Anda di halaman 1dari 23

PENERAPAN SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI

PENGELOLAAN DANA DESA DI DESA WAETUO


KECAMATAN KAJUARA KABUPATEN BONE

PROPOSAL PENELITIAN

Di ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan


dalam penelitianuntuk Menyusun skripsi/tugas akhir
pada program studi Akuntansi S1

SHINTA NURIAH
200901502033

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2024
1

PROPOSAL PENELITIAN

PENERAPAN SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PENGELOLAAN

DANA DESA DI DESA WAETUO KECAMATAN KAJUARA

KABUPATEN BONE

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia sistem perkembangan pemerintah yang ada saat ini yaitu

desa yang mempunyai peran penting dalam membantu penyelenggaraan

pemerintah daerah serta pembangunan sarana prasarana perdesaan dan juga

dibidang pendidikan, kesehatan (Yuliansyah & Rusmianto, 2021). Menurut

(Nunuy, 2019) tujuan pada pengembangan usaha mikro kecil menengah, yang

ditandai dengan meningkatnya pengalokasian dana pada pembangunan desa

baik pembangunan fisik maupun pemberdayaan pada masyarakat desa, dengan

adanya hal tersebut salah satu bentuk kepedulian pemerintah terhadap

pemberdayaan masyarakat pada pengembangan wilayah yaitu dengan

memfasilitasi yang di anggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan belanja

Daerah (APBD) yang bertujuan untuk pembangunan desa dalam bentuk

Alokasi Dana Desa (Permendagri Nomor 20 tahun 2018, 2018).

Pedesaan merupakan bagian integral dari Negara Republik Indonesia.

Membangun desa berarti membangun sebagian besar penduduk Indonesia, Eko

(2014: 2) dikutip dalam Ismail Muhammad (2016) Menyatakan bahwa Negara

berdiri mengikuti perkembangan desa atau tut wuri handayani. Hal ini mudah
2

dimengerti karena lebih dari delapan puluh persen penduduk Indonesia tersebar

di desa-desa seluruh Indonesia. Hoesada (2016: 231) menyatakan bahwa

Pembangunan sarana prasarana desa dan dusun pada tahun-tahun yang akan

datang akan meningkat secara signifikan, aparat desa akan mendapat gaji dari

Negara. Brodjonegoro (2014) dikutip dalam Ismail Muhammad (2016)

menyatakan bahwa Desa akan segera mendapatkan dana miliaran rupiah,

Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk desa akan selalu

meningkat dari tahun ke tahun.

Pemberian dana desa yang cukup besar ternyata masih menimbulkan

permasalahan dalam proses pelaporan pertanggungjawaban dana desa.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi, bahwa adanya Laporan Realisasi

Anggaran (LRA) yang tidak sesuai prosedur dan belum bisa menyelesaikan

laporan pertanggungajwaban (LPJ) pada penggunaan dana desa sebelumnya .

Selain itu, menurut kepala mengatakan bahwa ada beberapa dari staf kami yang

belum mampu mengelola apliaksi Siskeudes sehingga mengakibatkan

keterlambatan masuknya laporan keuangan dalam pengoperasian Siskeudes,

yaitu belum optimalnya pemahaman pada pengoperasian Siskeudes dan

kurangnya tenaga sumber daya manusia. Sistem yang diharapkan mampu

menciptakan efektivitas dalam pembuatan laporan pertanggungajawaban

keuangan desa, kenyataannya masih menimbulkan permasalahan dalam

penerapan Siskeudes. (Abdallah, 2021)

Berdasarkan Permendagri No. 113 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (9), “Dana

Desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukan bagi desa
3

yang di transfer melalui APBD Kab/Kota yang digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan

kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat”. (BPKP 2015: 2) menyatakan

bahwa dalam hal pengelolaan dana desa, akan ada risiko terjadinya kesalahan

baik bersifat administratif maupun substantif yang dapat mengakibatkan

terjadinya permasalahan hukum mengingat belum memadainya kompetensi

kepala desa dan aparat desa dalam hal penatausahaan, pelaporan, dan

pertanggungjawaban keuangan desa.

Hal itu terjadi karena pemerintahan desa yang akan mendapatkan

pendanaan program dan kegiatan dari berbagai sumber (APBN dan APBD

Provinsi/Kabupaten) mengandung konsekuensi harus mampu mengelola secara

transparan, akuntabel, dan bebas dari penyalahgunaan.

