Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hutang merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari sebuah usaha,
baik perusahaan berskala besar seperti perusahaan multinasional maupun berskala
kecil seperti Usaha Kecil dan Menengah (UKM), hampir semua bentuk-bentuk
usaha memiliki akun utang dalam laporan keuangan mereka. Utang memiliki
kemampuan untuk meningkatkan kapasitas pendanaan sebuah perusahaan
sehingga mampu untuk memenuhi kebutuhan perusahaan tersebut.
Konsep kewajiban menyatakan bahwa walaupun kontrak telah ditanda
tangani, salah satu pihak tidak mempunyai kewajiban apapun sebelum pihak lain
memenuhi apa yang menjadi hak pihak lain. Jadi, konsep hak-kewajiban tak
bersyarat menyatakan secara teknis, konsep ini diartikan bahwa hak atau
kewajiban timbul bila salah satu pihak telah berbuat sesuatu. Kontrakkontrak
semacam ini dikenal dengan nama kontrak saling mengimbangi tak bersyarat atau
kontrak eksekutori. Hutang dapat dijadikan sebagai modal tambahan bagi pihak
perusahaan yang melakukan peminjaman.
Untuk perusahaan perseorangan, ekuitas sering disebut modal. Untuk
perseorangan, istilah ekuitas (ekuitas pemegang saham atau stockholders' equity)
lebih merefleksi kata yang ingin dikandungnya. Istilah modal sering digunakan
pula sebagai padan kata equity walaupun modal lebih dekat maknanya dengan
istilah capital. Ekuitas mengandung unsur kepemilikan (ownership), untuk
organisasi nonprofit ekuitas disebut dengan aset bersih (net assets) untuk
menghindari kesan adanya pemilikan. karena kensep kesatuan usaha yang
memisahkan antara manajemen dan pemilikan, informasi tentang akuitas
pemegang saham menjadi sangat penting karena hal tersebut menunjukan
hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham.
Dalam bab ini teori akuntansi akan membahas konsep kewajiban dan
ekuitas dalam praktik akuntansi. Praktik yang baik dan maju tidak akan dapat
dicapai tanpa suatu landasan teori yang baik. Karena itu praktik dan profesi harus
dikembangkan atas dasar penalaran.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hutang
1. Pengertian Hutang
Hutang menurut FASB didefinisikan sebagai pengorbanan manfaat ekonomi
masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas
untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa
mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu. Menurut IAI (1994), kewajiban
merupakan hutang masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hutang adalah
pengorbanan manfaat ekonomi masa mendatang yang timbul dari peristiwa masa
lalu dengan menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas.
Banyaknya hutang didasarkan pada pendekatan hutang kontraktual yaitu :
a. Constructive obligation, hutang yang tidak dinyatakan secara tertulis.
b. Equitable obligation, hutang yang tidak dikuatkan kontrak dan hanya
dikuatkan kewajiban moral atau kewajiban demi kewajaran dan keadilan.
c. Contingent liabilities, situasi yang mengandung ketidakpastian apakah
menimbulkan keuntungan atau kerugian bagi perusahaan
Peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian yang dicatat sebagai hutang
harus memenuhi syarat yaitu :
a. Kekayaan perusahaan telah digunakan atau telah dikorbankan
b. Kewajiban itu dapat diukur secara terpercaya
c. Deferred credit, sejenis hutang tetapi bukan dalam pengertian memberikan
pengorbanan dimasa yang akan datang.
2. Klasifikasi Hutang
Hutang memiliki 2 (dua) kelompok utama yaitu:
a. Hutang Lancar
Hutang lancar adalah kewajiban-kewajiban yang akan jatuh tempo dalam
satu tahun selama satu siklus kegiatan normal perusahaan. Adapun hutang yang

