Anda di halaman 1dari 18

Policy Paper

EFEKTIVITAS
PEMANFAATAN
DANA DESA

Evi Maya Savira


Pusat Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Lembaga Administrasi Negara
2017

PUSAT KAJIAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH


Policy Paper

EFEKTIVITAS
PEMANFAATAN
DANA DESA

Evi Maya Savira

Pusat Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah


Lembaga Administrasi Negara

A. Latar Belakang rintahan, pelaksanaan pembangunan,


pembinaan dan pemberdayaan masyarakat
Rencana Pembangunan Jangka Panjang di desa.
Menengah 2015-2019 memuat 9 agenda
prioritas pembangunan yang tertuang Wewenang untuk mengatur dan mengelola
dalam Nawacita, diantaranya menyebutkan aset dan keuangan desa ditujukan
tentang membangun Indonesia dari untuk meningkatkan kemandirian desa,
pinggiran dengan memperkuat daerah- meningkatkan kualitas layanan publik
daerah dan desa dalam kerangka negara dan meningkatkan sebesar-besarnya
kesatuan (Nawacita ke-3). UU No 6 Tahun kesejahteraan rakyat desa. Kemandirian
2014 tentang Desa memberikan otonomi tidak akan terwujud jika sumber keuangan
lebih luas bagi pemerintahan Desa untuk desa masih sangat bergantung pada APBN
mengatur dan mengelola aset dan keuangan maupun APBD. Berdasarkan UU tentang
desa. Undang-Undang ini bertujuan agar Desa Pasal 71 ayat (2) menyebutkan bahwa
desa dapat menyelenggarakan peme- pendapatan desa berasal dari dari:

POLICY PAPER • PKDOD LAN


1. Pendapatan asli Desa terdiri atas hasil Dengan demikian, penyaluran yang belum
usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, efektif masih berasal dari rekening pemda
gotong royong, dan lain-lain pendapatan biasanya karena keterlambatan laporan
asli Desa; pertanggungjawaban atau telatnya Pemda
2. Alokasi Anggaran Pendapatan dan dalam mengeluarkan peraturan pelaksana
Belanja Negara; tentang pengadministrasian dana desa di
3. Bagian dari hasil pajak daerah dan Kabupaten/Kota terkait.
retribusi daerah Kabupaten/Kota;
4. Alokasi dana Desa yang merupakan Meskipun demikian, hingga Tahun
bagian dari dana perimbangan yang 2016, dana desa yang telah terserap
diterima Kabupaten/Kota; sebanyak 67.6 triliun rupiah, namun
5. Bantuan keuangan dari Anggaran penyaluran dana desa tidak semudah yang
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi diperkirakan, diantaranya karena adanya
dan Anggaran Pendapatan dan Belanja kekhawatiran baik dari beberapa Bupati
Daerah Kabupaten/Kota; maupun beberapa Kepala Desa, terkait
6. Hibah dan sumbangan yang tidak pertanggungjawaban administrasi dan
mengikat dari pihak ketiga; dan Lain-lain pertanggungjawaban substansi pengelolaan
pendapatan Desa yang sah. dana desa, seperti yang disebutkan oleh
Sekretaris Jenderal Kementerian Desa,
Sejak digulirkan pada Tahun 2015, dana Pembangunan Daerah Tertinggal dan
desa direncanakan akan dikucurkan Transmigrasi dalam acara Diskusi Media
untuk 74.754 desa dalam 434 Kabupaten. “Penanganan Korupsi di Desa” (2017),
Pada Tahun 2015, total dana desa yang Sanusi menyebutkan bahwa selama Tahun
dikucurkan adalah sebesar 20.7 Triliun, 2016, pengaduan yang masuk melalui SMS
Tahun 2016 adalah sebesar 46,9 triliun dan Center 087788990040/081288990040,
Tahun 2017 adalah sekitar 60 trilun dengan Call Center 1500040, dan Media Sosial
rincian penyaluran seperti pada Grafik 1. Kementerian Desa PDT dan Transmigrasi
mencapai 932 pengaduan. Rata-rata
Rincian penyaluran dana desa tersebut dari pengaduan masyarakat berupa indikasi
Tahun 2015-2017 di 74.754 desa adalah penyelewengan penggunaan Dana Desa.
sebesar rata-rata 280.3 Juta pada Tahun Semua pengaduan telah ditindaklanjuti oleh
2015, 643.6 juta pada Tahun 2016 dan satuan kerja pengawas internal Kementerian
800.4 juta pada Tahun 2017 (lihat Grafik 2). Desa, PDT dan Transmigrasi. Lebih lanjut,
Sanusi menyatakan bahwa pada Tahun
Rincian penyaluran dana desa Tahun 2015-
2016 terdapat 241 desa yang dana desanya
2016 disalurkan melalui rekening negara
belum cair pada Tahun 2016. Beberapa
dan rekening pemda dengan rincian seperti
faktor penyebab desa-desa tersebut belum
pada Grafik 3.
mendapat dana desa adalah karena:
Sedangkan penyaluran dana desa Tahun
1. Kebijakan Kabupaten (46.89% atau 113
2016 melalui rekening negara maupun
desa).
rekening Pemda dapat dilihat pada Grafik 4.

