal 21 adalah, sebagai berikut:

a. Pegawai
b. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya
c. Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pemberian jasa, meliputi:
1. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris
2. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati,
pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya
3. olahragawan
4. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator
5. pengarang, peneliti, dan penerjemah
6. pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial serta
pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan
7. agen iklan
8. pengawas atau pengelola proyek
9. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi
perantara
10. petugas penjaja barang dagangan
11. petugas dinas luar asuransi
12. distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan
sejenis lainnya

d. anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai
Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama

e. mantan pegawai

d. peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan


keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain:

1) peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga,
seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya
2) peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja
3) peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan
tertentu
4) peserta pendidikan dan pelatihan
5) peserta kegiatan lainnya. Penerima penghasilan yang dipotong Pajak
Penghasilan Pasal 21 selaku

pegawai tetap, sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu pekerjaan


maupun kegiatan, memiliki hak dan kewajiban, sebagai berikut:

1. Menyerahkan surat pernyataan yang berisi jumlah tanggungan kepada


pemotong PPh Pasal 21.
2. Jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong merupakan kredit pajak bagi
penerima penghasilan yang dikenakan pemotongan untuk tahun pajak
yang bersangkutan, kecuali PPh Pasal 21 yang bersifat final.
3. Penerima penghasilan wajib menyerahkan bukti pemotongan PPh
Pasal 21 kepada: pemotong pajak kantor cabang baru jika
dipindahtugaskan, kepala pemotong pajak tempat kerja baru jika
pindah kerja, dan pemotong pajak dana pensiun ketika yang
bersangkutan menerima pensiun.
1.2.3 Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21

Penghasilan yang merupakan objek pemotongan PPh Pasal 21 sesuai dengan


peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku adalah:

a. penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa


Penghasilan yang Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur;
b. penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur
berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya

c. penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua,
atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya
melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja

d. penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang
dibayarkan secara bulanan

e. imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee,
dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai
imbalan sehubungan jasa yang dilakukan

f. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama
dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun

g. penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang
diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang
tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama

h. penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain
yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai

i. penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang
masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan.
1.3 Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21
Berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER 16/PJ/2016 Pasal 9 tentang Pedoman
Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan, orang pribadi. Dasar pengenaan dan
pemtongan PPh Paal 21 adalah sebagai berikut:
a. Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku bagi:
a. Pegawai Tetap;
b. penerima pensiun berkala;
c. Pegawai Tidak Tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlah
kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender telah
melebihi Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah)
d. Bukan Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c yang menerima
imbalan yang bersifat berkesinambungan
. b. Jumlah penghasilan yang melebihi Rp 450.000,00 (empat ratus lima puluh ribu
rupiah) sehari, yang berlaku bagi Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas
yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan atau upah borongan,
sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender
belum melebihi Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah)
c. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi Bukan
Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c yang menerima imbalan
yang tidak bersifat berkesinambungan
d. Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan selain
penerima penghasilan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan huruf c.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Perhitungan PPh 21


1. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
PTKP merupakan penghasilan wajib pajak yang dikecualikan atau tidak dikenai
PPh 21. Namun, Status PTKP setiap wajib pajak bisa berbeda, karena ditentukan
oleh perkawinan dan jumlah tanggungan. Fungsi PTKP dalam perhitungan pajak
karyawan tetap adalah sebagai pengurang yang dapat memperkecil penghasilan
sebelum dikenakan tarif pajak.
Jadi, PTKP terbaru saat ini adalah PTKP 2016 berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan No 101/PMK.010/2016, sebagai berikut:
1) Wajib pajak sendiri Rp54.000.000.
2) WP kawin, ditambah Rp4.500.000.
3) Wajib pajak memiliki tanggungan keluarga sedarah satu garis keturunan,
semenda, atau anak angkat, ditambah Rp4.500.000. Maksimal 3 orang
tanggungan.
4) Jika penghasilan suami dan istri digabung, maka PTKP wajib pajak kawin
ditambah Rp54.000.000.