2
digolongkan sebagai hutang lancar adalah hutang yang akan dilunasi dalam
jangka waktu satu tahun atau satu siklus operasi perusahaan.
Hutang lancar mengandung unsur ketidakpastian karena melibatkan
pengorbanan di masa yang akan datang. Berdasarkan ketidakpastiannya, hutang
lancar dibedakan dalam 2 (dua) jenis yaitu hutang yang dapat dipastikan dan
hutang lancar yang tidak pasti atau bersyarat.
Adapun kelompok hutang lancar yaitu :
1. Hutang dagang, hutang yang berasal dari kegiatan utama perusahaan.
2. Hutang wesel, sering disebut wesel bayar (janji tertulis untuk membayarkan
sejumlah uang pada waktu tertentu)
3. Hutang bank, kewajiban jangka pendek atau panjang kepada bank atau
lembaga keuangan yang disebabkan oleh pinjaman yang diterima oleh
perusahaan.
4. Hutang gaji, bunga dan lain-lain
5. Hutang Dividen
b. Hutang Jangka Panjang
Hutang jangka panjang adalah hutang yang jatuh temponya lebih dari satu
tahun. Adapun yang termasuk hutang jangka panjang adalah :
1. Hutang obligasi, surat pernyataan hutang perusahaan yang mengeluarkan
obligasi itu.
2. Hutang wesel jangka panjang.
3. Hutang hipotek, pinjaman yang harus dibayar dengan harta tidak bergerak.
4. Hutang pensiun, perjanjian perusahaan kepada karyawan yang telah melewati
masa kerja.
5. Hutang sewa guna, kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan
untuk jangka waktu tertentu.

3
3. Karakteristik Hutang
a. Kewajiban Sekarang
Kewajiban sekarang memiliki arti bahwa kewajiban tersebut timbul karena
pada saat sekarang suatu entitas memiliki tanggung jawab yg tidak dapat dihindari
untuk menyerahkan barang/jasa. Kewajiban yang masih tergantung pada persitiwa
masa mendatang, tidak boleh diakui sebagai hutang kecuali ada suatu
kemungkinan yg cukup besar bahwa peristiwa tersebut akan terjadi.
Hutang sering disebut juga klaim/hak tertentu dari pihak lain terhadap
aktiva suatu perusahaan. Hal ini disebabkan suatu unit usaha dapat memiliki
aktiva/ jasa karena adanya pihak lain yang menyediakan dana untuk memperoleh
aktiva/ jasa tersebut. Oleh karena itu, jumlah aktiva yang ada pada neraca pada
dasarnya merupakan klaim pihak lain terhadap sumber ekonomi (aktiva), sehingga
entitas memiliki kewajiban untuk menyerahkan aktiva/jasa pada pihak lain
tersebut. Kewajiban tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 2 jenis, yaitu :
1. Kewajiban pada kreditor/hutang
2. Kewajiban pada pemilik (owner equity)
b. Hasil dari Transaksi atau Kejadian Masa Lalu
Syarat lain dari hutang adalah berasal dari transaksi masa lalu. Transaksi
tersebut menunjukkan transaksi yang benar-benar telah terjadi sehingga dapat
digunakan untuk memastikan bahwa hanya kewajiban sekarang yang harus dicatat
sebagai hutang dalam neraca.
Transaksi menunjukkan yang benar terjadi sehingga dapat digunakan untuk
memastikan bahwa hanya kewajiban sekarang yang harus dicatat sebagai hutang
dalam neraca. Masa lalu yang bagaimana yang menjadi syarat dipenuhi?
1. Saat terjadinya penyerahan barang
2. Executory contract, adalah kontrak yg belum dilaksanakan oleh kedua pihak,
maka kontrak ini tidak dapat dijadikan dasar untuk mengakui hutang