Pelaksanaan pengaturan desa yang selama ini berlaku dianggap sudah

tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, terutama antara lain

menyangkut kedudukan masyarakat hukum adat, demokratisasi, keberagaman,

partisipasi masyarakat, serta kemajuan dan pemerataan pembangunan sehingga

menimbulkan kesenjangan antar wilayah, kemiskinan, dan masalah sosial

budaya yang dapat mengganggu keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia. UU Nomor 6 Tahun 2014 lahir dalam rangka untuk

menyempurnakannya.

Dengan adanya anggaran pembangunan yang yang telah diberikan

dalam Angaran Pemerintah dan Belanja Desa (APBDes ) untuk membangun

wilayah pedesaan yang dalam bentuk Alokasi Dana Desa atau sering disebut
4

dengan (ADD) yang dikategorikan dalam kelompok transfer desa.

Pemerintah atau unit kerja pemerintahan harus menerapkan sistem

akuntansi yang bukan hanya sebagai sistem pengendali transakasi keuangan

melainkan harus menjadi pencapaian tujuan organisasi sebagaiaman yang telah

ditentukan dari tujuan organisasi itu sendiri, dengan menerapkan sistem

akuntansi sangatlah penting dan menunjang pemerintah baik daerah maupun

kota, sehingga pemerintah desa lebih mudah dalam melakukan pelaporan dan

pertanggung jawaban kepada pemerintah kabupaten (Baviga, 2022a) Menurut

penelitian (Baviga, 2022b) sistem akuntansi keuangan Dana desa yang dipakai

masih manual dengan menggunakan program Microsoft Excel yang berupa

Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan Buku Bank. Sedangkan

untuk pengelolaan Dana desa pada tahun 2017 cukup realistis karena tersusun

dalam Rencana Anggran Biaya (RAB)..

Namun demikian, tidak sedikit kalangan yang khawatir dengan lahirnya

undang-undang ini. Lahirnya UU 6/2014 dianggap sebagai kebijakan politis

semata yang justru akan menjerat para aparat desa (Wiyanto 2014). Banyak

pihak menganggap kemampuan para aparat desa di daerah yang masih rendah

dan belum siap tersebut justru dikhawatirkan akan membawanya pada meja

hijau.

Dalam hal pengelolaan dana desa, akan ada risiko terjadinya kesalahan

baik bersifat administratif maupun substantif yang dapat mengakibatkan

terjadinya permasalahan hukum mengingat belum memadainya kompetensi

kepala desa dan aparat desa dalam hal penatausahaan, pelaporan, dan
5

pertanggungjawaban keuangan desa (BPKP 2015). Hal itu terjadi karena

pemerintahan desa yang akan mendapatkan pendanaan program dan kegiatan

dari berbagai sumber (APBN dan APBD Provinsi/Kabupaten) mengandung

konsekuensi harus mampu mengelola secara transparan, akuntabel, dan bebas

dari penyalahgunaan.

Kondisi aparatur pemerintah daerah saat ini kemampuannya masih

rendah, terutama dalam hal pengelolaan keuangan daerah (Sidik 2002). Pada

tataran pertanggungjawaban pengelolaan administrasi keuangan, kompetensi

sumber daya manusia di desa merupakan kendala utama (Subroto 2009).

Kapasitas sumber daya manusia di desa selama ini kurang merata (Yuliana

2013). Kementerian keuangan juga menilai perangkat desa masih belum siap

untuk menerima anggaran dana desa saat ini (Basri 2014).

Terdapat masalah kapasitas administrasi dan tata kelola aparat

pemerintah desa yang masih minim. Sistem akuntabilitas dan pranata

pengawasan yang masih lemah, termasuk belum kritisnya masyarakat atas

pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja desa. Badan Perwakilan Daerah

(BPD) yang merupakan manivestasi perwakilan atau DPR-nya desa di berbagai

daerah masih mengalami stagnanisasi lembaga, yaitu hanya menjadi lembaga

formalitas tanpa memiliki progres yang menggembirakan (Azhar 2015).

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, Sistem informasi akuntansi

sangatlah diperlukan dalam menunjang pemerintah Desa Waetuo terutama

dalam menjalankan pengelolaan keuangan yang baik dan juga sesuai dengan

prosedur yang semestinya agar nantinya dapat mempermudah dalam hal


6

pelaporan dan pertanggungjawaban kepada pemerintah kabupaten dalam hal ini

yang berkaitan dengan dana desa.

