Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PERPAJAKAN

“PAJAK PENGHASILAN PASAL 21”

Dosen Pengampu : Fajriani Azis, S.Pd., M.Si.

DI SUSUN OLEH :

Kelompok 6

Nurwahyuni (200901502031)

Shinta Nuriah (200901502033)

Rifka Aulia Natasyah (200901502034)

Fatima Syahrah (200901502035)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai “Pajak Penghasilan Pasal
21” ini dengan baik dan tepat waktu.Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas yang telah diberikan Ibu Fajriani Azis ,S.Pd., M.,Si pada mata
kuliah Perpajakan. Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan bagi pembaca
mengenai Pajak Penghasilan 21.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Fajriani Azis ,S Pd., M,Si selaku dosen
mata kuliah Perpajakan yang telah memberikan tugas sehingga kami dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan pembahasan pada materi Pajak Penghasilan
Pasal 21. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang sudah bekerja
sama sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kami menyadari
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,kami mohon
maaf apabila terdapat penulisan kalimat atau kata yang kurang sesuai dan kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Makassar, 26 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL ..................................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 4

A. Deskripsi Singkat ....................................................................................................... 4

B. Relevansi ................................................................................................................... 4

C. Indikator..................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 5

A. Definisi....................................................................................................................... 5

B. Penerima Penghasilan ............................................................................................... 7

C. Objek PPh 21 ............................................................................................................ 8

D. Tarif Pajak dan Penerapan ........................................................................................ 9

E. Kewajiban Pemotong Pajak PPh Pasal 21 ............................................................... 12

F. PPh 21 Atas Pegawai Tetap dan Ilustrasinya Penghitungannya .............................. 14

G. PPh 21 Atas Penghasilan Tidak Teratur dan Ilustrasinya Perhitungannya ............... 16

H. PPh 21 Atas Uang Pensiun ..................................................................................... 18

I. PPh 21 Atas Kenaikan Gaji dan Ilustrasinya Perhitungannya .................................. 21

J. PPh 21 atas Upah dan Ilustrasinya Perhitungannya ................................................ 23

STUDI KASUS AUDIT ........................................................................................................ 24

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 28

Kesimpulan ........................................................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 29

LAMPIRAN ............................................................................................................................ 30
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat
Pada Bab ini di bahas tentang Pajak Penghasilan Pasal 21. Pajak merupakan
sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai kepentingan umum
yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti kepentingan
rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat, kemakmuran rakyat, dan sebagainya.
Sehingga pajak merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan Negara.

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji,
upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana yang di
maksud dalam pasal 21 Undang-undang Pajak Penghasilan.

B. Relevansi
Pada bagian ini di bahas tentang Pajak Penghasilan Pasal 21. Dengan dasar
pemahaman ini akan menjadi landasan bagi mahasiswa untuk memahami Pajak
Penghasilan Pasal 21.

C. Indikator
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang :

1. Definisi PPh 21
2. Penerima Penghasilan
3. Objek PPh 21
4. Tarif Pajak dan Penerapan
5. Kewajiban Pemotongan PPh
6. PPh 21 atas Pegawai Tetap dan Ilustrasinya Penghitungannya
7. PPh 21 atas Penghasilan Tidak Teratur dan Ilustrasinya Penghitungannya
8. PPh 21 atas Uang pensiun dan Ilustrasinya Penghitungannya
9. PPh 21 atas Kenaikan Gaji dan Ilustrasinya Penghitungannya
10. PPh 21 atas Upah dan Ilustrasinya Penghitungannya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
1. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah Wajib Pajak orang
pribadi atau Wajib Pajak badan, termasuk bentuk usaha tetap, yang mempunyai
kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak atas Penghasilan Sehubungan
dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 dan Pasal 26 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

2. Penyelenggara Kegiatan adalah orang pribadi atau badan sebagai


penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran imbalan dengan nama
dan dalam bentuk apa pun kepada orang pribadi sehubungan dengan
pelaksanaan kegiatan tersebut.

3. Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, berdasarkan
perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis,
untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu
dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu,
penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi kerja,
termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri.

4. Pegawai Tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan


dalam Jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan
anggota dewan pengawas, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak
untuk suatu jangka Waktu tertentu yang menerima atau memperoleh
penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.

5. Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas adalah pegawai yang hanya menerima
penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah
hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian
suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.

6. Penerima Penghasilan Bukan Pegawai adalah orang pribadi selain pegawai


tetap dan pegawai tidak tetap (tenaga kerja lepas) yang memperoleh
penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apa pun dari Pemotong PPh Pasal
21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagai imbalan atas jasa yang dilakukan
berdasarkan perintah atau permintaan dari pemberi penghasilan.

