Anda di halaman 1dari 97

Tax Planning & Pengendalian

atas PPh Psl. 21

PERTEMUAN
KE-9

1
IKATAN AKUNTAN INDONESIA IKATAN KONSULTAN PAJAK INDONESIA

MANAJEMEN PERPAJAKAN
Presented by:

Tim Pengajar :
Dr. Diana Sari , S.E., M.Si., Ak., QIA., CA.
Iji Samaji, S.E., M.Si., Ak., CA., BKP.

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
Agenda
1. Kompensasi karyawan: Tunai vs Natura

2. Gross method, Nett method & Gross up method

3. Konsep taxable & dedutible terkait unsur2x biaya kary.

4. Rekonsilasi objek PPh psl. 21 dgn unsur2x bi. kary

a. Beda Waktu (Timing Diferrence

b. Beda Tetap (Permanent Diferrence)

3
Alur Perencanaan Pajak pada PPh Psl. 21

Setiap pengusaha berusaha memaksimalkan kesejahteraan pemilik


perusahaan dgn memaksimalkan nilai perusahaan, memperoleh laba sesuai
dgn keinginan.

Untuk mengejar laba maksimal, perusahaan melakukan berbagai upaya


melalui penghematan beban pajak melalui tax planning. Tax planning harus
memperhatikan peraturan perpajakan (asas legalitas)

Tax planning dimulai dgn menganalisis dan memastikan metode penghitungan


Pph psl. 21 yg lebih efisien serta memperhatikan mekanisme taxability-
deductibility
Skema alur tax planning PPh psl. 21

Perencanaan Pph psl. 21


berdasarkan UU PPh

Perencanaan Pph psl. 21 Perencanaan Pph psl. 21


berdasarkan UU PPh berdasarkan UU PPh

Metode Net
Metode
Metode Gross
gruss up)
Metode Gross Up
Upaya penghematan pajak dlm
mengefisiensikan beban pajak terutang

Penghasilan kena pajak yg lebih rendah

PPh badan yg lebih efisien

SPT PPh Badan


Pemotongan/Pemungutan Pajak
( Withholding Tax)

Pengertian :
Withholding tax adalah sistem pemungutan pajak yang
dilakukan oleh pihak tertentu yang ditunjuk oleh
pemerintah berdasarkan peraturan perpajakan yang
berlaku. Pihak yang ditunjuk sebagai Withholder’s
pemungut/pemotong berkewajiban untuk
menghitung, menyetor dan melaporkan pajak yang
dipungut atau dipotong sesuai ketentuan perpajakan
yang berlaku.
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26

1.Dasar Hukum
a. UU Pajak Penghasilan, Psl. 4 Ayat (1) huruf a
dan Pasal 4 Ayat (3) huruf d
b. Aturan Pelaksanaan:
PMK-101-PMK.010-2016-PTKP 2016
PMK-102-PMK.010-2016-Batasan Upah Harian
Tidak Kena Pajak
PER-No. 16/PJ/2016-Pedoman Teknis Perhitungan,
Penyetoran & Pelaporan PPh psl. 21/26
TO BE A GOOD TAX PLANNER
• Tidak melanggar UU Pajak
• Secara bisnis harus reasonable
• Dukungan bukti dan acccounting treatment
• Networking dengan fiskus
• Multi-disiplioner: pajak, hukum, akuntansi,
komunikasi, persuasi dsb
Pengertian PPh Pasal 21/26
Pajak atas Penghasilan sehubungan dengan

- Pekerjaan atau Jabatan


- Jasa
mmdan Kegiatan,
yang dilakukan Wajib Pajak Orang Pribadi

Penghasilan berupa :
- Gaji, - Upah,
- Honorarium, - Tunjangan, dan
- Pembayaran Lain dengan Nama apapun

WP DN WP LN

PPh Pasal 21 PPh Pasal 26


SUBJEK DAN OBJEK PPH 21

PEMOTONG PPH 21 OBJEK PPH 21 SUBJEK PPH 21

PENGHASILAN (ACTIVE INCOME)

PEKERJAAN, JASA, KEGIATAN

PEMBERI ORANG PRIBADI


PENGHASILAN DALAM NEGERI
Penghitungan Besarnya
Penghasilan

Uang rupiah Uang asing Natura/kenikmatan


an

sesuai dengan yang Kurs Menteri


Harga Pasar
diterima/diperoleh Keuangan
Saat terutang
PPh Pasal 21/26

Penerima penghasilan Pemotong

akhir bulan dilaku-


Saat dilakukannya kannya pembayaran
pembayaran atau
atau akhir bulan
saat terutangnya terutangnya
penghasilan penghasilan
Kewajiban Pemotong

• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP


• Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh
Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan kalender.
• PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau
Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.
• Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20 hari
setelah Masa Pajak berakhir.
• Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps.
21/26 Untuk Setiap Masa Pajak
• Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai Ketentuan
• Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada
Penerima Penghasilan
Bukti Pemotongan PPh Pasal 21

• Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:


– dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)
– diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau
pegawai berhenti
• Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
– Dibuat setiap kali ada pemotongan
– Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka bukti
potong dapat dibuat sekali dalam satu bulan
• Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam
SPT Masa PPh Pasal 21
Kewajiban Penerima Penghasilan

• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP


• Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai
tertentu Wajib Membuat Surat Pernyataan Yang Berisi Jumlah
Tanggungan Keluarga Pada Awal Tahun Kalender Atau Pada
Saat Menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri
• Wajib Menyerahkan Surat Pernyataan Tanggungan Keluarga
kpd Pemotong Pajak Pada Saat Mulai Bekerja Atau Mulai
Pensiun
• Wajib Membuat Surat Pernyataan Baru Dalam Hal Terjadi
Perubahan Tanggungan Keluarga Paling Lambat Sebelum
Mulai Tahun Kalender Berikutnya
1

KOMPENSASI KARYAWAN: TUNAI ATAU NATURA

TUNAI = BENEFIT IN CASH (BIC)


NATURA = BENEFIT IN KIND (BIK)