4
c. Kerugian Kontijensi
Kerugian kontijensi juga merupakan dampak adanya sebuah hutang. Usaha
untuk membuat perbedaan di antara hutang sekarang dan hutang di masa yang
akan datang bukanlah hal yang sederhana. Perbedaan ini terjadi disebabkan
adanya penilaian atas peristiwa masa lalu sehingga sulit untuk diinterpretasikan.
FASB mengatakan kerugian harus diakui jika hutang terjadi dan jumlahnya dapat
diestimasi secara kalkulus dan logis. Jika kedua ini tidak sesuai, maka ini disebut
dengan kerugian kontijensi. Hutang kontijen yang timbul tidak dilakukan
pencatatan karena tidak menghasilkan hutang.
Perusahaan juga harus mengakui hutang kepada karyawan atas
ketidakpastian yang terjadi di perusahaan seperti adanya cuti, sakit dan liburan
yang biayanya akan ditanggung oleh perusahaan.
d. Pensiun
Hutang pensiun merupakan salah satu contoh atas peristiwa masa lalu.
Dalam program pensiun, perusahaan berjanji untuk memberikan dana pensiun
bagi karyawan sebagai masa pengabdian bagi yang telah memasuki masa akhir
jabatan.

4. Penyebab Terjadinya Hutang


a. Keadaan Yang Dapat menimbulkan Hutang
Penyebab terjadinya hutang adalah atas dasar kewajiban yang sudah ada
pada saat itu dan harus merupakan hasil transaksi masa lalu. Transaksi tersebut
bisa merupakan transaksi keuangan atau non keuangan (kecelakaan yang
menimbulkan kewajiban untuk menggantikan suatu kerusakan)
Hutang dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu :
1. Contractual liabilities (kewajiban kontrak/legal), hutang yang timbul karena
adanya ketentuan formal berupa peraturan hukum untuk membeyar kas atau
menyerahkan barang/ jasa kepada entitas tertentu. Contoh: hutang dagang,
hutang bank.
2. Constructive liabilities (kewajiban konstruktif), terjadi karena kewajiban
tersebut sengaja diciptakan untuk tujuan/ kondisi tertentu, meskipun secara

5
formal tidak dilakukan melalui perjanjian tertulis untuk membayar sejumlah
tertentu di masa yang akan datang. Contoh: bonus yang akan diberikan
kepada karyawan
3. Kewajiban ekuitabel, hutang yang timbul karena adanya kebijakan yang
diambil oleh perusahaan karena alasan moral/etika dan perlakuannya diterima
oleh praktik secara umum. Contoh hutang garansi.
b. Unconditional Right Offset
Kewajiban yang berasal dari kontrak berjalan untuk memperoleh suatu
barang/jasa di masa mendatang dapat dikatakan sebagai suatu transaksi hutang
atau sebaliknya bukan hutang. Kewajiban tersebut merupakan suatu transaksi
keuangan yang berasal dari transaksi usaha dan menimbulkan kewajiban untuk
melakukan pembayaran di masa yang akan datang, apabila suatu barang/ jasa
telah diterima.
Hutang harus diakui di dalam laporan keuangan apabila telah memenuhi
kriteria-kriteria sebagai berikut :
1. Adanya kemungkinan bahwa pengorbanan potensi jasa/manfaat ekonomi
masa mendatang akan dilakukan atau akan terjadi.
2. Jumlah hutang dapat diukur dengan cukup pasti.

5. Pengukuran Hutang
Menurut APB, hutang dapat diukur didasarkan pada besaran jumlah nilai
yang terdapat dalam transaksi, kadang-kadang jumlah yang akan dibayar pada
waktu yang akan datang. Hutang jangka pendek biasanya diukur dengan nilai
pertukaran pada saat tersebut, sedangkan hutang jangka panjang diukur
berdasarkan nilai sekarang (present value) yang dihitung berdasarkan tingkat
bunga saat ini. Berikut merupakan penjelasan beberapa pengakuan atas
pengukuran hutang :
a. Wesel bayar dengan tingkat bunga dibawah tingkat bunga pasar, maksudnya
tingkat bunga harus didiskontokan dengan tujuan untuk menyesuaikan wesel
agar ekuivalen dengan tingkat bunga pasar.

