1. Kredit Pajak
- PPh Pasal 22 Debet Current Asset
- PPh Pasal 23 Debet Current Asset
- PPh Pasal 24 Debet Current Asset
- PPh Pasal 25 Debet Current Asset
6. Hutang Pajak
- PPh Pasal 21 Kredit Current Liabilities
- PPh Pasal 22 Kredit Current Liabilities
- PPh Pasal 23 Kredit Current Liabilities
- PPh Pasal 26 Kredit Current Liabilities
- PPh Pasal 4 (2) Kredit Current Liabilities
P
PERNYATAAN
SSTANDAR
A
AKUNTANSI
K
KEUANGAN
Konsep Laporan Keuangan
Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Laporan Posisi Keuangan/ Laporan Perubahan Ekuitas
Catatan atas Laporan
Neraca selama periode
Keuangan
pada akhir periode
L/K
Seluruh komponen
lengkap laporan
keuangan tersebut
memiliki tingkat Laporan Laba Rugi dan
Laporan Posisi Keuangan pada awal
Penghasilan Komprehensif Laporan Arus Kas Informasi Komparatif periode terdekat sebelumnya ketika
keutamaan yang sama Lain selama periode Mengenai Periode entitas menerapkan kebijakan
selama periode Terdekat Sebelumnya akuntansi retrospektif
Tujuan Laporan Keuangan
Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, dan perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan (entitas) yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban manajemen atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Kelompok Pemangku Kepentingan Internal
dan Eksternal Laporan Keuangan
Investor
Pemerintah Komunitas
Direksi
Managemen
Analis Pegawai Supplier
Konsumen Pegawai
Kreditur
Pemangku Kepentingan Internal
• Manajer Keuangan -> Lunasi utang tepat waktu kepada kreditor
• Manajer Pemasaran -> mengukur efektifitas pemasaran.
• Manajer Produksi -> menentukan biaya dalam menghitung HPP dan
penetapan harga
Pemangku Kepentingan Ekternal
• Investor-> keputusan beli/jual saham.
• Kreditor -> Mengukur risiko pemberian kredit
• Pemerintah -> Menghitung Pajak Terhutang
• OJK, -> Melindungi Investor
• Analis, Pelanggan, Ekonom, Praktisi -> Prediksi
Dasar
Akuntansi Pajak
PASAL 28 KUP
•Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas data yang dikumpulkan secara
teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto
•sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan
(9) objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
Pasal 1 angka 29 UU KUP
Pembukuan adalah proses pencatatan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan, meliputi :
Harta
Kewajiban
Modal
Penghasilan dan Biaya
Harga Perolehan dan Penyerahan Barang/Jasa
dengan menyusun Laporan Keuangan
(Neraca & Laba Rugi) untuk periode Tahun Pajak tersebut
Wajib
Pembukuan
Laporan
• KOMERSIAL
Keuangan
Laporan
• FISKAL
Keuangan
SIKLUS AKUNTANSI & FISKAL
Dokumen Jurnal
Buku Besar Neraca saldo
Sumber transaksi
Laporan
Rekonsiliasi SPT Tahunan
Keuangan
Fiskal PPh Badan
(Laba Rugi)
Koreksi Fiskal
FISKAL
KOMERSIAL
over under
+ Koreksi Fiskal
Lainnya
01b Rekonsiliasi Fiskal Biaya
Beban
(cost/expense)
over under
“BAD” “GOOD”
Tax Fraud
27
Spesific Anti
Avoidance Rule
(SAAR)
SUDAH CUKUP?
+
General Anti
Avoidance Rule
(GAAR)
28
Anti Tax Avoidance:
NO URAIAN PASAL TERKAIT
29
30
No AKUN DASAR HUKUM KOREKSI
1 Penghasilan Bruto Ph Psl 4 (1) UU PPh NO
Ph Psl 4 (2) UU PPh KF -, BEDA TETAP
Ph Psl 4 (3) UU PPh KF -, BEDA TETAP
2 Pengurang Ph Bruto Biaya 3M Pasal 6 (1) No, Deductible
Biaya Ph Psl 4 (2) KF +, BEDA TETAP
Biaya Ph Psl 4 (3) KF +, BEDA TETAP
Biaya Psl 9 (1a). Bagi Laba KF +, BEDA TETAP
Biaya Psl 9 (1b). KF +, BEDA TETAP
Kepentingan Pribadi
Pemegang Saham
Biaya Psl 9 (1c). Cadangan KF +, BEDA TETAP
Biaya selain yg
diperbolehkan
No AKUN DASAR HUKUM KOREKSI
2 Pengurang Ph Bruto Biaya Psl 9 (1d). Biaya KF +, BEDA TETAP
Asuransi Orang Pribadi
Biaya Psl 9 (1e). Biaya KF +, BEDA TETAP
Natura
Biaya Psl 9 (1f). Biaya KF +, BEDA TETAP
Tidak Wajar terkait Afiliasi
Biaya Psl 9 (1g). Biaya KF +, BEDA TETAP
sumbangan selain yg
diperbolehkan
Biaya Psl 9 (1h). Kredit KF +, BEDA TETAP
Pajak PPh
Biaya Psl 9 (1i). Biaya KF +, BEDA TETAP
Kepentingan Pribadi OP
Biaya Psl 9 (1j). Biaya Gaji KF +, BEDA TETAP
Sekutu CV, Firma dll
Biaya Psl 9 (1k). Biaya KF +, BEDA TETAP
Sanksi Pajak
AKUN AKUNTANSI PAJAK BEDA
I. Peredaran Usaha
3.7 Bunga atau diskonto Obligasi yang Pendapatan PPh Final Tetap
diperdagangkan di Bursa Efek (15% * bunga)
PENGHASILAN/BIAYA PENGHASILAN/BIAYA
•Tahun
berjalan
•PPhPs.21
•PPhPs.22 •Pada
•Dipotong/dipungut Akhir tahun
Pihak ke 3 sebagai
•PPhPs. 23 Kreditpajak
•Pelunasan
Pajak •PPhPs. 24(LN)
Terutang •Tidak
sebagai
•PPhPs. 4 (2) Final Kreditpajak
•Akhir
Tahun •Dibayarsendiri •PPh Ps. 29
Kas xxxx
Utang Pajak xxxx
• Pembayaran pajak merupakan tabungan yang bisa mengurangi pajak dimasa depan?