7. Peserta kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan
tertentu, termasuk mengikuti rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop),
pendidikan, pertunjukan, olahraga, atau kegiatan lainnya dan menerima atau
memperoleh imbalan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan
tersebut.

8. Penerima pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau
memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk
orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima tunjangan hari tua atau jaminan
hari tua.

9. Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Teratur adalah penghasilan bagi


pegawai tetap berupa gaji atau upah, segala macam tunjangan, dan imbalan
dengan nama apa pun yang diberikan secara periodik berdasarkan ketentuan
yang ditetapkan oleh pemberi kerja, termasuk uang lembur.

10. Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Tidak Teratur adalah penghasilan
bagi pegawai tetap selain penghasilan yang bersifat teratur, yang diterima sekali
dalam satu tahun atau periode lainnya, antara lain berupa bonus, Tunjangan
Hari Raya (THR), jasa produksi, tantiem, gratifikasi, atau imbalan sejenis lainnya
dengan nama apa pun.

11. Upah harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai
yang terutang atau dibayarkan secara harian.

12. Upah mingguan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh
pegawai yang terutang atau dibayarkan secara mingguan.

13. Upah satuan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai
yang terutang atau dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil pekerjaan yang
dihasilkan.
14. Upah borongan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai
yang terutang atau dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan
tertentu.

15. Imbalan kepada bukan pegawai adalah penghasilan dengan nama dan dalam
bentuk apa pun yang terutang atau diberikan kepada bukan pegawai
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan, antara lain
berupa honorarium, komisi, fee, dan penghasilan sejenis lainnya.

B. Penerima Penghasilan
Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi yang
merupakan :

1. Pegawai.

2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari
tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.

3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan


dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi:

a) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.

b) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang


sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan
seniman lainnya.

c) Olahragawan.

d) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.

e) Pengarang, peneliti, dan penerjemah.

f) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta
pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan.
g) Agen iklan.

h) Pengawas atau pengelola proyek.

i) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi


perantara.

j) Petugas penjaja barang dagangan.

k) Petugas dinas luar asuransi.

l) Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan


sejenis lainnya.

4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan


dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi :

a) Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga,


seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya.

b) Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja.

c) Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara


kegiatan tertentu.

d) Peserta pendidikan, pelatihan, dan magang.

e) Peserta kegiatan lainnya.

C. Objek PPh 21
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa


penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur.

2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur


berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.
3. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua,
atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya
melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja.

4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian,
upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan
secara bulanan.

5. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan.

6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama
dan dalam bentuk apa pun, dan imbalan sejenis dengan nama apa pun.

7. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang
diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang
tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama.

8. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain
yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai.

D. Tarif Pajak dan Penerapan


Tarif pajak yang berlaku beserta penerapannya menurut ketentuan dalam Pasal
21 Undang Undang Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut:

1. Tarif berdasarkan Pasal 17 UU PPh, diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak


dari:
a) Pegawai tetap.
b) Penerima pensiun berkala yang dibayarkan secara bulanan.
c) Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang dibayarkan secara
bulanan.
d) Bukan pegawai yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan.

Penghasilan Kena Pajak dihitung sebesar :

Bagi pegawai tetap :


Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi pegawai tetap adalah sebesar
penghasilan neto dikurangi PTKP. Sementara itu, penghasilan neto dihitung
seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan:

a. Biaya jabatan;
b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau
badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang
dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan.

Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:

PPh Pasal 21 = (Penghasilan neto - PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

= (Penghasilan bruto - Biaya Jabatan - iuran pensiun dan juran THT/JHT yang
dibayar sendiri - PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

Bagi penerima pensiun berkala:

Besarnya Penghasilan Kena Pajak adalah bagi penerima pensiun berkala


sebesar penghasilan neto dikurangi PTKP. Besarnya penghasilan neto adalah
seluruh jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiun.

Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:

PPh Pasal 21 = (Penghasilan neto - PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

= (Penghasilan bruto - Biaya Pensiun - PTKP) x tarif Ps 17 UU


PPh

Bagi pegawai tidak tetap yang dibayar secara bulanan:

Bagi pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau
jumlah kumulatif penghasilan yang diterima selama 1 (satu) bulan kalender
telah melebihi Rp 4.500.000,00 besarnya Penghasilan Kena Pajak dihitung
sebesar penghasilan bruto dikurangi PTKP.

