Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TAX PLANNING UNTUK PPH PASAL 21

Oleh :

Kelompok 1

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2023
MAKALAH TAX PLANNING UNTUK PPH PASAL 21

(sebagai tugas mata kuliah Manajemen Pajak)

disusun oleh :

Yuni Rohaliza 2011031033

Abidzar Septawandra Al-Ghifari 2011031034

Adam Dhiyaulhaq Nadien 2011031045

Andini Vatiady 2011031051

Arif Hidayat 2011031055

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

2023

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Tax Planning
untuk PPH Pasal 21” tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari
dosen pada mata kuliah Manajemen Pajak di Universitas Lampung. Selain itu, penulis
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
berbagai macam jenis PPH Pasal 21.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Bandar Lampung, Januari 2023

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak penghasilan Pasal 21 merupakan pungutan pemotongan atas penghasilan


yang dibayarkan kepada orang pribadi apabila telah terpenuhi syarat subjektif dan
syarat objektif sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan. sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa, dan kegiatan sesuai dengan
peraturan perundang – undangan perpajakan yang berlaku diantaranya Undang-
Undang Nomor 7 tahun 1983 hingga Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan. Menurut Diana Sari (2014:25), Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah
pajak penghasilan yang harus dipotong oleh setiap pemberi kerja terhadap imbalan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, penghargaan maupun pembayaran lainnya
yang mereka bayar atau terutang kepada orang pribadi dalam negeri sehubungan
dengan pekerjaan jasa dan kegiatan yang dilakukan orang pribadi tersebut dengan
melakukan pemotongan langsung setiap bulannya. Penyetoran Pajak Penghasilan
bisa dilakukan dengan cara online banking, teller bank atau kantor pos, dan bisa
juga dibayarkan lewat pajakku. Setelah dilakukan penyetoran pajak oleh Wajib
Pajak, Wajib Pajak harus melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21.

Pemotongan Pajak dilakukan olek pemberi penghasilan atau kerja yang


membayar gaji wajib pajak tersebut. Pada dasarnya PPh 21 ini mampu memberikan
sebuah pemasukan keuangan negara dimana mampu untuk mengumpulkan dana dari
subjek pajak yang ada. Dana pajak akan masuk ke kas negara yang biasanya
digunakan untuk pembangunan nasional.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu pemotongan penghasilan pasal 21?
2. Penghasilan apa saja yang termasuk objek pajak?
3. Penghasilan apa saja yang termasuk objek non-pajak?
4. Siapa yang berhak memotong pajak penghasilan?
5. Bagaimana upaya untuk mengelola kewajiban perpajakan?
6. Apa saja jenis metode tax planning?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahuin pengertian pajak penghasilan 21
2. Untuk mengetahui berbagai objek pajak PPh Pasal 21
3. Untuk mengetahui upaya pengelolaan kewajiban perpajakan
4. Untuk mengetahui berbagai jenis metode tax planning

2
Daftar Isi

Halaman Judul ......................................................................................................

Kata Pengantar.......................................................................................................

Daftar Isi ................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................

1.1 Latar Belakang............................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan..........................................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN ......................................................................................

2.1 Objek Pajak dan Non-Pajak .......................................................................

2.2 Perhitungan PPh 21 ....................................................................................

2.3 Strategi Perencanaan Pajak ........................................................................

BAB III. PENUTUP ..............................................................................................

3.1 Kesimpulan ................................................................................................

3.2 Saran ..........................................................................................................

Daftar Pustaka........................................................................................................