misal : PPN Masukan, Dipotong/Dipungut oleh Pihak lain ( Menerima Buki Potong
PPh 22,23)
BEBAN GAJI
BEBAN PPH 21
Tgl Uraian Dr Cr
27-01-2020 Beban Gaji 50.000.000
Beban Iuran Pensiun 1.000.000
PPh Pasal 21 Ditanggung Pemberi Kerja akan dilakukan koreksi fiskal Ketika mengerjakan
Rekonsiliasi Fiskal untuk PPh Badan
Jurnal PPh Pasal 21
Masa Desember
Pada bulan Desember 2020 data gaji yang dibayarkan PT. Calista
adalah sbb :
- Gaji = Rp.65 juta
- Iuran Pensiun dipotong = Rp.1,5 juta
- Iuran Pensiun ditanggungWP = Rp.1,5 juta
Tgl Uraian Dr Cr
27-12-2020 Beban Gaji 65.000.000
Beban Iuran Pensiun 1.500.000
PT Apel Teknik
Tgl Uraian Dr Cr
20-04-2020 Kas 9.800.000
PPh 23 200.000
Pendapatan Jasa 10.000.000
Jurnal Pemotongan PPh Pasal 23 transaksi April 2020
Jurnal PPh Final Pasal 4 ayat (2)
Kas 45.000.000
Beban Pajak Kini-PPhFinal 5.000.000
Pendapatan Sewa 50.000.000
Jurnal PPh Pasal 25
Tgl Uraian Dr Cr
15-05-2020 PPh Pasal 25 5.000.000
(Pajak dibayar dimuka)
Kas 5.000.000
Jurnal pembayaran PPh Pasal 25 Masa Pajak April 2020
JURNAL
Transaksi Terkait PPN
Mekanisme Pengkreditan Pajak
Masukan
Rp. 10 Juta + Rp. 11 Juta + Rp. 15 Juta +
PPN 10% PPN 10% PPN 10%
PT A CV B Toko C Budi
Jurnal PT XYZ
Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
25-04-19 Kas 11.000.000
Pajak Keluaran 1.000.000
Uang muka penjualan 10.000.000
Jurnal PT DEF
Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
25-04-19 Uang muka pembelian 10.000.000
Pajak masukan 1.000.000
Kas/Bank 11.000.000
Penjurnalan Transaksi Perpajakan
(PPN)
Saat pengiriman barang, Faktur Pajak diterbitkan atas sisa harga jual – uang muka
Jurnal PT XYZ
Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
30-04-19 Piutang usaha 41.800.000
Uang muka penjualan 10.000.000
Penjualan 48.000.000
Pajak Keluaran 3.800.000
HPP 36.000.000
Persediaan 36.000.000
Jurnal PT DEF
Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
30-04-19 Persediaan 48.000.000
Pajak Masukan 3.800.000
Uang muka pembelian 10.000.000
Hutang usaha 41.800.000
Penjurnalan Transaksi Perpajakan
(PPN)
Saat diterima pelunasan
Jurnal PT XYZ
Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
12-05-19 Kas 41.800.000
Jurnal PT DEF
Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
12-05-19 Utang usaha 41.800.000
Kas/Bank
41.800.000
Penjurnalan Transaksi Perpajakan
(PPN) – PM Tidak dapat Dikreditkan
01-04-19 Dibeli kendaraan sedan untuk direktur
Harga mobil = Rp 200.000.000
PPN = Rp 20.000.000
Bea Balik Nama = Rp 40.000.000
Kas dibayar = Rp 260.000.000
•Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan,
selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor oleh Pengusaha
Kena Pajak.
Penjurnalan
Transaksi Pasal 9 Ayat (4) UU PPN – Akun Pajak Masukan di akhir masa pajak boleh disisakan
Perpajakan •Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar
daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan
(PPN) – Jurnal ke Masa Pajak berikutnya
Akhir Masa
Pasal 9 Ayat (4a) dan 4 (b) UU PPN – Akun Pajak Masukan dihabiskan ketika akan restitusi
•Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar
daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan
ke Masa Pajak berikutnya
•Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (4a), atas
kelebihan Pajak Masukan dapat diajukan permohonan pengembalian pada setiap
Masa Pajak
Uraian Jan
PPN Keluaran 20.000,000
Kredit pajak :
- PPN-Masukan 18,000,000
Penjurnalan Transaksi - Kompensasi masa sebelumnya -
Perpajakan Kurang (Lebih) bayar 2.000.000
Pelunasan PPN
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
28-02-19 Hutang PPN 2.000.000
Kas/Bank
2.000.000
Nov Des
PPN Keluaran 5,422,000 11,000,000
Kredit pajak :
- PPN-Masukan 18,000,000 -
Penjurnalan - Kompensasimasa sebelumnya - 12,578,000
Kurang (Lebih) bayar (12,578,000) (1,578,000)
Transaksi Dikompensasi ke masa berikutnya 12,578,000
Perpajakan Direstitusi 1,578,000
November: Kompensasi
(PPN) – Jurnal Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Akhir Masa 30-11-19 Pajak Keluaran 5.422.000
Pajak Masukan 5.422.000
Desember: Restitusi
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
31-12-19 Pajak Keluaran 11.000.000
Piutang restitusi 1.578.000
Pajak Masukan 12.578.000
Kesimpulan
Kurang Bayar
Beban Pajak (non-Final) XXX
Pajak Dibayar dimuka XXX
(Kredit Pajak)
Utang PPh Pasal 29 XXX
Lebih Bayar
Beban Pajak (non-Final) XXX
Piutang Pajak XXX
Pajak Dibayar Dimuka XXX
Penyajian Pada Laba Rugi
• Beban Pajak:
Final xxx
PPh Terutang (Beban Pajak Non-Final) = Rp. 30.000.000.000 x 22% = Rp. 6.600.000.000
Kemudian jika contoh tersebut dikembangkan dimana PT Tersenyumlah memiliki kredit pajak PPh Pasal 23 sebesar
Rp. 500.000.000 dan juga angsuran PPh Pasal 25 sebesar Rp. 6.000.000.000.