PPh Pasal 21 = (Penghasilan bruto - PTKP) x tarif Ps 17 UU Pasal


2. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau
tenaga kerja lepas berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah
borongan, dan uang saku harian, sepanjang penghasilan tidak dibayarkan
secara bulanan, tarif lapisan pertama Pasal 17 UU PPh (5%) diterapkan atas:

a. Jumlah penghasilan bruto sehari yang melebihi Rp450.000,00, atau


b. Jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP yang sebenarnya dalam hal
jumlah penghasilan kumulatif dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi
Rp4.500.000,00.
Dalam hal jumlah penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender telah
melebihi Rp10.200.000,00, PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif
Pasal 17 UU PPh atas jumlah Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan.

3. UU berdasarkan Pasal 17 UU PPh, diterapkan atas jumlah kumulatif dari:


a. Penghasilan Kena Pajak sebesar jumlah penghasilan bruto dikurangi
PTKP, yang diterima atau diperoleh bukan pegawai (selain tenaga ahli),
yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan yang memenuhi
ketentuan:
1) Yang bersangkutan telah mempunyai NPWP.
2) Hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan
Pemotong PPh Pasal 21.
3) Tidak memperoleh penghasilan lainnya.
PPh Pasal 21 = (Penghasilan bruto - PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

Apabila tidak memenuhi syarat-syarat tersebut maka yang dijadikan dasar


adalah jumlah penghasilan bruto.

PPh Pasal 21 Penghasilan bruto x tarif Ps 17 UU PPh

b. 50% dari jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh tenaga
ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.
PPh Pasal 21 (50% x Penghasilan bruto) x tarif Ps 17 UU PPh
c. Jumlah penghasilan bruto berupa honorarium atau imbalan yang bersifat
tidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau
dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada
perusahaan yang sama
PPh Pasal 21 = Penghasilan bruto x tarif Ps 17 UU PPh
d. Jumlah penghasilan bruto berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus
atau imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh
mantan pegawai.
PPh Pasal 21 = Penghasilan bruto x tarif Ps 17 UU PPh
e. Jumlah penghasilan bruto berupa penarikan dana pensiun oleh peserta
program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
PPh Pasal 21 Penghasilan bruto x tarif Ps 17 UU PPh
4. Tarif berdasarkan pasal 17 UU PPh, diterapkan atas jumlah penghasilan bruto:
a. Untuk setiap pembayaran imbalan kepada bukan pegawai yang tidak
bersifat berkesinambungan.
b. Untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah, yang
diterima oleh peserta kegiatan.
5. Tarif PPh Pasal 21 atas honorarium atau imbalan lain dengan nama apa pun
yang menjadi beban APBN atau APBD adalah sebagai berikut:
a. Sebesar 0% (nol persen) dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan I dan
Golongan II. Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat
Tamtama dan Bintara, dan Pensiunannya.
b. Sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan III,
Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Pertama,
dan Pensiunannya.
c. Sebesar 15% (lima belas persen) dari penghasilan bruto bagi Pejabat
Negara. PNS Golongan IV, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan
Pangkat Perwira Menengah dan Perwira Tinggi, dan Pensiunannya.

E. Kewajiban Pemotong Pajak PPh Pasal 21

Yang termasuk pemotong pajak PPh Pasal 21 adalah:

1) Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat
maupun cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun,
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh
pegawai atau bukan pegawai.
2) Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau
pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga
negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang
membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan.
3) Dana pensiun, penyelenggara Jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-bad
lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari
tua.
4) Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta
badan yang membayar:
• Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
jasa dan atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status
Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan
pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan
untuk dan atas nama persekutuannya.
• Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek
Pajak luar negeri.
• Honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan
magang.
5) Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersif
nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya
yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau
penghargaan dalam bentuk apa pun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.
Yang tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk
melakukan pemotongan PPh Pasal 21 adalah:
• Kantor perwakilan negara asing.
• Organisasi-organisasi internasional yang telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
• Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

F. PPh 21 Atas Pegawai Tetap dan Ilustrasinya Penghitungannya


Penghitungan PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tetap dan Penerima Pensiun
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap dan penerima pensiun berkala
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Penghitungan masa atau bulanan yang menjadi dasar pemotongan PPh Pasal
21 yang terutang untuk setiap masa pajak, yang dilaporkan dalam SPT Masa
PPh Pasal 21, selain masa pajak Desember atau masa pajak di mana pegawai
tetap berhenti bekerja.
2. Penghitungan kembali sebagai dasar pengisian Form 1721 A1 atau 1721 A2
dan pemotongan PPh Pasal 21 dan pemotongan PPh Pasal 21 yang terutang
untuk masa pajak Desember atau masa pajak di mana pegawai tetap berhenti
bekerja.
Penghitungan kembali ini dilakukan pada:
a. Bulan di mana pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun.
b. Bulan Desember bagi pegawai tetap yang bekerja sampai akhir tahun
kalender dan bagi penerima pensiun yang menerima uang pensiun sampai
akhir tahun kalender.