Pembangunan sarana prasarana desa dan dusun pada tahun-tahun yang

akan datang akan meningkat secara signifikan, aparat desa akan mendapat gaji

dari negara (Hoesada 2014). Desa akan segera mendapatkan dana miliaran

rupiah. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk desa akan

selalu meningkat dari tahun ke tahun (Brodjonegoro 2014).

Desa akan mempunyai sumber pendapatan berupa Pendapatan Asli

Desa, Bagi Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten/Kota, bagian

dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh

Kabupaten/Kota, alokasi anggaran dari APBN, bantuan keuangan dari APBD

Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota, serta hibah dan sumbangan yang tidak

mengikat dari pihak ketiga (PP No. 60 Tahun 2014).

Berdasarkan fenomena yang telah disebutkan diatas, maka penerapan

sistem dan prosedur akuntansi pengelolaan dana desa sangat menarik untuk

diteliti, karena dengan adanya prosedur tersebut kita bisa mengetahui tentang

bagaimana sistem pengelolaan dan desa yang ada di desa Waetuo.

Berdasarkan pertimbangan dan kenyataan di atas, diharapkan

keseluruhan Pemerintah desa dapat mengoptimalkan sistem prosedur dan desa

yang dimiliki agar dapat menggerakkan roda perekonomian desa, maka

pembangunan desa akan semakin meningkat. Berdasarkan latar belakang

tersebut dan penulis menyadari bahwa pentingnya sistem prosedur akuntansi

pengelolaan dana desa, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian
7

“Penerapan Sistem Dan Prosedur Akuntansi Pengelolaan Dana Desa Di

desa waetuo kecamatan Kajuara Kabupaten Bone”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan pokok dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana Penerapan Sistem Bagi Pengelolaan Dana Desa di Desa

Waetuo?

2. Bagaimana Prosedur Akuntansi Pengelolaan Dana Desa Di Desa Waetuo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka

penulis dapat menjabarkan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk Mengetahui penerapan sistem bagi pengelolaan dana desa di desa

waetuo

b. Untuk Mengetahui prosedur akuntansi pengelolaan dana desa di desa

waetuo

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu:

1. Secara Teoritis, adalah sebagai bahan informasi bagi pemerintah di desa

Waetuo Kecamatan Kajuara kabupaten Bone.

2. Secara Praktis, Sebagai bahan penelitian selanjutnya, dengan objek yang

relevan.
8

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan proposal ini

adalah sebagai berikut :

1) BAB 1 (PENDAHULUAN)

Dalam bab ini, diuraikan secara jelas mengenai penelitian yang akan

dibahas, hal tersebut dijelaskan melalui Latar Belakang, Rumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penelitian.

2) BAB II (TINJAUAN PUSTAKA)

Bab ini berisi dari tinjauan pustaka yang berisi tentang pembahasan dari

Penerapan sistem dan prosedur akuntansi pengelolaan dana desa. Penelitian

terdahulu berisi hasil dari penelitian terdahulu kemudian kerangka pikir yang

dijadikan acuan untuk melakukan tahap-tahap yang sedang dilakukan dalam

penelitian. Serta hipotesis yang berisi asumsi atau anggapan atau dugaan teoritis

penelitian.

3) BAB III (METODE PENELITIAN)

Dalam bab ini, diuraikan tentang prosedur atau cara yang digunakan

untuk mengetahui sesuatu dalam penelian seperti variabel dan desain penelitian,

defenisi operasional, pengukuran variabel, populasi, sampel, teknik

pengumpulan data, dan rancangan analisis data.


II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Akuntansi

American Accounting Association (AAA) menyatakan bahwa Akuntansi

adalah proses identifikasi, pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi untuk

memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas serta tegas bagi

pengguna informasi tersebut. Selanjutnya Sujarweni (2015: 18) menjelaskan

bahwa akuntansi pemerintahan adalah akuntansi yang bersangkutan dengan

bidang keuangan negara, dari anggaran sampai dengan pelaksanaan dan

pelaporannya, termasuk segala pengaruh yang ditimbulkannya.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun

2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, akuntansi adalah proses

identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran

transaksi dan kejadian keuangan, penyajian laporan, serta penginterpretasian

atas hasilnya. Halim dan Kusufi (2012) menjelaskan yang dimaksud akuntansi

keuangan daerah adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan

pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah

(kabupaten, kota, atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka

pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah

daerah yang memerlukan.