PPh Terutang (Beban Pajak Non-Final) = Rp. 30.000.000.000 x 25% = Rp. 7.500.000.000
Beban Pajak:
Beban Pajak Final Rp. -
Beban Pajak Non Final Rp. 6.600.000.000
Beban Pajak Lainnya Rp. -
Total Beban Pajak Rp. 6.600.000.000
Laba Setelah Pajak Rp. 23.200.000.000
Kesimpulan
Dalam Neraca
Akun Pajak yang akan muncul yaitu:
Uang Muka PPh dan PPN Masukan pada sisi Aset,
serta Utang PPh dan PPN Keluaran pada sisi
Kewajiban
PENDALAMAN AKUN DALAM
AKUNTASI PERPAJAKAN
1. Pembukuan Tentang Kas dan Bank
2. Pembukuan Tentang Investasi
3. Pembukuan Tentang Piutang
4. Pembukuan Tentang Persediaan Barang
5. Pembukuan Tentang Harta yang Dapat Disusutkan atau Diamortisasi
6. Pembukuan Tentang Harta Lainnya
Pendalaman 7. Pembukuan Tentang Hutang
8. Pembukuan Tentang Modal
Akun di Neraca
01 KAS DAN BANK
Tidak diatur secara khusus dalam UU PPh (mengikuti ketentuan akuntansi komersial)
Terdiri dari :
• kas (cash on hand)
• rekening giro (tabungan)
• setara kas (cash equivalent)
Perusahaan induk dengan kepemilikan saham 20% - 50% atas perusahaan anak (umumnya):
Perusahaan induk dengan kepemilikan saham lebih dari 50% atas perusahaan anak (umumnya):
Investasi
Surat Berharga
penghasilan dari penjualan saham di bursa efek dikenakan PPh Final. Beda tetap yang timbul
tidak diakui karena dalam SPT penghasilan yang dikenakan PPh Final ini dipisahkan dari
penghasilan lain yang tidak dikenakan tarif final
02 INVESTASI
PENYUSUTAN AMORTISASI
Harta Berwujud Harta Tidak Berwujud
dimiliki dan digunakan dalam perusahaan digunakan untuk mendapatkan, menagih
dan memelihara (3M) penghasilan
termasuk biaya lain
manfaat lebih dari satu tahun, kecuali manfaat lebih dari satu tahun
tanah
05 HARTA YANG DAPAT DISUSUTKAN DAN DIAMORTISASI
Pengumuman
Pembagian Laba
Dividen
Pembayar Dividen wajib menyetor PPh dividen (Pasal 17 (2c), Pasal 23 dan
Pasal 26 UU PPh).
Ketentuan ini diperbaharui dalam UU Ciptaker yang berlaku 2 November
2020, dengan adanya syarat tertentu atas Dividen yang bukan menjadi
objek pajak.
07 HUTANG PAJAK
Hutang PBB
07 PEMBUKUAN HUTANG
Konsep Pendapatan
Pengakuan Pendapatan
Pengukuran Pendapatan
UU PPh
PP-94.2010
PSAK 23 : Pendapatan
● Diukur sebesar nilai wajar yang diterima. Nilai Wajar = Harga yang diterima
untuk menjual atau harga yang dibayar antara pelaku Pasar pasa tanggal
pengukuran.
Market
Penjual Pembeli
Supply Demand
Harga Wajar
Kontrak
Pengukuran Pendapatan
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang
diterima atau yang dapat diterima.
Dalam hal lain, pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan terjadi pada
saat yang berbeda dengan pemindahan hak milik atau pemindahan
penguasaan atas barang tersebut.
Objek Pajak
Final (Ayat 2)
Penghasilan
Objek Pajak Objek
(Ayat 1)
Pajak
Non-Final
PENGHASILAN MENURUT PAJAK DAN PELAPORANNYA
DALAM SPT TAHUNAN PPh OP
Penghasilan
(income/revenue)
Sesuai UU Tidak
Sesuai UU
over under
d
e
h
i
l
Jenis Penghasilan
m
p
q
s
Pemajakan PPh Pasal 4 (1) – Rumus
Komprehensif
Penghasilan Bruto xxx
(Pengurang Ph Bruto) (xxx)
Penghasilan Neto xxx
(Pengurang Ph Neto) (xxx)
Penghasilan Kena Pajak (PhKP) xxx
PPh Terhutang Tarif x PhKP
(Kredit Pajak) (xxx)
Kurang Bayar/Lebih Bayar xxx
Konsekuensi Pengenaan PPh Final
biaya-biaya
terkait tidak
dapat menjadi
pengurang
pajak yang
dibayar tidak
dapat
dikreditkan
penghasilan
tidak dihitung
kembali pada
saat penghitungan
pajak akhir tahun
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (1)
No Jenis Penghasilan Tarif DPP Peraturan
b warisan
j -
Pasal 8
(1) Hubungan di antara pihak-pihak yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan
dapat terjadi karena ketergantungan atau keterikatan satu dengan yang lain secara langsung atau tidak langsung berkenaan dengan:
a. usaha;
b. pekerjaan; atau
c. kepemilikan atau penguasaan.
(2) Hubungan di antara pihak-pihak yang bersangkutan berkenaan dengan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a antara Wajib Pajak
pemberi dengan Wajib Pajak penerima, dapat terjadi apabila terdapat transaksi yang bersifat rutin antara kedua belah pihak.
(3) Hubungan di antara pihak-pihak yang bersangkutan berkenaan dengan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b antara Wajib
Pajak pemberi dengan Wajib Pajak penerima terjadi apabila terdapat hubungan yang berupa pekerjaan, pemberian jasa, atau
pelaksanaankegiatan secara langsung atau tidak langsung antara kedua pihak tersebut.
(4) Hubungan di antara pihak-pihak yang bersangkutan berkenaan dengan kepemilikan atau penguasaan antara Wajib Pajak pemberi
denganWajib Pajak penerima sebagaimana dimaksud pada ayat (I) huruf c terjadi apabila terdapat:
a. penyertaan modal secara langsung atau tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a Undang-Undang Pajak
Penghasilan; atau
b. hubungan penguasaan secara langsung atau tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf b Undang-Undang Pajak
Penghasilan.
Pendapatan dipengaruhi Hubungan
Istimewa
Jika Pendapatan dipengaruhi hubungan Istimewa - > DJP berwenang
untuk menentukan kembali besarnya pendapatan.
Pasal 15 Penentuan Terhutangnya Ph (PP 94
2010)
Pemotongan Pajak Penghasilan oleh pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dilakukan pada akhir bulan:
a. terjadinya pembayaran; atau
b. terutangnya penghasilan yang bersangkutan,
tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.
(2) Pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) dilakukan pada saat:
a. pembayaran; atau
b. Saat tertentu lainnya yang diatur oleh Menteri Keuangan.
(3) Pemotongan Pajak Penghasilan oleh pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, dilakukan pada akhir bulan:
a. dibayarkannya penghasilan;
b. disediakan untuk dibayarkannya penghasilan; atau
c. jatuh temponya pembayaran penghasilan yang bersangkutan,
tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.
(4) Pemotongan Pajak Penghasilan oleh pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dilakukan pada akhir bulan:
a. dibayarkannya penghasilan;
b. disediakan untuk dibayarkannya penghasilan; atau
c. jatuh temponya pembayaran penghasilan yang bersangkutan,
d. tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.