Menghitung PPh 21 Karyawan Tetap dengan Gaji Mingguan dan Harian


(Perhitungan PPh 21 ini bukan untuk pekerja lepas)

Contoh Perhitungannya :

Adi Putra, pegawai di perusahaan PT ABC Subur Makmur, memperoleh gaji


mingguan sebesar Rp1.500.000.00. Adi Putra telah menikah dan memiliki seorang
anak. PT ABC Subur Makmur masuk program BPJS Ketenagakerjaan, premi
Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja
dengan jumlah masing-masing setiap bulan sebesar 1,00% dan 0.30% dari gaji.

PT ABC Subur Makmur membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar
3.70% dari gaji sedangkan Adi Putra membayar iuran pensiun sebesar Rp50.000,00
dan Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji.

Dalam mingguan kedua pada bulan september 2017, Adi Putra hanya memperoleh
pembayaran berupa gaji saja sehingga perhitungan PPh pasal 21 untuk minggu
kedua bulan september adalah:

Penghasilan Seminggu Rp 1.500.000


Penghasilan sebulan
4 X Rp 1.500.000,00 Rp 6.000.000
Premi jaminan kecelakaan kerja Rp 60.000
Premi jaminan kematian Rp 18.000
Penghasilan bruto Rp 6.078.000
Pengurangan:
1.Biaya Jabatan
5% X Rp 6.078.000,00 Rp 303.900
2. Iuran Pensiun Rp 50.000
3. Iuran Jaminan Hari Tua Rp 120.000
Rp 473.900
Penghasilan neto sebulan Rp 5.604.100
Penghasilan neto setahun adalah
12 X Rp 5.604.100,00 Rp 67.249.200
PTKP setahun
-Untuk wajib pajak sendiri Rp 54.000.000
-tambahan karena menikah Rp 4.500.000
-tambahan seorang anak Rp 4.500.000
Rp 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 4.249.200
Pembulatan Rp 4.249.000
PPh Pasal 21 terutang
5% X Rp 4.249.000,00 Rp 212.450
PPh pasal 21 sebulan
Rp 212.450,00 : 12 Rp 17.704
PPh pasal 21 minggu kedua
Rp 17.704,00 : 4 Rp 4.426

G. PPh 21 Atas Penghasilan Tidak Teratur dan Ilustrasinya Perhitungannya


Kepada pegawai tetap adakalanya diberikan penghasilan tidak teratur seperti
bonus, jasa produksi, Tunjangan Hari Raya (THR), dan atau penghasilan lain sejenis,
yang sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan hanya sekali setahun. PPh
Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur dihitung dan dipotong dengan cara sebagai
berikut(Penghitungan dilakukan pada saat penyerahan penghasilan tidak teratur) :

1. Dihitung penghasilan bruto total selama setahun yang terdiri dari :


a. Penghasilan bruto teratur selama setahun, ditambah dengan
b. Penghasilan tidak teratur misalnya bonus, jasa produksi atau THR
2. Kemudian dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan bruto total selama
setahun(pada nomor 1) tersebut di atas,
3. Dihitung PPh pasal 21 atas penghasilan tidak teratur berupa bonus, jasa
produksiatau THR. Dengan menghitung selisih antara :
a. PPh pasal 21 atas penghasilan bruto total selama setahun (pada huruf b
di atas) dengan
b. PPh pasal 21 atas penghasilan bruto teratur selama setahun (pada
angka 3 diatas).

Contoh Perhitungannya :

Sebagaimana contoh (1) terdahulu bahwa Tn. Candra sebagai pegawai


tetap, ia memiliki prestasi kerja yang memuaskan, sehingga pada bulan
September 2012 perusahaan memberikan bonus atas prestasinya berupa uang
sebesar Rp9.600.000,00 sebesar 2 kali gaji pokok. Sampai dengan bulan
September penghasilan teratur yang diterima Tn. Candra tidak mengalami
perubahan.
Diminta : Menghitung PPh pasal 21 atas bonus yang diterima Tn. Candra.