Tanggunga PTKP Penghasilan


PTKP WP Tidak Kawin PTKP WP Kawin
n Suami-Istri Digabung

TK/ K/ K/ Rp
0 0 Rp 54.000.000 0 Rp 58.500.000 I/0 112.500.000
TK/ K/ K/ Rp
1 Orang 1 Rp 58.500.000 1 Rp 63.000.000 I/1 117.000.000
TK/ K/ K/ Rp
2 Orang 2 Rp 63.000.000 2 Rp 67.500.000 I/2 121.500.000
TK/ K/ K/ Rp
3 Orang 3 Rp 67.500.000 3 Rp 72.000.000 I/3 126.000.000

Table 1
2. Tarif PPh 21
Tarif pajak penghasilan merupakan tarif progresif, di mana besaran tarif
mengikuti besaran penghasilan. Seperti disebut di awal, tarif pajak penghasilan
2022 adalah tarif UU HPP.

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif


Sampai dengan Rp 60.000.000 5%
Di atas Rp 60.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000 15%
Di atas Rp 250.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000 25%
Di atas Rp 500.000.000 sampai dengan Rp 5.000.000.000 30%
Di atas Rp 5.000.000.000 35%

Table 2

3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


NPWP sangat memengaruhi perhitungan PPh 21. Karyawan yang tidak memiliki
NPWP dikenakan tarif pajak 120% dari tarif yang berlaku, yang artinya mereka
membayar 20% lebih besar dibandingkan karyawan yang memiliki NPWP.
Di samping itu, pekerja asing (WNA) yang memiliki NPWP diperlakukan sebagai
subjek pajak dalam negeri dan dikenakan PPh 21, sedangkan ekspatriat yang tidak
memiliki NPWP dan bekerja kurang dari 183 hari dikenakan perhitungan PPh 26.

2.2 Perhitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur

setiap bulan selain bulan Desember atau bulan ketika pegawai tetap berhenti bekerja,

terdiri atas:

a. Pegawai tetap menerima gaji bulanan


b. Pegawai tetap menerima gaji mingguan dan harian
c. Pegawai tetap menerima uang rapel
d. Pegawai tetap menerima bonus, gratifikasi, jasa produksi, dan lainnya
(bersifat tidak teratur)
e. Pegawai tetap dipindahtugaskan dalam tahun berjalan
f. Pegawai tetap berhenti bekerja atau mulai bekerja dalam tahun berjalan

1) Pegawai tetap baru mulai bekerja pada tahun berjalan:


a) Pegawai yang kewajiban pajak subjektifnya sebagai subjek pajak
dalam negeri sudah ada sejak awal tahun kalender, tetapi baru bekerja
pada pertengahan tahun
b) Pegawai yang kewajiban pajak subjektifnya sebagai subjek pajak
dalam negeri dimulai setelah permulaan tahun pajak, dan mulai
bekerja pada tahun berjalan
2) Pegawai tetap berhenti bekerja pada tahun berjalan:
a) Pegawai yang masih memiliki kewajiban pajak subjektif berhenti
bekerja pada tahun berjalan
b) Pegawai berhenti bekerja pada tahun berjalan dan sekaligus
kehilangan kewajiban pajak subjektif,
g. Pegawai tetap dengan penghasilan sebagian atau seluruhnya diperoleh
dalam mata uang asing
h. Pegawai tetap dengan sebagian atau seluruh PPh Pasal 21 ditanggung
pemberi kerja
i. Pegawai tetap menerima tunjangan pajak
j. Pegawai tetap menerima penghasilan dalam bentuk natura dan
kenikmatan lainnya yang diberikan oleh Wajib Pajak yang pengenaan
pajak penghasilannya bersifat final atau berdasarkan norma penghitungan
khusus (dermed profit)
k. Pegawai tetap yang baru memiliki NPWP pada tahun berjalan.