Akuntansi Aktiva
Tetap
01. DEFINISI
Berwujud,
Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan,
Biaya perolehan dapat diukur secara andal,
Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal
entitas, dan
Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
OBYEK PPh
07. PENENTUAN HARGA PEROLEHAN/ PENJUALAN
ATAU NILAI PEROLEHAN/ PENJUALAN
Pasal 10 ayat (1), (2), (3) dan (6)
DALAM RANGKA :
JUMLAH YANG SEHARUSNYA
- Likuidasi
DIKELUARKAN/DITERIMA
- Penggabungan
SESUAI HARGA PASAR KECUALI
- Peleburan
DITENTUKAN LAIN OLEH MENKEU
- Pemekaran
- Pemecahan
- Pengambilalihan
BERDASARKAN HARGA PEROLEHAN
YANG DILAKUKAN
PERSEDIAAN DAN
SECARA RATA-RATA (AVERAGE)
PEMAKAIAN PERSEDIAAN
ATAU DGN CARA MENDAHULUKAN
UNTUK PENGHITUNGAN
PERSEDIAAN YG DIPEROLEH PERTAMA
HARGA POKOK
(FIFO)
90
07a. PENENTUAN HARGA PEROLEHAN/ PENJUALAN
ATAU NILAI PEROLEHAN/ PENJUALAN
Pasal 10 ayat (4) dan (5)
DASAR PENILAIAN
PENGALIHAN HARTA HIBAHAN, BAGI YANG MENERIMA SAMA DENGAN
BANTUAN ATAU SUMBANGAN, NILAI SISA BUKU
DAN WARISAN YG MEMENUHI YANG MELAKUKAN PENGALIHAN
PERSYARATAN ATAU
PASAL 4 AYAT (3) NILAI YANG
HURUF a DAN b DITETAPKAN DIRJEN PAJAK
91
07b. CONTOH KEUNTUNGAN PENGALIHAN AKTIVA TETAP DALAM KASUS PERTUKARAN
AKTIVA
PADA DASARNYA PENILAIAN HARTA YG DISERAHKAN OLEH PT. A DAN PT. B DLM
RANGKA PERTUKARAN (MENURUT PAJAK) ADALAH HARGA PASAR.
MAKA :
KEUNTUNGAN PT. A
Rp 20.000.000,00 - Rp 10.000.000,00 = Rp 10.000.000,-
KEUNTUNGAN PT. B
Rp 20.000.000,00 - Rp 12.000.000,00 = Rp 8.000.000,-
Secara fiskal tidak dibedakan pertukaran antara pertukaran sejenis dan tidak sejenis.
Laba/rugi (capital loss/gain) dihitung berdasarkan harga pasar aktiva yang diterima
dikurangi dengan nilai buku fiskal aktiva tetap yang diserahkan pada saat terjadinya
pertukaran aktiva.
08. Pertukaran tidak sejenis
Perusahaan memperoleh sebidang tanah seluas 20.000 m dengan cara menukar
kendaraan yang dulu costnya 200.000.000. Saat ini akumulasi depresiasi
kendaraan 60.000.000. Harga pasar kendaraan saat ini 150.000.000.
Jurnalnya:
Tanah 150.000.000
Akumulasi depresiasi 60.000.000
Kendaraan 200.000.000
Laba pertukaran 10.000.000
08a. Pertukaran tidak sejenis
Perusahaan memperoleh sebidang tanah yang luasnya 1000 m
dengan cara menukar 100 lembar saham biasa yang nominalnya
Rp100.000. Kurs saat itu 120%.
Jurnal :
Tanah 12.000.000
Modal saham 10.000.000
Agio saham 2.000.000
Seandainya harga saham tidak diketahui, maka digunakan harga
pasar tanah (misalnya harga pasar tanah/m= 9.500). Maka
jurnalnya :
Tanah 9.500.000
Disagio saham 500.000
Modal saham 10.000.000
08b. Pertukaran sejenis
Perusahaan memperoleh mesin dengan cara menukar mesin lama . Cost mesin lama 20.000.000.
Akumulasi depresiasi saat ini 6.000.000. Harga pasar mesin baru 15.000.000. Dalam pertukaran
tersebut perusahaan menyerahkan uang tunai 2.000.000.
- PT. A DAN PT. B MELAKUKAN PELEBURAN DAN MEMBENTUK BADAN BARU YAITU PT. C.
- NILAI SISA BUKU DAN HARGA PASAR HARTA KEDUA BADAN TERSEBUT ADALAH SBB :
PADA DASARNYA PENILAIAN HARTA YG DISERAHKAN OLEH PT. A DAN PT. B DLM
RANGKA PELEBURAN MENJADI PT. C ADALAH HARGA PASAR.
KEUNTUNGAN PT. A
Rp 300.000.000,00 - Rp 200.000.000,00 = Rp 100.000.000,-
KEUNTUNGAN PT. B
Rp 450.000.000,00 - Rp 300.000.000,00 = Rp 150.000.000,-
DALAM HAL DEMIKIAN, PT. C MEMBUKUKAN PENERIMAAN HARTA DARI PT.A DAN PT. B SEBESAR:
(Rp 200.000.000,00 + Rp 300.000.000,00) = Rp 500.000.000,-
10. KASUS
PT Harlan Putera adalah perusahaan nasional yang bergerak di bidang industri
garmen. Pada tahun 2008, perusahaan menyerahkan salah satu asetnya berupa
sebidang tanah kepada PT Dewiku & Co (perusahaan distribusi perdagangan),
sebagai dasar penyertaan modal atas kepemilikan PT Dewiku & Co sebesar 40%
yang bernilai Rp 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah).
Kepemilikan saham/modal di PT Dewiku & Co oleh perusahaan (Wajib Pajak)
bertujuan untuk memperkuat strategi dalam mengatasi persaingan melalui
distribusi barang secara cepat agar sampai ke konsumen.
Nilai jual tanah tersebut pada saat pengalihan (nilai pasar) adalah Rp
2.000.000.000,- (dua miliar rupiah) sedangkan NJOP tanah tersebut pada awal
tahun 2008 adalah Rp 2.300.000.000 (dua miliar tiga ratus juta rupiah).
CATATAN:
Nilai perolehan tanah PT Harlan Putera adalah Rp 1.800.000.000
PERTANYAAN
Berdasarkan data-data tersebut, bagaimana dampak PPh atas transaksi yang
dilakukan oleh PT Harlan Putera di tahun 2008!
97
10a. Jawab:
PT Harlan Putera (investor-Pihak yang menyerahkan tanah)
Capital gain pengalihan tanah
Keuntungan/capital gain = Nilai aktiva-Nilai Perolehan (NSBF)
= Rp 2.000.000.000 - Rp 1.800.000.000
= Rp 200.000.000
Capital gain tersebut akan dilaporkan dalam SPT Tahun PPh.