2 EFEKTIVITAS PEMANFAATAN DANA DESA


Grafik 1. Dana Desa Tahun 2015-2017

Sumber: Kementerian Desa PDTT, 2017

Grafik 2. Rata-Rata Dana Desa per Desa Pada Tahun 2015-2017

Sumber: Kementerian Desa PDTT, 2017

POLICY PAPER • PKDOD LAN 3


Grafik 3. Rincian Dana desa Tahun 2015

Sumber: Kementerian Desa PDTT, 2017

Grafik 4. Rincian Dana Desa Tahun 2016

Sumber: Kementerian Desa PDTT, 2017

4 EFEKTIVITAS PEMANFAATAN DANA DESA


Kebijakan kabupaten ini misalnya kebijakan Selain masalah penatausahaan dana desa
relokasi desa atau Pemda Kabupaten yang masih ditemui, masalah lain yang
dan Pemerintah Kota yang terlambat terkait dengan dana desa adalah terkait
menerbitkan peraturan pelaksana tentang dengan efektivitas kemanfaatan dana desa
dana desa. bagi kelompok sasaran yaitu masyarakat
2. Dokumen LPJ 2015 belum lengkap desa. Selama ini, meskipun bukti penyerapan
(21.58% atau 52 desa) dana desa telah ditunjukkan dalam bentuk
3. Desa atau penduduknya belum ada bukti pembangunan fisik (insfrastruktur)
(17.43% atau 42 desa) dan penyerapan anggaran, namun belum
4. Perubahan status desa menjadi kelurahan ada yang memastikan apakah penyerapan
(7.05% atau 17 desa) anggaran dana desa itu digunakan untuk
5. Konflik internal desa (4.56% atau 11 kemanfaatan yang sesuai dengan kebutuhan
desa) masyarakat desa? Efektivitas pemanfaatan
6. Kasus hukum kepala desa (2.49% atau 6 dana desa juga belum dapat dipastikan
desa) mendorong pertumbuhan ekonomi di desa-
desa yang menerima dana desa tersebut.
Pada tahun 2016 terdapat 241 desa-desa Apakah pertumbuhan ekonomi sebagai
yang belum dapat mencairkan dana desa. indikator yang mudah dilihat di Kabupaten
Jumlah ini hampir setara dengan Rp 121 atau Kota yang desa-desa-desa menerima
Milliar. Adapun lokus dari desa-desa tersebut dana desa terjadi peningkatan yang
adalah sebagai mana tersaji dalam Grafik 5. signifikan. Hal ini juga belum teruji.