2.2.1 Menghitung PPh 21 Pegawai Tetap

1. Menghitung Penghasilan Bruto


Penghasilan bruto adalah jumlah semua pendapatan yang diperoleh karyawan,
baik yang bersifat teratur dan tidak teratur. Contohnya adalah gaji, tunjangan,
lembur karyawan, bonus, dan tunjangan hari raya keagamaan.
Penghasilan bruto=gaji + tunjangan + lembur + THR + pendapatan lainnya
2. Menghitung Biaya Jabatan
Biaya jabatan merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap pegawai tetap
tanpa memandang mempunyai jabatan atau tidak (Peraturan Dirjen Pajak No
16 Tahun 2016). Besarnya adalah 5% dari penghasilan bruto, paling banyak
Rp6.000.000 setahun atau Rp500.000 sebulan.
Biaya jabatan = 5% x penghasilan bruto

Studi Kasus
Ramadhan adalah karyawan pada perusahaan PT Eka Prima Putra dengan
status belum menikah dan menirma gaji Rp 8.000.000 per bulan. Pt Eka Prima
Putra mengikuti program pensiun dan BPJS kesehatan, perusahaan
membayarkan iuran pensiun dari BPJS sebesar 2% dari perhitungan gaji,
yakni sebesar Rp 160.000 per bulan. Disamping itu perusahaan membayarkan
iuran Jaminan Hari Tua (JHT) karyawannya setiap bulan sebesar 3,7% dari
gaji, sedangkan Ramadhan membayar iuran jaminan hari tua setiap bulan
sebesar 2,00% dar gaji. Premi Jaminan Kecelakan Kerja (JKK) dan Jaminan
Kematian (JK) dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing
sebsar 0,24% dan 0,30% dari gaji.
Disamping menerima pembayaran gaji, Ramadhan juga menerima uang
lembur sebesar Rp 2.500.000
1. Pegawai Tetap Perbulan
Penyelesaian:
Gaji Pokok Rp. 8.000.000
Tunjangan Lainnya (Lembur) Rp. 2.500.000
JHT 3,7 % x Rp. 8.000 .000 Rp. 296.000
Iuran Pensiun 2 % x Rp . 8.000 .000 Rp. 160.000
JKK 0,24 % x Rp . 8.000.000 Rp. 19.200
JK 0,30 % x Rp. 8.000 .000 Rp. 24.000 (+)
Gaji Bruto ............................................................................... Rp. 10.999.200
Pengurangan:
Biaya Jabatan 5 % x Rp . 10.999.200 Rp. 549.960
Max Rp. 500.000 Sebulan Rp. 500.000
Max Rp. 6.000.000 Setahun
Iuran JHT 2 % x Rp . 8.000 .000 Rp. 160.000 (+)
Jumlah Pengurangan ............................................................. Rp. 660.000 (-)
Gaji Netto ................................................................................ Rp. 10.339.200
Penghasilan Netto Setahun
12 x Rp. 10.339.200..................................................................Rp. 124.070.400

Penghasilan Tidk Kena Pajak (PTKP)


TK/0..........................................................................................Rp.54.000.000 –
Penghasilan Kena Pajak Setahun .............................................Rp. 70.070.400
Pembulatan Kebawah................................................................Rp. 70.070.000
PPh terutang
5% x Rp. 50.000.000.................................................................Rp. 2.500.000
5% x Rp. 20.070.000................................................................. Rp. 3.010.560 +
Total Pajak Terutang .............................................................Rp. 5.510.560