Pembukuan
Perusahaan melakukan pencatatan dalam pembukuan komersialnya sebagai berikut:
Investasi (PT Dewiku & Co) 2.000.000.000
Tanah 1.800.000.000
Laba – Pengalihan Tanah 200.000.000
BPHTB
BPHTB terutang = 5% x Dasar Pengenaan (Harga Pasar / NJOP, mana yang lebih tinggi
- NPOPTKP)
Pajak = 5% x (Rp 2.300.000.000 – 60.000.000) = Rp 112.000.000
98
10b. CONTOH Pasal 10 ayat (5)
CONTOH :
WP “X” MENYERAHKAN 20 UNIT MESIN BUBUT YANG NILAI BUKUNYA Rp 25.000.000,00 KEPADA PT. “Y” SBG
PENGGANTI PENYERTAAN SAHAMNYA DENGAN NILAI NOMINAL Rp 20.000.000,00. HARGA PASAR MESIN
BUBUT TSB Rp 40.000.000,00.
PT.“Y” MENCATAT MESIN BUBUT SBG AKTIVA SEBESAR Rp 40.000.000,00 BUKAN SEBAGAI PENGHASILAN.
SELISIH ANTARA NILAI NOMINAL SAHAM DENGAN NILAI PASAR HARTA DIBUKUKAN SBG “AGIO”.
* Bagi PT “Y”
BESARNYA AGIO = (Rp 40.000.000,00 - Rp 20.000.000,00) = Rp 20.000.000,00
Aktiva 40.000.000
Modal X 20.000.000
Agio 20.000.000
( Sesuai PP 94 thn 2010 agio tsb bukan merupakan objek pajak begitupula apabila yang timbul adalah
disagio maka disagio tsb juga bukan mrpkn pengurang penghasilan bruto)
BAGI WP “X”,
KEUNTUNGAN YG DIPEROLEH DARIPENYERTAAN ADALAH OBJEK PAJAK,
YAITU : (Rp 40.000.000,00 - Rp 25.000.000,00) = Rp 15.000.000,00
Investasi PT Y 40.000.000
Aktiva (mesin bubut) 25.000.000
Capital gain 15.000.000
99
11. PENGALIHAN HARTA BERWUJUD (Pasal 11 ayat (10)
SEBAGAI
BANTUAN ATAU SUMBANGAN;
HARTA HIBAHAN ATAU WARISAN
YG MEMENUHI SYARAT
PASAL 4 Ayat (3) Huruf a dan b
• Aktiva tetap yang dapat dilakukan penilaian kembali adalah semua bentuk
aktiva baik tanah (SHM), bangunan (HGB) atau bukan bangunan yang
semata-mata bukan ditujukan untuk dialihkan atau dijual (bukan barang
dagangan).
• Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap di atas nilai sisa buku fiskal
dikenakan PPh final sebesar 10 %. (PPh Pasal 19)
13d. Contoh sederhana :
PT. Murah Senyum pada tahun 2010 melakukan penilaian aktiva gedung yang
dimilikinya sejak tahun 2000. Nilai buku gedung pada tahun 2010 adalah Rp.
250.000.000,- Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh independen apraisal
diketahui harga pasar gedung tersebut saat ini adalah Rp. 1.500.000.000,- Pada
tahun 2010 terdapat sisa kompensasi kerugian tahun-tahun sebelumnya
sebesar Rp. 350.000.000
No. Nama Debitur Piutang dihapus (per komersial) Diserahkan ke Pengadilan Ada Perjanjian Diumumkan ke penerbitan Dilaporkan ke DJP
PERUSAHAAN ASURANSI JIWA dapat membentuk atau memupuk dana cadangan premi
untuk menutup klaim yang akan jatuh tempo atau sebab lainnya. Besarnya cadangan premi
ditentukan sesuai dengan penghitungan aktuaria yang telah mendapatkan pengesahan dari
Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan. Kenaikan jumlah saldo akhir dibanding dengan
saldo awal tahun dari cadangan premi merupakan biaya dalam tahun yang bersangkutan
(KMK NOMOR 80/KMK.04/1995)
SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI dapat membentuk dana cadangan piutang tak
tertagih. Besarnya dana cadangan ditentukan maksimum sebesar 2,5% (dua setengah
persen) dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang (KMK NOMOR 235/KMK.01/1998)
120
05a. BESARNYA DANA CADANGAN YANG BOLEH DIKURANGKAN
SEBAGAI BIAYA Pasal 9 ayat (1) huruf c UU NO 17 TAHUN 2000
Bank Umum dapat membentuk dana cadangan piutang tak tertagih (PMK NOMOR
81/PMK.03/2009)
1 % piutang dikategorikan lancar tidak termasuk SBI dan SUN
5% piutang dikategorikan dalam perhatian khusus setelah dikurangi agunan
15 % piutang dikategorikan kurang lancar setelah dikurangi agunan
50 % piutang dikategorikan diragukan setelah dikurangi nilai agunan
100% Piutang dikatergorikan macet setelah dikurangi nilai agunan
Bank Perkreditan Rakyat dapat membentuk dana cadangan piutang tak tertagih (PMK
NOMOR 81/PMK.03/2009)
121
05b. BESARNYA DANA CADANGAN YANG BOLEH DIKURANGKAN
SEBAGAI BIAYA Pasal 9 ayat (1) huruf c UU NO 36 TAHUN 2008
1. Cadangan piutang tak tertagih untuk USAHA BANK DAN BADAN USAHA LAIN YANG
MENYALURKAN KREDIT, SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI, PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN KONSUMEN, DAN PERUSAHAAN ANJAK PIUTANG.
2. Cadangan khusus penyisihan pembiayaan untuk BADAN USAHA LAIN YANG
MENYALURKAN KREDIT, yaitu cadangan khusus penyisihan pembiayaan untuk badan
usaha selain bank umum dan bank perkreditan rakyat yang menyalurkan kredit kepada
masyarakat.
3. Cadangan piutang tak tertagih untuk SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI yaitu
cadangan piutang tak tertagih untuk kegiatan pembiayaan dengan menyediakan barang
modal untuk digunakan oleh penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara angsuran dengan hak opsi (Finance Lease).
4. Cadangan piutang tak tertagih untuk PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KONSUMEN yaitu
cadangan piutang tak tertagih untuk perusahaan yang melakukan kegiatan pembiayaan
untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara
angsuran.
122
05c. BESARNYA DANA CADANGAN YANG BOLEH DIKURANGKAN
SEBAGAI BIAYA Pasal 9 ayat (1) huruf c UU NO 36 TAHUN 2008
5. Cadangan piutang tak tertagih untuk PERUSAHAAN ANJAK PIUTANG yaitu cadangan
piutang tak tertagih untuk perusahaan yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan
atas piutang tersebut.
6. Cadangan untuk usaha asuransi, yang meliputi :
a) cadangan premi tanggungan sendiri dan klaim tanggungan sendiri untuk
PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN;
b) cadangan premi untuk PERUSAHAAN ASURANSI JIWA
7. CADANGAN PENJAMINAN UNTUK LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN, yaitu cadangan
penjaminan untuk lembaga yang berfungsi menjamin simpanan nasabah penyimpan dan
turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya.
