Perhitungan PPh Pasal 21 (untuk pegawai tetap gaji bulanan pegawai tetap yang
menerima THR dan Bonus pegawai tetap yang dipindah tugaskan, meninggal dalam
tahun berjalan)
Oleh kelompok 5:
FAKULTAS EKONOMI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat mengerjakan makalah kami dengan lancar serta dapat
menyelesaikan makalah kami dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perpajakan I. Dengan tugas ini
memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai PPh 21 dalam Berbangsa dan Bernegara
bagi mahasiswa.
Kami sebagai penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih kepada Ibu Renita selaku
dosen pengampu mata kuliah Perpajakan I yang telah memberikan tugas kepada kami.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam
menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari makalah yang kami susun ini terdapat kekurangan dan masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang membangun yang diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Waluyo (2011: 201) PPh Pasal 21 adalah pajak penghasilan yang dikenakan
atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya
dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan
oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri.
Menurut Hidayat (2018 : 205) PPh Pasal 21 adalah pajak yang dilewatkan terhadap
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri atas penghasilan yang terkait dengan pekerjaan,
jasa, atau kegiatan, meliputi upah, gaji, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa PPh Pasal 21 adalah pajak
atas penghasilan orang pribadi dalam negeri berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan,
maupun pembayaran lainnya sehubungan dengan pekerjaan dan kegiatan orang pribadi
tersebut.
Pemotong PPh Pasal 21 adalah Wajib Pajak orang pribadi atau badan termasuk
Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang mempunyai kewajiban melakukan pemotongan pajak atas
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan. Pemotongan PPh Pasal 21
sesuai dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER – 16/PJ/2016 Pasal 2 adalah:
b. bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang kas pada
Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi atau
lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik
Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;
c. dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badanbadan lain
yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari tua atau jaminan hari
tua.
d. orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang
membayar:
1) honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak dalam negeri,
termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan
atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya;
2) honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak luar negeri
3) honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta pendidikan dan pelatihan,
serta pegawai magang;
e. penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan
internasional, orang pribadi, serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang
membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak
orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan.
1) Setiap pemotong pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak atau
Kantor Penyuluhan Pajak setempat.
2) Pemotong pajak dapat mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlukan dalam
rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya.
3) Pemotong pajak wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh Pasal 21 yang
terutang untuk setiap akhir bulan takwim selambatlambatnya tanggal 10 (sepuluh)
bulan takwim berikutnya.
4) Pemotong pajak wajib melaporkan penyetoran PPh Pasal 21 meskipun nihil dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa ke Kantor Pelayanan Pajak setempat,
selambat-lambatnya pada tanggal 20 (dua puluh) bulan takwim berikutnya.
5) Pemotong pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 kepada pegawai
tetap maupun kepada orang pribadi bukan pegawai tetap, penerima uang pensiun,
penerima Jaminan Hari Tua, penerima uang pesangon, dan penerima dana pensiun.
Berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER – 16/PJ/2016 Pasal 3 yang menjelaskan
tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan Orang Pribadi yang
termasuk sebagai Wajib Pajak PPh Pasal 21 adalah, sebagai berikut:
a. Pegawai
b. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya
c. Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pemberian jasa, meliputi:
1. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris
2. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati,
pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya
3. olahragawan
4. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator
5. pengarang, peneliti, dan penerjemah
6. pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial serta
pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan
7. agen iklan
8. pengawas atau pengelola proyek
9. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi
perantara
10. petugas penjaja barang dagangan
11. petugas dinas luar asuransi
12. distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan
sejenis lainnya
d. anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai
Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama
e. mantan pegawai
1) peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga,
seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya
2) peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja
3) peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan
tertentu
4) peserta pendidikan dan pelatihan
5) peserta kegiatan lainnya. Penerima penghasilan yang dipotong Pajak
Penghasilan Pasal 21 selaku
c. penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua,
atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya
melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja
d. penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang
dibayarkan secara bulanan
e. imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee,
dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai
imbalan sehubungan jasa yang dilakukan
f. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama
dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun
g. penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang
diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang
tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama
h. penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain
yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai
i. penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang
masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan.