PPh Pasal 21 Perbulan Rp. 5.510.560: 12 = Rp. 459.213

2. Pegawai Tetap Setahun


Gaji Pokok 12 x 8.000.0000 Rp. 96.000.000
Tunjangan Lainnya (Lembur)
12 x 2.500.000 Rp. 30.000.000
JHT
12 x 296.000 Rp. 3.552.000
Iuran Pensiun
12 x 160.000 Rp. 1.920.000
JKK
12 x 19.200 Rp. 230.400
JK
12 x 24.000 Rp. 288.000 (+)
Gaji Bruto Setahun ...........................................................Rp. 131.990.400
Pengurangan:
Biaya Jabatan
12 x 500.000 Rp. 6.000.000
Iuran JHT
12 x 160.000 Rp. 1.920.000 (+)
Jumlah Pengurangan.........................................................Rp. 7.920.000 (-)
Gaji Netto Setahun.............................................................Rp. 124.070.400

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


TK/0......................................................................................Rp. 54.000.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak Setahun.........................................Rp. 70.070.400
Pembulatan Kebawah...........................................................Rp. 70.070.400
PPh Terutang
5% x 50.000.000...................................................................Rp. 2.500.000
15% x 20.070.000.................................................................Rp. 3.010.560 (+)
Total Pajak Terutang.........................................................Rp. 5.510.560

PPh Pasal 21 Setahun Rp. 5.510.560

1.2.2 Perhitungan PPh pasal 21 THR dan Bonus

Tunjangan hari raya (THR) adalah pendapatan non upah yang wajib dibayarkan
pemberi kerja kepada pekerja ketika menjelang hari raya di Indonesia. THR ini wajib
diberikan paling lambat tujuh hari sebelum hari raya keagamaan.

Pemerintah Indonesia menetapkan dasar hukum THR melalui Peraturan Menteri


Ketenagakerjaan Nomor 6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi
Pekerja/Buruh di Perusahaan (“Permenaker 6/2016”). Peraturan ini terdiri dari 13 pasal dan
mulai diberlakukn saat diundangkan pada tanggal 8 maret 2016.

Didalam Pasal 3 angka 2 Permenaker 6/2016 disebutkan bahwa pekerja atau buruh yang
mempunyai masa kerja satu bulan diberikan secara proporsional sesuai masa kerja.
Kententuan ini berbeda dengan ketentuan sebelumnya yang menetapkan bahwa pekerja atau
buruh yang berhak mendapatkan THR adalah yang memiliki masa kerja minimal tiga bulan.

Studi Kasus Perhtingan THR atau Bonus

Ramadhan Tidak Kawin dan tidak memiliki tanggungan bekerja di PT Eka Prima Putra
dengan memperoleh gaji sebesar Rp. 8.000.000 sebulan. Perusahaan ikut dalam program
BPJS. Premi jaminan kecelakaan kerja dan premi Jaminan Kematian dan iuran jaminan hari
tua dibayar oleh pemberi kerja setiap bulan masing-masing sebesar 1,00%,0.30%, dan 3,70%
dari gaji. Ramadhan membayar iuran pensiun Rp. 50.000 dan iuran jaminan hari tua sebesar
2,00% dari gaji untuk setiap bulan. Dalam tahun berjalan dia juga menerima THR sebesar
Rp.5.000.000.

Penyelesaian:

PPh pasal 2 atas gaji dan THR (penghasilan setahun)

Gaji setahun 12 x 8.000.000 Rp. 96.000.000

THR/Bonus Rp. 5.000.000

JHT 3,7% x 8.000.000 x 12 Rp. 3.552.000

Premi JKK 1,0% x 8.000.000 x 12 Rp. 960.000

Premi JK 0,3% x 8.000.000 x 12 Rp. 288.000 (+)

Gaji Bruto Setahun...............................................................................Rp. 105.800.000

Pengurangan:

Biaya Jabatan 5% x 105.800.000 Rp. 5.290.000

Iuran Pensiun 12 x 50.000 Rp. 600.000

Iuran JHT 2% x 8.000.000 x 12 Rp. 1.920.000 (+)

Jumlah Pengurangan ...........................................................................Rp. 7.810.000 (-)