Grafik 5. Jumlah Desa yang Belum Cair Dana Desanya Tahun 2016

Sumber: Kementerian Desa PDTT, 2017

POLICY PAPER • PKDOD LAN 5


Meskipun KDPDTT telah menampilkan UU Desa bahwa tahap pembangunan desa
data terkait kontribusi dana desa terhadap disesuaikan dengan prioritas dari desa yang
perekonomian, namun belum jelas, selaras dengan tingkat kematangan desa-
kontribusi di daerah mana yang signifikan desa tersebut. Desa-desa yang tidak perlu
tumbuh. Apakah pertumbuhan ekonomi itu pembangunan infrastruktur tertentu tidak
akibat konsumsi belanja modal (bangunan/ perlu dipaksanya hanya demi memenuhi
insfrastruktur) atau apakah kontribusi program Kementerian atau Pemerintah
terhadap ekonomi itu akibat strimulus Kabupaten dan Kota.
dana desa berhasil menggerakan swadaya
masyarakat dalam kegiatan ekonomi yang B. Analisis Kritis Pemanfaatan Dana
produktif yang menciptakan nilai tambah Desa
terhadap barang dan jasa yang dihasilkan
suatu desa. Apakah pertumbuhan itu tidak Sejak digulirkan pada Tahun 2015, dana
menimbulkan rasio gini yang tinggi antara desa telah banyak dinikmati oleh penduduk
satu desa dengan desa lainnya dan pada desa terutama untuk pembangunan
tipologi desa yang mana pertumbuhan infrastruktur desa. Prioritas pemanfaatan
ekonomi tersebut hadir. dana desa meskipun berubah dari tahun ke
tahun, namun fokus utamanya masih sekitar
Beberapa pertanyaan itu, menelisik pembangunan infrastruktur di desa. Tahun
pemikiran apakah dana desa yang telah 2017 ini prioritas pemanfaatan dana desa
dan akan digulirkan ke desa-desa itu efektif diarahkan pada 4 hal yaitu pembangunan
dari segi kemanfaatannya bagi kelompok embung, sarana olah raga, one village one
sasaran, ataukah efektivitas penyerapan product (OVOP) dan Badan Usaha Milik
dana desa itu hanya untuk memenuhi Desa (BUMDes).
unsur kepatuhan dan bukan kemanfaatan
yang asli dibutuhkan oleh masyarakat desa. Kebijakan ini ternyata ditangkap oleh
Berkenaan dengan hal tersebut, maka Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah
makalah ini bermaksud untuk memberikan Kota sebagai suatu keharusan dan perlu
kontribusi pemikiran tentang model dibuat payung hukum pelaksana bagi desa-
efektivitas kemanfaatan dana desa bagi desa di daerahnya untuk dapat melakukan
masyarakat desa sebagai pemilik sejati program prioritas dari yang dicanangkan
kewenangan pengelolaan atas desa. oleh Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Model ini disusun untuk mengatasi celah (KDPDTT).
yang ditemui dalam pemanfaatan dana desa
antara pendekatan top down atau bottom Yang terjadi di desa-desa saat ini adalah
up, atau penggabungan diantara keduanya desa sibuk menjalankan arahan dari
sebagai model hibrida. Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah
Kota terkait 4 program prioritas dari
Inti dari model ini adalah agar kemanfaatan KDPDTT dan program prioritas Pemerintah
dana desa bersifat konstektual sesuai dengan Kabupaten dan Pemerintah Kota terkait
tipologi desa seperti yang diamanah dalam desa. Dana desa yang cair pertama-

6 EFEKTIVITAS PEMANFAATAN DANA DESA


pertama difokuskan untuk menjalankan Tapi pada kenyataannya embung itu tidak
4 prioritas dari KDPDTT dan kemudian dapat digunakan sebagai mestinya, dengan
prioritas dari Pemerintah Kabupaten dan kata lain hanya sekadar ada. Menurut
Pemerintah Kota. Selebihnya, program yang narasumber di Desa Sindangkarya, mereka
dijalankan adalah program yang masuk tidak keberatan pemerintah meminta
dalam RPJMDes. Dibanyak desa di seperti di pembangunan embung di desanya asalnya
Kabupaten Pandeglang, desa-desa melalui disertai dengan alih teknologi pengelolaan
RPJMDesnya harus berkompromi dengan embung yang jauh lebih maju dari sistem
program prioritas dari Supra Desanya irigasi konvesional yang mereka miliki
maupun program dari KDPDTT. sekarang. Seringkali, program dari
Kementerian terkait desa maupun dari
Menurut narasumber di desa-desa yang Supra Desa disampaikan dengan penjelasan
ada di Kabupaten Pandeglang, kebijakan yang ala kadarnya dan tanpa pendampingan
dari Pemerintah Daerah terkait prioritas teknis yang memadai.
pemanfaatan dana desa diterbitkan setelah
ditetapkannya MusrembangDes dan telah Hasilnya embung tersebut hanya ala
tersusun RPJMDes dan APBDes, sehingga kadarnya, dan kurang memberi nilai tambah
akhirnya dokumen-dokumen yang telah signifikan bagi pertanian maupun pelestarian
tersusun dirubah untuk menyesuaikan sumber air tawar. Yang mereka butuhkan
dengan arahan dari Pemerintah supra terkait sarana penyimpanan air adalah
desanya dengan difasilitasi oleh Camat-nya, penyimpanan air bersih dari mata air-mata
dengan penjelasan bahwa RPJMDes dan air yang banyak tersedia di pegunungan
APBDes tidak dapat dijalankan (administrasi maupun di permukaan tanah agar dapat
dan substansi) jika tidak mengakomodasi disimpan dalam tempat penyimpanan air
program-program dari KDPDTT dan juga desa, yang dapat dimanfaatkan sebagai
Pemerintah Kabupaten Pandeglang. sumber air bersih yang disalurkan ke rumah-
rumah penduduk. Hal ini terjadi karena
Fenomena ini terlihat seperti ada beberapa hal:
pemaksaan program dari atas (top down)
tanpa memperhatikan kebutuhan nyata 1. Program prioritas penggunaan dana
masyarakat desa yang sudah tersusun desa dari Kementerian dan juga
melalui Musrembangdes. Pembangunan Pemerintah Kabupaten dan Kota
embung sebagai contoh, di desa-desa cenderung menyamaratakan semua
yang mempunyai sumber air tanah dan desa-desa tanpa mengenali adanya
pegunungan yang melimpah, menganggap perbedaan tingkat kematangan dan
tidak diperlukan embung karena mereka kebutuhan desa-desa yang berada pada
telah mengatur distribusi air untuk irigasi tipologi yang berbeda. Meskipun dalam
dengan cara tradisional dan sudah berjalan kebijakan yang mengatur tentang
secara efektif meskipun dengan teknologi prioritas tersebut telah disebutkan
yang sangat sederhana. Kewajiban adanya penekanan penggunaan dana
membangun embung, menjadikan hanya desa sesuai dengan tipologi desa.
sebagai penggugur kewajiban. Namun, pada kenyataannya, Pemerintah