Pembahasan :

Gaji pokok Rp4.800.000,00

Tunjangan kesehatan Rp1.200.000,00

Tunjangan makan Rp1.000.000,00

Tunjangan transportasi Rp1.000.000,00

Tunjangan keluarga Rp2.000.000,00 +

Penghasilan bruto satu bulan


Rp10.000.00
0,00Dikurangi
* Biaya jabatan 5% x bruto (Maks) Rp500.000,00

* Iuran pensiun potong gaji Rp120.000,00

* Iuran THT potong gaji Rp200.000,00 +

Rp 820.000,00 -

Penghasilan neto satu bulan Rp 9.180.000,00

Penghasilan netto 1 tahun (12 bulan) = Rp110.160.000,00

PTKP (K/3) Rp 21.120.000,00

PKP Rp.89.040.000,00

Tarif PPh pasal 17

PPh 21 untuk 1 tahun = 5% x Rp50.000.000,00 =Rp2.500.000,00

15%x Rp39.040.000,00 =Rp5.856.000,00


PPh 21 untuk 1 tahun =Rp8.356.000,00
PPh 21 untuk satu bulan = Rp Rp8.356.000,00: 12 =Rp696.333,33

Penghitungan saat menerima bonus:


Penghasilan bruto total selama 1 tahun :

Penghasilan teratur = (12 x Rp10.000.000) Rp


120.000.000,00 Bonus yang diterima bulan September Rp
9.600.000,00 +
penghasilan bruto total selama 1 Tahun Rp 129.600.000,00
Dikurangi :
* Biaya jabatan 5% x bruto Max Rp. 6.000.000,00

* Iuran pensiun potong gaji Rp 1.440.000,00

* Iuran THT potong gaji Rp 2.400.000,00


Rp9.840.000,
00
Penghasilan neto total 1 tahun Rp 119.760.000,00

PTKP = K/3 Rp 21.120.000,00

PKP Rp 98.640.000,00

PPh Pasal 21 termasuk bonus

5% x Rp50.000.000,00 Rp2.500.000,00

15% x Rp48.640.000,00 Rp7.296.000,00 +

PPh 21 termasuk bonus Rp9.796.000,00

PPh Pasal 21 tanpa bonus Rp 8.356.000,00

PPh Pasal 21 atas bonus Rp 1.440.000,00

H. PPh 21 Atas Uang Pensiun

Pada saat pegawai tetap berhenti bekerja karena pensiun, pemotong pajak
berkewajiban menghitung kembali jumlah PPh Pasal 21 yang terutang oleh
pegawai tetap menurut tarif PPh pasal 17. Setelah pegawai tetap pensiun,
kemudian mulai menerima uang pensiun misalnya dari Dana Pensiun. Dana
Pensiun, dalam hal ini sebagai pemberi penghasilan, harus menghitung PPh
Pasal 21 atas uang pensiun bulanan yang diterima atau diperoleh penerima
pensiun pada tahun pertama pensiun. Adapun cara penghitungan PPh Pasal 21
bulanan atas uang pensiun pada tahun pertama tersebut adalah sabagai berikut
:

1. Pertama tama dihitung penghasilan bruto sebulan yang diterima oleh


penerima pensiun. Penghasilan bruto di sini adalah berupa uang pensiun.
2. Dihitung penghasilan neto sebulan yang diperoleh dengan cara penghasilan
bruto diatas dikurangi dengan biaya pensiun. Biaya pensiun yaitu biaya untuk
mendabu patkan, menagih dan memelihara uang pensiun yang besarnya 5%
(lima persen) dari penghasilan bruto dari uang pensiun, setinggi tingginya
Rp2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu rupiah) setahun atau
Rp200.000,00 (dua ratus ribu) sebulan.
3. Kemudian dihitung penghasilan neto setahun ( dari uang pensiun) dengan
cara penghasilan neto sebulan tersebut kemudian dikalikan dengan
banyaknya bulan penerima pensiun yang bersangkutan menerima pensiun
sampai dengan bulan Desember.
4. Kemudian dihitung penghasilan neto yang diterima selama setahun takwim
penuh (selama 12 bulan). Penghasilan setahun takwim dihitung dengan cara
penghasilan neto setahun dari uang pensiun (pada angka 3 di atas)
ditambah dengan penghasilan neto dalam tahun yang bersangkutan yang
diterima atau diperoleh dari pemberi kerja sebelum pegawai yang
bersangkutan pensiun.
5. Untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak, jumlah penghasilan neto
selama setahun takwim (pada angka 4) dikurangi dengan PTKP.
6. Dihitung PPh Pasal 21 setahun takwim dengan cara Penghasilan Kena
Pajak (pada angka 5) dikalikan dengan tarif PPh Pasal 17.
7. PPh pasal 21 atas uang pensiun dalam tahun yang bersangkutan (pada
angka 6 di atas) dihitung dengan cara mengurangi PPh pasal 21 yang
terutang dari pemberi kerja sebelum pegawai yang bersangkutan pensiun,
sesuai dengan yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21
sebelum pensiun.
8. PPh Pasal 21 atas uang pensiun bulanan adalah sebesar PPh Pasal 21 atas
uang pensiun pada angka 7 diatas, dibagi dengan banyaknya bulan
sebagaimana dimaksud pada angka 3.
Contoh Perhitungannya :