8. Cadangan BIAYA REKLAMASI UNTUK USAHA PERTAMBANGAN, yaitu cadangan biaya untuk
kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu
sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna
sesuai peruntukannya
123
05d. BESARNYA DANA CADANGAN YANG BOLEH DIKURANGKAN
SEBAGAI BIAYA Pasal 9 ayat (1) huruf c UU NO 36 TAHUN 2008
5. Cadangan BIAYA PENANAMAN KEMBALI UNTUK USAHA KEHUTANAN, yaitu cadangan biaya
penanaman kembali bagi perusahaan yang diwajibkan melakukan penanaman kembali atas
hutan yang telah dieksploitasi untuk usaha yang terkait dengan sistem pengurusan yang
bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan
secara terpadu.
6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk
USAHA PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI, yaitu cadangan biaya penutupan dan
pemeliharaan bagi perusahaan yang mengolah limbah industri yang mencakup kegiatan
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan limbah industri dan
penimbunan hasil pengolahan limbah industri
124
Akuntansi Bunga
Pinjaman
01. Ruang Lingkup
• Biaya Bunga untuk Pembelian Saham
• Biaya Bunga Konstruksi
• Biaya Bunga Deposito
• Biaya Bunga Debt to Equity Rasio
• Biaya Bunga Pihak Afiliasi (Transfer Pricing).
02. BIAYA BUNGA UNTUK INVESTASI SAHAM
• Penjelasan Pasal 6 ayat 1 huruf a UU PPh:
bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk
membeli saham tidak dapat dibebankan sebagai
biaya sepanjang dividen yang diterimanya tidak
merupakan Objek Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f. Bunga pinjaman yang
tidak boleh dibiayakan tersebut dapat dikapitalisasi
sebagai penambah harga perolehan saham.
02a. Ilustrasi:
Investasi Saham 30%
PT. ABC PT. XYZ
Pembagian Dividen
Bukan Obyek PPh KR
BU ED
N IT
G
A
10
05a. Rangkuman
11
05b. Biaya Pinjaman …
a.bunga pinjaman;
b.diskonto dan premium yang terkait dengan
pinjaman;
c.biaya tambahan yang terjadi yang terkait dengan
perolehan pinjaman (arrangement of borrowings)
d. beban keuangan dalam sewa pembiayaan;
e.biaya imbalan karena jaminan pengembalian
utang;
f. selisih kurs yang berasal dari penyesuaian terhadap
biaya pinjaman.
12
05c. Hutang ….
• Utang tidak termasuk:
• utang yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya; atau
• utang yang digunakan untuk mendapatkan penghasilan yang bukan merupakan objek
pajak atau yang dikenai pajak yang bersifat final. (2)
• Nilai utang berdasarkan saldo rata-rata utang pada satu Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak menurut pembukuan yang diselenggarakan oleh Wajib
Pajak.
• Jika tidak dapat diketahui berdasarkan pembukuan yang diselenggarakan
oleh Wajib Pajak, rata-rata saldo dihitung menurut dokumen yang dapat
menunjukkan posisi utang pada tiap akhir bulan.
13
05d. Modal …
14
05e. Penerapan dan Pelaporan
Kewajiban penerapan berlaku sejak Tahun Pajak
2016.
15
CONTOH PENERAPAN
Sewa Guna Usaha Leasing
01. REFERENSI
• UU PPh No. 36 2008
• KMK NOMOR 1169/KMK.01/1991 KEGIATAN SEWA GUNA USAHA
(LEASING)
• SE - 10/Pj.42/1994
• S-813/PJ.53/2005 PSAK 30 – SEWA
• PSAK 73 – SEWA
• ISAK 8 – PENENTUAN APAKAH SUATU PERJANJIAN MENGANDUNG
SEWA
02. PENDAHULUAN
Lessor adalah pemilik sah dari aset (legal owner) yang disewakan,
lessee adalah pihak yang akan menggunakan aset yang disewa.
03. KLASIFIKASI SEWA
FINANCIAL LEASE
SEWA/LEASE
OPERATIONAL
LEASE
Operating Lease
03a. OPERATING LEASE
Penjual
LESSEE
4
Barang modal Barang modal
LESSOR
Uang sewa 2
3
1
Pembelian
03b. FINANCIAL LEASE
Financial Lease
Penjual
LESSEE
4 Barang modal
5
Barang modal
LESSOR
3 2
Angsuran
Hak opsi (pokok+bunga) 1
Kepemilikan
berpindah ke Pembelian
lease
03c. KLASIFIKASI SEWA
Untuk tujuan akuntansi, sewa diklsifikasikan menjadi dua bagian:
1. Sewa pembiayaan
• Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan atau sewa modal
(finance lease atau capital lease) jika sewa mengalihkan secara substansial
seluruh manfaat (benefit) dan risiko (risk) kepemilikan suatu aset. Hak milik
pada akhirnya dapat dialihkan, dapat juga tidak dialihkan. Sewa
pembiayaan dicatat seolah-olah perjanjian sewa mengalihkan kepemilikan
aset dari lessor kepada lessee.
2. Sewa operasi
• Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi (operating lease) jika
sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh manfaat dan risiko
kepemilikan aset. Sewa operasi dicatat sebagai perjanjian sewa, tanpa
pengalihan kepemilikan efektif yang berkaitan dengan sewa tersebut.
03d. SUBSTANSI TRANSAKSI
• Suatu sewa sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi tergantung
substansi transaksi daripada bentuk (“substance over form.” –
“substansi mengungguli bentuk.”)
• Dalam PSAK No. 30 Sewa, menyebutkan bahwa klasifikasi sewa
sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi didasarkan
pada substansi transaksi dan bukan pada bentuk kontraknya
04. KARAKTERISTIK SEWA PENBIAYAAN
Contoh dari situasi yang secara individual atau gabungan pada umumnya mengarah pada
sewa yang diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan adalah:
a. sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa;
b. lessee memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup
rendah dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga
pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi akan dilaksanakan;
c. masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomik aset meskipun hak milik tidak
dialihkan;
d. pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial
mendekati nilai wajar aset sewaan; dan
e. aset sewaan bersifat khusus dan hanya lessee yang dapat
menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material. Klasifikasi sewa dibuat pada awal
sewa dan berubah selama masa sewa kecuali lessee dan lessor sepakat untuk mengubah
persyaratan sewa (selain melalui pembaruan sewa), di mana klasifikasi sewa harus
dievaluasi ulang.
04a. Klasifikasi Leasing
Yes Transfer of
Ownership?
