Pengantar
Dalam menghitung PPh 21, cara perhitungan PPh 21 bagi pegawai tetap dan pegawai tidak
tetap dibedakan. Perbedaan tersebut terutama pada pengurang yang diperbolehkan. Bagi
pegawai tetap, terdapat pengurang yang diperbolehkan berupa biaya jabatan, yang besarnya
5% dari penghasilan bruto, dengan batas maksimum Rp 108.000/bulan (sebelum tahun 2009)
atau Rp 500.000/bulan (mulai Jan 2009). Sementara, bagi pegawai tidak tetap, tidak diberikan
pengurang berupa biaya jabatan tersebut.
Meskipun besarnya biaya jabatan tersebut masih relative kecil pengaruhnya terhadap total
PPh terutang, selama ini saya sering menemukan banyak perbedaan pendapat mengenai
definisi pegawai tetap dalam pajak dan dikaitkan dengan UU ketenagakerjaan.
Dalam dunia ketenagakerjaan, juga dikenal adanya pegawai tetap dan pegawai tidak tetap
(pegawai kontrak). Pegawai tetap (permanent employee) yang dimaksud dalam
ketenagakerjaan pada umumnya didefinisikan sebagai pekerja yang memiliki perjanjian kerja
dengan pengusaha untuk jangka waktu tidak tertentu (permanent). Sedangkan pegawai tidak
tetap (pegawai kontrak) secara umum didefinisikan sebagai pekerja yang memiliki perjanjian
kerja dengan pengusaha terbatas untuk jangka waktu tertentu atau berdasarkan selesainya
suatu pekerjaan tertentu, yang biasanya dikenal dengan istilah PKWT. Dalam praktek, banyak
perusahaan yang menerapkan system kontrak jangka waktu tertentu, sebelum kemudian
karyayan tersebut diangkat menjadi karyawan tetap perusahaan.
Definisi pegawai tetap tersebut, dalam PMK-252 ditambahkan menjadi sebagai berikut :
Pegawai tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam
jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan
pengawas yang secara teratur terus menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara
langsung, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu
tertentu sepanjang pegawai yang bersangkutan bekerja penuh (full time) dalam
pekerjaan tersebut.
Dalam KEP-545 tidak terdapat definisi mengenai pegawai tidak tetap. Namun diatur
mengenai definisi tenaga Lepas sbb : orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang
hanya menerima imbalan apabila orang pribadi yang bersangkutan bekerja.
Sementara itu, dalam PMK 252 Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas didefinisikan sebagai
pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan
bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau
penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja
Perhitungan PPh 21
Berdasarkan KEP 545/PJ./2000, untuk menghitung PPh 21 terutang tahun 2008 (dan
sebelumnya) meskipun status ketenagakerjaan karyawan tsb adalah kontrak baik kontrak
untuk jangka waktu tertentu atau berdasarkan pekerjaan tertentu, sepanjang pegawai tersebut
memperoleh gaji/imbalan (penghasilan) dalam jumlah tertentu secara berkala/ secara teratur
maka perhitungan PPh 21-nya sama dengan karyawan tetap. Keduanya berhak pengurang
biaya jabatan sebesar 5% dari penghasilan bruto dan maksimum Rp 108.000/bulan.
Demikian pula untuk 2009, dalam menghitung PPh 21 terutang bagi karyawan kontrak
PKWT terdapat biaya jabatan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan
bruto, besarnya 5% dari penghasilan bruto atau maksimum Rp 500.000/bulan. Hal ini juga
sama dengan cara perhitungan PPh 21 terutang atas karyawan/pegawai tetap.
Catatan :
Saya pernah beberapa kali ketemu fiscus baik AR maupun petugas pemeriksa yang
melakukan koreksi terhadap perhitungan PPh 21 menurut Wajib Pajak setelah meminta
perjanjian kerja bagi masing-masing karyawan. Pada umumnya koreksi yang dilakukan
dengan menghapus biaya jabatan dalam perhitungan PPh 21 bagi karyawan kontrak
(PKWT). Fiskus berpendapat bahwa yang berhak pengurang penghasilan bruto berupa
biaya jabatan hanyalah pegawai tetap (permanent employee).
Home
About
Daftar Isi
contact
Catatan Ekstens
Inilah catatanku, cerita antara aku dan kamu... Sekedar sharing pengalaman dan informasi
antar teman...
serba-serbi
o
artikel
Pengumuman
Berita Kantor
Opini
Disclaimer
Text to Sea
Revaluasi aset
DJP Online
Link Favorit
Pradirwan
Playing Victim
Postingan kali ini tentang PPh pasal 23 dan Contoh Soalnya, terkait dengan
pertanyaan salah satu wajib pajak yang bertanya terkait hal tersebut.