Sebagaimana contoh nomor (1) diatas bahwa Tn. Candra adalah pegawai tetap,
pada tanggal 30 September 2012 Pensiun. Pada bulan Oktober 2012 menerima
uangpensiun dari dana pensiun sebesar Rp 4.000.000,00 setiap bulan.
Diminta: menghitung PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh dana pensiun
atas uang pensiun yang diterimanya!
Pembahasan :

Pada saat pensiun (penghitungan dibuat oleh PT. Sembada)

Penghasilan neto 1 bulan (*Dihitung seperti soal no. 1) Rp 9.180.000,00

Penghasilan neto selama th. 2012= (9 x Rp 9.180.000) Rp. 82.620.000.00

PTKP=K/3 Rp. 21.120.000,00 -

PKP Rp. 61.500.000,00

PPh terutang selama 2012

5% x Rp50.000.000,00 Rp2.500.000,00

15% x Rp11.500.000,00 Rp1.725.000,00 +

PPh terutang selama 2012 Rp4.225.000,00


PPh yang telah dipotong s/d September (9 x Rp696.333,33) Rp6.266.999,97
-PPh 21 yang lebih dipotong Rp2.041.999,97
Penghitungan pada saat menerima pensiun
Penghasilan bruto 1 bulan atas pensiun Rp4.000.000,00
dikurangi
Biaya pensiun = 5% x bruto Max Rp 200.0000,00 -

Penghasilan neto 1 bulan Rp 3.800.000,00

Penghasilan neto 3 bulan pensiun = 3 x Rp3.800.000,00


Rp11.892.000,00 Penghasilan neto 9 bulan gaji (9 x Rp 9.180.000)
Rp82.620.000,00 +Penghasilan neto 1 tahun (12 bulan)
Rp94.512.000,00
PTKP Rp.21.120.000,00 -

PKP Rp73.392.000,00

PPh 21 satu tahun,

5% x Rp50.000.000,00 Rp2.500.000,00

15% x Rp23.392.000,00 Rp3.508.800,00 +

Rp6.008.800,00

PPh terutang atas gaji (9 x Rp696.333,33) Rp6.266.999,97 -

PPh 21 atas uang pensiun 3 bulan Rp 258.999,97


PPh 21 atas uang pensiun tiap bulan Rp258.999,97 : 3 Rp 86.333.33

I. PPh 21 Atas Kenaikan Gaji dan Ilustrasinya Perhitungannya


Cara perhitungan pajak penghasilan akan berbeda ketika sebuah perusahaan
memberikan kenaikan gaji kepada karyawannya. Pertimbangan lainnya juga jatuh
kepada metode yang digunakan perusahaan dalam perhitungan PPh 21 kenaikan
gaji yaitu surut (retrospektif) dan prospektif atau tidak surut. Sebagai departemen HR,
Anda harus cermat memperhatikan penghitungan karena ada kemungkinan besar
pajak yang dipotong dan dibayarkan mengalami penambahan untuk masa pajak
setelah kenaikan gaji. Sementara itu, bagi para karyawan yang baru saja mengalami
kenaikan gaji, ada baiknya Anda juga menyimak penghitungan ini untuk mengetahui
proses distribusi gaji secara transparan. Sebagai informasi, untuk kenaikan gaji yang
berlaku surut (retrospektif), penghasilan selama beberapa bulan sebelumnya akan
diakumulasikan.

Kemudian, pada bulan Agustus, karyawan akan menerima akumulasi kenaikan


gaji (rapel) tujuh bulan sebelumnya dan gaji baru yang sudah naik. Hasil pembagian
rapel tersebut ditambahkan pada gaji setiap bulan sebelum kenaikan gaji. Hitung
PPh 21 atas gaji untuk bulan-bulan sebelumnya dihitung kembali atas dasar gaji
baru setelah ada kenaikan. Hitung PPh 21 atas kenaikan gaji untuk beberapa bulan
sebelum ditetapkannya kenaikan adalah selisih antara jumlah pajak yang
memperhitungkan kenaikan gaji dengan jumlah pajak yang sudah dipotong pada
bulan-bulan yang sama.