6
b. Hutang obligasi, obligasi dicatat pertama kali berdasarkan nilai bersih dari
transaksi. Nilai bersih sama dengan nilai sekarang atas pembayaran bunga di
masa yang akan datang dan pengembalian pembayaran yang didiskontokan
pada tingkat bunga pasar. Sangat perlu untuk membentuk diskonto dan
premium bila bunga obligasi tidak sama dengan tingkat bunga pasar.
c. Obligasi konversi, merupakan obligasi yang boleh ditukar dengan saham
biasa dan mempunyai tingkat bunga yang lebih rendah dari obligasi biasa.
Untuk membukukan obligasi ini diperlakukan sebagai hutang sampai dengan
terjadinya konversi atau menyisihkan sejumlah hutang sebagai harga
pembayaran dan jumlah ini ditambahkan pada modal sumbangan (saham).
d. Hutang dengan warran saham, maksudnya warran saham mengizinkan
pemegangnya untuk memiliki ekuitas dan hutang.
e. Redeemable preferred stock, dengan cara menebus kembali saham-saham
preferen sehingga hutang berubah menjadi ekuitas pemilik.
f. Sekuritisasi, yaitu proses penjualan aset piutang dari kreditor awal kepada
pihak lain (investor), sehingga kreditor awal menerima dana segar dari
penjualan piutang, dan investor akan menerima bunga dengan memegang
investasi yang berasal dari proses investasi tersebut.
6. Penyelesaian Hutang
Penyelesaian hutang (kewajiban) masa kini biasanya melibatkan perusahaan
untuk mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa depan demi untuk
memenuhi klaim/tuntutan/hak pihak lain. Penyelesaian hutang dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu :
a. Pembayaran kas
b. Penyerahan atas aktiva
c. Pemberian jasa
d. Penggantian kewajiban dengan kewajiban lainnya
e. Konversi kewajiban menjadi ekuitas
1) In-Substance Defeseance, adalah suatu rencana perjanjian dimana seorang
debitur menempatkan sejumlah tertentu harta moneter secukupnya yang

7
bebas resiko pada kuasa badan perwakilan (trust) tertentu untuk digunakan
sebagai pembayaran hutang di masa mendatang.
2) Kredit tangguhan (Deferred credit), kredit tersebut apabila sesuai degan
definisi hutang pada akuntansi berterima umum. Contoh: Deferred Taxes
alokasi pajak, Deferred Pension Cost
3) Hutang & Rugi Kontijensi (Contingent Loss / liabilities), adalah suatu kondisi
atau situasi yang menimbulkan ketidakpastian akan timbulnya kemungkinan
hutang/rugi suatu perusahaan, dimana timbulnya kemungkinan tersebut
tergantung pada terjadi/tidaknya satu peristiwa atau lebih di masa mendatang.
B. Konsep Ekuitas
1. Pengertian Ekuitas
Menurut FASB (Finally Accounting Standart Board), ekuitas adalah hak
sisa terhadap aktiva suatu entitas setelah dikurangi hutang. Ekuitas pemilik
adalah hak para pemegang saham atas suatu aktiva yang tersisa dalam proses
siklus perusahaan. FASB menjelaskan bahwa ekuitas adalah tingkat residual
aktiva dari suatu entitas yang tersisa setelah pengurangan hutang-hutang, pada
perusahaan bisnis ekuitas adalah tingkat kepemilikan. Berdasarkan defenisi
tersebut ada 2 (dua) karakteristik dari ekuitas yaitu :
a. Ekuitas sama dengan aktiva netto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan
dengan hutang perusahaan.
b. Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau penurunan
aktiva netto baik yang berasal dari sumber bukan pemilik (pendapatan dan
biaya) maupun investasi oleh pemilik atau distribusi kepada pemilik.
2. Pengakuan dan Pengukuran Ekuitas Pemilik
Transaksi ekuitas pemilik dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
a. Transaksi modal, menyangkut transaksi langsung dari pemilik terhadap
perusahaan.
b. Transaksi yang berkaitan dengan penghasilan, yaitu transaksi yang
menyajikan laba rugi dan penyesuaian laba tahun sebelumnya.
Prinsip umum dari pengukuran untuk transaksi modal sama seperti untuk
aktiva dan kewajiban yaitu nilai pasar pada saat terjadi transaksi.