3
4
BAB II
PEMBAHASAN

3.1 Objek dan Non-Objek PPh 21

Objek PPh 21dapat diartikan sebagai penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21.
Berikut ini penghasilan yang dipotong PPh 21, antara lain:

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa


Penghasilan yang Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur
berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya
3. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua,
atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya
melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja
4. Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang
dibayarkan secara bulanan
5. Imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee,
dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apa pun sebagai
imbalan sehubungan jasa yang dilakukan
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama
dan dalam bentuk apa pun
7. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang
diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang
tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama
8. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain
yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai

5
9. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun
yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan

Non-objek PPh 21 dapat diartikan sebagai penghasilan yang tidak dipotong


PPh Pasal 21. Berikut ini penghasilan yang tidak dipotong PPh 21, antara lain:

1. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi


sehubungan dengan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan
beasiswa.
2. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun
yang diberikan oleh wajib pajak atau pemerintah, kecuali penghasilan yang
diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun
atau penghasilan sejenis.
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendirinya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan
hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar pemberi kerja.
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga
amal zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia
yang diterima oleh oraang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan pemerintah.
5. Beasiswa yang diperoleh atau diterima oleh warga negara Indonesia dari
wajib pajak pemberi beasiswa dalam rangka pendidikan di dalam negeri pada
tingkat pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang tidak mempunyai
hubungan istimewa dengan pemilik, komisaris, direksi, dan pengurus dari
wajib pajak pemberi beasiswa. Komponen beasiswa terdiri atas biaya
pendidikan yang dibayarkan ke sekolah, biaya ujian biaya penelitian yang

6
berkaitan dengan bidang studi yang diambil, pembelian buku, dan biaya hidup
yang wajar sesuai daerah lokasi tempat belajar.

2.2 Perhitungan PPh 21

Tn. Arif adalah pegawai tetap PT Hiroshima telah ber-NPWP memeproleh


penghasilan setiap bulan sebesar Rp 10.000.000,-. Kewajiban setiap bulan yang harus
dibayar Tn. Arif adalah iuran pensiun sebesar Rp 50.000,-. Berdasarkan data tersebut,
hitunglah PPh Pasal 21 terutang setiap bulan yang harus dibayar, apabila Tn. Arif
telah menikah dan mempunyai 1 orang anak sebagai tanggungan.

Gaji Sebulan Rp 10.000.000,-


Pengurangan:

1. Biaya jabatan 5% × Rp 10.000.000 Rp 500.000,-


2. Iuran pensiun Rp 50.000,-
(Rp 550.000,-)
Penghasilan neto sebulan Rp 9.450.000,-
Penghasilan neto setahun
(12 × Rp 9.450.000,-) Rp 113.400.000,-

PTKP (K/1) (Rp 63.000.000,-)


PKP Rp 50.400.000,-

PPh Pasal 21 setahun 5% × Rp 50.400.000 = Rp 2.520.000,-


PPh Pasal 21 sebulan Rp 2.520.000 : 12 = Rp 210.000,-

7
Perhitungan dengan metode gross up:

Formula Lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP):


Lapisan 1 dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP)  Rp 0 – Rp47.500.000 (PKP
setahun – 0) x 5/95 + 0,
Lapisan 2 dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp47.500.000 – Rp217.500.000
(PKP setahun – Rp47.500.000) x 15/85 + Rp2.500.000,
Lapisan 3 dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp217.500.000 – Rp405.000.000
(PKP setahun – Rp217.500.000) x 25/75 + Rp32.500.000,
Lapisan 4 dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Lebih dari Rp405.000.000
(PKP setahun – Rp405.000.000) x 30/70 + Rp95.000.000.

Hitung Gaji Pokok Setahun:


12 x Rp10.000.000 = Rp132.000.000
Hitung Penghasilan Bersih Setahun: (Gaji Pokok Setahun – Biaya Jabatan Setahun –
Iuran Pensiun)
Biaya jabatan setahun: 12 x 5% x Rp10.000.000 = Rp6.000.000
Iuran pensiun setahun: 12 x Rp50.000 = Rp600.000
Penghasilan bersih setahun: Rp132.000.000 – Rp6.000.000 – Rp600.000=
Rp125.400.000
Hitung Penghasilan Kena Pajak: (Penghasilan Bersih Setahun – PTKP =)
Rp125.400.000 – Rp54.000.000 = Rp71.400.000
Karena PKP setahun Rp 71.400.000, maka berlaku rumus lapisan kedua untuk
mendapatkan Tunjangan Pajak karyawan, yaitu: (PKP setahun – Rp47.500.000) x
15/85 + Rp2.500.000 =)
Rp71.400.000 – Rp47.500.000 x 15/85 + Rp2.500.000 = Rp6.717.647