Contoh Perhitungannya :

Retto pada bulan Juni 2016 menerima kenaikan gaji, menjadi Rp 6.750.000 per
bulan dan berlaku surut sejak 1 Januari 2016. Dengan adanya kenaikan gaji yang
berlaku surut tersebut maka Retto menerima rapel sejumlah Rp 5.000.000 (selisih
gaji yang seharusnya diterima untuk masa januari s.d. Mei 2016). Untuk menghitung
PPh 21 atas uang rapel tersebut terlebih dahulu dihitung kembali PPh 21 untuk
masa Januari s.d. Mei 2016 atas dasar penghasilan setelah ada kenaikan gaji.
Dengan demikian perhitungan PPh Psal 21 teritangnya adalah sebagai berikut :

Gaji Rp 6.750.000
Pengurangan :
a. Biaya Jabatan
5% x Rp 6.750.000 = Rp 337.500
b. Iuran Pensiun Rp 200.000

Penghasilan neto per bulan Rp 537.500

Rp 6.212.500

Penghasilan neto setahun

12 x Rp 6.212.000 Rp 74.550.000

PTKP

a. Untuk Wajib Pajak Rp 54.000.000


b. Tambahan karena menikah Rp 4.500.000
Rp 58.5000.000
Rp 16.050.000

Penghasilan Kena Pajak

PPh Pasal 21 setahun


5% x Rp 16.050.000 Rp 802.500

PPh Psal 21 per bulan

Rp 802.500.000 : 12 = Rp 66.875

PPh Pasal 21 Januari s.d Mei 2016 seharusnya

Adalah : 5x Rp 66.875 = Rp 334.375

PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d. Mei 2016

5 x Rp 19.375 (dari perhit. Contoh) = Rp 96.875

PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 237.5000.

J. PPh 21 atas Upah dan Ilustrasinya Perhitungannya


Penghasilan pegawai tidak tetap atau Tenaga Kerja Lepas ini terdapat 2 jenis
cara pembayaran; 1) dibayar secara bulanan, 2) dibayar tidak secara bulanan.
1. Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, Pemagang dan Calon
Pegawai yang Menerima Upah yang Dibayarkan Secara Bulanan
a. PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan Tarif Pasal 17 ayat (1)
huruf a Undang-Undang (UU) PPh atas jumlah upah bruto yang
disetahunkan setelah dikurangi PTKP, dan PPh Pasal 21 yang harus
dipotong adalah sebesar PPh Pasal 21 hasil perhitungan tersebut
dibagi 12.
b. Berlaku untuk Upah Harian/Satuan/Borongan/Honorarium yang
Diterima Tenaga Harian Lepas Tetapi Dibayarkan Secara Bulanan
2. Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, Pemagang dan Calon
Pegawai yang Menerima Upah yang Dibayarkan tidak Secara Bulanan
a. Tentukan jumlah upah/uang saku harian, atau rata-rata upah/uang saku
yang diterima atau diperoleh dalam sehari:
• upah/uang saku mingguan dibagi banyaknya hari bekerja dalam
seminggu;
• upah satuan dikalikan dengan jumlah rata-rata satuan yang
dihasilkan dalam sehari;
• borongan dibagi dengan jumlah hari yang digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan borongan.
b. Dalam hal upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian
belum melebihi Rp450.000,00, dan jumlah kumulatif yang diterima atau
diperoleh dalam bulan kalender yang bersangkutan belum melebihi
Rp4.500.000,00, maka tidak ada PPh Pasal 21 yang harus dipotong
c. Dalam hal upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian
telah melebihi Rp450.000,00, dan sepanjang jumlah kumulatif yang
diterima atau diperoleh dalam bulan kalender yang bersangkutan belum
melebihi Rp4.500.000,00, maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong
adalah sebesar upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku
harian setelah dikurangi Rp450.000,00, dikalikan 5%.
d. Dalam hal jumlah upah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam
bulan kalender yang bersangkutan telah melebihi Rp4.500.000,00 dan
kurang dari Rp 10.200.000,00, maka PPh Pasal 21 yang harus
dipotong adalah sebesar upah/uang saku harian atau rata-rata
upah/uang saku harian setelah dikurangi PTKP sehari, dikalikan 5%.
e. Dalam hal jumlah upah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam
satu bulan kalender telah melebihi Rp 10.200.000,00, maka PPh Pasal
21 dihitung dengan menerapkan Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh
atas jumlah upah bruto dalam satu bulan yang disetahunkan setelah
dikurangi PTKP, dan PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah
sebesar PPh Pasal 21 hasil perhitungan tersebut dibagi 12.