16
Pemahaman objek PPh Pasal 21

Pemberi Penghasilan Jenis Penghasailan


Benefit in cash Benefit in kind
Pemerintah Objek PPh Bukan Objek PPh

Bukan Wajib Pajak (Non WP) Objek PPh Objek PPh

WP yg dikenakan PPh Final Objek PPh Objek PPh

WP yg dikenakan PPh berdasarkan Objek PPh Objek PPh


NPK (Psl. 15)
WP Lainnya Objek PPh Bukan Objek PPh

Sumber: diolah dari pasal 4 Ayat (1) huruf a dan psl. 4 Ayat (3) huruf d UU PPh
Klasifikasi Pemberi Penghasilan

Bukan Wajib Pajak


1. Badan perwakilan negara asing, dan
Berdasarkan PMK
2. Organisasi internasional

Wajib Pajak yg dikenakan PPh Final


1. WP yg bergerak dibidang persewaan tanah/bangunan, dan
2. Jasa konstruksi

Wajib Pajak dgn pengenaan PPh berdasarkan NPK


(Deemed profit)
1. Charter pesawat (KMK No.475/KMK.04/1996)
2. Perusahaan pelayaraan dalam negeri (KMK No. 416/KMk.04/1996)
3. Perusahaan pelayaraan/ penerbangan luar negeri (KMK No.
417/KMk.04/1996)
4. WPLN yg mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia (KMK No.
634/KMk.04/1994)
Ilustrasi

• PT. Penyewaan Gedung dan PT Penyewaan Alat Berat sama-


sama memberikan imbalan kesehatan kpd para pegawainya.
Imbalan tsb berupa:
a. Tunjangan kesehatan
b. Medical reimburshment atau penggantian biaya kesehatan
c. Premi asuransi dibayar pemberi kerja, dan
d. Biaya rawat inap/ jalan yg langsung dibayar pemberi kerja kpd
RS/ Klinik

• Maka perlakuan PPh Psl. 21 atas kasus tsb, yaitu :


Prinsip: Deductibility-Taxability dan Non Deductibility-Non Taxability

DESKRIPSI JENIS OBJEK/NON-


PENGHASILAN OBJEK
1. PT. Penyewaan gedung:
a. Tunjangan kesehatan BIC OP
b. Medical Reimbursement BIC OP
c. Premi asuransi dibayar pemberi kerja BIC OP
d. Biaya rawat inap/ jalan yg langsung BIK OP
dibayar pemberi kerja ke RS/ Klinik
2. PT. Penyewaan Alat Berat
a. Tuinjangan kesehatan BIC OP
b. Medical Reimbursement BIC OP
c. Premi asuransi dibayar pemberi kerja BIC/BIK OP/NOP
d. Biaya rawat inap/ jalan yg langsung BIK NOP
dibayar pemberi kerja ke RS/ Klinik

20
Pemberian dlm bentuk BIK & BIC
Strategi efisiensi PPh psl. 21 dan PPh Badan yg berkaitan
dgn biaya kesejahteraan karyawan, tergantung dari
kondisi perusahaan:
1. Penghasilan bruto > Rp. 50 M sehingga tidak mendapat fasilitas
pengurangan tarif PPh dan pengenaan PPh Badannya tidak final,
seminimal mungkin memberikan kesejahteran kpd karyawan dalam
bentuk natura dan kenikmatan (Benefit in kind) krn pemberian BIK ini
merupakan non deductible expenses (NDE).
2. Jika masih menderita rugi, pemebrian dlm bentuk BIK akan
menurunkan Pph psl. 21, sementara PPh Badan tetap nihil.
Perbedaan Objek PPh psl 21 dgn psl 23

Objek Psl 21 Objek Psl 23

Penerima
Penerima pengasilan
penghasilan Badan DN
OP DN
OBJEK PAJAK

1. Diberikan Dalam Bentuk Uang,


( Termasuk Penggantian Uang Yang
Dibayarkan langsung kpd. Karyawan )
Jika Diberikan Dalam Bentuk Natura dan
Kenikmatan BUKAN OBJEK PAJAK
2 Pembayaran Kepada Pihak Ke 3
Berupa Premi Assuransi

Sedangkan Pembayaran Iuran Pensiun/Iuran,


JHT Yang Ditanggung Pemberi Kerja BUKAN OBYEK PAJAK,
Dengan Syarat: Pemb. Kpd Jamsostek
atau Dana Pensiun telah disahkan Oleh Menkeu.
IURAN PENSIUN DAN PREMI ASURANSI KARYAWAN

1. DITANGGUNG PERUSAHAAN

Iuran Pensiun
Kpd Dana Pensiun Bukan Obyek PPh 21
Yg Disahkan (Tdk menambah)
Menkeu Obyek PPh 21
Premsi Asuransi
(Menambah)

2. DITANGGUNG KARYAWAN

Iuran Pensiun Yang Bukan Obyek 21


Dipotong Dari (Mengurangi)
Gaji Kary.
Tarif PPh PASAL 21 = TARIF PPh OP
CONTOH SOAL

Lapisan Penghasilan Kena Tarif Pajak


Pajak NPWP Non NPWP
s.d.Rp. 50 juta 5% 6%
Diatas Rp. 50 jt s.d. Rp. 250 jt 15% 18%
Di atas Rp 250 jt s.d.Rp. 500 jt 25% 30%
Diatas Rp. 500 jt 30% 36%
Pasal 21 (5a) UU PPh 2008, WPOP yang tidak ber-NPWP dikenai tarif lebih
tinggi 20% untuk PPh Pasal 21 Tidak Final Saja sedangkan PPh Pasal 21 Final
Tarif Normal
Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp 110.000.600

Contoh :
PPh 21 Terutang
5% x Rp 50.000.000 : Rp 2.500.000
15% x Rp 60.000.000 : Rp 9.000.000
PPh Terutang : Rp 11.500.000
Penghasilan Bruto 2

Pegawai Tetap

Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi


Dibayar Pemberi Kerja

Dikurangi Dengan
1. Biaya Jabatan, 5% dari pengh. Bruto
max Rp6.000.000 per tahun atau
Rp500.000 per bulan
2. Iuran pensiun, THT/JHT yang dibayar
sendiri

Pegawai Tidak
Penghasilan Neto (Setahun/ Disetahunkan) Tetap/Honorer/Pemagang
Dikurangi PTKP Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi
Dibayar Pemberi Kerja
Penghasilan Kena Pajak

Dikenakan Tarif Pasal 17


Biaya Jabatan, 5% dari pengh. Bruto
PPh 21 Terutang max Rp2.400.000 per tahun atau
Rp200.000 per bulan
PERBEDAAN ANTARA
PT JAMSOSTEK (PERSERO) & BPJS
KETENAGAKERJAAN