1.3 Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21
Berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER 16/PJ/2016 Pasal 9 tentang Pedoman
Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan, orang pribadi. Dasar pengenaan dan
pemtongan PPh Paal 21 adalah sebagai berikut:
a. Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku bagi:
a. Pegawai Tetap;
b. penerima pensiun berkala;
c. Pegawai Tidak Tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlah
kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender telah
melebihi Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah)
d. Bukan Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c yang menerima
imbalan yang bersifat berkesinambungan
. b. Jumlah penghasilan yang melebihi Rp 450.000,00 (empat ratus lima puluh ribu
rupiah) sehari, yang berlaku bagi Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas
yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan atau upah borongan,
sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender
belum melebihi Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah)
c. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi Bukan
Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c yang menerima imbalan
yang tidak bersifat berkesinambungan
d. Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan selain
penerima penghasilan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan huruf c.
BAB II
PEMBAHASAN
TK/ K/ K/ Rp
0 0 Rp 54.000.000 0 Rp 58.500.000 I/0 112.500.000
TK/ K/ K/ Rp
1 Orang 1 Rp 58.500.000 1 Rp 63.000.000 I/1 117.000.000
TK/ K/ K/ Rp
2 Orang 2 Rp 63.000.000 2 Rp 67.500.000 I/2 121.500.000
TK/ K/ K/ Rp
3 Orang 3 Rp 67.500.000 3 Rp 72.000.000 I/3 126.000.000
Table 1
2. Tarif PPh 21
Tarif pajak penghasilan merupakan tarif progresif, di mana besaran tarif
mengikuti besaran penghasilan. Seperti disebut di awal, tarif pajak penghasilan
2022 adalah tarif UU HPP.
Table 2
Perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur
setiap bulan selain bulan Desember atau bulan ketika pegawai tetap berhenti bekerja,
terdiri atas:
Studi Kasus
Ramadhan adalah karyawan pada perusahaan PT Eka Prima Putra dengan
status belum menikah dan menirma gaji Rp 8.000.000 per bulan. Pt Eka Prima
Putra mengikuti program pensiun dan BPJS kesehatan, perusahaan
membayarkan iuran pensiun dari BPJS sebesar 2% dari perhitungan gaji,
yakni sebesar Rp 160.000 per bulan. Disamping itu perusahaan membayarkan
iuran Jaminan Hari Tua (JHT) karyawannya setiap bulan sebesar 3,7% dari
gaji, sedangkan Ramadhan membayar iuran jaminan hari tua setiap bulan
sebesar 2,00% dar gaji. Premi Jaminan Kecelakan Kerja (JKK) dan Jaminan
Kematian (JK) dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing
sebsar 0,24% dan 0,30% dari gaji.
Disamping menerima pembayaran gaji, Ramadhan juga menerima uang
lembur sebesar Rp 2.500.000
1. Pegawai Tetap Perbulan
Penyelesaian:
Gaji Pokok Rp. 8.000.000
Tunjangan Lainnya (Lembur) Rp. 2.500.000
JHT 3,7 % x Rp. 8.000 .000 Rp. 296.000
Iuran Pensiun 2 % x Rp . 8.000 .000 Rp. 160.000
JKK 0,24 % x Rp . 8.000.000 Rp. 19.200
JK 0,30 % x Rp. 8.000 .000 Rp. 24.000 (+)
Gaji Bruto ............................................................................... Rp. 10.999.200
Pengurangan:
Biaya Jabatan 5 % x Rp . 10.999.200 Rp. 549.960
Max Rp. 500.000 Sebulan Rp. 500.000
Max Rp. 6.000.000 Setahun
Iuran JHT 2 % x Rp . 8.000 .000 Rp. 160.000 (+)
Jumlah Pengurangan ............................................................. Rp. 660.000 (-)
Gaji Netto ................................................................................ Rp. 10.339.200
Penghasilan Netto Setahun
12 x Rp. 10.339.200..................................................................Rp. 124.070.400
Tunjangan hari raya (THR) adalah pendapatan non upah yang wajib dibayarkan
pemberi kerja kepada pekerja ketika menjelang hari raya di Indonesia. THR ini wajib
diberikan paling lambat tujuh hari sebelum hari raya keagamaan.
