Anda di halaman 1dari 23

PPH FINAL

P E R PAJ AK AN
K E L O M P OK 4

Dosen Pengampu:
Rizky Aldi Setianda, S.E, M.Ak.
A N G G O TA K E L O M P O K 4

FAT I M AH
1
2 1111 0 2 1 0 7 0 7 6

Y U L I AT I P U T R I
2
2 1111 0 2 1 0 7 0 7 5

GUSTI DENNY
3
2 1111 0 2 1 0 7 0 7 3

E K A AM E L I AN I
4
2 1111 0 2 1 0 7 0 7 1

R I S K Y AM AL I A
5
2 1111 0 2 1 0 7 0 7 0

FAD I L L AH
6
2 1111 0 2 1 0 7 0 5 9
PEMBAHASAN

1 PENGERTIAN PPH FINAL

2 OBJEK PPH FINAL

PERBEDAAN PPH FINAL


3
DAN PPH TIDAK FINAL

4 TA R I F P P H F I N A L
4

PERHITUNGAN PPH
5
FINAL
01
O N E

PENGERTIAN PPH FINAL


Pengelompokan Pajak Penghasilan Final
dan Kategori Pajak Penghasilan Final
P E N G E R T I AN P P H F I N AL

Pajak Penghasilan Final atau PPh Final adalah pajak yang dikenakan dengan tarif dasar pengenaan
pajak tertentu yang berbeda dengan skema pajak secara umum atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh sepanjang tahun berjalan.

Jadi, Pajak Penghasilan Final ini merupakan pajak yang tidak diikutsertakan lagi dalam
penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Terutang tahunan.

Artinya pajak penghasilan yang sudah bersifat final ini tidak dapat dikreditkan dengan PPh
Terutang.

Dengan demikian, penghasilan yang telah dikenakan PPh Final ini tidak akan dihitung lagi pajak
penghasilannya pada Surat Pemberitahuan ( SPT ) Tahunan dengan penghasilan lain yang tidak
final (non final) untuk dikenakan tarif progresif sesuai Pasal 17 ayat (1) UU PPh.
Pengelompokan Pajak Penghasilan Final
Pajak Penghasilan Final terdiri dari beberapa jenis yang dikelompokkan berdasarkan pasal dalam
Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh)

1. PPh Final Pasal 4 ayat (2), Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU
PPh), ada 5 pengelompokan penghasilan yang dikenakan PPh Final yaitu:
a. Penghasilan berupa bunga deposito, tabungan, bunga obligasi, surat utang negara (SUN), dan
bunga simpanan.
b. Penghasilan berupa hadiah undian.
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas, transaksi derivatif, transaksi penjualan
saham/pengalihan penyeran modal.
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan
persewaan tanah/bangunan.
e. Penghasilan tertentu lainnya.
Pengelompokan Pajak Penghasilan Final
Jadi, selain dalam pasal 4 ayat (2), pajak penghasilan final juga tersebar dalam beberapa pasal lainnya

2. PPh Final dalam Pasal lainnya, adalah PPh pada Pasal 15, Pasal 17 ayat (2c), Pasal 19, Pasal 21, Pasal 22, dan Pasal 26.
a. PPh Final Pasal 15, Tarif PPh Final sesuai Pasal 15 UU PPh ini diatur dan ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Dari sinilah
yang saat ini berlaku adanya PPh Final berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 dan PP No. 23
Tahun 2018 yakni tarif 0,5% dari omzet bruto.
b. PPh Final Pasal 17 ayat (2c), UU Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008, artinya tarif pajak penghasilan bersifat final yang
dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang dibagikan kepada WP Orang Pribadi dalam negeri. Tarif PPh Final sesuai
Pasal 17 ayat (2c) atas dividen ini adalah paling tinggi sebesar 10% dan bersifat final.
c. PPh Final Pasal 19 Pajak Penghasilan merupakan pajak atas selisih penilaian kembali aktiva apabila terjadi
ketidaksesuaian antara unsur-unsur biaya dengan penghasilan karena perkembangan harga.
d. PPh Final Pasal 21, merupakan pajak yang dipotong/dipungut atas penghasilan dari pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan
nama dan bentuk apa pun, Objek pajak penghasilan yang dipotong/dipungut dan bersifat final berdasarkan PPh Pasal 21
di antaranya gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan/pembayaran sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan, yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
e. PPh Final Pasal 22, dikenakan sesuai Pasal 22 UU PPh ini dilakukan terhadap kegiatan di bidang impor atau kegiatan
usaha di bidang lain. Atau pengenaan pajak yang bersifat final pada pembelian atas penjualan barang yang tergolong
mewah.
f. PPh Final Pasal 26, dikenakan pada wajib pajak luar negeri atau Badan Usaha Tetap (BUT) atas: 1) Dividen, 2) Bunga
termasuk premium, diskonto, dan imbalan, 3) sehubungan dengan jaminan pengembalian utang, 3) Royalti, sewa, dan
penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, 3) Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan, 4)
Hadiah dan penghargaan, 6) Pensiun dan pembayaran berkala lainnya, 7) Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya,
4) Keuntungan karena pembebasan utang.
Kategori Pajak Penghasilan Final