2. Pengertian Sistem

Sistem merupakan kumpulan elemen yang saling bekerja sama untuk

9
10

mencapai tujuan tertentu. Susanto Azhar (2013: 22) dalam bukunya yang

berjudul Sistem Informasi Akuntansi, menjelaskan bahwa Sistem adalah

kumpulan/group dari sub sistem/bagian/komponen apapun baik phisik ataupun

non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara

harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu. Sistem ini mempunyai jaringan

dan prosedur yang disusun dalam rangkaian secara menyeluruh, untuk

melaksanakan berbagai kegiatan atau fungsi pokok dalam suatu badan usaha.

3. Sistem Akuntansi

Mulyadi (2016; 3) menjelaskan bahwa sistem akuntansi adalah organisasi

formulir, catatan, dan laporan yang di koordinasikan sedemikian rupa untuk

menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna

memudahkan pengelolaan perusahaan. Sistem akuntansi yang dirancang dan

dijalankan secara baik akan menjamin dilakukannya prinsip stewardship dan

accountability dengan baik pula. Pemerintah atau unit kerja pemerintah perlu

memiliki sistem akuntansi yang tidak hanya berfungsi sebagai alat

pengendalian transaksi keuangan, akan tetapi sistem akuntansi tersebut

hendaknya mendukung pencapaian tujuan organisasi.

Sistem akuntansi yang dirancang dan dijalankan secara baik akan

menjamin dilakukannya prinsip stewardship dan accountability dengan baik

pula. Pemerintah atau unit kerja pemerintah perlu memiliki sistem akuntansi

yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pengendalian transaksi keuangan, akan

tetapi sistem akuntansi tersebut hendaknya mendukung pencapaian tujuan

organisasi. Menurut Mulyadi (2001), sistem akuntansi adalah organisasi


11

formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk

menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna

memudahkan pengelolaan perusahaan. Formulir atau dokumen merupakan

dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi. Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 menjelaskan sistem

akuntansi pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun yang

terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran dan

pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah.

4. Pengelolaan

Kata “Pengelolaan” dapat disamakan dengan manajemen, yang berarti pula

pengaturan atau pengurusan (Suharsimi Arikunto, 1993). Pengelolaan

diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh

sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai

tujan tertentu. Dikatakan manajemen adalah suatu proses perencanaan dan

pengambilan keputusan, pengorganisasian, memimpin dan pengendalian

organisasi manusia, keuangan, fisik dan informasi sumber daya untuk

mencapai tujuan organisasi secara efisiensi dan efektif. Nanang Fattah

(2004) berpendapat bahwa dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi

pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan, yaitu

perencanaan (planning), pengorganisasian (organising), pemimpin

(leading), dan pengawasan (controlling). Oleh karena itu, manajemen

diartikan sebagai proses merencanakan, mengorganising, memimpin, dan


12

mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan

organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Manajemen merupakan proses

perencanan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan, usaha-usaha

para anggota organisasi dan pengguna sumber daya organisasi lainya untuk

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Stoner menekanan bahwa

manajemen dititik beratkan pada proses dan sistem. Oleh karena itu, apabila

dalam sistem dan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

penganggaran, dan sistem pengawasan tidak baik, proses manajemen secara

keseluruhan tidak lancar sehingga proses pencapaian tujuan akan terganggu

atau mengalami kegagalan (Shyhabuddin Qalyubi, 2007). Sesuai dengan

peraturan (Pemerintah Republik Indonesia, 2014) PERMENDAGRI Nomor

113 tahun 2014 pengelolaan keuangan desa meliputi:

a. Perencanaan.

b. Pelaksanaan.

c. Penatausahaan

d. Pelaporan.

e. Pertanggungjawaban.

5. Desa

Menurut Ndraha (1984) pengertian resmi tentang Desa menurut Undang

undang adalah: UU Nomor 5 Tahun 1979 Desa ialah suatu wilayah yang

ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat, termaksud

di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi


13

pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. UU Nomor 22 Tahun 1999 Desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan

berada di Daerah Kabupaten. Ini berarti desa merupakan suatu

pemerintahan yang mandiri yang berada di dalam sub sistem Pemerintahan

Nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut

Bintarto (1983), Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi,

sosial, ekonomi, politik, dan kultur yang terdapat di suatu daerah, dalam

hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. UU

Nomor 32 Tahun 2004 Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan

adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan desa

menurut Widjaja (2003) dalam bukunya “Otonomi Desa”menyatakan

bahwa “Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan

asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa, landasan pemikiran

dalam mengenai Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli,

demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.