Hitung Tunjangan Pajak Sebulan


Rp6.717.647 : 12 = Rp559.803

8
2.3 Strategi Perencanaan Pajak

Hampir seluruh wajib pajak tidak suka untuk membayar pajak dan mencari
cara untuk meminimalkan pembayaran pajak. Masyarakat tidak suka membayar pajak
dan Pemerintah tidak suka memaksa warganya untuk membayar pajak. Akan tetapi,
pajak itu diperlukan untuk membiayai anggaran yang berkaitan dengan pembangunan
dan kepentingan negara. Adanya perbedaan kepentingan antara pemerintah dan wajib
pajak menyebabkan wajib pajak cenderung mengurangi jumlah pembayaran, baik
secara legal maupun illegal. Self assessment system adalah suatu system dimana
memberikan peluang wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang
terutang sehingga dapat mewujudkan keuntungan dalam usahanya namun tidak
terlepas dari kewajiban membayar pajak. Untuk mewujudkan keuntungan tersebut,
diperlukan adanya upaya mengelola kewajiban perpajakan. Upaya untuk mengelola
kewajiban perpajakan tersebut dapat dilakukan secara legal melalui perencanaan
pajak (Tax Planning).

Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak dengan


melakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat
meminimumkan kewajiban pajak namun tetap sesuai dengan ketentuan dan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Perencanaan pajak umumnya selalu
dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi terkena pajak. Kalau transaksi
tersebut terkena pajak, apakah dapat digunakan untuk dikecualikan atau dikurangi
jumlah pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran pajak dimaksud dapat ditunda
pembayarannya dan lain sebagainya. Oleh karena itu Wajib Pajak akan membuat
rencana pengenaan pajak atas setiap tindakan (taxable events) secara seksama.

Tax planning adalah salah satu pilihan yang diambil oleh perusahaan untuk
mengefisienkan beban pajak dengan cara yang legal yang tidak melanggar peraturan
perundang – undangan.

Strategi Perencanaan Pajak

9
 Menggunakan alternatif perhitungan yang paling menguntungkan perusahaan

Terdapat 4 metode tax planning yang berlaku secara umum yaitu :

1. PPh Pasal 21 ditanggung karyawan (Gross Method)


Dengan metode gross, jumlah PPh Pasal 21 tersebut akan dipotong dari
penghasilan karyawan, kewajiban perusahan adalah menyetor PPh Pasal 21
yang telah dipotong dan melaporkan PPh tersebut. Sehingga dari sisi
karyawan, penghasilannya menjadi lebih kecil. Sedangkan dari sisi
perusahaan, tidak akan mengurangi laba perusahaan karena tidak
mengeluarkan beban pajak. Namun perlu diingat bahwa beban yang kecil
akan meningkatkan laba perusahaan yang juga akan berimbas pada tingginya
PPh Badan.

2. PPh Pasal 21 ditanggung perusahaan (Net Method)


Sedangkan pada metode net penghasilan karyawan tidak akan dikurangi
dengan pajak, karena pajak sepenuhnya merupakan beban perusahaan. Karena
jumlah PPh Pasal 21 yang ditanggung perusahaan tidak dimasukkan dalam
perhitungan SPT PPh Pasal 21 maka tidak diperbolehkan untuk
menguranginya dari penghasilan bruto perusahaan sebagai biaya deductible,
sehingga metode net bagi perusahaan merupakan non deductible expense.
Sehingga pada laporan keuangan fiskal biaya pajak ini akan menjadi koreksi
positif yang akan menambah laba perusahaan sehingga PPh Badan menjadi
lebih besar.

3. PPh Pasal 21 ditunjang sebagian oleh perusahaan (Mixed Method)


Perusahaan memberikan tunjangan yang besarnya tidak sama dengan pajak
terutang. Bagi karyawan tunjangan tersebut akan menambah penghasilan
karyawan yang akan diperhitungkan dalam pemotongan PPh Pasal 21.