No
Yes Bargain Purchase
Option?
No
Yes Lease term is major part of
the economic life ?
No
Yes PV Payment at least
equal to substantially all
of FMV?
Capital Operating
Lease Lease
No
04b. KLASIFIKASI SEWA
05. WAKTU DALAM SEWA
• Awal Kontrak Sewa (inception of the lease) mana yang terjadi lebih
dahulu antara tanggal sewa dan tanggal pihak menyatakan komitmen.
• Tanggal ini harus ditentukan klasifikasi sewa.
• Awal Masa Sewa (commencement of the lease term) adalah saat
lessee berhak menggunakan asset sewaan.
• Pada masa ini pengakuan sewa dilakukan (pengakuan asset
05a. Awal Kontrak Sewa dan Awal Masa Sewa?
06. PERJANJIAN YANG MENGANDUNG SEWA
06a. PERJANJIAN YANG MENGANDUNG SEWA
07. Akuntansi Untuk Sewa—Lessee
Dst…………
2.000.000.000
Non Deductible
2.000.000.000
07d. SEWA OPERASI - LESSOR
• Pengakuan Pendapatan
• Lessor Mengakui Pendapat atas Pembayaran Sewa secara garis lurus.
• Pengukuran Pendapatan
• Nilai sewa diukur berdasarkan jumlah pembayaran sewa yang diterima lessor
dari lessee
07e. SEWA PEMBIAYAAN - LESSOR
KEGIATAN SEWA-GUNA-USAHA
FP
“Lessor QQ
Lessee”
Reimbursment PPN
Pembayaran + PPN
Non-Obyek PPN
FP Non – PPh 23
“Lessor QQ SUPPLIER/ Obyek PPN
Lessee”
DEALER
11. PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI YANG BERAKHIR
MENJADI LEBIH SINGKAT DARI MASA SEWA GUNA USAHA YANG DISYARATKAN
Lessee Lessor
49
13. COMPARISON EXPENSE RECOGNIZED IN TAXATION FOR CAPITAL
LEASES AND OPERATING LEASE
Rent Expense
Yes
50
14. COMPARISON EXPENSE RECOGNIZED IN ACCOUNTING FOR FINANCE
LEASES AND OPERATING LEASE
Direct Sales
Financing Type
Lease Lease
Rent Income
Yes
51
15. KOREKSI FISKAL ATAS SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI DALAM SPT TAHUNAN
PPh BADAN
• Atas beban penyusutan atau amortisasi aset yang disewa dengan hak opsi
dilakukan koreksi fiskal positif.
• Atas beban bunga yang timbul atas hutang sewa guna usaha dengan hak opsi
dilakukan koreksi fiskal negatif dengan menambah jumlah pembayaran pokok
(principal) hutang sebagai biaya.
Dalam leasing dengan hak opsi lessse boleh membebankan biaya yang dikelurakan selama periode leasing yang terdiri pokok dan bunga
leasing.(KMK.1169/KMK.01/1991)
Lessor
1. Seluruh pembayaran sewa yang diterima adalah objek
PPh 23.
2. Lessor berhak melakukan penyusutan barang modal
(kepemilikan barang ditangan lessor)
3. Lessor memungut PPN atas sewa aktiva
Lesse
1. Seluruh biaya sewa merupakan deductable expenses
2. Lesse tidak boleh menyusutkan aktiva leasing
3. Wajib melakukan pemotongan PPh 23
16b. Perlakuan Perpajakan
PT. ABC:
Tagihan setiap bulan = Rp 8.000.000
PPN (PM- utk lesse) = Rp 800.000
PT DEF = Rp 8.800.000
Memotong PPh Pasal 23 ( 2% x 8.000.000) = Rp 160.000
Dibayar ke Lessor = Rp 8.640.000
Jurnal PT DEF:
Beban Sewa 8.000.000
PPN-Masukan 800.000
Kas 8.640.000
Hutang PPh Pasal 23 160.000
56
16d. Operating Leases—Lessor
PT.XYZ:
Tagihan setiap bulan = Rp 8.000.000
PPN (PM- utk lesse) = Rp 800.000
PT ABC = Rp 8.800.000
Memotong PPh Pasal 23 ( 2% x 8.000.000) = Rp 160.000
Dibayar ke Lessor = Rp 8.640.000
Jurnal PT XYZ:
Kas 8.640.000
Kredit Pajak Pasal 23 160.000
PPN-Pajak keluaran 800.000
Pendapatan Sewa 8.000.000
57
17. SALE AND LEASE BACK
SALE
and
Lease back
LESSEE LESSOR
18. Sales and Lease Back
(Financial Lease)
Dalam hal penyewagunausahaan kembalinya merupakan sewa guna usaha dengan hak
opsi :
a) penyerahan Barang Kena Pajak dari lessee kepada lessor (sale) tidak termasuk
dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak yang dikenai Pajak Pertambahan
Nilai karena :
• Barang Kena Pajak yang menjadi objek pembiayaan berasal dari milik lessee, yang
dijual oleh lessee untuk kemudian dipergunakan kembali oleh lessee;
• lessor pada dasarnya hanya melakukan penyerahan jasa pemmbiayaan, tanpa
bermaksud memiliki dan menggunakan barang yang menjadi objek pembiayaan
tersebut;
• penyerahan Barang Kena Pajak tersebut dari lessee kepada lessor pada dasarnya
merupakan penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang-piutang;
b)penyerahan jasa sewa guna usaha dengan hak opsi oleh lessor kepada lessee
(leaseback) merupakan jasa pembiayaan yang tidak dikenai Pajak Pertambahan
Nilai.
19. Sales and Lease Back
Operational Lease
b) penyerahan jasa sewa guna usaha tanpa hak opsi oleh lessor
kepada lessee (leaseback) dikenai Pajak Pertambahan Nilai
sebagaimana kegiatan usaha sewa menyewa pada
umumnya.
20. SALE AND LEASE BACK
Financial Lease
KREDIT
SALE
and FINANCIAL LEASING
Lease back
LESSEE
LESSOR
(Supplier)
PPN
Biaya
21. SALE AND LEASE BACK
Ps. 16D NETRALITAS PPN
TERJAMIN
TIDAK
BANK
NON PKP
SALE
KREDIT
and FINANCIAL LEASING
Lease back
LESSEE LESSOR
(Supplier)
22. Transaksi Jual dan Sewa Kembali
Sale-Leaseback Transactions
Jika suatu transaksi jual dan sewa balik merupakan sewa operasi dan jelas
transaksi itu terjadi pada nilai wajar, maka laba atau rugi harus diakui segera.