Menurut Winardi (1988) Desa dapat dipahami sebagai suatu daerah


14

kesatuan hukum dimana bertempat tinggal di suatu masyarakat yang

berkuasa (memiliki wewenang) mengadakan pemerintahan sendiri.

Pengertian ini menekankan adanya otonomi untuk membangun tata

kehidupan Desa bagi kepentingan penduduk. Dalam pengertian ini terdapat

kesan yang kuat, bahwa kepentingan dan kebutuhan masyarakat Desa hanya

dapat diketahui dan disediakan oleh masyarakat Desa dan bukan pihak luar.

Selanjutnya dalam PP Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, bahwa Desa

atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan

asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian desa

sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang diakui otonominya dan Kepala Desa melalui pemerintah

desa dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun

pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu.

6. Dana Desa

Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang

bersumber dari APBN menjelaskan bahwa Dana Desa adalah dana yang

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang

diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan


15

kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Menurut buku saku dana desa yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan 2017

mendefinisikan dana desa sebagai anggaran yang berasal dari APBN yang

ditujukan khusus untuk desa dalam rangka untuk melakukan pembangunan

dan pemberdayaan masyarakat melalui dana APBD Kota/Kabupaten.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa

adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,

pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Sementara itu

menurut Lili (2018) dana desa ialah dana yang diterima desa setiap tahun

yang berasal dari APBN yang sengaja diberikan untuk desa dengan cara

mentransfernya langsung lewat APBD Kabupaten/Kota yang dipakai untuk

mendanai segala proses penyelenggaraan urusan pemerintahan atau

pembangunan desa dan memberdayakan semua masyarakat pedesaan.

Berdasarkan referensi diatas dana desa adalah anggaran yang menjadi hak

suatu desa dan merupakan sebuah kewajiban bagi pemerintah pusat untuk

memberikannya kepada desa dengan cara mentransfernya secara langsung

dari APBN kepada APBD dan selanjutnya masuk ke kas desa.

B. Kerangka Konseptual

Pengelolaan Dana Desa Di Desa Waetuo Kec.Kajuara Kab.Bone didasarkan

pada peraturan Bupati Nomor 15 tahun 2012 tentang pengelolaan dana desa.
16

Melalui Alokasi dana Desa, diharapkan desa akan mampu menyelenggarakan

otonominya agar dapat tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan dari desa

itu sendiri. Dimana tujuan UU Desa adalah menciptakan masyarakat aktif yang

mampu menjadi elemen utama dalam merencanakan,melaksanakan dan mengawasi

setiap kegiatan pembangunan yang terjadi di desa. Untuk itu,dalam proses

pengelolaan alokasi dana desa harusnya pemerintah desa tidak hanya berfokus pada

penyelesaian seluruh tahapan pengelolaan alokasi dana desa dan hasil akhir berupa

terciptanya pembangunan di desa. Namun pemerintah desa harusnya lebih berfokus

pada menciptakan sebuah proses pembangunan yang diciptakan oleh masyarakat

desa setempat, sehingga pembangunan yang dihasilkan adalah pembangunan yang

berkualitas, yakni sebuah hasil pembangunan yang menggambarkan tujuan,

kebutuhan dan hasil kerja bersama seluruh elemen masyarakat desa setempat.

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan upaya peneliti untuk mendapatkan

perbandingan dan kemudian untuk mencari inspirasi baru untuk penelitian

berikutnya, di samping itu penelitian terdahulu dapat menjadi alat panduan

penelitian terbaru agar bisa menyesuaikan penelitian serta menunjukkan

orsinalitas dari penelitian. Penelitian terdahulu memiliki fungsi untuk

memperluas dan memperdalam berbagai teori yang akan digunakan di dalam

kajian penelitian yang akan dilakukan. Penelitian terdahulu yang diambil oleh

peneliti haruslah relevan dengan judul atau topik penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti.

Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang menjadi landasan


17

peneliti dalam melakukan penelitian ini.

