A. KONSEP PENGUNGKAPAN
Terdapat beberapa pengertian tentang pengungkapan menurut para ahli antara lain :
a. Menurut Evans (2003). Dia menyatakan bahwa pengertian dari pengungkapan
adalah Penyediaan informasi dalam statemen keuangan termasuk statemen keuangan
itu sendiri, catatan atas statemen keuangan, dan pengungkapan tambahan yang
berkaitan dengan statemen keuangan. Pengertian pengukapan oleh Evans ini terbatas
hanya pada hal-hal yang menyangkut pelaporan keuangan, pernyataan manajemen
atau informasi di luar ingkup pelaporan keuangan tidak termasuk.
b. Wolk, Tearney, dan Dodd menyatakan bahwa pengungkapan berkaitan dengan
informasi baik dalam statemen keuangan maupun komunikasi tambahan termasuk
catatan kaki, peristiwa-peristiwa setelah tanggal statemen, diskusi dan analisis
manajemen, prakiraan keuangan dan operasi, dan statemen keuangan tambahan yang
meliputi pengungkapan segmental dan informasi pelengkap lebih dari kos historis
(Suwardjono 2005).
Pengungkapan Sukarela
a. Lapis pertama, pos-pos yang memenuhi criteria pengakuan yang sama dengan model
yang sekarang berlaku.
b. Lapis kedua, pos-pos yang memenuhi criteria pengakuan tetapi bermasalah dalam
hal reliabilitas pengukuran seperti nilai merek dagang.
c. Lapis ketiga, pos-pos yang tidak begitu memenuhi kriteria reliabilitas dan definisi
seperti misalnya kepuasan konsumen.
d. Lapis keempat, pos-pos yang memenuhi kriteria pengukuran, keterandalan, dan
keberpautan tetapi tidak memenuhi definisi elemen seperti angka sensitivitas-risiko.
e. Lapis kelima, pos-pos yang tidak memenuhi definisi elemen dan juga tidak dapat
diukur secara terandalkan seperti kapital intelektual karyawan.
Metode Pengungkapan
Metode pengungkapan berkaitan dengan masalah bagaimana secara teknis informasi
disajkan kepada pemakai dalam satu perangkat statemen keuangan beserta informasi lain
yang berpaut. Motode ini biasanya ditentkan secara spesifik dalam standar akuntansi atau
peraturan lain.
Informasi dapat disajikan dalam pelaporan keuangan sebagai antara lain pos statemen
keuangan, catatan kaki (catatan atas statemen keuangan), penggunaan istilah teknis
(terminologi), penjelasan dalam kurung, lampiran, penjelasan auditor dalam laporan
auditor, dan komunikasi manajemen dalam bentuk surat atau pernyataan resmi.
1. Analisis tentang perubahan hasil operasi terutama laba atau rigi, laba kotor penjualan,
dan biaya administrasi.
2. Analisa tentang likuiditas, sumber pendanaan, penggunaan pinjaman, serta analisis
investasi.
3. Harapan manajemen masa dating tentang konsisi politik, sosial, dan ekonomi dan hal-
hal yang mungkin terjadi akibat ketidakpastian kondisi sekarang.
4. Tanggapan dan harapan manajemen kejadian atau perubahan nonfinansial yang
memengaruhi operasi manajemen.
5. Rencana-rencana perubahan kejadian penting di masa datang.
6. Rencana pengeluaran capital serta riset dan pengembangan.
7. Analisis laporan keuangan yang diwujudkan dalam bentuk rasio dan tren beserta
Sementara pengukapan oleh auditor pada umumnya berkaitan dengan hal-hal berikut:
B. SARANA INTERPRETIF
Pengungkapan dapat dikatakan sebagai sarana interpretif dalam tataran praktis untuk
menambah kebermanfaatan dan keberpautan informasi akuntansi yang disajikan melalui
media statemen keuangan. Sarana interpretif dalam tataran praktis mengandung pengertian
bahwa butir-butir pengungkapan telah diakui sesuai dengan standar akuntansi yang
mengaturnya sehingga sesuai dengan tujuan pelaporan keuangan itu sendiri.
Dalam tataran praktis, terdapat suatu rerangka atau struktur akuntansi pokok atau pelaporan
keuangan pokok yang membatasi pengungkapan sesuai dengan tujuan pelaporan keuangan.