PROGRAM –PROGRAM DI PT PROGRAM-PROGRAM DI BPJS


JAMSOSTEK (PERSERO) KETENAGAKERJAAN

1. JAMINAN KECELAKAAN KERJA 1. JAMINAN KECELAKAAN KERJA


(JKK) (JKK)

2. JAMINAN HARI TUA (JHT) 2. JAMINAN HARI TUA (JHT)

3. JAMINAN KEMATIAN (JK) 3. JAMINAN KEMATIAN (JK)

4. JAMINAN PEMELIHARAAN 4. JAMINAN PESIUN (JP)


KESEHATAN (JPK)

1 JULI 2015
PREMI ASURANSI PEGAWAI DARI
JAMSOSTEK (UU 3/1992) KE
BPJS (UU 24/2011)
URAIAN PEMBERI KERJA KARYAWAN
JKK dan JK dibayar Biaya bagi pemberi Penghasilan bagi
pemberi kerja kerja pegawai

KETENAGAKERJAAN
JKK dan JK dibayar Bukan biaya bagi Bukan pengurang bagi pegawai
pegawai pemberi kerja

BPJS
Iuran JHT 3,7% dibayar Biaya bagi pemberi Dikenakan pajak saat terima JHT
perusahaan kerja
Iuran JHT 2% dibayar - Biaya bagi pegawai (pengurang
oleh karyawan penghasilan bruto)

URAIAN PEMBERI KERJA KARYAWAN


KESEHATAN
BPJS

BPJS dibayar oleh Biaya bagi pemberi Penghasilan


perusahaan 3%,6% kerja bagi pegawai
BPJS dibayar oleh - Bukan Biaya bagi pegawai
karyawan (Bukan pengurang
penghasilan bruto)
VARIASI & KOMBINASI PENGHASILAN NETO
PEGAWAI DISETAHUNKAN ATAU TIDAK
Penghasilan Neto Tidak Disetahunkan Penghasilan Neto Disetahunkan

1. Pegawai yang baru bekerja pada 1. Pegawai dari luar negeri yang baru
periode berjalan yang sejak awal tahun bekerja dalam periode berjalan
telah di Indonesia
2. Pegawai yang berhenti bekerja pada 2. Pegawai yang berhenti bekerja karena
periode berjalan karena pensiun meninggal dunia

3. Pegawai berhenti bekerja pada periode 3. Pegawai yang berhenti bekerja karena
berjalan dan tidak meninggalkan meninggalkan Indonesia untuk
Indonesia untuk selama-lamanya selama-lamanya

4. Pegawai berhenti bekerja karena pindah 4. Pegawai yang pindah ke kantor pusat
ke pemberi kerja lain atau cabang lainnya pada pemberi
kerja yang sama
TIDAK TERMASUK PENGHASILAN YANG DIPOTONG
PPh PASAL 21

PEMBAYARAN ASURANSI DARI PERUSAHAAN ASURANSI


KESEHATAN, KECELAKAAN, JIWA, DWIGUNA, DAN BEASISWA

NATURA/KENIKMATAN YANG DIBERIKAN OLEH WAJIB PAJAK

NATURA/KENIKMATAN YANG DIBERIKAN OLEH PEMERINTAH

IURAN PENSIUN YANG DIBAYARKAN KEPADA DANA PENSIUN


YANG DISAHKAN MENTERI KEUANGAN, PENYELENGGARA
TASPEN DAN JAMSOSTEK YANG DIBAYAR OLEH PEMBERI KERJA,
IURAN T.H.T.
KENIKMATAN BERUPA PAJAK YANG DITANGGUNG PEMBERI
KERJA
ZAKAT YANG DITERIMA ORANG PRIBADI DARI BADAN LAZ YANG
DIBENTUK.DISAHKAN PEM
Memahami Saat & Tempat Terutangnya Pajak

Psl 15 Ayat (1) PP No. 94 Tahun 2010:


Bahwa pemotongan PPh oleh pihak sbgmn dimaksud dlm Psl. 21
ayat (1) UU PPh dilakukan pd akhir bulan:
1. Terjadinya pembayaran
2. Terutangnya penghasilan ybs
3. Tergantung peristiwa yg terjadi terlebih dahulu

Tempat Terutang:
Ditempat Pemotong Pajak Yang MELAKUKAN PEMBAYARAN
Ilustrasi
Transaksi imbalan yang dibayarkan PT. APB kepada
Kantor Pengacara Juan Tampubolon,SH., MH.
Misalkan:
Tagihan kantor pengacara senilai Rp. 100 juta tsb
diterima PT. APB pd tgl 20 Desember 2014 sesuai
tagihan.
Didalam tagihan tsb disebutkan bahwa jatoh tempo
pembayarannnya adalah tgl 20 januari 2015.
Akan tetapi PT. APB baru melunasinya pd tgl 12
Answer
Pebruari 2015.
Instruksi: Buatlah jurnal transaksi akuntansi & pajak
2

GROSS METHOD, NET METHOD


& GROSS UP METHOD

33
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26

1. Model Perhitungan PPh pasal 21 pegawai tetap jika pajak :


a. Dibayar sendiri
b. Dibayarkan pemberi kerja
c. Diberikan dalam bentuk tunjangan pajak
d. Diberikan dalam bentuk gross up
2. Model perhitungan PPh pasal 21 pegawai lepas
3. Model perhitungan PPh pasal 21 lainnya
4. Contoh Perhitungan dan Kasus
 Kebijakan PPh Pasal 21

Dilihat dari siapa yang menanggung beban, maka dapat dilakukan


melalui tiga bentuk, yaitu:

1. PPh Ps. 21 dibayar sendiri oleh karyawan (dipotong) (Gross Method)


2. PPh Ps. 21 ditanggung perusahaan (ditanggung) (Net Method)
3. PPh Ps. 21 diberikan dalam bentuk tunjangan pajak (ditunjang)
4. PPh Ps. 21 diberikan tunjangan pajak dgn metode Gross Up

