DI SUSUN OLEH :
Kelompok 6
Nurwahyuni (200901502031)
FAKULTAS EKONOMI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai “Pajak Penghasilan Pasal
21” ini dengan baik dan tepat waktu.Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas yang telah diberikan Ibu Fajriani Azis ,S.Pd., M.,Si pada mata
kuliah Perpajakan. Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan bagi pembaca
mengenai Pajak Penghasilan 21.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Fajriani Azis ,S Pd., M,Si selaku dosen
mata kuliah Perpajakan yang telah memberikan tugas sehingga kami dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan pembahasan pada materi Pajak Penghasilan
Pasal 21. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang sudah bekerja
sama sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kami menyadari
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,kami mohon
maaf apabila terdapat penulisan kalimat atau kata yang kurang sesuai dan kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................................... 1
B. Relevansi ................................................................................................................... 4
C. Indikator..................................................................................................................... 4
A. Definisi....................................................................................................................... 5
Kesimpulan ........................................................................................................................ 28
LAMPIRAN ............................................................................................................................ 30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Pada Bab ini di bahas tentang Pajak Penghasilan Pasal 21. Pajak merupakan
sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai kepentingan umum
yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti kepentingan
rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat, kemakmuran rakyat, dan sebagainya.
Sehingga pajak merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan Negara.
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji,
upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana yang di
maksud dalam pasal 21 Undang-undang Pajak Penghasilan.
B. Relevansi
Pada bagian ini di bahas tentang Pajak Penghasilan Pasal 21. Dengan dasar
pemahaman ini akan menjadi landasan bagi mahasiswa untuk memahami Pajak
Penghasilan Pasal 21.
C. Indikator
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang :
1. Definisi PPh 21
2. Penerima Penghasilan
3. Objek PPh 21
4. Tarif Pajak dan Penerapan
5. Kewajiban Pemotongan PPh
6. PPh 21 atas Pegawai Tetap dan Ilustrasinya Penghitungannya
7. PPh 21 atas Penghasilan Tidak Teratur dan Ilustrasinya Penghitungannya
8. PPh 21 atas Uang pensiun dan Ilustrasinya Penghitungannya
9. PPh 21 atas Kenaikan Gaji dan Ilustrasinya Penghitungannya
10. PPh 21 atas Upah dan Ilustrasinya Penghitungannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah Wajib Pajak orang
pribadi atau Wajib Pajak badan, termasuk bentuk usaha tetap, yang mempunyai
kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak atas Penghasilan Sehubungan
dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 dan Pasal 26 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
3. Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, berdasarkan
perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis,
untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu
dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu,
penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi kerja,
termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri.
5. Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas adalah pegawai yang hanya menerima
penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah
hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian
suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.
7. Peserta kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan
tertentu, termasuk mengikuti rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop),
pendidikan, pertunjukan, olahraga, atau kegiatan lainnya dan menerima atau
memperoleh imbalan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan
tersebut.
8. Penerima pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau
memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk
orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima tunjangan hari tua atau jaminan
hari tua.
10. Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Tidak Teratur adalah penghasilan
bagi pegawai tetap selain penghasilan yang bersifat teratur, yang diterima sekali
dalam satu tahun atau periode lainnya, antara lain berupa bonus, Tunjangan
Hari Raya (THR), jasa produksi, tantiem, gratifikasi, atau imbalan sejenis lainnya
dengan nama apa pun.
11. Upah harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai
yang terutang atau dibayarkan secara harian.
12. Upah mingguan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh
pegawai yang terutang atau dibayarkan secara mingguan.
13. Upah satuan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai
yang terutang atau dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil pekerjaan yang
dihasilkan.
14. Upah borongan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai
yang terutang atau dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan
tertentu.
15. Imbalan kepada bukan pegawai adalah penghasilan dengan nama dan dalam
bentuk apa pun yang terutang atau diberikan kepada bukan pegawai
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan, antara lain
berupa honorarium, komisi, fee, dan penghasilan sejenis lainnya.
B. Penerima Penghasilan
Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi yang
merupakan :
1. Pegawai.
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari
tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.
a) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.
c) Olahragawan.
f) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta
pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan.
g) Agen iklan.
C. Objek PPh 21
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian,
upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan
secara bulanan.
5. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan.
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama
dan dalam bentuk apa pun, dan imbalan sejenis dengan nama apa pun.
7. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang
diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang
tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama.
8. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain
yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai.
a. Biaya jabatan;
b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau
badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang
dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan.