1 PPh Final dipotong pihak lain 2 PPh Final disetor sendiri


Kategori Pajak Penghasilan Final melalui Kategori Pajak Penghasilan Final melalui
mekanisme yang dipotong atau dipungut mekanisme yang dipotong atau dipungut
pihak lain ini artinya wajib pajak yang telah pihak lain ini artinya wajib pajak yang telah
dipotong/dipungut pajak penghasilannya dipotong/dipungut pajak penghasilannya
hanya akan menerima bukti pemotongan hanya akan menerima bukti pemotongan
pajaknya dari pihak pemotong PPh Final. pajaknya dari pihak pemotong PPh Final.
02
T w o

OBJEK PPH FINAL


O B J E K P P H F I N AL
9. Objek Pajak Penghasilan Final atas Transaksi Penjualan
1. Objek PPh Final atas Bunga Deposito.
Saham
2. Objek Pajak Penghasilan Final atas Tabungan lainnya.
10. Objek PPh Final atas Pengalihan Penyertaan Modal pada
3. Objek PPh Final atas Bunga Obligasi perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan

4. Objek PPh Final atas Surat Utang Negara (SUN) modal ventura

5. Objek PPh Final atas Bunga Simpanan yang 11. Objek PPh Final atas Transaksi Pengalihan Harta berupa

dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi tanah dan/atau bangunan

orang pribadi 12. Objek PPh Final atas Usaha Jasa Konstruksi

6. Objek Pajak Penghasilan Final atas Hadiah Undian 13. Objek Pajak Penghasilan Final atas Usaha Real Estate

7. Objek PPh Final atas Transaksi Saham 14. ObjekPPh Final atas Persewaan Tanah dan/atau Bangunan

8. Objek Pajak Penghasilan Final atas Sekuritas lainnya 15. Dan Pajak Penghasilan Final atas Penghasilan Tertentu

9. Objek PPh Final atas Transaksi Derivatif yang lainnya

diperdagangkan di bursa
03
T H R E E

PERBEDAAN PPH FINAL


DAN PPH TIDAK FINAL
P E R B E D AA N P P H F I N AL D AN P P H T I D AK F I N AL

1 Pajak Penghasilan Final 2


Pajak Penghasilan Tidak Final
• Berlaku tarif tetap (besarnya diatur dengan Peraturan
• Berlaku tarif umum yang bersifat progresif
Pemerintah atau keputusan Menteri)
• PPh dihitung dari penghasilan neto (untuk
• Pajak penghasilan dihitung dari penghasilan bruto
memperoleh penghasilan neto, penghasilan
tanpa memperhitungkan biaya-biaya untuk
bruto dikurangi biaya-biaya untuk memperoleh,
memperoleh, menagih, dan memelihara penghasilan
menagih, dan memelihara penghasilan)
• Pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan dari PPh
• PPh Nonfinal dapat dikreditkan pada SPT
Final tidak digabungkan dengan penghasilan lain
Tahunan Pajak Penghasilan
yang dikenai tarif umum
• Tidak bayar PPh jika mengalami rugi
• PPh Final tidak dapat dikreditkan pada SPT Tahunan
Pajak Penghasilan
• Tetap harus bayar PPh jika dalam keadaan rugi
04
F O U R

TARIF PPH FINAL


TARIF PPH FINAL Pasal 4 ayat (2)
Bunga Deposito/Tabungan dan
Diskonto (SBI)

2
20% dari jumlah bruto wajib pajak
1
1 dalam negeri;

20% dari jumlah bruto bagi wajib


2 pajak luar negeri atau tarif
berdasarakan perjanjian pajak
berganda (P3B) yang berlaku
TARIF PPH FINAL Pasal 4 ayat (2 )
Usaha Jasa Konstruksi
2% atas pelaksanaan yang dilaukan ole
1 penyedia jasa yang memilik kualifikasi
usaha kecil.
2 3 4% atas pelaksanaan yang dilaukan ole
2 penyedia jasa yang tidak memiliki
4 kualifikasi usaha kecil.
3% atas pelaksanaan yang dilaukan ole
1 5 3 penyedia jasa selain kedua penyedia
usaha.
4% atas perencanaan atau pengawasan
4 kontruksi yang memiliki kualifikasi
usaha.

