Dalam melakukan suatu penelitian apa yang terlebih dahulu kita dapatkan (ketahui)
ialah data yang akan kita teliti
BAB 1
Pendahuluan
Indonesia memasuki era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal setelah dikeluarkannya
Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah. Urusan pemerintah sebagian
dialihkan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Urusan pemerintah sebelum reformasi
sebagian besar ditangani oleh pemerintah pusat, maka setelah reformasi sebagian besar
urusan pemerintah tersebut dilimpahkan ke daerah. Pada saat dimulainya otonomi daerah
harapan yang muncul adalah pemerintah daerah semakin mandiri dalam pelaksanaan
kegiatan pemerintahan maupun melakukan pembangunan di daerah masing- masing, karena
setiap daerah diberi kebebasan untuk mengelola daerah masing-masing. Oleh karena itu
daerah juga diberi kebebasan dalam hal pengeloaan keuangan untuk mewujudkan good
governance.
Desa memiliki peran yang penting, khususnya dalam pelaksanaan tugas dibidang
pelayanan publik. Desentralisasi kewenangan yang lebih besar disertai dengan pembiayaan
dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna penguatan otonomi desa
menuju kemandirian desa. Dengan diterbitkannya Undang Undang No 6 tahun 2014
tentang desa, posisi pemerintahan desa menjadi semakin kuat. Kehadiran undang undang
tentang Desa tersebut disamping merupakan penguatan status desa sebagai pemerintahan
masyarakat, sekaligus juga sebagai basis untuk memajukan masyarakat dan
pemberdayaanmasyarakat desa. Desa menjadi garda terdepan dalam menggapai keberhasilan
dari segala urusan dan program dari Pemerintah.
ADD yang diberikan kepada desa dihitung berdasarkan jumlah penduduk yang berada di
desa, luas wilayah serta tingkat pendapatan desa. Dana yang digunakan untuk kegiatan
pemerintahan, pemberdayaan masyarakat serta kegiatan pembangunan. Berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 2015 Tentang Pembangunan Daerah
Tertinggal Dan Transmigrasi,Desa sebagai Daerah otonom memiliki kewajiban untuk
melaksanakan pembangunan.
Jumlah Alokasi Dana Desa di tiap desa ditentukan berdasarkan perhitungan ADD Minimal
dan ADD Proporsional yang telah ditetapkan oleh pihak Kabupaten bagian Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa. Jumlah ADD Minimal dihitung
berdasarkan asas merata, sehingga memiliki jumlah yang sama di setiap desa. sedangkan
jumlah ADD proporsional ditentukan berdasarkan indikator jumlah penduduk, angka
kemiskinan, luas wilayah, dan lain lain (BPMPD,2014)
Pola penyaluran Dana Desa berdasarkan PMK Nomor 247 Tahun 2015 ditentukan dalam 3
tahap yaitu 40%, 40% dan 20%. Nah untuk tahun anggaran 2016 mengacu pada pola baru
yang sudah ditetapkan oleh pemerintah melalui PMK Nomor 40/PMK.07/2016 dimana
penyaluran dana desa diatur menjadi hanya 2 tahapan saja yaitu 60% dan 40%.
Sesuai Permendes 21 tahun 2015, prioritas pertama penggunaan dana desa yaitu untuk
membangun infrastuktur antara lain jalan, irigasi, jembatan sederhana, dan talud. Bidang
kesehatan dan pendidikan juga perlu diprioritaskan, diantaranya Posyandu dan PAUD. Dalam
penggunaan Alokasi Dana Desa, memerlukan adanya perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan pertanggungjawaban terhadap penggunaannya. Perencanaan pembangunan
desa tidak terlepas dari perencanaan pembangunan dari kabupaten atau kota, sehingga
perencanaan yang dibuat tersebut bisa tetap selaras.
Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan menggunakan Alokasi Dana Desa dalam
melakukan peningkatan pembangunan infrastruktur, seperti pembangunan jaringan irigasi
untuk lahan pertanian dalam menunjang hasi pertanian dan membuat kelompok simpan
pinjam desa untuk keperluan masyarakat yang di kelola langsung oleh desa.
2. Berdasarkan latar belakang judul saya ialah Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana
Desa (Add) Di Desa Desa Kec. Batanag Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan
3. Identifikasi Masalah
Dana desa di kecamatan angkola selatan terindikasi korupsi
Tahun 2015 tidak dicairkan dana desa untuk tahap ke III seperti di desa Pasar
Lama, Sitampa Simatoras, dan Benteng Huraba.
