PEMOTONGAN ATAU
PEMUNGUTAN
(WITHHOLDING TAX)
SISTEM
PEMUNGUTAN PAJAK
Jumlah PPh final yang telah dipotong Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
sendiri atau dipotong pihak lain tidak bisa memperoleh penghasilan yang dikenai
dikreditkan PPh Final tidak dapat dikurangkan (NDE)
TAX PLANNING PPh PASAL 4 (2)
- Melakukan ekualisasi terhadap jumlah PPh 4 pasal (2), yaitu membandingkan objek PPh
pasal 4 (2) dengan SPT Masa PPh pasal 4 (2) yg telah dilaporkan
- Melakukan tax control untuk memastikan sudah dilakukan pemotongan/pemungutan
- Pemuatan klausul perpajakan dalam perjanjian/kontrak dengan pihak/lawan transaksi.
Dalam banyak kasus, terjadi pengenaan kurang bayar atas pemotongan PPh final yang
ditemukan oleh fiskus sehingga diterbitkan SKPKB. Hal ini disebabkan oleh:
1. Ditemukan biaya-biaya yang menjadi objek PPh pasal 4 (2) belum dilakukan
pemotongan oleh WP.
2. Jumlah PPh yang disetorkan ke negara lebih rendah dari jumlah yang dipotong oleh
WP.
3. Jumlah PPh Pasal 4 (2) yang dibukukan di buku besar/ledger tidak cocok dengan SPT
PPh Masa Pasal 4 (2).
PPh pasal 15 (Norma Perhitungan Khusus)
Pemotongan Pajak penghasilan yang dilakukan oleh pihak pemberi
penghasilan kepada Wajib Pajak tertentu yang menggunakan norma
penghitungan khusus. Wajib Pajak tertentu tersebut adalah perusahaan
pelayaran atau penerbangan international, perusahaan asuransi luar negeri,
perusahaan pengeboran minyak, gas dan panas bumi, perusahaan dagang asing,
perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun guna serah.
Objek nya dapat dilihat disini: http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-pph-
pasal-15
No Objek Pajak Tarif X DPP Penyetoran & Pelaporan Dasar Hukum
1. Charter 1,8% X Peredaran bruto Disetor oleh pemotong paling lambar - KMK475/KMK.04/1996
Penerbangan Dalam sesuai perjanjian tanggal 10 bulan berikutnya. - SE 35 PJ/PJ.4/1996
Negeri (Tidak Final)
Dilaporkan dlm SPT Masa PPh 15, paling
KAP: 411129 lambat tanggal 20 bulan berikutnya.
KJS: 101
2. Perusahaan 1,2% X Peredaran Bruto Disetor oleh pemotong: disetor paling - KMK 416/KMK.04/1996
Pelayaran Dalam (Final) lambat tanggal 10 bulan berikutnya. - SE 29/PJ.4/1996
Negeri
KAP: 411128 Disetor sendiri: disetor paling lambat
KJS: 410 tanggal 15 bulan berikutnya.
4. WPLN yang Untuk negara yang tidak ada P3B Disetor sendiri paling - KMK
mempunyai kantor dengan Indonesia: lambat tanggal 15 bulan 634/KMK.04/1994,
perwakilan dagang 0,44% x nilai ekspor bruto berikutnya setelah bulan berlaku mulai 1 Januari
di Indonesia diterima penghasilan. 1995
Penghasilan neto = 1% x nilai ekspor - KEP
bruto Dilaporkan paling lambat 667/PJ/2001,berlaku
tanggal 20 bulan mulai 29 Oktober 2001
Untuk negara yang mempunyai P3B berikutnya dengan - SE 2/PJ.03/2008
dengan Indonesia: menggunakan Formulir ditetapkan tgl 31 Juli
disesuaikan dengan tarif P3B, untuk dalam Lampiran I KEP 2008.
contoh penghitungan lihat di SE 667/PJ./2001 dan
2/PJ.03/2008. dilampiri SSP lembar ke-3.
(Final)
5. WP yang melakukan 7% x tarif tertinggi Pasal 17 ayat (1) Disetor dengan - KMK
kegiatan usaha jasa huruf b UU PPh x total biaya menggunakan paling 543/KMK.03/2002
maklon (Contract pembuatan atau perakitan barang lambat tgl 15 bulan - SE 02/PJ.31/2003
Manufacturing) tidak termasuk biaya pemakaian berikutnya.
Internasional di bahan baku (direct materials).
bidang produksi Atau dapat dilihat dalam Dilaporkan paling lambat
mainan anak-anak. SE 02/PJ.31/2003. tgl 20 bulan berikutnya.
(Final) Tetapi tidak ada formulir
khusus utk pelaporannya.
TAX PLANNING PPh Pasal 15
Memahami ketentuan objek PPh pasal 15 baik untuk pemotong atau yang
dipotong.
Pahami saat terutangnya pajak, yaitu saat mana yang lebih dulu antara saat
terutang (accrual basis) atau saat dibayarkan (cash basis).
Melakukan ekualisasi biaya-biaya yang terkait objek PPh pasal 15 dengan SPT Masa
PPh pasal 15 yang dilaporkan.
Selektif dalam memilih patner/lawan transaksi atau berusaha aktif mengingatkan
kewajibannya sebagai pemotong.
Pemuatan klausul perpajakan dalam perjanjian/kontrak dengan pihak/lawan
transaksi.
PPH PASAL 21
Pemotongn dilakukan oleh pihak tertentu yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang (seperti penyerahan barang
oleh rekanan kepada bendaharawan pemerintah), impor barang dan kegiatan usaha di
bidang-bidang tertentu serta penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
Pemungutan PPh Pasal 22 meliputi pemungutan atas: (1) pembelian barang oleh
instansi Pemerintah; (2) ;kegiatan impor barang; (3) produksi barang-barang tertentu
misalnya produksi baja, kertas, rokok, dan otomotif; (4) pembelian bahan-bahan untuk
keperluan industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir di bidang
perhutanan, perkebunan, pertanian dan perikanan dari pedagang pengumpul; (5)
Pemungutan PPh atas penjualan atas barang yang tergolong mewah. WP dapat
ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22 atau dapat juga sekaligus sebagai pihak yang
dipungut PPh Pasal 22.
Untuk lebih lengkap
dapat dilihat di
PMK
No.34/PMK.010/2017
TAX PLANNING PPh PASAL 22
1. Pemahaman ketentuan dan peraturan PPh pasal 22, terutama Mengetahui
ketentuan waktu penyetoran dan pelaporan
2. Memiliki Angka Pengenal Impor (API)
3. Pemuatan klausul perpajakan dalam perjanjian/kontrak dengan
pihak/lawan transaksi.
4. Pengajuan SKB untuk WP yang memenuhi kriteria sesuai Peraturan Dirjen
Pajak Nomor: PER-1/PJ/2011
5. Memperhatikan Bukti pungut PPh Pasal 22. Terkadang perusahaan yang
melakukan impor barang meminta pihak ketiga yang bergerak di bidang jasa
kepabeanan (PPJK) untuk mengurusinya. Jika hal demikian dilakukan,
waspadai adanya PPJK yang nakal.
PPH PASAL 23