Anda di halaman 1dari 21

Tax Planning

PPh Pasal 21/ 26


ANGGOTA KELOMPOK

2113013 Ricky Alexander Wijaya

2113076 Hieronimus Stephen


Universitas Atma Jaya Makassar
Pembahasan
Tata Cara Penghitungan PPh Pasal
Pendahuluan
21

Pemotong PPh pasal 21 Rekonsiliasi Objek PPh Pasal 21

Subjek Pemotongan PPh Pasal 21/ Taxability dan Deductibility Objek


26 PPh Pasal 21
Terapan Tax Planning terkait
Objek PPh Pasal 21
dengan PPh Pasal 21
Alur Perencanaan Pajak PPh Pasal
Non Objek PPh Pasal 21
21
Kebijakan/metode pemotongan Strategi Perencanaan Pajak untuk
PPh Pasal 21 mengefisienkan beban pajak
Pendahuluan
PPh 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain, dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 UU PPh. Bila penerima penghasilan tersebut
adalah WPOP sebagai Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN), maka akan
dikenai PPh Pasal 21, sedangkan bila penerima penghasilan adalah
orang pribadi dengan status sebagai Subjek Pajak Luar Negeri(SPLN)
selain Bentuk Usaha Tetap akan dikenai PPh Pasal 26.
4.Orang pribadi yang
1. Pemberi kerja
melakukan kegiatan atau
pekerjaan bebas

Pemotong PPh Pasal 2.Bendahara atau


pemegang kas
pemerintah
5. Penyelenggara kegiatan

21

3. Dana pensiun
4.Anggota dewan
komisaris atau dewan
pengawas yang tidak
1.Pengawai
merangkap sebagai
pegawai tetap pada
perusahaan yang sama

Subjek Pemotongan 2.Penerima uang

PPh Pasal 21/ 26 pesangan pensiun,


jaminan dan tunjangan 5.Mantan pegawai
hari tua, termasuk ahli
Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan warisnya
atau PPh 26 sesuai Per-DirjenPajak No. PER-31/PJ./2012
adalah orang pribadi yang merupakan
6.Pesertakegiatan yang
menerima/ memperoleh
3.Bukan pegawai penghasilan sehubungan
dengan keikutsertaannya
dalam suatu kegiatan
OBJEK PPH PASAL 21

1. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan atau 2. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh
PPh Pasal 26 sesuai Per-Dirjen Pajak No. PER- Pasal 26 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk pula
31/PJ./2012 penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya
dengan nama dan dalam bentuk apapun

3. Dalam hal penghasilan sebagaimana dimaksud 3. Penghasilan berupa penerimaan dalam bentuk
dalam Pasal 5 ayat (1) diterima atau diperoleh dalam natura dan/atau kenikmatan lainnya didasarkan pada
mata uang asing, penghitungan PPh Pasal 21 dan/atau harga pasar atas barang yang diberikan atau nilai
PPh Pasal 26 didasarkan pada nilai tukar (kurs) yang wajarnya.
ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku pada
saat pembayaran penghasilan tersebut atau pada saat
dibebankan sebagai biaya.
Non-Objek Pajak
1. Pembayaran manfaat
2. Penerimaan Natura/ kenikmatan (benefit of kind)
3. Iuran pensiun
4. Zakat
5. Beasiswa
6. Kenikmatan yang ditanggung oleh pemberi kerja
3. PPh Pasal 21 ditanggung
1.PPh Pasal 21 ditanggung 2.. PPh Pasal 21 ditanggung perusahaan dengan cara
oleh karyawan (potong gaji) perusahaan (ditanggung) memberikan tunjangan pajak
(ditunjang)
Tata Cara Penghitungan
PPh Pasal 21
Dasar Pengenaan Pajak Pengurangan yang Diperbolehkan:
Pegawai Tetap Biaya Jabatan
PKP = Penghasilan Bruto – Biaya Jabatan – PTKP UU No. 36 Tahun 2008, ditetapkan sebesar
Penerima Pensiun Berkala 5% dari penghasilan bruto, dan setinggi-
PKP = Penghasilan Bruto – Biaya Pensiun – PTKP tingginya Rp 6.000.000 setahun atau Rp
Pegawai Tidak Tetap 500.000 sebulan
PKP = Penghasilan Bruto - PTKP Biaya Pensiun
Bukan Pegawai UU No. 36 Tahun 2008 ditetapkan sebesar
PKP = Tarif pajak x 50% x Penghasilan bruto 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya
Rp 2.400.000 setahun dan Rp 200.000
Penghasilan yang diterima oleh orang pribadi WP Luar sebulan
negeri
Dikenai PPh pasal 26 dengan tarif 20% x penghasilan bruto,
kecuali bila ada tax treaty dari negara yang bersangkutan,
maka tarif berdasarkan tax treaty itulah yang jadi pedoman.
Tata Cara Penghitungan PPh
Pasal 21 (lanjutan...)
Pengurangan yang Diperbolehkan:
Iuran yang terkait dengan gaji
Pengurangan penghasilan bruto berupa iuran pensiun dan iuran JHT yang ditanggung atau dibayar
sendiri oleh karyawan biasanya hanya diperuntukkan bagi pegawai tetap, dengan ketentuan:
-iuran pensiun yang terikat gaji dan dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menkeu.
-iuran THT kepada badan penyelenggara Taspen dan Jamsostek
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) dalam perhitungan PPh 21 merupakan Batasan penghasilan yang
tidak dikenai pajak bagi orang pribadi yang berstatus sebagai pegawai, baik pegawai tetap, termasuk
pensiunan, pengawai tidak tetap, pemagang, dan calon pegawai, termasuk juga pegawai harian lepas,
dan distributor multi level marketing atau direct selling maupun kegiatan sejenisnya, dengan
ketentuan yang berbeda-beda
Rekonsiliasi Bank
Untuk meyakinkan bahwa atas seluruh objek pajak PPh Pasal 21 telah
dipotong pajaknya, perlu dilakukan rekonsiliasi antara data laporan
keuangan. Baik yang berasal dari akun neraca maupun akun biaya. Jika
perhitungan PPh pasal 21 dilakukan oleh sebagian SDM, maka rekonsiliasi
juga harus dilakukan untuk data SDM dengan data yang ada di bagian
akuntansi/keuangan. Rekonsiliasi ini sangat berguna dalam rangka
pelaksanaan pengendalian dan pembuktian bahwa seluruh objek PPh
Pasal 21 telah dipotong PPh-nya. Hal semacam ini akan memudahkan
wajib pajak Ketika diperiksa oleh petugas pajak nantinya
Taxability dan Deductibility Objek PPh Pasal 21
Prinsip Taxability dan Deductibility Mengenai
Imbalan (Natura/ Uang)
Prinsip Taxabilty Deductibility adalah prinsip yang
menjelaskan tentang pos-pos yang dapat/ tidak
Perlakuan dapat dikenai pajak penghasilan (objek pajak dan
Jenis Perlakuan
Biaya Bagi bukan objek pajak penghasilan) dan pos-pos dapat/
Imbalan PPh Pasal 21
Perusahaan/ tidak dapat dibiayakan (pengurang penghasilan
Bagi Penerima
Pemberi Kerja
bruto), yang mekanismenya: jika pada pihak pemberi
kerja pemberian imbalan/penghasilan dapat
Imbalan dibiayakan (pengurang penghasilan bruto), maka
dalam bentuk pada pihak karyawan merupakan penghasilan yang
Deductible Taxable
uang dikenakan pajak. Sebaliknya jika pada pihak
karyawan pemberian imbalan/penghasilan tersebut
bukan merupakan penghasilan, maka pada pihak
Imbalan pemberi kerja tidak dapat dibiayakan (bukan
Non Non pengurang penghasilan bruto).
dalam bentuk
Deductible Taxable
natura
Terapan Tax 1 Klausul Pajak Dalam Perjanjian/Kontrak Kerja