Didalam Pasal 3 angka 2 Permenaker 6/2016 disebutkan bahwa pekerja atau buruh yang
mempunyai masa kerja satu bulan diberikan secara proporsional sesuai masa kerja.
Kententuan ini berbeda dengan ketentuan sebelumnya yang menetapkan bahwa pekerja atau
buruh yang berhak mendapatkan THR adalah yang memiliki masa kerja minimal tiga bulan.
Ramadhan Tidak Kawin dan tidak memiliki tanggungan bekerja di PT Eka Prima Putra
dengan memperoleh gaji sebesar Rp. 8.000.000 sebulan. Perusahaan ikut dalam program
BPJS. Premi jaminan kecelakaan kerja dan premi Jaminan Kematian dan iuran jaminan hari
tua dibayar oleh pemberi kerja setiap bulan masing-masing sebesar 1,00%,0.30%, dan 3,70%
dari gaji. Ramadhan membayar iuran pensiun Rp. 50.000 dan iuran jaminan hari tua sebesar
2,00% dari gaji untuk setiap bulan. Dalam tahun berjalan dia juga menerima THR sebesar
Rp.5.000.000.
Penyelesaian:
Pengurangan:
PTKP:
Pada saat pegawai dipindah tugaskan, pegawai yang bersangkutan tidak berhenti
bekerja dari perusahaan tempat dia bekerja. Pegawai yang bersangkutan masih tetap
bekerja pada perusahaan yang sama dan hanya berubah lokasinya saja. Dengan
demikian dalam perhitungan PPh pasal 21 tetap menggunakan dasar perhitungan
setahun.
Studi Kasus
Ramdhan yang berstatu belum menikah adalah pegawai Pada PT. Eka Prima Putra di
Jakarta. Sejak 1 Juni 2018 dipindah tugaskan ke kantor cabang di Bandung dan pada 1
Oktober 2018. Gaji Ramdhan sebesar Rp. 8.000.000 dan pembayaran iuran Pensiun
yang dibyarkan sendiri sebulan sejumlah Rp. 100.000 selama bekerja di PT. Eka Prima
Putra Ramdhan hanya menerima penghasilan berupa gaji saja
Perhitungan PPh pasal 21 atas penghasilan Ramdhan dari PT. Eka Prima Putra
Pengurangan:
PPh Pasal 21 Yang Sudah Dipotong Masa Januari s/d Mei 2018
PPh Pasal 21 yang telah dipotong pada bulan Januari - Mei 2018 untuk setiap bulanya
adalah Rp. 750.000 : 12 = Rp.150.000
Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Form 1721 Al) di Kantor Jakarta
Pengurangan:
5% x 36.000.000 Rp.1.800.000
PPh Pasal 21 Yang Sudah Dipotong Masa Januari s.d. Mei 2018
Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Form 1721 Al) di Kantor Jakarta
Perhitungan PPh Pasal 21 bagi pegawai yang meninggal dunia diawali dengan
menghitung jumlah PPh pasal 21 yang terutang untuk penghasilan teratur. Jumlah
penghasilan neto yang digunakan untuk menghitung PPh pasal 21 tersebut adalah
penghasilan neto yang disetahunkan. Selanjutnya, PPh pasal 21 yang masih harus dipotong
dihitung dari selisih antara PPh pasal 21 dari seluruh penghasilan teratur dan tidak teatur,
dikurangi dengan PPh pasal 21 yang sudah dipotong.
Studi Kasus
Andika (K/3) telah bekerja di PT. Makmur Abadi sejak tahun 2019. Diketahui bahwa Andika
meninggal dunia di bulan Juni 2021. Selama tahun 2022, ia menerima gaji perbulan sebesar
Rp. 6.000.000 dan dibulan Februari menerima bonus sebesar Rp. 10.000.000. berikut
Perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji yang diterima andika
Rp. 72.000.000(-)
Maharanti, Puan, 2022, Jambi, Perhitungan PPh Pasal 21, Academia.edu, diakses pada 3
November 2022 pukul 20.15
Susanto, Ari, 2022, Faktor utama yang mempengaruhi PPh 21, gadjian.com, diakes pada 3
November 2022