10
Sedangkan bagi perusahaan, PPh Pasal 21 yang diberikan dalam bentuk
tunjangan dapat dibiayakan oleh perusahaan, sedangkan jika selisihnya
ditanggung perusahaan merupakan biaya non deductible.

4. PPh Pasal 21 ditunjang perusahaan (Gross up Method)


Dalam metode gross up sebenarnya tidak berpengaruh terhadap penghasilan
yang diterima karyawan (take home pay), tetapi untuk penghitungan gross up
penghasilan karyawan menjadi lebih besar sebesar PPh yang ditambahkan.
Dari segi komersial, kebijakan menerapkan PPh Pasal 21 secara gross up akan
terlihat memberatkan perusahaan karena beban pajak yang membesar tersebut
tampak seperti pemborosan. Namun pada saat melakukan koreksi fiskal,
beban pajak tersebut dapat dibiayakan (deductible) sehingga akan mengurangi
besarnya penghasilan kena pajak yang akan mengakibatkan PPh Badan yang
terutang akan menjadi kecil. Kenaikan beban perusahaan dari PPh Pasal 21
tersebut akan tereliminasi dengan penurunan PPh Badan karena beban PPh
Pasal 21 tersebut dapat dibiayakan, bahkan penurunan PPh Badan tersebut
lebih besar dari kenaikan PPh Pasal 21, sehingga akan tercipta efisiensi pajak
pada perusahaan.

 Tax Avoidance

Tax avoidance adalah upaya mengefisiensikan beban pajak dengan cara


menghindari pengenaan pajak dengan mengarahkannya pada transaksi yang
bukan objek pajak.

Contoh: Pada jenis perusahaan yang PPh badannya tidak dikenakan secara
final untuk mengefisiensikan PPh Pasal 21 karyawan dapat dilakukan dengan
cara memberikan semaksimal mungkin kesejahteraan karyawan dalam bentuk
natura, mengingat pemberian natura pada perusahaan yang tidak terkena PPh

11
final bukan merupakan objek PPh Pasal 21. Misal pada saat perusahaan dalam
kondisi secara fiskal atau memiliki kompensasi kerugian fiskal dalam jumlah
yang relatif besar di ahun sebelumnya.

Natura adalah setiap balas jasa yang diterima atau diperoleh pegawai, karyawan, atau
karyawati dan atau keluarganya tidak dalam bentuk uang dari pemberi kerja.

12
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Pajak penghasilan Pasal 21 merupakan pungutan pemotongan atas


penghasilan yang dibayarkan kepada orang pribadi apabila telah terpenuhi syarat
subjektif dan syarat objektif sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Undang-
Undang Pajak Penghasilan. sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa, dan kegiatan
sesuai dengan peraturan perundang – undangan perpajakan yang berlaku, pajak
diperlukan untuk membiayai anggaran yang berkaitan dengan pembangunan dan
kepentingan negara. Terdapat 4 metode tax planning yang berlaku secara umum yaitu
PPh Pasal 21 ditanggung karyawan (Gross Method), PPh Pasal 21 ditanggung
perusahaan (Net Method), PPh Pasal 21 ditunjang sebagian oleh perusahaan (Mixed
Method), PPh Pasal 21 ditunjang perusahaan (Gross up Method). Tax planning
adalah salah satu pilihan yang diambil oleh perusahaan untuk mengefisienkan beban
pajak dengan cara yang legal yang tidak melanggar peraturan perundang – undangan.

3.2 Saran

Seperti yang telah diketahui bahwa tujuan dilakukan pemotongan pajak


penghasilan adalah demi memenuhi kepentingan pembangunan nasional. Atas
kepentingan tersebut hendaknya wajib pajak patuh terhadap peraturan perundang-
undangan perpajakn yang berlaku dalam hal pemotongan hingga pelaporan.

13
Daftar Pustaka

Resmi, S. (2019). Perpajakan: Teori dan Kasus Jakarta: Salemba Empat

Handaputri Alfons, Treesje Runtu, Dhullo Afandi. 2010. ANALISIS PENERAPAN


PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA CV UNGGUL ABADI DI MANADO.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern 13(2), 2018, 668-682

14

Anda mungkin juga menyukai