35
ISTILAH TUNJANGAN KENIKMATAN

CARA MENGHITUNG GROSS UP NON GROSS UP

PH KARY (NET OF TAX) 5.000.000 5.000.000


TUNJ. PPh 21 X1 0
DPP PPH 21 5.000.000 + X1 5.000.000
PPH 21 TERUTANG X1 > X2 LOSS

SIFAT PENGELUARAN X1=DEDUCTIBLE X2=NON DEDUCTIBLE

PPH BADAN
LABA SBLM PPH 21 300.000.000 300.000.000
PENG. TUNJ. PPH 21 X1 0
LABA STLH PPH 21 300.000.000 - X1 300.000.000
PPH BADAN A1 < A2 GAIN
NETTING

36
RUMUS Tunjangan Seluruhnya (Gross Up) :

Tarif Psl 17 UU PPh : PhKP:


5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000 = Rp.1 s/d Rp. 47,5 jt
15% x Rp. 200.000.000 = Rp. 30.000.000 = Rp. 47,5 jt s/d Rp. 217, 5 jt
25% x Rp. 250.000.000 = Rp. 62.500.000 = Rp. 217,5 jt s/d Rp. 405 jt
30% x selebihnya dari Rp. 500.000.000 = selebihnya dari Rp. 405 jt

LAPISAN 1 :
Untuk PhKP antara Rp. 47,5 jt hingga Rp. 1, maka :
Tunjangan PPh = PhKP setahun dikurangi Rp. 0 x 5/95 + 0

LAPISAN 2 : Untuk PhKP antara Rp. 47,5 jt hingga Rp. 217,5 jt, maka :
Tunjangan PPh = PhKP setahun dikurangi Rp. 47,5 jt x 15/85 + 2,5 jt

LAPISAN 3 : Untuk PhKP antara Rp. 217,5 jt hingga Rp. 405 jt, maka :
Tunjangan PPh = PhKP setahun dikurangi Rp. 217,5 jt x 25/75 + 32,5 jt

LAPISAN 4 : Untuk PhKP selebihnya dari Rp. 405 jt, maka :


Tunjangan PPh = PhKP setahun dikurangi Rp. 405 jt x 30/70 + 95 jt
Contoh soal :

See to excel file

38
3

KONSEP TAXABLE & DEDUCTIBLE TERKAIT


UNSUR-UNSUR BIAYA KARYAWAN

39
RESUME
Deductible Expenses &
Non Deductible Expenses
REKAP MENGENAI BIAYA YANG DAPAT DAN
YANG TIDAK DAPAT DIBIAYAKAN DALAM
PERPAJAKAN
BEBAN DIBIAYAKAN TDK DPT DASAR
USAHA DIBIAYAKAN HUKUM
GAJI, UPAH  PASAL 6

TUNJANGAN  PER
PPh 21 15/PJ./2006

PPh DIBAYAR  PASAL 9


PERUSAHAAN HURUF h

PREMI  PASAL 9
ASURANSI HURUF d
UNTUK DAN j
KARYAWAN
(PERUSAHAAN)
IURAN  PP No. 14
JAMSOSTEK TAHUN 1993
BEBAN USAHA DIBIAYAKAN TDK DPT DASAR
DIBIAYAKAN HUKUM
ASURANSI  PASAL 9
UNTK HURUF j
PEMEGANG
SAHAM (DAN
KELUARGANYA)
IURAN THR  PASAL 6
HURUF c

UANG LEMBUR  PASAL 6


HURUF c
PENGOBATAN PASAL 9
1. POLIKLINIK  HURUF e
2. PENGANTIAN 
PASAL 6
3. TUNJANGAN 
PEMBERIAN  PASAL 9
NATURAN DAN HURUF e
KENIKMATAN
BEBAN USAHA DIBIAYAKAN TDK DPT DASAR
DIBIAYAKAN HUKUM
PERJALANAN DINAS
a. DIDUKUNG BUKTI-
BUKTI

b. LUMPSUM (ADA 
BUKTI)
c. FISKAL LN qq
NAMA 
PERUSAHAAN
d. REKREASI 
BIAYA SEMINAR  PASAL 6
ayat (1)
BEA SISWA: Pasal 6
a. ADA IKATAN  ayat (1)
KERJA
b. TIDAK ADA 
IKATAN KERJA
BEBAN USAHA DIBIAYAKAN TDK DPT DASAR
DIBIAYAKAN HUKUM
KENDARAAN DIBAWA
PULANG OLEH
PEGAWAI
A. PENYUSUTAN  (50%)
B. REPARASI  (50%)
C. BAHAN BAKAR
 (50%)

HANDPHONE, VOUCHER  (50/%) PASAL 6


TERKAIT DENGAN
ayat (1)
JABATAN

PIUTANG TAK TERTAGIH  Pasal 6


a. PENYISIHAN ayat (1)
b. NYATA-NYATA TAK
TERTAGIH DAN 
MEMENUHI PASAL 6
AYAT (1)
KARYAWAN PT PPh BENTUK

TAXABILITY DEDUCTIBILITY

PRINSIP UMUM
1TAXABLE DEDUCTIBLE PPh 21 BENEFIT IN CASH
2NON TAXABLE NON DEDUCTIBLE PPh BADAN BENEFIT IN KIND

PENYIMPANGAN: ADA ATURAN KHUSUS


3NON TAXABLE DEDUCTIBLE BEBAS PPh TRANSAKSI TERTENTU
4TAXABLE NON DEDUCTIBLE DOUBEL PPh TRANSAKSI TERTENTU

TAX PLANNING
1PILIH NOMOR 3
2PILIH NOMOR 1 BILA TARIF PPh 21 < PPh BADAN
3PILIH NOMOR 2 BILA TARIF PPh 21 > PPh BADAN
4HINDARI NOMOR 4

45
Hubungan Objek PPh Ps. 21 dgn Pembebanan Biaya

Penghasilan yg menjadi objek PPh Ps. 21 atau yg bukan objek


PPh Ps. 21 kemudian dikaitkan dgn hak pembebanan sbg biaya
dlm penghitungan PPh Badan, Maka prinsip umum hubungan,
sbb:
• Apabila penghasilan tsb merupakan objek PPh Ps. 21 (taxable
income), maka di PPh badan sbg biaya (deductible expenses),
contoh: pembayaran gaji, THR, tunjangan lainnya dsb.
• Sebaliknya, apabila Non taxable income, maka di PPh badan
sbg Non Deductible Expenses. Contoh: pemberian kenikmatan
atau natura.