Tanpa rerangka pokok tersebut akan banyak hal yang akan dituntut untuk diungkapkan,
dilampirkan, atau dimasukkan dalam pelaporan keuangan. Rerangka pokok juga diperlukan
untuk membatasi tanggungjawab auditor dalam menetapkan kewajaran statemen keuangan.
Pelaporan keuangan pokok itu sendiri diartikan sebagai pelaporan yang langsung ditentukan
oleh standar akuntansi atas dsar pertimbangan keterandalan dan keberpautan (Suwardjono
2005).
Hal yang menjadi permasalahan adalah, perlukah kos direvisi terus secara periodik? Karena
suatu persepsi selalu berubah dengan berjalannya waktu. Terdapat pro dan kontra terhadap
permasalahan ini. Argumen yang mendukung hal tersebut menyatakan bahwa keberpautan
keputusan sebagai salah satu kualitas informasi baik untuk kepentingan manajemen maupun
pihak luar. Untuk kepentingan manajemen, perhitungan laba tiap perioda hendaknya
mencerminkan dengan jelas perubahan ekonomik penting termasuk rugi dan untung yang
belum terealisasi yang terjadi akibat penurunan dan kenaikan nilai faktor-faktor jasa yang
masih belum digunakan. Untuk kepentingan pihak luar, angka laba yang dihasilkan akan
mendekati laba ekonomik, sehingga neraca akan menunjukkan nilai perusahaan pada saat itu
(Suwardjono 2005).
Argumen yang menyanggah revisi terhadap kos, diantaranya adalah Paton dan Littleton
(1970) yang menyatakan bahwa adanya perubahan nilai tidak berarti bahwa rerangka
akuntansi pokok berbasis kos tidak lagi bermanfaat sehingga harus diganti. Tujuan utama
akuntansi adalah pengukuran laba periodik dengan menggunakan proses menandingkan kos
dan pendapatan secara sistematik.
Dalam beberapa hal khusus, penilain kembali fasilitas fisis yang berakibat revisi terhadap kos
tercatat tidak dapat dihindari. Beberpa hal khusus yang menghendaki penilaian kembali
adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan akan dibeli sehingga terjadi penggantian hak milik atau perubahan entitas
yang menghendaki pencatatan aset pada nilai perusahaan baru berdiri
2. Kuasi reorganisasi untuk penyerapan deficit
3. Penggadaian aset yang menghendaki penilaian untuk menentukan nilai gadai
4. Peraturan pemerintah yang mengharuskan revaluasi
5. Terjadinya musibah yang menghendaki penilaian untuk menentukan jumlah ganti
rugi/asuransi
6. Penilaian aset untuk keperluan penentuan nilai asuransi aset
7. Penentuan nilai aset untuk keperluan pajak.
Terdapat juga pro dan kontra terhadap revisi kos fasilitas fisik ini. alasan yang dikemukan
oleh pihak yang mendukung revisi adalah adanya distorsi informasi ekonomik dan distorsi
dana penggantian. Distorsi informasi ekonomik adalah kos tercatat menghasilkan biaya yang
tidak efektif/tidak bermanfaat secara ekonomik sehingga mendistorsi daya melaba yang
sesungguhnya. Sementara itu, yang dimaksud dengan distorsi dana penggantian adalah
kondisi tingkat harga-harga barang menurun akuntansi depresiasi atas dasar kos historis
cenderung menghasilkan akumulasi dana yang berlebihan untuk tujuan penggantian.
Disisi lain, alasan-alsan yang dikemukan oleh pihak yang menyanggah revisi adalah prosedur
tidak praktis, penilaian tidak terandalkan, depresiasi bukan akumulasi dana, dan revisi
dimungkinkan sebagai pelengkap dan pencatatan dilakukan dengan akun kontra atau
penambah.
Berkaitan dengan revisi kos fasiitas fisis adaah pengurangan atau penghapusan sebagian kos
atau nilai buku karena alasan teknis atau ekonomik tertentu dan bukan semata-mata karena
penurunan harga ata devaluasi. Pengurangan dapat dilakukan kalau suatu kondisi
menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan asset untuk mendatangkan laba atau kas di
masa datang.
Kalau fasilitas fisis tertentu tidak digunakan karena alasan musim atau lainnya maka
pengangguran sementara fasilitas tersebut tidak dapat dijadikan alasan untuk melakukan
pengurangan besar kos aset. Demikian juga halnya dengan pengurangan intensitas
penggunaan sama sekali tidak dapat dijadikan alasan untuk pengurangan kos menjadi rugi.