Disusun oleh :
Kelompok 2
F1 Akuntansi
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WARMADEWA
2022
BAB I
PEMBAHASAN
1.1. Pendahuluan
PPh pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain, dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi
subjek pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang
Pajak Penghasilan.
Berikut merupakan dasar hukum pengenaan PPh Pasal 21 yang mulai berlaku tahun
2009:
1. UU No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas UU No. 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP).
2. UU No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU No. 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan (PPh).
3. PMK No. 250/PMK.03/2008 tentang Besarnya Biaya Jabatan atau Biaya Pensiun
yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto Pegawai Tetap atau Pensiun.
Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sesuai Per-Dirjen Pajak No. PER-
31/PJ./2012 meliputi:
Subjek Pajak yang dipotong PPh Pasal 21 atau Pasal 26, atau disebut Subjek
Pemotongan adalah orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa atau kegiatan.
Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sesuai
Per-Dirjen Pajak No. PER-31/PJ./2012 adalah orang pribadi yang merupakan:
1. Pegawai
2. Penerima uang pesangon pension atau uang manfaat pension, tunjangan hari tua,
atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.
3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan jasa.
4. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai
pegawai tetap pada perusahaan yang sama.
5. Mantan pegawai
6. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan.
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah sebagai
berikut:
1. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sesuai Per-
Dirjen Pajak No. PER-31/PJ./2012
2. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 termasuk pula
penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama dan
dalam bentuk apa pun yang diberikan oleh:
3. Dalam hal penghasilan diterima atau diperoleh dalam mata uang asing
penghitungan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 didasarkan pada nilai tukar
(Kurs) yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku pada saat
pembayaran penghasilan tersebut atau pada saat dibebankan sebagai biaya.
4. Penghitungan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 atas penghasilan berupa
penerimaan dalam bentuk antara dan/atau kenikmatan lainnya didasarkan pada
harga pasar atas barang yang diberikan atau nilai wajar atas pemberian natura
dan/atau kenikmatan yang diberikan.
1.5. Non Objek PPh Pasal 21/26
Yang tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21
sesuai Per-Dirjen pajak No. PER-31/PJ./2012 adalah:
3. Iuran pension yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, dan iuran jaminan hari tua kepada badan
penyelenggara jamsostek yang dibayar yang dibayar oleh pemberi kerja.
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah; atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia
yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaaan yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.
5. Beasiswa.
1. Pegawai Tetap
Untuk meyakinkan bahwa atas seluruh objek PPh Pasal 21 telah dipotong
pajaknya, perlu dilakukan rekonsiliasi antara data laporan keuangan, baik yang berasal
dari akun neraca maupun akun biaya. Rekonsiliasi ini sangat berguna dalam rangka
pelaksanaan pengendaian dan pembuktian bahwa seluruh objek pajak ketika diperiksa
oleh petugas pajak nantinya.