Gaji Netto Setahun ...............................................................................Rp. 97.990.000

PTKP:

TK/0 Rp. 54.000.000 (-)

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp. 43.990.000

PPh pasal 21 Terutang

5% x 43.990.000 Rp. 2.199.500

PPh Pasal 21 Terutang Setahun adalah Rp. 2.199.500


1.2.3 Perhitungan Dipindah Tugaskan

Pada saat pegawai dipindah tugaskan, pegawai yang bersangkutan tidak berhenti
bekerja dari perusahaan tempat dia bekerja. Pegawai yang bersangkutan masih tetap
bekerja pada perusahaan yang sama dan hanya berubah lokasinya saja. Dengan
demikian dalam perhitungan PPh pasal 21 tetap menggunakan dasar perhitungan
setahun.

Studi Kasus

Ramdhan yang berstatu belum menikah adalah pegawai Pada PT. Eka Prima Putra di
Jakarta. Sejak 1 Juni 2018 dipindah tugaskan ke kantor cabang di Bandung dan pada 1
Oktober 2018. Gaji Ramdhan sebesar Rp. 8.000.000 dan pembayaran iuran Pensiun
yang dibyarkan sendiri sebulan sejumlah Rp. 100.000 selama bekerja di PT. Eka Prima
Putra Ramdhan hanya menerima penghasilan berupa gaji saja

Perhitungan PPh pasal 21 atas penghasilan Ramdhan dari PT. Eka Prima Putra

Kantor Pusat di Jakarta

Gaji 5 x 8.000.000 Rp. 40.000.000

Pengurangan:

Biaya Jabatan 5% x 40.000.000 Rp. 2.000.0000

Iuran Pensiun 5 x 100.000 Rp. 500.000 (+)

Jumlah Pengurangan...................................................................Rp. 2.500.000 (-)

Perhitungan PPh Pasal 21:

Penghasilan Netto 5 Bulan Rp. 37.500.000

Penghasilan Neto Setahun

5/12 x 37.500.000 Rp. 90.000.000

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


TK/0 Rp. 54.000.000 (-)

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp. 36.000.000

PPh pasal 21 Yang Terutang Setahun:

5% x 36.000.000 Rp. 1.800.000

PPh Pasal 21 Terutang Januari s/d Mei 2018

5/12 x 1.800.000 Rp. 750.000

PPh Pasal 21 Yang Sudah Dipotong Masa Januari s/d Mei 2018

5 x 150.000 Rp. 750.000

PPh Pasal 21 yang telah dipotong pada bulan Januari - Mei 2018 untuk setiap bulanya
adalah Rp. 750.000 : 12 = Rp.150.000

Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Form 1721 Al) di Kantor Jakarta

Gaji 5 X Rp 8.000.000 Rp 40.000.000

Pengurangan:

Biaya Jabatan 5% X Rp 40.000.000 Rp 2.000.000

Iuran Pensiun 5 X Rp 100.000 Rp 500.000 (+)

Jumlah Pengurangan ..................................................................Rp 2.500.000 (-)

Penghitungan PPh Pasal 21:

Penghasilan Neto 5 Bulan Rp. 37.500.000

Penghasilan Neto Setahun/Disetahunkan

5/12 X Rp 37.500.000 Rp 90.000.0000

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP):

TK/0 Rp. 54.000.000 (-)

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 36.000.000


PPh Pasal 21 Yang Terutang Setahun:

5% x 36.000.000 Rp.1.800.000

PPh Pasal 21 Terutang Masa Januari s.d Mei 2018

5/12 x Rp 1.800.000 Rp 750.000

PPh Pasal 21 Yang Sudah Dipotong Masa Januari s.d. Mei 2018

5 x Rp 150.000 (Rp 750.000)