POLICY PAPER • PKDOD LAN 7


Supra Desa maupun desanya sendiri di desa atau sejauhmana dana desa
menganggap bahwa arahan prioritas mampu berperan sebagai stimulus dalam
penggunaan dana desa sesuai arahan membangkitkan peran serta masyarakat
KDPDTT adalah kewajiban bagi semua dalam membangun desanya belum terlihat
desa; dari pergerakan APBDes.
2. Pemerintah supra desa menganggap
bahwa desa-desa di lingkungannya belum Teori pemberdayaan masyarakat maupun
mampu menentukan prioritas yang teori tata kelola keuangan maupun tata
sesuai dengan kebutuhan masyarakat kelola pemerintah (governance), selalu
karena kapasitas masyarakat yang masih menempatkan peran serta masyarakat
rendah; dalam pusat perhatian. Fungsi yang harus
3. Meskipun Undang-Undang Desa dijalankan masyarakat bukan saja sebagai
memberikan kewenangan desa untuk pemangku kepentingan tetapi juga
mengatur rumah tangganya sendiri pelaku. Kehidupan desa, tidak secara tegas
berdasarkan hak asal usul, namun membedakan masyarakat dan pemberi
dalam kenyataannya, relasi hubungan pelayanan dasar di desa. Masyarakat desa
antara desa dengan supra desanya adalah aparat desa, badan pengawas dan
dalam konteks pemanfaatan dan juga pelanggan yang harus dilayani. Inilah
pertangungjawaban dana desa lebih keunikan desa yang membedakan dengan
terkesan sebagai hubungan atasan dan birokrasi umumnya yang secara steril
bawahan; memisahkan fungsi eksekutor, pengawas
4. Ketidakpercayaan dari supra desa dan juga pelanggan. Namun demikian
terhadap desa bukan hanya karena fungsi-fungsi tata kelola yang baik tetap
masih rendahnya kapasitas desa dalam harus dikedepankan melalui transparansi,
mengelola dana desa tetapi juga akuntabilitas, dan partisipatoris.
kekhawatiran akan terjadinya kebocoran
Dana desa seyogyanya adalah stimulant
dalam pemanfaatan dana desa;
dan bukan sumber pendapatan utama
Permasalahan lainnya terkait pemanfaatan desa, namun ketertinggalan desa secara
dana desa adalah sangat sedikit yang struktural, menyebabkan banyak desa yang
digunakan untuk pemberdayaan ekonomi sangat mengandalkan dana desa dan bukan
masyarakat atau peningkatan kapasitas swadaya masyarakatnya.
masyarakat yang dapat menggerakan
Minimnya pendampingan dari supra
perekonomian desa atau meningkatkan
desa menjadikan banyak desa berkutat
kualitas hidup masyarakat desa. Meskipun
dengan ketidakpahaman substansi dan
baru berjalan hampir 3 (tiga) tahun,
administrasi. Peran kecamatan sebenarnya
tingkat efektifitas pemanfaatan dana desa
sangat strategis sebagai penyambung lidah
baru diukur dari tersedianya infrastruktur
dan pengelola pengetahuan kepada desa.
dasar dan pembangunan infrastruktur
Namun, ternyata tidak semua sumber daya
yang menjadi prioritas KDPDTT maupun
yang ada di kecamatan pun paham mengenai
Pemerintah Supra Desa. Seberapa jauh
apa saja yang harus dilakukan di desa.
dana desa mengurangi tingkat kemiskinan