46
Penyimpangan Prinsip Umum terhadap transaksi
tertentu saja

1. Walaupun bukan penghasilan yg merupakan objek objek PPh


Ps. 21 (non taxable income), akan tetapi di PPh badan dapat
dibebankan sbg biaya (deductible expenses), contoh:
pemberian natura berupa makamn bersama di tempat
perusahaan.
2. Sebaliknya, walaupun taxable income, akan tetapi di PPh
badan sbg Deductible Expenses. Contoh: pembayaran tantiem
atau bonus yg diambilkan dari laba ditahan (retairned
earning).

47
 Pilihan Transaksi untuk Minimizing Tax

Untuk memperoleh minimize tax (beban PPh 21 + Pph


Badan = minimal), perlu dilakuakn analisis menyeluruh
agar dapat memilih kebijakan yg paling menguntungkan,
yaitu:
Pemberian makan bersama atau pemberian tunjangan
makan,
bagi karyawan bukan objek PPh Ps. 21 krn makan bersama
merupakan pemberian dlm bentuk natura shg dari sisi
karyawan tidak akan menambah PPh Ps. 21 yang terutang.
Perhatikan Ps. 9 ayat (1) huruf e UU PPh, utk khusus penyediaan
makanan & minuman bagi seluruh pegawai dpt dibiayakan
oleh perusahaan (deductible expenses).

48
 Pilihan Transaksi untuk Minimizing Tax

Antar jemput karyawan atau pemberian tunjangan tarnsport


Antar jemput => bukan objek PPh Ps. 21 namun sbg DE
Pemberian tunjangan transport dlm bentuk uang => objek PPh Ps.
21 yg akan menambah PPh Ps. 21 yang terutang.
Disisi perusahaan=> Ps. 6 ayat (1) huruf a UU PPh => Dapat
dibebankan sbg biaya (DE), shg akan mengurangi PPh
Badannnya.
Maka: perusahaan akan lebih diuntungkan jika memilih kebijakan
pemberian fasilitas antar jemput karyawan.

49
 Pilihan Transaksi untuk Minimizing Tax
Pemberian fasilitas kendaraan perusahaan atau pemberian
tunjangan kendaraan
Pemberian fasilitas kendaraan perusahaan => bukan objek PPh
Ps. 21 sbg DE walaupun hanya 50% saja dari total
pengeluaran biayanya.
Pemberian tunjangan kendaraan dlm bentuk uang => objek PPh
Ps. 21 yg akan menambah PPh Ps. 21 yang terutang.
Disisi perusahaan=> Ps. 6 ayat (1) huruf a UU PPh => Dapat
dibebankan sbg biaya (DE), shg akan mengurangi PPh
Badannnya.
Maka: perusahaan akan lebih diuntungkan jika memilih
kebijakan pemberian fasilitas kendaraan perusahaan krn dapat
membiayakan pengeluaran tsb.

50
 Pilihan Transaksi untuk Minimizing Tax

Pemberian fasilitas Handphone perusahaan atau pemberian


tunjangan telepon
Pemberian fasilitas handphone => bukan objek PPh Ps. 21 sbg DE
50%.
Pemberian tunjangan telepon dlm bentuk uang => objek PPh Ps.
21 yg akan menambah PPh Ps. 21 yang terutang.
Disisi perusahaan=> Ps. 6 ayat (1) huruf a UU PPh => Dapat
dibebankan sbg biaya (DE), shg akan mengurangi PPh
Badannnya.
Maka: perusahaan akan lebih diuntungkan jika memilih kebijakan
pemberian fasilitas handphone perusahaan krn dapat
membiayakan pengeluaran tsb.

51
 Pilihan Transaksi untuk Minimizing Tax

Pemberian uang saku perjalanan dinas atau uang perjalanan


dinas secara lump-sum
Pemberian uang saku perjalanan dinas =>objek PPh Ps. 21.
Biaya akomodasi=> bukan objek PPh Ps. 21 sbg DE.
Uang saku=> objek PPh Ps. 21 sbg DE

Biaya akomodasi. Secara lump-sum=> objek PPh Ps. 21


Maka: perusahaan akan lebih diuntungkan jika memilih kebijakan
pemberian uang saku perjalanan dinas yg terpisah dgn biaya
akomodasinya, atau tidak diberikan dalam bentuk lump-sum.

52
 Pilihan Transaksi untuk Minimizing Tax

Pemberian bonus yang diambil dari laba ditahan atau


dibebankan pada biaya
Bagi karyawan bonus yg diterima baik yg diambil dari laba yang
ditahan ataupun dibebankan sbg biaya=>objek PPh Ps. 21.
Disisi perusahaan, bonus dapat dibebankan sbg biaya hanya
apabila bonus tsb memang dibebankan sbg biaya, sedangkan
bonus yg diambilkan dari laba ditahan tidak dapat menambah
biaya shg tidak bisa mengutangi PPh badan yang terutang.
Maka: perusahaan akan lebih diuntungkan jika memilih kebijakan
pemberian bonus yang dibebankan sbg biaya

53
 Pilihan Transaksi untuk Minimizing Tax

Pemberian tunjangan PPh Ps. 21 atau PPh Ps. 21 ditanggung


perusahaan
Hal ini harus dilihat kasus per kasus dan dilihat dari kondisi
perusahaan serta besarnya penghasilan yg diterima per
karyawan
Jika perusahaan ada laba maka sebaiknya diberikan dalam bentuk
tunjangan pajak, namun
Jika perusahaan akan merugi lebih baik ditanggung perusahaan.