= (Penghasilan bruto - Biaya Jabatan - iuran pensiun dan juran THT/JHT yang
dibayar sendiri - PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh
Bagi pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau
jumlah kumulatif penghasilan yang diterima selama 1 (satu) bulan kalender
telah melebihi Rp 4.500.000,00 besarnya Penghasilan Kena Pajak dihitung
sebesar penghasilan bruto dikurangi PTKP.
b. 50% dari jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh tenaga
ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.
PPh Pasal 21 (50% x Penghasilan bruto) x tarif Ps 17 UU PPh
c. Jumlah penghasilan bruto berupa honorarium atau imbalan yang bersifat
tidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau
dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada
perusahaan yang sama
PPh Pasal 21 = Penghasilan bruto x tarif Ps 17 UU PPh
d. Jumlah penghasilan bruto berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus
atau imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh
mantan pegawai.
PPh Pasal 21 = Penghasilan bruto x tarif Ps 17 UU PPh
e. Jumlah penghasilan bruto berupa penarikan dana pensiun oleh peserta
program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
PPh Pasal 21 Penghasilan bruto x tarif Ps 17 UU PPh
4. Tarif berdasarkan pasal 17 UU PPh, diterapkan atas jumlah penghasilan bruto:
a. Untuk setiap pembayaran imbalan kepada bukan pegawai yang tidak
bersifat berkesinambungan.
b. Untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah, yang
diterima oleh peserta kegiatan.
5. Tarif PPh Pasal 21 atas honorarium atau imbalan lain dengan nama apa pun
yang menjadi beban APBN atau APBD adalah sebagai berikut:
a. Sebesar 0% (nol persen) dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan I dan
Golongan II. Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat
Tamtama dan Bintara, dan Pensiunannya.
b. Sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan III,
Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Pertama,
dan Pensiunannya.
c. Sebesar 15% (lima belas persen) dari penghasilan bruto bagi Pejabat
Negara. PNS Golongan IV, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan
Pangkat Perwira Menengah dan Perwira Tinggi, dan Pensiunannya.
1) Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat
maupun cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun,
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh
pegawai atau bukan pegawai.
2) Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau
pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga
negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang
membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan.
3) Dana pensiun, penyelenggara Jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-bad
lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari
tua.
4) Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta
badan yang membayar:
• Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
jasa dan atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status
Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan
pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan
untuk dan atas nama persekutuannya.
• Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek
Pajak luar negeri.
• Honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan
magang.
5) Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersif
nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya
yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau
penghargaan dalam bentuk apa pun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.
Yang tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk
melakukan pemotongan PPh Pasal 21 adalah:
• Kantor perwakilan negara asing.
• Organisasi-organisasi internasional yang telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
• Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
1. Penghitungan masa atau bulanan yang menjadi dasar pemotongan PPh Pasal
21 yang terutang untuk setiap masa pajak, yang dilaporkan dalam SPT Masa
PPh Pasal 21, selain masa pajak Desember atau masa pajak di mana pegawai
tetap berhenti bekerja.
2. Penghitungan kembali sebagai dasar pengisian Form 1721 A1 atau 1721 A2
dan pemotongan PPh Pasal 21 dan pemotongan PPh Pasal 21 yang terutang
untuk masa pajak Desember atau masa pajak di mana pegawai tetap berhenti
bekerja.
Penghitungan kembali ini dilakukan pada:
a. Bulan di mana pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun.
b. Bulan Desember bagi pegawai tetap yang bekerja sampai akhir tahun
kalender dan bagi penerima pensiun yang menerima uang pensiun sampai
akhir tahun kalender.
Contoh Perhitungannya :
PT ABC Subur Makmur membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar
3.70% dari gaji sedangkan Adi Putra membayar iuran pensiun sebesar Rp50.000,00
dan Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji.
Dalam mingguan kedua pada bulan september 2017, Adi Putra hanya memperoleh
pembayaran berupa gaji saja sehingga perhitungan PPh pasal 21 untuk minggu
kedua bulan september adalah:
Contoh Perhitungannya :
Pembahasan :
Rp 820.000,00 -
PKP Rp.89.040.000,00
PKP Rp 98.640.000,00
5% x Rp50.000.000,00 Rp2.500.000,00
Pada saat pegawai tetap berhenti bekerja karena pensiun, pemotong pajak
berkewajiban menghitung kembali jumlah PPh Pasal 21 yang terutang oleh
pegawai tetap menurut tarif PPh pasal 17. Setelah pegawai tetap pensiun,
kemudian mulai menerima uang pensiun misalnya dari Dana Pensiun. Dana
Pensiun, dalam hal ini sebagai pemberi penghasilan, harus menghitung PPh
Pasal 21 atas uang pensiun bulanan yang diterima atau diperoleh penerima
pensiun pada tahun pertama pensiun. Adapun cara penghitungan PPh Pasal 21
bulanan atas uang pensiun pada tahun pertama tersebut adalah sabagai berikut
:
Sebagaimana contoh nomor (1) diatas bahwa Tn. Candra adalah pegawai tetap,
pada tanggal 30 September 2012 Pensiun. Pada bulan Oktober 2012 menerima
uangpensiun dari dana pensiun sebesar Rp 4.000.000,00 setiap bulan.