Jika harga jual di bawah nilai wajar, laba atau rugi harus diakui segera, kecuali
rugi tersebut dikompensasikan dengan pembayaran sewa di masa depan
yang lebih rendah dari harga pasar, maka rugi tersebut harus ditangguhkan
dan diamortisasi secara proporsional dengan pembayaran sewa selama
periode penggunaan aset tersebut.
Jika harga jual di atas nilai wajar, selisih lebih dari nilai wajar tersebut
ditangguhkan dan diamortisasi selama periode penggunaan aset .
Untuk sewa operasi, jika nilai wajar aset pada transaksi jual dan sewa
kembali lebih rendah daripada nilai tercatatnya, rugi sebesar selisih
antara nilai tercatat dan nilai wajar harus diakui segera.
22b. SKEMA PERLAKUAN PPN ATAS PERJANJIAN “SALE & LEASE BACK”
Referensi Surat Dirjen Pajak No: S-813/PJ.53/2005
LESSOR 1 LESSE
2. Penyerahan hak atas harta yang dijual (transaksi sale) termasuk dalam pengertian
penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
terutang PPN jika memenuhi syarat Ps.16-D UU PPN.
• Dalam transaksi sale and lease back dengan hak opsi antara PT XXX dengan
PT ABC, perusahaan leasing :
1)Penyerahan hak atas alat berat (BKP) yang dijual oleh PT XXX kepada
perusahaan leasing (transaksi sale termasuk dalam pengertian
penyerahan BKP, dengan sepanjang Pajak Masukan atas perolehan alat
berat tersebut oleh PT XXX dapat dikreditkan, dikenakan PPN mengacu
pada Pasal 16-D); dan
2)Penyerahan hak atas alat berat yang telah menjadi milik perusahaan
leasing kepada PT XXX (transaksi lease back dengan hak opsi) termasuk
dalam pengertian penyerahan BKP yang terutang PPN, sedangkan
penyerahan jasanya (jasa leasing dengan hak opsi) bukan merupakan
yang dikenakan PPN.
24. Ilustrasi Kasus Sale-Leaseback
Pada tanggal 1 Januari 2008, PT ABC menjual sebuah mesin dengan nilai buku
sebesar Rp 750.000.000 kepada PT XYZ dengan harga jual Rp 950.000.000 dan
menyewa kembali aset yang dijual itu dengan beberapa kondisi sebagai
berikut:
1) Masa sewa selama 10 tahun, non-cancelable. Uang muka sebesar Rp
200.000.000 dan pembayaran angsuran leasing setiap awal tahun sebesar
Rp 107.107.000. Tingkat suku bunga implisit sebesar 10%.
2) Mesin itu memiliki nilai wajar (fair value) sebesar Rp 950.000.000 pada tgl
1 Januari 2008 dan estimasi masa manfaat 20 tahun. Metode penyusutan
adalah garis lurus.
3) PT ABC memiliki opsi untuk memperbarui leasing untuk sisa masa leasing
10 tahun dengan pembayaran angsuran leasing sebesar Rp 100.000.000
per tahun. Kepemilikan mesin akan beralih pada akhir masa leasing.
24a. Jurnal Akuntansi-Sale-Lease Back
Keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing yang berkaitan
langsung dengan usaha Wajib Pajak yang:
a. dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final; atau
b. tidak termasuk objek pajak,
tidak diakui sebagai penghasilan atau biaya.
Keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing yang tidak berkaitan
langsung dengan usaha Wajib Pajak yang:
a. dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final; atau
b. tidak termasuk objek pajak,
diakui sebagai penghasilan atau biaya sepanjang biaya tersebut dipergunakan
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
06. Selisih Kurs (Hutang-Piutang) menurut Ketentuan Perpajakan
• Keuntungan karena selisih kurs dapat disebabkan fluktuasi kurs mata uang
asing atau adanya kebijaksanaan Pemerintah di bidang moneter.
• Atas keuntungan yang diperoleh karena fluktuasi kurs mata uang asing,
pengenaan pajaknya dikaitkan dengan sistem pembukuan yang dianut oleh
Wajib Pajak dengan syarat dilakukan secara taat asas.
• Pilihan wajib pajak dalam memperlakukan hutang piutang dalam valuta asing
menurut perpajakan adalah:
1. Menggunakan kurs tengah
Apabila digunakan metode kurs tengah, maka setiap akhir periode pembukuan
dilakukan penilaian kembali saldo hutang piutang dalam valuta asing
berdasarkan kurs tengah BI pada tanggal neraca. Konsekuensinya diakui
adanya laba atau rugi selisih kurs setiap akhir periode pembukuan Metode ini
yang digunakan dalam akuntansi sesuai PSAK No.10 “ Transaksi dalam mata
uang asing”.
2. Menggunakan kurs tetap
Apabila digunakan metode kurs tetap, saldo hutang piutang valuta asing pada
akhir periode pembukuan tidak dilakukan penilaian kembali, sehingga tidak
perlu diakui adanya laba atau rugi selisih kurs. Laba atau rugi selisih kurs baru
diakui ketika terjadi realisasi (pembayaran) atas hutang piutang tersebut. Hal
tersebut akan memyebabkan timbulnya beda sementara.
07. SELISIH KURS – 2009 DAN SETERUSNYA
• PT. Butuh Duit adalah wajib pajak badan yang menggunakan tahun
kalender sebagai tahun buku/pajaknya. pada tanggal 15 November 2001
membeli/import barang modal seharga USD 2.000.000,- dari induknya,
Rich Generous Inc. yang berkedudukan di Amerika. Rich Generous Inc.
Memberikan fasilitas/kemudahan pembayaran berupa penundaan
pembayaran selama 1 tahun dan mengangsurnya per-semester dimulai
pada tanggal 14 Mei 2003. Sehingga PT. Butuh Duit mengakuinya
sebagai pinjaman berjangka 1,5 tahun atau jatuh tempo 14 Mei 2002
dan 14 November 2003.
• Pertanyaan: Berapa laba rugi selisih kurs yang harus diakui sesuai
ketentuan perrpajakan atas transaksi dalam mata uang asing untuk
kasus diatas?
09a. Jawaban:
Sehingga laba selisih kurs yang harus diakui pada tahun 2003 adalah sebesar
Rp.3.500.000.000,-. Seluruh selisih kurs baru diakui pada tahun 2003.
09b. Jawaban:
Continued
09c. Jawaban:
14-05-2003 Pembayaran USD 1.000.000,-
Hutang Valas Rp.9.700.000.000,-
Kas Rp.9.000.000.000,-
Laba selisih kurs Rp. 700.000.000,-
Sehingga laba selisih kurs yang harus diakui pada tahun 2003
adalah sebesar Rp.1.900.000.000,-.
Total keseluruhan selisih kurs yang timbul dari transaksi ini adalah
sebesar Rp.3.500.000.000,-