54
Cara yg dapat ditempuh perusahaan, sbb:

• Perusahaan sebaiknya menempatkan dana yg belum dipergunakan


dlm bentuk rekening giro, tidak dlm bentuk deposito. Jika
memungkinkankan dilakukan negosiasi dgn bank ybs agar bunga
gironya lebih besar dari biasanya karena saldi uyg kita miliki cukup
besar.
• Alaternatif lain yg dapat diambil adalah dgn memanfaatkan dana tsb
di dalam instrumen keuangan yg tidak terkena pajak final, misalnya
promes, didepositokan di Luar Negeri, atau dipinjamkan pd
perusahaan afiliasi.
Strategi Tax Planning
Lanjutan
1. Tax Saving = Mengefisiensikan beban pajak melalui pilihan alternatif.
Misal: Natura atau bentuk tunjangan

2. Tax Avoidence = Mengefisiensikan beban pajak dengan cara


menghindar dari pengenaan pajak dengan mengarahkan pada transaksi
yang bukan objek pajak
Misal: Bagi perusahaan yang dikenakan PPh tidak Final, untuk
efeisiensi PPh 21 memberikan natura / makan bersama. DE dan NTI

3. Penundaan pembayaran pajak =Dilakukan dengan tidak


melanggar aturan pajak, namun mengingat pada cash-flow perusahaan
Misal: Membayar PPh Pasal 21 SPT Masa pada tgl 10 bulan berikut,
atau tanggal 25 Maret untuk SPT akhir

4. Mengindari pelanggaran terhadap peraturan pajak


Dengan cara menguasai peraturan pajak secara komprehensif.
57

OBJEK PPh Pasal 21/26


Penggantian (reimbursement) kepada orang pribadi, tidak dibayarkan
kepada pihak ketiga

Syarat
Reimbursement

Material :
- Tidak ada mark up/mark down;
- Bukti asli diserahkan kepada penanggung beban
sebenarnya

Formal :
- Bukti transaksi atas nama penanggung beban
sebenarnya;
- Diatur dalam kontrak
58

REIMBURSEMENT

Taxable income (Objek PPh 21) :


 Tidak terpenuhi syaratnya;
 Dianggap pembayaran tunai kepada karyawan
(benefit in cash)

Non Taxable Income (Non Objek PPh 21):


 Reimbursement terpenuhi syaratnya;
 Kenikmatan untuk karyawan (Benefit in kind)
59

CONTOH REIMBURSEMENT
Uang Perjalanan Dinas & Penggantian Pengobatan

No Uraian Pemberi Kerja Karyawan

1 Uang Perjalanan Dinas Biaya Penghasilan hanya atas uang


Reimbursement saku
2 Uang Perjalanan Dinas Lump Sum Bukan Biaya Bukan Penghasilan
Biaya Penghasilan atas seluruhnya

3 Penggantian Pengobatan Bukan Biaya Bukan Penghasilan

4 Tunjangan Pengobatan Biaya Penghasilan

5 Pengobatan Gratis Bukan Biaya Bukan Penghasilan


Pilihan….
1. Makan bersama atau tunjangan makan
2. Antar jemput karyawan atau tunjangan transport
3. Fasilitas kendaraan perusahaan atau tunjangan kendaraan
4. Fasilitas handphone atau tunjangan handphone
5. Uang saku perjalanan dinas atau uang perjalanan dinas
secara lump sum
6. Pemberian bonus dari laba ditahan atau biaya
7. Pemberian tunjangan PPh Pasal 21 atau PPh Pasal 21
ditanggung perusahaan
8. Pemberian tunjangan pengobatan atau fasilitas pengobatan
9. Dan seterusnya
…Pilih.. dan Hindari
PPh Pasal 21 PPh Badan Contoh

TI DE Biaya Gaji
NTI NDE Pemberian kenikmatan/natura
NTI DE Makan bersama
TI NDE Hadiah uang atas perlombaan
Family day

Pilihlah…
1. NTI vs DE
2. TI vs DE, bila tarif PPh 21 < PPh Badan
3. NTI vs NDE, bila tarif PPh 21 > PPh Badan
Hindari…
TI vs NDE
Tax Planning  Tax Saving

GREY GREY
Obj 21 DE
Psl. 5
Non Obj 21 Psl 6 UU PPh
KEP-545/PJ./2000
Psl. 5
KEP-545/PJ./2000
NDE
Psl 9 UU PPh

Obj 21 = (+) Pajak DE = (-) Pajak


Non Obj 21 = (-) Pajak NDE (+) Pajak
Tax Minimize
(Beban PPh 21 + PPh Badan = Minimal)

PPh 21 PPh Badan


Taxable Income : (+) Deductible Expense :(-)
Non Taxable Income :(-) Non Deductible Expense : (+)

Taxable Income : (+)


Non Deductible Expense : (+)
Non Taxable Income :(-)
Deductible Expense :(-)

Pilihan Transaksi
Pilih : NTI Vs DE
Hindari : TI Vs NDE
Pilih : TI Vs DE, bila Tarif PPh 21 < PPh Badan
Pilih : NTI Vs NDE, bila Tarif PPh 21 > PPh Badan
Contoh…
Pajak Ditanggung atau Tunjangan Pajak
Net Gross-up

Nilai Pek 100.000.000 Nilai Pek 100.000.000

PPh (2%) 1) 2.000.000 PPh (2%) 2) 1.020.408


Nilai Kontrak 100.000.000 Nilai Kontrak 101.020.408

PPh Badan

Nilai Pek 100.000.000 Nilai Pek 100.000.000

PPh (2%) 1) 0 PPh (2%) 2) 1.020.408

Biaya 100.000.000 Biaya 101.020.408

1) Tidak dapat dibiayakan 2) Dapat dibiayakan


Rugi = untung Laba + tarif 30% = Untung
4

REKONSILIASI OBJEK PPh PASAL 21


DENGAN UNSUR-UNSUR BIAYA
KARYAWAN

Beda Tetap
• Permanent Difference

Beda Waktu/ Sementara


• Timing/ Temporary Difference

72
Dok. Sumber Jurnal Buku Besar

L/R Kom Rekonsiliasi L/R Fiskal


Fiskal

Koreksi Koreksi
Koreksi
Fiskal Negatif
Positif

Beda Waktu Beda Waktu

Beda Tetap Beda Tetap

73
BEDA PERMANEN & BEDA WAKTU

PERBEDAAN TETAP / PERMANEN :


Yakni traksaksi pendapatan dan biaya yang boleh diakui
akuntansi tetapi tidak boleh diakui oleh pajak atau
sebaliknya.