Diminta: menghitung PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh dana pensiun
atas uang pensiun yang diterimanya!
Pembahasan :
5% x Rp50.000.000,00 Rp2.500.000,00
PKP Rp73.392.000,00
5% x Rp50.000.000,00 Rp2.500.000,00
Rp6.008.800,00
Contoh Perhitungannya :
Retto pada bulan Juni 2016 menerima kenaikan gaji, menjadi Rp 6.750.000 per
bulan dan berlaku surut sejak 1 Januari 2016. Dengan adanya kenaikan gaji yang
berlaku surut tersebut maka Retto menerima rapel sejumlah Rp 5.000.000 (selisih
gaji yang seharusnya diterima untuk masa januari s.d. Mei 2016). Untuk menghitung
PPh 21 atas uang rapel tersebut terlebih dahulu dihitung kembali PPh 21 untuk
masa Januari s.d. Mei 2016 atas dasar penghasilan setelah ada kenaikan gaji.
Dengan demikian perhitungan PPh Psal 21 teritangnya adalah sebagai berikut :
Gaji Rp 6.750.000
Pengurangan :
a. Biaya Jabatan
5% x Rp 6.750.000 = Rp 337.500
b. Iuran Pensiun Rp 200.000
Rp 6.212.500
12 x Rp 6.212.000 Rp 74.550.000
PTKP
Rp 802.500.000 : 12 = Rp 66.875
STUDI KASUS
1. Bapak Ahmad bekerja di PT. Trans Retail dengan gaji sebulan Rp. 4.000.000,-
Perusahaan ikut program BPJS sebesar 1% yang dibayar oleh perusahaan
setiap bulannya. Bapak Ahmad membayar iuran pensiun sebesar Rp. 100.000,-.
Dalam tahun yang bersangkutan menerima THR sebesar 1 bulan gaji. Berapa
PPh Pasal 21 yang dipotong setiap bulannya dan hitunglah PPh Pasal 21 bila
menerima THR?
Jawab:
PPh Pasal 21 atas gaji dan THR
Gaji setahun (12 x 4.000.000) 48.000.000
THR 4.000.000
BPJS (1% x 4.000.000)
40.000 x 12 480.000
+
Penghasilan Brutto setahun 52.480.000
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x 52.480.000 2.624.000
Iuran Pensiun
12 x 100.000 1.200.000
3.824.000
−
Penghasilan Netto setahun 48.656.000
3. Bapak Raden memperoleh uang pensiun setiap bulan sebesar Rp. 3.000.000,-
Hitunglah berapa PPH Pasal 21 dari setiap bulannya
Jawab :
PPh Pasal 21 Dana Pensiun
Penghasilan 3.000.000
Pengurang:
Biaya Pensiun 5% x 3.000.000 150.000
−
2.850.000
5. Mas Danar bekerja di PT.EDG sebagai karyawan tetap dengan gaji pokok
Rp4.700.000 per bulan, tunjangan makan dan transportasi Rp1.000.000. Ia
belum berkeluarga dan tidak memiliki tanggungan. Lantas berapa PPh 21 Mas
Danar?
Total gaji: 5.700.000
Biaya jabatan : 5%
PTKP (TK/0): 54.000.000
Perhitungan
5.700.000 X 5% = 285.000
5.700.000 – 285.000 = 5.415.000 (penghasilan neto sebulan)
5.415.000 X 12 = 64.980.000 (penghasilan neto setahun)
64.980.000-54.000.000 = 10.980.000 (penghasilan kena pajak setahun)
10.980.000 X 5% = 549.000 (PPh 21 setahun)
549.000 : 12 = 45.750 (PPh 21 sebulan)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa: PPh Pasal 21
merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang
pribadi dalam negeri. Pemotong PPh pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan
yang diwajibkan oleh UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 17 tahun 2000 dan terbaru pada tahun 2013 untuk
memotong PPh Pasal 21.
Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan pada subjek pajak atas
penghasilan yang diperolehnya pada tahun pajak, dapat pula dikenakan pajak untuk
penghasilan dalam bagian tahun pajak, dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan
dalam bagian tahun pajak bila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir tahun
pajak.
Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh
orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri.
DAFTAR PUSTAKA
(Foto Kegiatan)
2 Jumat,28 Menyelesaikan
Oktober maakalah
2022 perpajakan dan
juga PPT
perpajakan