STUDI KASUS
1. Bapak Ahmad bekerja di PT. Trans Retail dengan gaji sebulan Rp. 4.000.000,-
Perusahaan ikut program BPJS sebesar 1% yang dibayar oleh perusahaan
setiap bulannya. Bapak Ahmad membayar iuran pensiun sebesar Rp. 100.000,-.
Dalam tahun yang bersangkutan menerima THR sebesar 1 bulan gaji. Berapa
PPh Pasal 21 yang dipotong setiap bulannya dan hitunglah PPh Pasal 21 bila
menerima THR?
Jawab:
PPh Pasal 21 atas gaji dan THR
Gaji setahun (12 x 4.000.000) 48.000.000
THR 4.000.000
BPJS (1% x 4.000.000)
40.000 x 12 480.000
+
Penghasilan Brutto setahun 52.480.000

Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x 52.480.000 2.624.000
Iuran Pensiun
12 x 100.000 1.200.000
3.824.000

Penghasilan Netto setahun 48.656.000

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


Untuk WP Sendiri 36.000.000 −
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 12.656.000

PPH Pasal 21 Terhutang


5% x 12.656.000 = 632.800 =52.733
12

2. PPH Pasal 21 atas gaji setahun


Gaji setahun (12 x 4.000.000) 48.000.000
BPJS (12 x 40.000) 480.000
+
Penghasilan Brutto Setahun 48.480.000
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x 48.480.000 2.424.000
Iuran Pensiun
12 x 100.000 1.200.000 +

3.624.000 3.624.000
Penghasilan Netto Setahun 44.856.000

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


Untuk WP Sendiri 36.000.000

Pengghasilan Kena Pajak (PKP) 8.856.000
PPH Pasal 21 terhutang
5% x 8.856.000 = 442.800 = 36.900
12
PPH Pasal 21 atas THR
632.800 – 442.800 = 190.000

3. Bapak Raden memperoleh uang pensiun setiap bulan sebesar Rp. 3.000.000,-
Hitunglah berapa PPH Pasal 21 dari setiap bulannya
Jawab :
PPh Pasal 21 Dana Pensiun

Penghasilan 3.000.000
Pengurang:
Biaya Pensiun 5% x 3.000.000 150.000

2.850.000

Penghasilan Setahun (12 x 2.850.000) 34.200.000


PTKP 36.000.000
PPh Pasal 21 tidak dipotong karena penghasilan setahun kurang dari
PTKP

4. PT ABC membayar Konsultan Manajemen sebesar Rp. 60.000.000 kepada


Veronica (tidak mempunyai NPWP). Berapa PPh Pasal 21 yang dipotong oleh
PT ABC?
Jawab :
Penghasilan Brutto
50% x 60.000.000 = 30.000.000
PPh Pasal 21
5% x 30.000.000 = 1.500.000
Jika tidak memiliki NPWP
120% x 1.500.000 = 1.800.000

5. Mas Danar bekerja di PT.EDG sebagai karyawan tetap dengan gaji pokok
Rp4.700.000 per bulan, tunjangan makan dan transportasi Rp1.000.000. Ia
belum berkeluarga dan tidak memiliki tanggungan. Lantas berapa PPh 21 Mas
Danar?
Total gaji: 5.700.000
Biaya jabatan : 5%
PTKP (TK/0): 54.000.000
Perhitungan
5.700.000 X 5% = 285.000
5.700.000 – 285.000 = 5.415.000 (penghasilan neto sebulan)
5.415.000 X 12 = 64.980.000 (penghasilan neto setahun)
64.980.000-54.000.000 = 10.980.000 (penghasilan kena pajak setahun)
10.980.000 X 5% = 549.000 (PPh 21 setahun)
549.000 : 12 = 45.750 (PPh 21 sebulan)
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa: PPh Pasal 21
merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang
pribadi dalam negeri. Pemotong PPh pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan
yang diwajibkan oleh UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 17 tahun 2000 dan terbaru pada tahun 2013 untuk
memotong PPh Pasal 21.

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan pada subjek pajak atas
penghasilan yang diperolehnya pada tahun pajak, dapat pula dikenakan pajak untuk
penghasilan dalam bagian tahun pajak, dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan
dalam bagian tahun pajak bila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir tahun
pajak.

Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh
orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri.
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, Y. (2004). Akuntansi Perpajakan Terapan. Jakarta: PT Grasindo.

Prof. Dr. Mardiasmo, M. A. (2019). PERPAJAKAN. Yogyakarta: ANDI.

Ramdani, S. (2022). Hukum Pajak. Bandung: Media Sains Indonesia.

Yulita Setiawanta., d. (n.d.). Perpajakan Aplikasi dan Terapan. Yogyakarta: CV Andi


Offset.
LAMPIRAN
Format lembar kegiatan kelompok

No Waktu Kegiatan Peserta

(Foto Kegiatan)

1 Selasa,24 Diskusi Materi dan


Oktober pembuatan
2022 makalah
perpajakan

2 Jumat,28 Menyelesaikan
Oktober maakalah
2022 perpajakan dan
juga PPT
perpajakan

Anda mungkin juga menyukai