8 EFEKTIVITAS PEMANFAATAN DANA DESA


Kelemahan utama dari PNS yang ada di layanan dalam SPM Desa ini lebih kepada
kecamatan maupun aparat desa dan BPD pelayanan administratif, sedangkan
adalah pemahaman mengenai regulasi- uraian dalam SOTK Desa, layanan yang
regulasi yang terkait dengan desa dari dimaksudkan lebih kepada pelayanan
Undang-Undang Desa dan kebijakan- fungsi hubungan masyarakat dan penyiaran
kebijakan pelaksananya. Tidak sedikit, informasi dalam bentuk pelayanan
pegawai Pemerintah Kabupaten dan penyuluhan.
Pemerintah Kota yang mengurusi desa
juga tidak paham dalam menerjemahkan Penatausahaan dana desa juga masih
isi kebijakan ke dalam arahan-arahan yang dipandang sangat rumit, seperti pengelolaan
lebih praktis. keuangan negara. Sedang pemahaman
mereka tentang administrasi keuangan
Selain kapasitas pemahaman regulasi yang negara sangat minim. Besarnya dana desa
lemah, secara kelembagaan, Pemerintahan yang harus dikelola dengan kapasitas yang
Desa juga belum dijalankan sebagai kurang, memberatkan kepala desa dan
organisasi yang menjalankan fungsi aparat pemerintah desa, karena hal ini dapat
manejemen selain fungsi pelayanan. Tidak membuka celah kesalahan administrasi
sinkronnya fungsi perencanaan dengan yang dapat dikategorikan mal administrasi
fungsi operasional, masih menjadi hal bahkan korupsi. Pelatihan dan sosialisasi
yang serius untuk ditangani. Banyak desa tentang pengelolaan keuangan desa perlu
yang belum mampun menerjemahkan dilakukan di semua desa di Indonesia jika
struktur organisasi ke dalam fungsi-fungsi Pemerintah ingin dilakukannya percepatan
kerja organisasi. Padahal uraian tentang kapasitas pengelolaan dana desa seperti
tugas dan fungsi setiap bagian dalam peta yang diharapkan. Namun kesempatan
organisasi desa telah disebutkan dengan ini sangat terbatas dan tidak semua desa
jelas pada kebijakan pelaksana yang mempunyai kesempatan itu.
dibuat oleh Kemendagri. Walaupun ada
perbedaan uraian tugas antara uraian tugas Berbagi pengetahuan diantara desa dalam
Kasie Pelayanan Desa dalam Permendagri satu kabupaten dapat dijadikan media
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja berbagi pengetahuan tentang praktik-
Desa dengan ruang lingkup pelayanan praktik pengelolaan dana desa yang
dalam Standar Pelayanan Minimal Desa. baik. Namun sayangnya hal tersebut
Yang satu menyebutkan kalau fungsi Kasie jarang dilakukan. Pertemuan-pertemuan
Pelayanan lebih sebagai fungsi pelayanan yang seharusnya dapat dilakukan dengan
penyuluhan (pemberdayaan masyarakat pendekatan informal khas desa, sekarang
desa), sedangkan dalam SPM Desa, yang menjadi sangat birokratis dan berorientasi
dimaksud dengan pelayan minimal itu proyek (setiap kegiatan berarti ada
meliputi penyediaan dan penyebaran pencairan dana).
informasi pelayanan, data dan informasi
Kelemahan desa dalam pembuatan
kependudukan dan pertanahan, pemberian
perencanaan program dalam pemanfaatan
surat keterangan, pengaduan masyarakat,
dana desa salah satu sebabnya adalah
dan penyederhanaan pelayanan. Semua

POLICY PAPER • PKDOD LAN 9


masih minimnya pengetahuan teknis yang lebih operasional seperti bagaimana
perencanaan dan pengetahuan teknis dari menyusun perencanaan yang baik
apa yang akan direncanakan. Akses kepada sesuai aspirasi masyarakat, bagaimana
jejaring kerjasama yang memudahkan melakukan negosiasi terkait prioritas
berkonsultansi tentang pengetahuan yang harus dilakukan desa terhadap
teknis masih sulit. Kurangnya inisiatif dari kebijakan top down penggunaan dana
pemerintah desa dalam berkonsultansi desa, termasuk tata kelola secara
dengan supra desa tentang dana desa masih keluruhan.
banyak ditemui.
3. Aspek Operasional
Berdasarkan pada analisis permasalah di Pemerintah desa terutama desa
atas dapat disimpulkan bahwa beberapa tertinggal maupun berkembang banyak
hal yang menjadi penghambat efektifitas yang belum paham sistem tata kelola
pemanfaatan dana desa diantaranya adalah: pemerintahan desa dan pemberdayaan
masyarakat desa. Kebutaan terhadap
1. Aspek Regulasi pemahaman regulasi menjadi salah
Regulasi yang mengatur mengenai satu unsur utama terjadinya kelamahan
dana desa diatur secara bertingkat dari dalam operasional desa terutama terkait
mulai Kementerian hingga Pemerintah dengan dana desa.
Kabupaten dan Kota. Pemerintah 4. Persepsi Ukuran Kemanfaatan Dana
mengatur mengenai teknis pengelolaan Desa
dana desa dan penentuan prioritas yang
Persepsi yang berbeda antara Pemerintah
berlaku secara nasional dan Pemerintah
dengan Masyarakat dan Aparat desa
Kabuparen dan Kota mengatur mengenai
tentang dana desa. Pemerintah
prioritas penggunaan dana desa pada
menganggap dana desa adalah uang
level kabupaten dan desa. Kebijakan-
negara yang penggunaannya harus diatur
kebijakan penentuan priroitas ini sedikit
secara kaku bahkan mengikuti program
banyak mengurangi kewenangan desa
dari Kementerian dan Pemerintah
dalam menentukan prioritas yang sesuai
Daerah jika perlu. Sedangkan bagi
dengan kebutuhan nyata masyarakat
masyarakat desa, dana desa adalah uang
desa. Selain itu, pemahaman pemerintah
desa yang dapat dimanfaatkan sesuai
desa, BPD maupun Kecamatan rata-
dengan kebutuhan mereka. Bahkan
rata masih lemah dalam memahami dan
banyak yang menganggap bahwa dana
mengoperasional kebijakan tentang
desa adalah milik pribadi kepala desa
dana desa.
dan perangkat desa, sehingga seringkali
2. Aspek Kapasitas terjadi kesalahan pengelolaan.
Kapasitas Pemerintah Desa,
C. Model Pemanfaatan Dana Desa
masyarakat desa, kecamatan maupun
yang Efektif
pendamping desa masih rendah dalam
mengimplementasi kebijakan dana desa Laporan penyerapan dana desa kurun
dan menuangkannya dalam kegiatan waktu 2015-2016 menunjukkan rata-