PERBEDAAN SEMENTARA / WAKTU :


Yakni perbedaan pengakuan pendapatan dan biaya untuk
perhitungan laba,

74
74
KOREKSI FISKAL
Jenis Koreksi Fiskal Lap. Komersial VS Lap. Fiskal

Koreksi Positif Penghasilan < Penghasilan

Biaya > Biaya

Koreksi Negatif Penghasilan > Penghasilan

Biaya < Biaya

75
Perhitungan PPh Terhutang
Pembayaran dari Luar Negeri Pembayaran ke Luar Negeri
Luar Negeri
Pasal 24 Pasal 26
Indonesia
WAJIB PAJAK
Pasal 23 BADAN Pasal 23

Laporan Laba / Rugi


Penghasilan xxx Pasal 4
Pasal 6 Biaya (xxx)
Laba xxx
Koreksi Fiskal xxx Pasal 9
Penghasilan Kena Pajak xxx
Pajak Terutang xxx
Pasal 22, 23, Pasal 17
Pajak dibayar dimuka (xxx)
24, 25
Pajak yang harus dibayar xxx Pasal 29

76
Tujuan Tax Planning PPh Psl 21

Mengoptimalkan perolehan laba


Mengkalkulasi semua pengeluaran sesuai aturan pajak
Efisiensi pembayaran pajaka pakah sudah sepadan ?
Membuat restrukturisasi pengeluaran

PAHAMI !!!

Tax Planning, merupakan :


Suatu rangkaian kegiatan perusahaan utk
selalu mempertimangkan segala pengaruh
perpajakan thd transaksi yg ada.

77
Strategi Tax Planning PPh Psl 21

Buat analisis sebelum mengambil kebijakan


Buat ekualisasi dgn laporan keuangan (SPT PPh Badan)
Buat rekonsiliasi laporan keuangan fiskal

78
TAX PLANNING
PPh PASAL 21
SYARAT HARUS DIKETAHUI PD TAX PLANNING PPH 21

FRINGE KEBIJAKAN REKONSILIASI PILIHAN


BENEVITS PPh PS 21 FISKAL TRANSAKSI
1. TAX ABLE - DEDUCTIBILITY
2. NON TAXABLE – NON DEDUCTIBILITY
3. NON TAXABLE – DEDUCTIBILITY
4. TAXABLE – NON DEDUCTIBILITY
1. DITANGGUNG KARYAWAN ( DIPOTONG )
2. DITANGGUNG PERUSAHAAN ( KENIKMATAN )
3. TUNJANGAN PAJAK
1. BEDA WAKTU
2. BEDA TETAP ( MURNI & TAK MEMENUHI SYARAT )
3. KOREKSI KARENA PPH FINAL
1. KLAUSUL KONTRAK KERJA
2. DITANGGUNG PERUSAHAAN ATAU TUNJANGAN
3. BIAYA PERJALANAN DINAS
4. TUNJANGAN MAKAN ATAU
79
MAKAN BERSAMA
5. TUNJANGAN KESEHATAN ATAU FASILITAS PENGOBATAN
PENELAAHAN PAJAK (TAX REVIEW)

Secara umum pengertian tax review adalah kegiatan penelaahan


terhadap seluruh kewajiban perpajakan yang ada dalam suatu
perusahaan dan pelaksanaan pemenuhan kewajiban-kewajiban
tersebut baik dari cara penghitungan, pemotongan, penyetoran,
pelunasan maupun pelaporannya untuk menilai kepatuhan
pajak. Dalam melaksanakan penelaahan pajak, prosedur-
prosedur yang perlu dijalankan kurang lebih sebagai berikut:
Pajak Penghasilan Pasal 21

Prosedur yang dilaksanakan:

a. Mereview biaya-biaya yang menjadi objek pemotongan pajak.

b. Mereview ketetapan objek pemotongan dari tarif pemotongan pajak


serta perhitungan yang dilakukan perusahaan.
c. Meneliti bukti pemotongan dan SPT Masa untuk menyakinkan
keabsahan dokumen yang berkaitan dan ketepatan perhitungan serta
ketepatan waktunya.

d. Rekonsiliasi antara biaya yang dilaporkan dengan dasar pemotongan


pajaknya.
Ekualisasi Biaya yg terkait dgn objek Pph psl. 21

Prosedur yang ditempuh untuk melakukan ekualisasi adalah:


a. Akun-akun yg merupakan objek PPh psl. 21 khususnya yg terkait dgn pegawai
tetap dikelompokkan dalam satu akun.

b. Setiap transaksi yg masih terkait dgn objek PPh psl. 21 diberikan kode khusus.

c. Pd akhir tahun seluruh objek pajak PPh psl. 21 yg tersebar di akun-akun biaya
menurut buku besar dikumpulkan menjadi satu dan ditandingkan dgn penghitungan
PPh psl. 21 Masa Desember .
d. Jika masih terdapat selisih lebih yg disebabkan oleh penghasilan pegawai tetap,
maka teliti akun yg menampung iuran jamsostek dan pastikan bahwa iuran JHT
tidak termasuk dlm objek PPh psl. 21
e. Jika selisih disebabkan dari penghasilan selain pegawai tetap, maka teliti kelompok
penghasilan yg belum dipotong pajaknya.
 Rekonsiliasi Obyek PPh Ps. 21

Untuk meyakinkan bahwa atas seluruh obyek PPh Ps. 21 telah


dipotong pajaknya, maka:
1. Perlu dilakukan rekonsiliasi data laporan keuangan baik yg
berasal dari akun Neraca maupun akun biaya,
2. Jika penghitungan Pph Ps. 21 dilakukan oleh bagian SDM,
maka rekonsiliasi juga harus dilakukan untuk data SDM dgn
data yg ada di bagian akuntansi/ keuangan.

83
 Rekonsiliasi Obyek PPh Ps. 21
Catatan:
• Dlm hubungan kerja antara karyawan dgn perusahaan berlaku prinsip
umum, yaitu: TAXABILITY-DEDUCTIBILITY.
• Jika di karyawan merupakan taxable income (penghasilan), maka di
perusahaan menjadi deductible expense (biaya), atau sebaliknya;
• Jika di karyawan merupakan non taxable income (bukan penghasilan),
maka di perusahaan menjadi non deductible expense (bukan biaya).
o Namun demikian tidak berarti bahwa keduanya bisa saling dipertukarkan,
tanpa diikuti dgn perubahan kebijakan perusahaan.
o Dgn prinsip tsb akan senantiasa terdapat pihak yg dikenakan pajak, apakah
dikaryawan dlm bentuk PPh Ps. 21 atau di perusahaan dlm bentuk PPh
badan.