4. Tidak ada hipotesis
5. Kerangka pemikiran
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 menyatakan bahwa salah satu sumber
pendapatan desa diperoleh dari bagian dana perimbangan pusat dan daerah yang diterima
Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10 % (sepuluh per seratus). Hal tersebut juga
tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 8 Tahun 2007 tentang
Keuangan Desa, yang menyebutkan bahwa sumber keuangan desa salah satunya berasal dari
bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten
untuk desa paling sedikit 10 %. Yang dimaksud dengan bagian dari dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah adalah terdiri dari dana bagi hasil pajak dan sumberdaya alam
ditambah dana alokasi umum setelah dikurangi belanja pegawai. Dana dari Kabupaten/Kota
diberikan langsung kepada Desa untuk dikelola oleh desa, dengan ketentuan 30 % (tigapuluh
perseratus) digunakan untuk biaya operasional pemerintah desa dan BPD dan 70 %
(tujuhpuluh perseratus) digunakan untuk kegiatan pemberdayaanmasyarakat.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari
APBN, Pasal 1, ayat 2 : Dana Desa adalah Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat. Selanjutnya dalam pasal 6 disebutkan bahwa Dana Desa tersebut
ditransfer melalui APBD kabupaten/kota untuk selanjutnya ditransfer ke APB Desa.
Kementerian Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mengeluarkan Peraturan Menteri
Desa Nomor 21 Tahun 2015 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa 2016. Peraturan ini
menjadi salah satu dasar hukum serta pedoman penggunaan dana yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Secara umum, prioritas penggunaan
Dana Desa 2016 tetap ditujukan pada dua bidang yakni pembangunan desa dan
pemberdayaan masyarakat desa
Tahap Perencanaan
Mekanisme perencanaan ADD dimulai dari Kepala Desa selaku penanggungjawab
ADD mengadakan musyawarah desa untuk membahas rencana penggunaan ADD,
yang dihadiri oleh unsur pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa, lembaga
kemasyarakatan desa dan tokoh masyarakat, hasil musyawarah tersebut dituangkan
dalam Rancangan Penggunaan Dana (RPD) yang merupakan salah satu bahan
penyusunanAPBDes.
Pelaksanaa dana desa
Tim Pelaksana Desa mempunyai tugas :1) Menyusun perencanaan penggunaan ADD
yang melibatkan BPD, LPMD dan lembaga kemasyarakatan lainnya guna membahas
masukan dan usulan tingkat desa untuk dituangkan dalam Rancangan Peraturan Desa
tentang APB Desa. 2) Memberi masukan dalam penyusunan rancangan Peraturan
Desa tentang APB Desa untuk mendapatkan persetujuan dari BPD yang selanjutnya
ditetapkan menjadi Peraturan Desa. Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa
yang sudah tersusun tersebut untuk dapat disosialisasikan kepada seluruh warga
masyarakat melalui rapat / pertemuan, pengumuman di tempat strategis untuk
mendapatkan tanggapan masyarakat. 3) Menyusun jadwal rencana pencairan dana dan
melakukan kegiatan administrasi keuangan serta pertanggungjawaban. 4) Melaporkan
perkembangan pelaksanaan kegiatan ADD secara periodik tiap bulan kepada tim
pendamping tingkat kecamatan (Form 2). 5) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
seluruh kegiatan yang dibiayai dari ADD.
Pengawasan Dana Desa
Pemerintah Pusat melakukan pemantauan dan evaluasi atas pengalokasian,
penyaluran, penggunaan, dan pelaporan Dana Desa
Pemantauan dilakukan terhadap
a. penerbitan peraturan bupati/walikota mengenai tata cara pembagian dan
penetapan besaran Dana Desa;
b. penyaluran Dana Desa dari RKUD ke RKD;
c. penyampaian laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi penggunaan Dana
Desa; dan
d. Sisa Dana Desa
Tahap Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban ADD terintegrasi dengan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBDes sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 8 Tahun 2007
tentang Keuangan Desa. Namun demikian Tim Pelaksana ADD wajib melaporkan
pelaksanaan ADD yang berupa Laporan Bulanan, yang mencakup perkembangan
peelakasanaan dan penyerapan dana, serta Laporan Kemajuan Fisik pada setiap tahapan
pencairan ADD yang merupakan gambaran kemajuan kegiatan fisik yang dilaksanakan
1. Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan
APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran.
2. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa, terdiri dari
pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
3. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa ditetapkan dengan
Peraturan Desa.
4. Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa
dilampiri:
o format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun
Anggaran berkenaan;
o format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran
berkenaan; dan
o format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke
desa.
7. Media informasi antara lain papan pengumuman, radio komunitas, dan media
informasi lainnya.
Akuntabilitas Pengelolaan
ADD