8
3. Saham Teasury
Perusahaan membeli kembali saham teasury dikarenakan :
a. Keinginan untuk meningkatkan proporsi pemilikan saham.
b. Untuk menyediakan opsi saham bagi karyawan.
c. Untuk menghindari usaha pengambil alihan atau mengurangi jumlah
pemegang saham.
d. Membentuk harga pasar saham bagi perusahaan.
4. Deviden Saham
Menurut APB 43, ada 2 kebijakan akuntansi untuk deviden saham, yaitu :
a. Deviden saham besar (lebih dari 25%) dan dicatat dengan reklasifikasi laba
ditahan ke modal kontribusi berdasarkan nilai nominal saham yang
diterbitkan. Modal kontribusi adalah total jumlah yang disetor ke modal
saham.
b. Deviden saham kecil (kurang dari 25%), reklasifikasi laba ditahan ke dalam
modal kontribusi didasarkan atas harga pasar saham dan nilai deviden
berdasarkan atas nilai pasar saham sebelum pembagian deviden.

9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab terakhir sebagai penutup dari makalah ini, maka tim penyusun
akan mencoba memberi kesimpulan dan mencoba memberikan saran yang
berguna bagi tim penyusun dan pembaca.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat ditarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa mendatang yang timbul


dari peristiwa masa lalu dengan menyerahkan aktiva atau memberikan jasa
kepada entitas.
2. Hutang memiliki 2 (dua) kelompok utama yaitu: hutang lancar dan hutang

jangka panjang.

3. Karakteristik hutang terdiri dari : kewajiban sekarang, hasil dari transaksi atau

kejadian masa lalu, kerugian kontijensi, pensiun.

4. Hutang dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu :


a. Contractual liabilities (kewajiban kontrak/legal)

b. Constructive liabilities (kewajiban konstruktif)

c. Kewajiban ekuitabel

5. Pengakuan atas pengukuran hutang terdiri dari : wesel bayar dengan tingkat

bunga dibawah tingkat bunga pasar, hutang obligasi, obligasi dicatat pertama

kali berdasarkan nilai bersih dari transaksi. obligasi konversi, hutang dengan

warran saham, redeemable preferred stock, dan sekuritisasi,

6. Penyelesaian hutang dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :

pembayaran kas, penyerahan atas aktiva, pemberian jasa penggantian

10
kewajiban dengan kewajiban lainnya, dan konversi kewajiban menjadi

ekuitas.

7. Ekuitas adalah hak sisa terhadap aktiva suatu entitas setelah dikurangi hutang.

8. Konsep ekuitas terdiri dari : pengakuan dan pengukuran ekuitas pemilik,


saham teasury, deviden saham.
B. Saran
1. Sebaiknya perusahaan dalam melakukan peminjaman modal kepada pihak
lain harus mempertimbangkan manfaat ekonomi yang akan diperoleh di masa
datang dari hasil peminjaman tersebut.
2. Sebaiknya perusahaan harus dapat membandingkan total aset dengan total
hutang sebelum melakukan peminjaman. Dalam arti apakah aset yang
dimiliki perusahaan mampu untuk menutupi seluruh hutang.

11
DAFTAR PUSTAKA
Ikhsan, Arfan, dkk. 2015. Teori Akuntansi. Cetakan Pertama. Bandung :
Citapustaka Media.
http://kumpulanmakalah23.blogspot.co.id/2011/11/makalah-akuntansiekuitas.html
http://nur-indrawan.blogspot.co.id/2013/04/makalah-konsep-kewajiban_7.html
Www. academia.edu.100187831-konsep-hutang-ekuitas-Brezy Baihaqy.

12

Anda mungkin juga menyukai