10 EFEKTIVITAS PEMANFAATAN DANA DESA


rata penyerapan dana desa adalah untuk Namun demikian, penerapan program
pembangunan infrastruktur desa, seperti proritas dari KDPDTT seperti embung dan
yang ditunjukkan dalam Gambar 1. sarana olah raga terkendala tersedianya
lahan yang digunakan. Di Desa Sindagkarya,
Tetapi apakah dengan pembangunan Pemerintah Desa membeli sebidang
infrastruktur tersebut berarti dana desa tanah yang digunakan sebagai lokasi
kemanfaatannya telah tepat sasaran pembangunan Embung Desa. Sedangkan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat di Desa Saninten, pembelian tanah sangat
desa? Hasil diskusi dan observasi terhadap sulit dilakukan karena masyarakat ingin
pemanfaatan dana desa di beberapa desa menyimpannya sebagai harta warisan untuk
di Kabupaten Pandeglang, menunjukkan keturunannya kelak. Tanah yang diperoleh
bahwa prioritas yang penggunaan dana untuk Kantor Desa di Desa Saninten berasal
desa adalah terutama diarahkan dalam dari hibah warga. Di desa-desa yang ada
rangka pelaksanaan program prioritas dari di Kabupaten Pandeglang, secara umum
KDPDTT dan juga prioritas dari Pemerintah tidak memiliki tanah bengkok. Kalaupun
Kabupaten terhadap desa. Setelah ada beberapa tetapi sudah dijual pada masa
dimasukannya program-program tersebut, lampau ke penduduk maupun perusahaan.
maka program yang hasil Musrembangdes
akan dimasukan, dan jika tidak dapat Swadaya masyarakat sebagai bentuk
dilakukan semua maka akan dilakukan pada partisipasi dalam membangun desa di Desa
tahun berikutnya. Saninten terlihat dalam pembentukan kantor