PPh Pasal 21 Kurang (Lebih) Dipotong NIHIL

Kantor Cabang Bandung

1. PENGHASILAN NETTO DI BANDUNG


Gaji (Juni s.d September)
4 x 8.000.000 Rp. 32.000.000
Pengurangan:
Biaya Jabatan 5% x 32.000.000 Rp. 1.600.000
Iuran Pensiun 4 x 100.000 Rp. 400.000 (+)
Jumlah Pengurangan.........................................................Rp. 2.000.000 (-)
Perhitungan PPh Pasal 21:
Penghasilan Netto Di Bandung Rp. 30.000.000

2. PENGHASILAN NETTO DI JAKARTA Rp. 37.500.000 (+)


Jumlah Penghasilan Netto 9 Bulan Rp. 67.500.000
Penghasilan Netto Setahun
9/12 x 67.500.000 Rp. 90.000.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
TK/0 Rp. 54.000.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp. 36.000.000
PPh Pasal 21 Yang Terutang Setahun:
5% x 36.000.000 Rp. 1.800.000
PPh Pasal 21 Terutang Selama 9 Bulan
9/12 x 1.800.000 Rp. 1.350.000
PPh Pasal 21 Yang Dipotng Di Jakarta Rp. 750.000 (-)
PPh Pasal 21 Terutang di Bandung Rp. 600.000
PPh Pasal 21 Yang Sudah Dipotong Di Bandung
Masa Juni s.d September 2018
4 x 150.000 Rp. 600.000
PPh Pasal 21 Kurang (Lebih) Dipotong NIHIL
PPh Pasal 21 yang telah dipotong pada bulan Juni samapi dengan September
untuk setiap bulannya adalah Rp. 1.800.000 : 12 = Rp. 150.000

Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Form 1721 Al) di Kantor Jakarta

Penghasilan Netto Di Bandung


Gaji (Juni s.d September)
4 x 8.000.000 Rp. 32.000.000
Pengurangan:
Biaya Jabatan 5% x 32.000.000 Rp. 1.600.000
Iuran Pensiun 4 x 100.000 Rp. 400.000 (+)_
Jumlah Pengurangan............................................................Rp. 2.000.000 (-)
Perhitungan PPh Pasal 21:
Penghasilan Neto 4 Bulan Rp. 30.000.000
Penghasilan Neto Dijakarta Rp. 37.500.000 (+)
Jumlah Penghasilan Neto 9 Bulan Rp. 67.500.000
Penghasilan Neto Setahun
9/12 x 67.500.000 Rp. 90.000.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
TK/0 Rp. 54.000.000 (-)
Penghasilan Kena Pjak Setahun Rp. 36.000.000
PPh Pasal 21 Yang Terutang Setahun:
5% x 36.000.000 Rp. 1.800.000
PPh Pasal 21 Terutang Selama 9 Bulan
9/12 x 1.800.000 Rp. 1.350.000
PPh Pasal 21 Yang Telah Dipotong Dan Dilunasi:
Di Jakarta Sesuai Dengan Form. 1721 – A1 (Rp. 750.000)
Di Bandung 4 x 150.000 (Rp. 600.000)
PPh Pasal 21 Kurang (Lebih) Dipotong NIHIL

1.2.4 Perhitungan Pajak Meninggal Dunia Dalam Tahun Berjalan

Perhitungan PPh Pasal 21 bagi pegawai yang meninggal dunia diawali dengan
menghitung jumlah PPh pasal 21 yang terutang untuk penghasilan teratur. Jumlah
penghasilan neto yang digunakan untuk menghitung PPh pasal 21 tersebut adalah
penghasilan neto yang disetahunkan. Selanjutnya, PPh pasal 21 yang masih harus dipotong
dihitung dari selisih antara PPh pasal 21 dari seluruh penghasilan teratur dan tidak teatur,
dikurangi dengan PPh pasal 21 yang sudah dipotong.