Berdasarkan hal tersebut saya mencoba memberikan penjelasannya. Semoga
bisa membantu para pengunjung blog Catatan Ekstens yang ingin belajar
tentang PPh pasal 23.
Pajak Penghasilan Pasal 23, selanjutnya disingkat PPh Pasal 23, merupakan pajak
yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam
negeri (orang pribadi maupun badan), dan bentuk usaha tetap yang berasal dari
modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang dipotong
PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 ini dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah
atau Subjek Pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap,
atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
2. Pemotong PPh pasal 23
1. Badan Pemerintah
3. Penyelenggara kegiatan
6. Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk
oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai Pemotong PPh Pasal 23
(berdasarkan KEP-50/PJ/1994) yaitu :
Melihat Definisi pada poin 1 diatas, maka Wajib Pajak PPh pasal 23 adalah :
1. Deviden
3. Royalti
2. Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha
dengan hak opsi
3. Deviden ati bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara,
atau badan usaha milik daerah, dari pernyertaan modal pada bulan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia.
5. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa
keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau
pembiayaan.
1. Deviden
3. Royalti
Catatan : Dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan
tersebut tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, besarnya tarif pemotongan
adalah lebih tinngi 100% dari tarif yang sebenarnya
7. Jasa lain sebagai objek PPh pasal 23 (update: 60 jenis jasa lain yang
dikenakan PPh 23 berdasarkan PMK 141/PMK.03/2015)
2. Jasa aktuaris;
20.Jasa maklon;
23.Jasa pengepakan;
24.Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media luar
ruang atau media lain untuk penyampaian informasi;
Penutupan sumur
3. Jasa pengontrolan pasir (sand control) yaitu jasa yang menjamin bahwa
bagian-bagian formasi yang tidak terkonsolidasi tidak akan ikut
terproduksi ke dalam rangkaian pipa produksi dan menghilangkan
kemungkinan tersumbatnya piapa
4. Jasa pengasaman (matrix acidizing) yaitu pekerjaan untuk memperbesar daya
tembus formasi, dan menaikan produktivitas dengan jalan menghilangkan
material penyumbat yang tidak diinginkan.
6. Jasa nitrogen dan gulungan pipa (nitrogen dan coil tubing), yaitu jasa yang
dikerjakan untuk menghilangkan cairan buatan yang berada dalam
sumur baru yang telah selesai, sehinnga aliran yang terjadi sesuai dengan
tekanan asli formasi dan kemudian menjadi besar sebagai akibat dari gas
nitrogen yang telah dipompakan ke dalam cairan butan dalam sumur
7. Jasa uji kandung lapiran (drill steam testing), penyelesaian sementara suatu
sumur baru
15. Jasa alat kontrol navigasi lepas pantai yang berkaitan dengan drilling
1. Jasa pengobaran
2. Jasa penebasan
4. Jasa penambangan
5. Jasa pengangkutan/sistem transportasi, kecuali jasa angkutan umum
Jasa ground handling, yaitu pengurus seluruh atau sebagian dari proses
palayanan penumpang dan bagasinya serta kargo, yang diangkut dengan
pesawat udara, baik yang berangkat maupun yang datang, selama
pesawat uadara di darat
Jasa maklon adalah pemberian jasa dalam rangka proses penyelesaian suatu
barang tertentu yang diproses pengerjaannya dilakukan oleh pihak pemberi jasa
(disubkontrakkan), yang spesifikasi, bahan baku yang akan diproses sebagian
atau seluruhnya disediakan oleh pengguna jasa, dan kepemilikan atas barang
jadi berada pada pengguna jasa.
Diminta :
Jawab :
Perhitungan PPh Pasal 23 dan bukti pemotongan yang dibuatkan oleh Pt Perdana
dijelaskan sebagai berikut :
= 2% x Rp15.000.000
= Rp300.000
4. Atas pembayran fee kepada Kantor Akuntan Dwiananda & Co. sebesar
Rp22.000.000 dipotong PPh Pasal 23 sebesar : Tarif 2% x penghasilan bruto :
= 2% x Rp22.000.000
= Rp440.000
= 2% x Rp6.000.000
= Rp120.000
sumber : http://www.syaifulanam.com/