84
 Pilihan Transaksi yg Berkaitan dgn PPh Ps. 21

1. Klausul pajak di dalam kontrak kerja


2. Pajak ditanggung pemebri kerja atau tunjangan pajak secara
Gross-up?
3. Pemberian uang saku secara Lump-sum atau reimbursement?
4. Pemberian tunjangan makan atau disiapkan makan bersama?
5. Pemberian tunjangan kesehatan atau diberikan fasilitas
pengobatan

85
 Konklusi

Catatan:
• Untuk dapat melakukan Tax Planning PPh Pasal 21, tidak
dapat dilepaskan dari analisis keterkaitannya dgn PPh Badan
yang terutang.
• Terdapat hubungan-hubungan yang saling berkaitan antara
perlakukan PPh Pasal 21 dgn perlakuan pembebanan biaya
pada PPh Badannya

KESIMPULAN

86
KESIMPULAN

PPh Ps. 21 PPh Ps. 25 Contoh

Taxable Income (TI) Deductible Expense Biaya gaji


(DE)

Non Taxable Income Non Deductible Pemberian


(NTI) Expense (NDE) kenikmatan/ natura

Non Taxable Income Deductible Expense Makan bersama


(NTI) (DE)

Taxable Income (TI) Non Deductible Hadiah uang atas


Expense (NDE) perlombaan

87
Dari hubungan-hubungan tsb pilihlah kebijakan atas transaksi
yg memungkinkan untuk memperoleh beban pajak yg paling
optimum secara menyeluruh atau paling menguntungkan
PILIHLAH

NTI vs DE
TI vs DE, bila Tarif PPh Ps. 21 < PPh Badan
NTI vs NDE, bila Tarif PPh Ps. 21 > PPh Badan

HINDARILAH

TaxabIe Income
Vs
Non Deductible Expense

88
Tax Planning PPh Pasal 21 Pegawai Tetap

Meliputi hal-hal:
• Tax compliance, berhub. Dgn kegiatan2x utk mematuhi aturan
perpajakan, dimana bila biaya utk mematuhinya relatif murah
maka peraturan pajak akan dipatuhi WP.
• Tax litigation, Usaha2x utk penyelesaian perselisihan atau
sengketa pajak dgn pihak lain (KPP).
• Tax research, proses utk mencari jawaban, solusi atau
rekomnedasi atas suatu permasalahn perpajakan

89
• STRATEGI untuk mengefisienkan beban pajak secara legal, yaitu:

a) Tax Saving,sbg upaya untuk mengefisienkan beban pajak


melalui pemilihan alternatif pengenaan pajak dgn tarif yg
lebih rendah
b) Tax avoidance, sby upaya mengefisienkan beban pajak dgn
cara menghindar dari pengenaan pajak dgn mengarahkan
pd transaksi yg bukan objek pajak.
c) Penundaan pembayaran pajak, yg dimaksudkan tentunya
dilakukan tanpa melanggar ketentuan perpajakan yg berlaku
d) Menghindari pelanggaran thd peraturan perpajakan yg
berlaku.

90
• STRATEGI untuk mengefisienkan beban pajak secara legal,
yaitu:

Contoh Tax Saving:


 Pemberian natura kpd karyawan pd umumnya tdk
diperkenankan utk dibebankan sbg biaya dlm menghitung
PPh badan. Pemberian natura sebaiknya diubah menjadi
pemberian tdk dlm bentuk natura shg dpt dikurangkan sbg
biaya.
 Pengaruh dari perlakuan ini akan mengakibatkan PPh badan
menjadi turun, tetapi PPh Ps. 21 akan naik.
 Penurunan PPh badan akan lebih besar drpd kenaikan PPh Ps.
21 (dgn asumsi perusahaan memperoleh laba kena pajak di
atas Rp. 100 juta dan PPh badan tdk bersifat final.

91
• STRATEGI untuk mengefisienkan beban pajak
secara legal, yaitu:

Contoh Tax Avoidance:,


 Pd jenis perusahaan yg penghasilannya tdk dikenai
PPh Final, efisiensi PPh Ps. 21 karyawan dpt
dilakukan dgn memberikan natura dlm bentuk
penyediaan makanan & minuman secara bersama-
sama, hal ini mengingat pd perusahaan yg tdk
terkena PPh Final pemberian natura tsb bukan
merupakan objek PPh Ps. 21 & bagi perusahaan
tetap dpt menjadi biaya fiskal

92
• STRATEGI untuk mengefisienkan beban pajak
secara legal, yaitu:

Contoh penundaan pembayaran pajak:


 Membayar PPh Ps. 21 yg terutang pd hari batas
akhir penyetoran, misalnya untuk PPh Ps. 21 masa
dibayar pd tgl 10 bulan berikutnya atau PPh Ps. 21
Tahunan dibayarkan pd tgl 25 Maret tahun
berikutnya.
 Dari ketentuan tsb, perusahaan dpt memanfaatkan
peluang utk mendapatkan keuntungan dari sisi cash
flow perusahaan.

93
• STRATEGI untuk mengefisienkan beban pajak
secara legal, yaitu:

Contoh menghindari pelanggaran thd peraturan


perpajakan yg berlaku, yaitu:
 Hal ini dapat dilakukan dgn cara WP
menguasai peraturan perpajakan yg berlaku,
mulai dari UU Perpajakan, Peraturan
Pemerintah, Kepres, Kepmenkeu, Permenkeu,
Kep-DJP, PER-DJP, SE DJP.

94
 Tujuan Tax Planning PPh Pasal 21

Terdapat 2 macam tujuan, yaitu:


1. Tujuan yg bersifat kuantitatif, memiliki hasil akhir berupa “tax
saving”, yaitu beban pajak yg paling minim dgn cara memilih
jenis transaksi & kebijakan yg akan diambil oleh perusahaan.
2. Tujuan yg bersifat kualitatif, didasari pd pelaksanaan
administrasi yg baik & terencana shg dapat menghindari
adanya konflik yg dpt mengakibatkan perusahaan merugi
secara kuantitatif akibat harus menanggung beban pajak &
sanksi yg akan terutang.

95
Profesi untuk
Mengabdi pada
TERIMA KASIH Negeri
Iji Samaji, S.E., M.Si., Ak., C.A., BKP.
GSM :081357 822744; 0819 13200 364;
085 101 567822
CDMA : 08888299629; 02231129253
iji_sam@yahoo.co.id; kkpisam_cmh@yahoo.co.id;
iji.samaji@akuntanindonesia.or.id

Anda mungkin juga menyukai