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

Nama/ Tahun Judul Hasil Penelitian

Muhammad Ismail Sistem Akuntansi penelitian menunjukkan


(2016) Pengelolaan Dana Desa bahwa permasalahan utama
yang timbul adalah rendahnya
pengetahuan dari kepala desa
terkait pengelolaan keuangan
desa berdasarkan Permendagri
No. 113/2014. Terdapat
persamaan dari penelitian
tersebut yaitu, melakukan
penelitian mengenai
pengelolaan keuangan desa
yang berdasarkan peraturan
Nunuk Riyani (2016) Analisis Pengelolaan penelitian ini menunjukan
Dana Desa (Studi Kasus bahwa Analisis Dana Desa di
Di Desa Singopuran Desa Singopuran Kecamatan
Kecamatan Kartasura Kartasura Kabupaten
Kabupaten Sukoharjo Sukoharjo sudah tersampaikan
Tahun 2016) untuk pembangunan dengan
baik sesuai dengan rencana
namun masih ada evaluasi
yang perlu diperbaiki.
Terdapat persamaan dari
penelitian tersebut yaitu
mencari tahu apakan
pengelolaan Dana Desa sudah
sesuai dengan peraturan yang
ada
Sukmawati, Pengaruh transparasi Data penelitian ini sebanyak
Fitri(2019) dan akuntabilitas 42 populasi. Hasil pengujian
terhadap pengelolaan regresi sederhana atas
keuangan desa (Studi pengaruh pengetahuan dewan
pada Pemerintah Desa tentang pengaruh akuntabilitas
di Kabupaten Garut) serta partisipasi anggota
menunjukkan hubungan yang
berpengaruh secara
signifikan.dilatarbelakang.
18

Nama/ Tahun Judul Hasil Penelitian

Putra, I Made Yoga Pengaruh Akuntabilitas, Akuntabilitas berpengaruh


Darma dan Rasmini Transparansi,dan positif pada efektivitas
(2019) Partisipasi Masyarakat pengelolaan dana desa di
Pada Efektivitas Kecamatan Abiansemal
Pengelolaan Dana Desa Kabupaten Badung. Hal ini
berarti semakin tinggi
akuntabilitas dalam
pemerintahan desa maka
cenderung semakin tinggi
efektivitas pengelolaan dana
desa. Transparansi
berpengaruh positif pada
efektivitas pengelolaan dana
desa di Kecamatan
Abiansemal Kabupaten
Badung. Hal ini berarti
semakin baik transparansi
dalam pemerintahan desa
maka akan cenderung
meningkatkan efektivitas
pengelolaan dana desa.
Partisipasi masyarakat
berpengaruh positif pada
efektivitas pengelolaan dana
desa di Kecamatan
Abiansemal Kabupaten
Badung. Hal ini berarti
semakin aktif masyarakat
dalam mengawasi penggunaan
dana desa cenderung tidak
akan meningkatkan efektivitas
pengelolaan dana desa
terjadinya ketimpangan fiskal
Casmidi (2004) Ketimpangan Fiscal antar desa yang tinggi dan
Horizontal dan Formula adanya perbedaan pembobotan
Dana Alokasi Desa antara model celah fiskal
(DAD) dengan model pembobotan
dana alokasi desa tahun 2003
dan kualitasnya dan
keberhasilan mendapatkan
DAD tergantung pada
responsivitas penyelengara
pemerintahan di kabupaten
19

Nama/ Tahun Judul Hasil Penelitian

Hartono (2008) Pembangunan Desa partisipasi masyarakat


Partisipatif Masyarakat dalam pembangunan yang
Desa Implementasinya didanai dari alokasi dana desa
dalam Program Alokasi belum optimal
Dana

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang sudah disebutkan, diperoleh

perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian

sebelumnya yaitu terletak pada tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam

penelitian ini.

D. Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan judul penelitian “Penerapan

Sistem Dan prosedur Akuntansi Pengelolaan Dana Desa Di Desa Waetuo”.

Peneliti menggunakan pengetahuan dasar Penerapan Sistem (X1), Prosedur

Akuntansi (X2), Pengelolaan Dana Desa (independent variable), (Y) sebagai

variabel terikat (dependent variable).


20

H1
Penerapan
Sistem (X1)

Pengelolaan
H3 Dana Desa
(Y)

H2
Prosedur
Akuntansi
(X2)

Gambar 2.1 Karangka berfikir

(Penerapan Sistem Dan prosedur Akuntansi Pengelolaan Dana Desa Di


DesaWaetuo)

E. Hipotesis

Berdasarkan kerangka penelitian tersebut, maka peneliti dapat

mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Penerapan sistem berpengaruh terhadap Pengelolaan Dana Desa

H2 : Prosedur Akuntansi berpengaruh terhadap Pengelolaan Dana Desa

H3 : Penerapan Sistem berpengaruh terhadap Prosedur Akuntansi


21
22

Anda mungkin juga menyukai