Studi Kasus

Andika (K/3) telah bekerja di PT. Makmur Abadi sejak tahun 2019. Diketahui bahwa Andika
meninggal dunia di bulan Juni 2021. Selama tahun 2022, ia menerima gaji perbulan sebesar
Rp. 6.000.000 dan dibulan Februari menerima bonus sebesar Rp. 10.000.000. berikut
Perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji yang diterima andika

1. Perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji


Gaji sebulan Rp. 15.000.000
Pengurangan:
Biaya Jabatan 5% x 15.000.000 = Rp. 750.000 Rp. 500.000 (-)
Penghasilan Neto Sebulan Rp. 14.500.000
Penghasilan Neto Setahun
12 x 14.500.000 Rp. 174.000.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
a. Untuk WP Sendiri Rp.54.000.000
b. Tambahan Nikah Rp. 4.500.000
c. Tambahan 3 Orang Anak Rp. 13.500.000 (+)

Rp. 72.000.000(-)

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp. 102.000.000

PPh Pasal 21 Terutang

5% x 60.000.000 Rp. 3.000.000

15% x 42.000.000 Rp. 6.300.000 (+)


PPh Pasal 21 Setahun Rp. 9.300.000

PPh Pasal 21 Sebulan

Rp. 9.300.000 : 12 Rp. 775.000

2. PPh Pasal 21 atas Bonus


Gaji Setahun 12 x 15.000.000 Rp.180.000.000
Bonus Rp. 10.000.000
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x 190.000.000 = Rp. 9.500.000 Rp. 6.000.000 (-)
Penghasilan Neto Setahun Rp. 184.000.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
a. Untuk WP Sendiri Rp. 54.000.000
b. Tambahan Menikah Rp. 4.500.000
c. Tambahan 3 Anak Rp. 13.500.000 (+)
Rp. 72.000.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp. 112.000.000
PPh Pasal 21 Terutang
5% x 60.000.000 Rp. 3.000.000
15% x 52.000.000 Rp. 7.800.000 (+)
PPh Pasal 21 Setahun Rp. 10.800.000
PPh Pasal 21 atas Bonus
Rp. 10.800.000 – Rp. 9.300.000 Rp. 1.500.000

3. PPh Pasal 21 atas seluruh penghasilan sampai bulan Mei 2021


Gaji selama 5 Bulan 5 x 15.000.000 Rp. 75.000.000
Bonus Rp. 10.00.000 (+)
Rp. 85.000.000
Pengurangan:
Biaya Jabatan 5% x 85.000.000 = Rp. 4.250.000 Rp. 2.500.000 (-)
Max 5 Bulan Rp. 2.500.000
Penghasilan Neto 5 Bulan Rp. 82.500.000
Penghasilan Neto Setahun
5/12 x 82.500.000 Rp. 198.000.000

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


a. Untuk WP Sendiri Rp. 54.000.000
b. Tambahan Menikah Rp. 4.500.000
c. Tambahan 3 Anak Rp. 13.500.000 (+)
Rp. 72.000.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp. 126.000.000
PPh Pasal 21 Terutang
5% x 60.000.000 Rp. 3.000.000
15% x 66.000.000 Rp. 9.900.000 (+)
PPh Pasal 21 Setahun Rp. 12.900.000

PPh Pasal 21 Terutang


5/12 x 12.900.000 Rp. 5.375.000

PPh Pasal 21 yang telah dipotong sampai april 2021


(4 x 775.000) + 1.500.000 Rp. 4.600.000
PPh Pasal 21 Terutang yang harus dipotong dibulan Mei Rp. 775.000
DAFTAR PUSTAKA

Shofawi, Abdurrozak, Pajak Penghasilan Pasal 21, repository.unair.ac.id, diakses pada 24


Oktober 2022 pukul 19.30

Maharanti, Puan, 2022, Jambi, Perhitungan PPh Pasal 21, Academia.edu, diakses pada 3
November 2022 pukul 20.15

Susanto, Ari, 2022, Faktor utama yang mempengaruhi PPh 21, gadjian.com, diakes pada 3
November 2022

Anda mungkin juga menyukai