Planning
Terkait 2 Pajak Ditanggung pemberi kerja atau Tunjangan Pajak secara Gross-Up

dengan PPh 3 Pemberian Uang Saku Secara Lump-Sum atau Reimbusement

Pasal 21
4 Pemberian Tunjangan Makan atau Menyiapkan Makan Bersama?

5 Memberikan Tunjangan Kesehatan atau Fasilitas Pengobatan ?

6 Meminimalkan Tarif Pajak (PPh Pasa 21)


Alur Perencanaan Pajak PPh Pasal 21
Upaya penghematan beban pajak yang dilakukan perusahaan harus tetap
memperhatikan peraturan perpajakan (asas legalitas). Perencanaan pajak dimulai
dengan menganalisis dan memastikan metode penghitungan pajak penghasilan pasal
21 yang lebih efisien serta memperhatikan mekanisme taxability-deductibilty.
Perlu dijelaskan di sini, bahwa manajemen tidak bertujuan untuk mengurangi
kewajiban pajak yang sebenarnya terutang, tetapi hanya mengatur pajak yang
dibayar tidak melebihi dari jumlah pajak yang seharusnya dibayar sehingga efisien
bagi wajib pajak tanpa melanggar ketentuan. Adanya manajemen dan perencanaan
pajak dalam perusahaan akan membantu wajib pajak dalam mengelola kewajibannya
sehingga terhindar dari sanksi-sanksi yang timbul akibat adanya pelanggaran, serta
merupakan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk mencapai efisiensi
pembebanan perusahaan.
Strategi Perencanaan
Pajak Untuk
Mengeluarkan Beban
Pajak
Net Method Gross Method
Menyusun perencanaan pajak sesuai dengan
kondisi perusahaan dimulai dengan strategi
mengefisensikan beban pajak ( penghematan
pajak ). Selain itu apa yang dilakukan
perusahaan harus bersifat legal ( tax
avoidance) supaya terhindar dari sanksi
pajak dikemudian hari

Gross-up method
Contoh Soal
Tuan Amir, pegawai tetap PT DEx sejak tahun
2005, status K/1, tahun 2008 menerima
penghitungan pajak PPh 21 sebagai berikut:
Contoh Soal
Tahap 2
Setelah diketahui tunjangan pajak dengan rumus
gross up, lalu dimasukkan unsur tunjangan pajak
sebagai unsur penghasilan wajib pajak.
Perhitungan ini memperlihatkan bahwa jumlah PPh
harus sama dengan tunjangan pajak. Bila sama,
maka PPh tersebut dapat dibiayakan (deductible)
Perhitungan PPh Pasal 21 dengan metode gross up yang sesuai UU PPh No.36 Tahun 2008, harus dilakukan dengan 2 tahap
tuan amir, pegawai tetap PT Dex sejak tahun 2005, Status K/1 tahun 2008 menerima perhitungan pajak PPh Pasal 21 sebagai berikut :
Thank
you

Anda mungkin juga menyukai