Gambar 1. Infografis Hasil Pemanfaatan Dana Desa Tahun 2016

Sumber: Kementerian Desa PDTT, 2017

Sumber: Kementerian Desa PDTT, 2017

POLICY PAPER • PKDOD LAN 11


desa. Sedangkan swadaya masyarakat desa bisa mengatasi masalah kelompok
di Desa Sindangkarya diwujudkan dalam sasaran. Secara sederhana, pertanyaan
bentuk pembangunan rumah ibadah dan yang diajukan untuk mengukur
gedung sekolah TK, SD, dan SMP. Pro dan efektivitas suatu program adalah seperti
kontra efektifitas pemanfaatan dana desa yang disampaikan Sproles (2001) yaitu
terus bermunculan. Diantaranya, dana desa “Apakah hal tersebut berhasil memenuhi
itu efektif diukur dari aspek apa? Apakah keinginan saya?” dengan demikian
efektif dari perspektif KDPDTT, Pemerintah Sproles (2001), menyebutkan yang
Kabupaten/Pemerintah Kota ataukah dimaksud dengan pengukuran efektifitas
efektif dari aspek masyarakat desa? Apakah adalah membandingkan antara standar
efektif dalam tataran kepatuhan terhadap dengan kemampuan solusi yang
kebijakan ataukah efektif dalam arti dibutuhkan dalam menyelesaikan
substansial sesuai kebutuhan masyarakat masalah yang ditunjuk.
desa? Hal ini bisa dilihat dari pendapat dan Sedangkan Dockery’s (1986)
indentifikasi kebutuhan infrastruktur desa, mendefinisikan pengukuran efektifitas
apakah infrastruktur-insfrastruktur yang sebagai kesepakatan mutual terkait
dibangun tersebut menjawab kebutuhan parameter permasalahan yang
masyarakat desa. Hal-hal inilah yang masih berada dalam urutan tertentu yang
menjadi pertanyaan diseputar efektivitas menggambarkan seperangkat sasaran
kemanfaatan dana desa. Dana desa untuk yang ingin dicapai. Sedangkan menurut
siapa? Mengukur efektivitas pemanfaatan Kristen Olszweski menyebutkan
dana desa diantaranya bisa diukur dari beberapa hal yang dapat digunakan
beberapa pendekatan misalnya: untuk melihat efektivitas program adalah
dengan melihat:
1. Pendekatan Sistem: Input - Proses - a. Memastikan bahwa program tersebut
Output - Outcome mempunyai tujuan yang jelas
Analisis terhadap input – proses – output b. Pastikan cara mengukur keberhasilan
– outcome adalah membandingkan atau kegagalan program dilihat dari
antara masukan atau sumber daya yang apa dan bagaimana konsekuensinya?
dikeluarkan untuk menyelesaikan suatu
Seperti halnya sistem input-proses-
permasalahan, dengan proses atau
output-proses, pendekatan efektivitas
pengelolaan dari sumber-sumber daya
ini juga Olszwenski juga menggunakan
tersebut dan membandingkan dengan
matrik untuk memudahkan analisis
keluaran yang dihasilkan serta dampak
efektivitas.
yang dihasilkan dengan dikeluarkan
sumber daya tersebut. 2. Pendekatan analisis biaya dan manfaat
Pendekatan ini merupakan pendekatan
Jika dalam hal ini, efektivitas kemanfaatan
ekonomis yang menghitung sejauhmana
dana desa, maka pertanyaan yang
biaya yang dikeluarkan menghasilkan
dapat diajukan disini adalah: Dana desa
manfaat yang diinginkan. Pendekatan
bermanfaat untuk siapa? Mengapa
ini menghasilkan opsi-opsi kebijakan
dana desa ini penting? Mengapa dana
yang dapat dijadikan pilihan, program

12 EFEKTIVITAS PEMANFAATAN DANA DESA


mana yang lebih manfaat dari biaya yang 1. Pendekatan hibrida
dikeluarkan Pendekatan hibrida merupakan paduan
antara pendekatan top-down dengan
Secara sederhana, efektivitas pemanfaatan pendekatan bottom-up. Pendekatan
dana desa dapat diartikan penggunaan Hibrida juga memperhatikan aspek
dana desa yang tepat sasaran, yang kemandirian desa (bottom-up)
mampu mengurangi atau menyelesaikan selain pendekatan top-down. Selain
itu, pemberian dana desa harus
permasalahan yang dihadapi masyarakat
memperhatikan tingkat kematangan
desa. Jadi jika pembangunan infrastruktur
desa (tidak disamaratakan). Jangan
tertentu yang menyerap dana desa
sampai dana desa yang diberikan kurang
belum tentu menjawab kebutuhan dan
mempertimbangkan kapasitas dari desa
permasalahan yang ada di desa. Agar dan supra desanya.
tepat sasaran, maka dana desa harus
disesuaikan dengan kebutuhan nyata desa. 2. Simplifikasi sistem administrasi dana
Musrembangdes, seringkali digunakan desa
hanya acara kumpul-kumpul warga Penyederhanaan sistem administrasi
tanpa ada keputusan substansial yang dana desa (pengajuan sampai dengan
dapat menjawab persoalan desa yang pertanggungjawaban). Hingga saat ini
secara umum desa-desa masih mengikuti
kemudian dituangkan dalam dokumen
administrasi keuangan yang diterapkan
pembangunan desa. Apakah ada desa-
oleh Pemerintah. Pemikiran untuk
desa yang menggunakan dana desa untuk
menyederhanakan sistem administrasi
pembangunan desa dan pemberdayaan
keuangan terkendala kebijakan. Belum
masyarakat desa, tetapi berbeda prioritas
ada kebijakan yang memayungi diskresi
dengan agenda yang ditetapkan Pemerintah untuk menyederhanakan sistem
Pusat melalui Kementerian terkait atau administrasi dana desa. Meskipun sistem
Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah administrasi keuangan desa saat ini
Kota, namun program desa tersebut justru sudah banyak dikeluhkan karena terlalu
mampu menjawab permasalahan dan birokratis dan rumit, namun hingga
kebutuhan desa, yang diantaranya ditandai saat ini belum ada alternatif yang dapat
dengan peningkatan kualitas hidup rakyat dijadikan pembanding bagi sistem yang
desa, perekonomian desa yang bergulir, ada saat ini. Dan dari aspek kebijakan
peningkatan akses pelayanan dasar pun belum ada yang memayungi wacana
yang berkualitas, peningkatan kapasitas tersebut. Sehingga aparat desa takut
masyarakat desa secara keseluruhan. jika berbuat kesalahan tidak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku saat ini
Model pemanfaatan dana desa yang efektif, akan menimbulkan dampak hukum bagi
paling tidak memenuhi beberapa indikator, mereka di kemudian hari.
yaitu:

POLICY PAPER • PKDOD LAN 13


3. Instrumen evaluasi dampak yang tepat keharusan dalam hal mengawasi dana
sasaran desa baik perencanaan, pemanfaatan
Instrumen evaluasi yang mengukur dan pertanggungjawabannya. Dengan
dampak dana desa lebih bersifat keterlibatan dan kepedulian masyarakat,
substansi dan mengukur dampak seperti sistem yang transparansi maka tata
mengurangi kemiskinan, menciptakan kelola desa yang baik akan dapat
lapangan kerja, meningkatkan kualitas diwujudkan.
hidup, dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Perlu dilakukan survei Model tersebut jika digambarkan adalah
kepada pengguna atau terkena manfaat sebagaimana tampak pada Bagan 1.
dana desa, apakah dana desa yang
ada di daerah mampu secara substansi
mengurangi kemiskinan, menciptakan
lapangan kerja, meningkatkan kualitas
hidup dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

4. Tata kelola yang baik


Tidak terjadi kebocoran dana desa dengan
menjamin adanya praktik transparansi,
kepedulian pengelolaan dana desa.
Keterlibatan masyarakat menjadi

Bagan 1. Model Pemanfaatan Dana Desa

14 EFEKTIVITAS PEMANFAATAN DANA DESA


D. Penutup Beberapa indikator yang dapat digunakan
dalam mengukur efekvitas kemanfaatan
Efektivitas kemanfaatan dana desa bukan adalah:
diukur dari berapa banyak dana desa yang
1. Pendekatan hibrida
diserap dan berapa banyak proyek yang
2. Simplifikasi sistem administrasi dana
dilakukan dalam rangka menjalankan
desa
prioritas Kementerian atau Pemerintah
3. Instrumen evaluasi dampak yang tepat
Kabupaten atau Kota. Penentuan prioritas
sasaran
penggunaan dana desa bersifat kontekstual.
4. Tata kelola yang baik
Kemanfaatan dana desa diukur dari
seberapa besar kegiatan yang dilakukan Inti dari efektivitas kemanfaatan dana
dalam menyerap dana desa itu sesuai desa adalah sejauhmana pengguna dana
dengan kebutuhan nyata masyarakat desa, desa dapat menjawab kebutuhan dan
yang dapat berdampak pada pengurangan menyelesaikan permasalahan di desa.
angka kemiskinan, peningkatan kualitas
hidup, terbukanya lapangan-lapangan kerja
baru.

Daftar Pustaka

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. 2017. Data Dana
Desa, Jakarta
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Sekjen. 2017. Mence-
gah Korupsi di Desa, Paparan Diskusi Media, Jakarta
LAN, PKDOD. 2017. Laporan Antara Piloting Desa Terintegrasi di Kabupaten Pandeglang,
Jakarta.
Olszewski, Kristen. Measuring Program Effectiveness, http://www.fernley.com/bestprac-
tices/measuring_program/program_effectiveness.asp.
Sproles, N. (2001), The Difficult Problem Of Establishing Measures Of Effectiveness For
Command And Control: A systems Engineering Perspective. Syst. Engin., 4: 145–
155. doi:10.1002/sys.1012.
Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa

POLICY PAPER • PKDOD LAN 15


Pusat Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah
adalah unit eselon II di Kedeputian bidang kajian
kebijakan, Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia yang memiliki tugas dan
fungsi melakukan kajian administrasi negara
khususnya kebijakan di bidang desentralisasi
dan otonomi daerah.

Pusat Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah


Kedeputian Bidang Kajian Kebijakan
Lembaga Administrasi Negara
Jalan Veteran No. 10, Gedung B Lantai 3
Jakarta Pusat 10110

Tel : 021-3455021
Faks : 021-3865102
Web : dkk.lan.go.id
Email : pkdod@lan.go.id
pkdod.lanri@gmail.com
Twitter : @PKDOD_LANRI
@DeputiKajianLAN
Facebook : @PKDODLANRI
@deputi1lanri

PUSAT KAJIAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

Anda mungkin juga menyukai