6% atas perencanaan atau pengawasan


5 kontruksi yang tidak memiliki
kualifikasi usaha.
05
F I V E

PERHITUNGAN PPH
FINAL
Perhitungan PPh Final & Objek Pajak Final
1. Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Final atas Deposito

Pak Kelik memiliki deposito di di Bank AAA sebesar Rp200.000.000 dengan tingkat bunga 12% per tahun
dan menerima bunga setiap bulan sebesar Rp2.000.000.
Maka perhitungan Pajak Penghasilan Final atas deposito tersebut adalah:
Tarif PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong Bank AAA adalah
=20% x Rp2.000.000
= Rp400.000
Dengan demikian, pajak deposito per tahun adalah
= Rp400.000 x 12 bulan
= 4.800.000
Perhitungan PPh Final & Objek Pajak Final
2. Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Final atas Jasa Konstruksi

Berikut ini, kami jabarkan contoh soal PPh Pasal 4 Ayat 2 Jasa Konstruksi agar Anda semakin paham mengenai mekanisme
perhitungan PPh Final tersebut.
PT AAA perusahaan Konstruksi sebagai Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi Bidang Bangunan non perumahan lainnya.
Pada 2021 PT AAA ditunjuk PT BBB selaku pemilik Tempat Wisata untuk membangun gedung baru sebagai sarana wahana
permainan baru dengan nilai kontrak sebesar Rp50.000.000.000 tidak termasuk PPN.
Kemudian PT AAA menerima uang muka kontrak pada saat dimulai pembangunan yaitu pada 1 April sebesar
Rp10.000.000.000
Termin pembayaran akan dilakukan sesuai tingkat penyelesaian, yaitu:
• Termin ke-1 sebesar Rp10.000.000.000 setelah pekerjaan selesai 25%
• Termin ke-2 sebesar Rp10.000.000.000 setelah pekerjaan selesai 50%
• Termin ke-3 sebesar Rp10.000.000.000 setelah pekerjaan selesai 75%
• Sisa Rp10.000.000 akan dibayarkan setelah pekerjaan dan masa pemeliharaan benar-benar selesai 100%.
Pembangunan gedung wahana baru ini harus diselesaikan PT AAA dalam kurun waktu 2 tahun paling lama 31 Desember 2023
dengan masa pemeliharaan selama 5 bulan.
Perhitungan PPh Final & Objek Pajak Final
2. Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Final atas Jasa Konstruksi

Maka, perhitungan tarif PPh Final Jasa Konstruksi ini adalah:


Pembayaran uang muka kontrak:
Besarnya pemotongan Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari usaha jasa
konstruksi adalah
=3% x Rp10.000.000.000
= Rp300.000.000
Pembayaran termin ke-1:
Besarnya pemotongan Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan jasa konstruksi adalah
=3% x Rp10.000.000.000
= Rp300.000.000
Perhitungan PPh Final & Objek Pajak Final
2. Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Final atas Jasa Konstruksi

Pembayarn termin ke-2:


Besarnya pemotongan Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan jasa konstruksi adalah =3% x
Rp10.000.000.000
= Rp300.000.000Pembayaran termin ke-3:
Besarnya pemotongan Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan jasa konstruksi adalah =3% x
Rp10.000.000.000
= Rp300.000.000
Pelunasan kontrak:
Besarnya pemotongan Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi
adalah
=3% x Rp10.000.000.000
= Rp300.000.000
ANY
QUESTION
KESIMPULAN
PPh Pasal 4 Ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2 )
dikenakan atas beberapa jenis penghasilan dengan
pemotongan yang bersifat final dan tarif yang berbeda-beda
untuk setiap jenis pajaknya. Oleh karena itu, Pajak
Penghasilan Pasal 4 Ayat 2 ini disebut juga sebagai PPh Final.
Salah satu objek PPh Pasal 4 Ayat 2 adalah omzet penjualan
usaha (di bawah Rp 4,8 miliar dalam 1 tahun), baik yang
dimiliki wajib pajak badan maupun orang pribadi. Tarifnya
adalah 0,5 persen dari total omzet penjualan per bulan. PPh
Pasal 4 Ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2 ) dikenakan
atas beberapa jenis penghasilan dengan pemotongan yang
bersifat final dan tarif yang berbeda-beda untuk setiap jenis
pajaknya. Oleh karena itu, Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2
ini disebut juga sebagai PPh Final. Salah satu objek PPh Pasal
4 Ayat 2 adalah omzet penjualan usaha (di bawah Rp 4,8
miliar dalam 1 tahun), baik yang dimiliki wajib pajak badan
maupun orang pribadi. Tarifnya adalah 0,5 persen dari total
omzet penjualan per bulan.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai